LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara pemupukan tanah sawah.
2. Menerapkan 5 tepat pemupukan di sawah dengan rekomendasi pemupukan yang
telah diuraikan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi sedang yang
menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang
surut ditemukan sawah surut sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa
lebak disebut sawah lebak (Palembang, 2013). Tanah yang baik adalah tanah yang
mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Jika kekurangan unsur
hara, tanah tersebut dikatakan tidak subur. Begitu pula tanaman di atasnya akan
sulit tumbuh dengan baik. Pada dasarnya, kesuburan tanaman dipengaruhi banyak
faktor. Salah satunya adalah kondisi tanah yang menjadi tempat tumbuhnya
tanaman (D.R. Purwo, 2007).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia salah satunya
Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar
menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh
karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan
pertanian (Anggraini, 2013). Tanaman memerlukan unsur hara untuk membangun
tubuh dan melangsunkan proses metabolisme dalam siklus hidupnya dan untuk
menghasilkan barang bernilai ekonomi yang berguna bagi manusia. Kekurangan
salah satu unsur hara bisa menjadi faktor pembatas petumbuhan dan produksi
tanaman. Untuk mencukupi kebutuhan tanaman terhadap hara, tanah diberi pupuk
Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) (Jufri, 2012).
Pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang
berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah sehingga
akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Selain itu, pemakaian
pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi
tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di
dalam tanah tidak tercapai (Supartha, 2012). Pemupukan dimaksudkan untuk
menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk
tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk hendaknya
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI,
takarannya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan
untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD)
(Ishaq, 2009). Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik
yang dapat digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara
makro (N, P, dan K), menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl
yang kadang-kadang susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal. (Kaya, 2012).
Efisiensi penggunaan hara pupuk adalah bagian yang sangat penting dalam
sistem usahatani padi sawah intensif untuk menghasilkan efisiensi agronomi,
peningkatan efisiensi ekonomis dan dampak positif bagi kelestarian fungsi
lingkungan. Pupuk NPK Phonska (15:15:15) merupakan salah satu produk pupuk
NPK yang telah beredar di pasaran dengan kandungan nitrogen (N) 15%, Fosfor
(P2O5) 15%, Kalium (K2O) 15%, Sulfur (S) 10%, dan kadar air maksimal 2%.
Pupuk majemuk ini hampir seluruhnya larut dalam air, sehingga unsur hara yang
dikandungnya dpat segra diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif
(Kaya, 2012).
Pupuk N memegang peranan penting dalam peningkatan produksi padi
sawah, sedangkan sumber pupuk N yang utama adalah urea. Namun, tanaman
menyerap hanya 30% dari pupuk N yang diberikan (Siregar, 2011). Rata-rata
dosis pupuk nitrogen yang digunakan dalam bercocok tanam padi berkisar antara
100 - 350 kg Nitrogen (urea) ha-1, bergantung dari varietas, kondisi tanah dan
iklim setempat. Rekomendasi dosis pupuk urea untuk padi adalah 100 - 200 kg
ha-1, namun saat ini mencapai 200 - 400 kg ha-1 Nitrogen (urea), bahkan
dilaporkan di Jawa, dan Sulawesi Selatan tingkat penggunaan pupuk anorganik
urea telah melampaui dosis rekomendasi sebesar 189 % (Syaiful, 2012). Dosis
pupuk yang dianjurkan untuk tanaman padi ialah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP-
36/ha, dan 75-100 kg KCL/ha. Urea diberikan 2-3 kali yaitu 14 HST, 30 HST, dan
saat menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan saat tanam atau
pada 14 H. Jika digunakan pupuk majemuk dengan perbandingan 15-15-15,
dosisnya 300 kg/ha. (Purwono, 2007).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
Anggraini, F., Agus, S., dan Nurul, A. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit Pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1 (2) : 52-60.
Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih padi. Jawa Barat: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK terhadap N Tersedia
Tanah, Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Agrologia, 2 (1) : 43-50.
Palembang, J.N. Jamilah., dan Syarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah
Sawah dengan Pola Pertanian Padi Semangka di Desa Air Hitam
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Agroteknologi, 1 (4) : 1154-
116.
Purwono, dan Heni, P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Siregar, A., dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea terhadap Serapan
dan Peningkatan produksi Padi Sawah. Budidaya Pertanian, 7 (2) : 107-
112.
Supartha, I.N.Y., G. Wijana, dan G.M. Adnyana. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk
Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Agroekoteknologi
Tropika, 1(2): 98-106.
Syaiful, S.A., N.S. Sennang, dan M. Yasin. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi
Hibrida pada Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam.
Agrivigor, 11(2): 202-213.