Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN


Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan
Dominansi Tunas Apikal

OLEH:
DHEA VIVIN. K
(F05112088)
Kelompok 6

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK

Auksin disintesis dalam jumlah besar pada tunas apikal tumbuhan dan
bergerak secara basipetal (ke arah pangkal batang) ke seluruh bagian tumbuhan.
Aliran auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus
menghambat pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas lateral). Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang cepat. Keadaan ini disebut dominansi
apikal. Bercabang atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada
banyaknya auksin yang dihasilkan dalam tunas apikal. Pemberian auksin pada
tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan tunas
lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apikal. Dengan
demikian tunas lateral tetap dominan. Auksin yang terhenti dapat digantikan
dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk meneliti
pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Pada praktikum ini
menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dalam cawan petri,
serta pasta IAA 400 ppm. Alat yang digunakan yaitu pisau silet, sudip, gelas
preparat, gelas penutup dan mikoskop. Mulanya 2 kecambah yang berumur 5 hari
dipotong pucuknya dan diolesi pasta IAA. Sedangkan 2 nya lagi dijadikan sebagai
kontrol. Dari hasil pengamatan didapatkan panjang kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiatus) sebelum diberi IAA (5 hari) untuk perlakuan kontrol 1 =
28,5 cm dan kontrol 2 = 26 cm dengan rata-rata = 27,25 cm. Dan untuk perlakuan
IAA 1 = 20 cm dan IAA II = 16 cm dengan rata-rata = 18 cm. Sedangkan panjang
sesudah diberi IAA (14 hari) untuk perlakuan kontrol 1 = 30,7 cm dan kontrol 2 =
37,5 cm dengan rata-rata = 34,1 cm. Dan untuk perlakuan IAA 1 = 33,7 cm (tanpa
daun lateral tapi muncul tunas baru) dan IAA II = 22,2 cm (tanpa daun lateral tapi
sudah muncul tunas baru) dengan rata-rata = 27,95 cm. Dan dari hasil
perbandingan panjang tunas lateral sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan
perbandingan pada sebelum untuk semua perlakuan adalah 0, sedangkan
perbandingan pada sesudah untuk perlakuan kontrol I dan II adalah 0 dan untuk
perlakuan IAA I dan IAA II adalah 0,1.
Kata kunci : auksin, dominansi apikal, IAA, tunas lateral.
PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh berbagai


macam faktor. Satu diantaranya adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman
(plant regulator). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin.
Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada
pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari
dominansi apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas lateral (tunas ketiak
daun). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar tunas lateral
dapat tumbuh. Pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang
batang yang cukup banyak pada ketiak batang utama. Akan tetapi perkembangan
tunas lateral tidak saja dapat dirangsang dengan menghilangkan tunas apikal,
tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia tertentu atau dengan
memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan kandungan auksin
tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan praktikum ini yaitu meneliti pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Dari tujuan tersebut dapat diteliti
perbandingan yang diberi perlakuan dengan kontrol pengaruh auksin terhadap
pertumbuhan tunas lateral pada kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus).
Pada sebagian besar tanaman,apabila pertumbuhan batang sudah
cukup,secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang
cukup jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung
batang pengaruh dominasi aical semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan
dominasi apical,tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apical yang kuat
seperti pada taaman kalanchoe dan bryophllum dan dominansi apical yag lemah
seperti pada salonum tubersum dan salonum lycopersicu. Dominasi apical dan
pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi
hormone (Khrisnamoorthy,1981).
Pada sudut terbentuk anatara masing-masing daun dan batang terdapat
suatu tunas aksiler (axillary bud), yang memiliki potensi untuk membentuk suatu
tunas batag. Sebagai besar tunas aksiler yang masih muda adalah dorman. Dengan
demikian,pertumbuhan tunas yang masih muda umumnya dipusatkan pada bagian
apeksnya (ujung), dimana terdapat tunas terminal (terminal bud) dengan daun
yang sedang berkembang dan suatu rentetan pada buku dan ruas. Adanya pucuk

sedikit banyak bertanggung jawab terhadap pertumbuhan tunas lateral, suatu


dominasi yang disebut dominasi apical (apical dominance). Dengan memusatkan
sumberdaya yang dimilikinya untuk tumbuh lebih tinggi, dominansi apical
merupakan suatu adaptasi evolusioner yang meningkatkan pemaparan tumbuhan
itu terhadap cahaya matahari, dan pada kondisi tertentu tunas aksiler mulai
tumbuh. Setelah mengakhiri masa dormansi itu, suatu tunas aksiler akan menjadi
cabang vegetative yang lengkap dengan tunas terminal,daun-daun dan tunas
aksiler. Pada beberpa kasus,pertumbuhan tunas aksiler dapat diransang dengan
cara membuang tunas terminal.inilah alasan dilakukan pemangkasan pohon dan
semak serta pemotongan pucuk tanaman rumah untuk membuat tanaman menjadi
lebat (Campbell et.,2000).
Prinsip dari perlakuan tersebut adalah untuk mengatur keseimbangan
hormone antara lain sitokinin dengan auksin pada ketiak daun dibawah ujung
batang (Taiz and Zeiger, 1998).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang.
Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan
konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas
pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu
dari pucuk (Morris, 2006).
Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk
ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk
apikal merupakan tempat memprduksi auksin (Dahlia, 2001).
Penghentian dominasi apical sementara dengan memotong pucuk akan
mempengaruhi kondisi hormone tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang
terakumulasi pada daerah pucuk akanterdistribusi ke bagian maristem yang lain
seperti buku di daerah dekat mata tunas (Sutisna, 2010).
Auksin berasal dari bahasa Yunani Auxano yang berarti tumbuh atau
bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan
tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan (Woodward,
dkk,. 2005).

Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat


pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi
tunas apikal, dengan demikian tunas lateral tetap dominan (Katuuk, 1989).
Fungsi utama auksin adalah mempengaruhi pertambahan panjang
batang,pertumbuhaan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembanga buah;
dominasi apical; fototropisme dan geotropisme. Tempat dihasilakan hormone
auksin ini adalah pada maristem apical tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji
(Dewi, 2010).
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami
pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin
yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara basipetal ke bagian
batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada
ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukantunas lateral pada
ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas apikal, karena inisiasi
pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah
dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang
(Darmanti, 2009).
Selain adanya jaringan maristem, hormone dan nutrisi juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Hormone dan nutrisi yang semulanya berada di
bagian apical dipindahkan ke jaringan maristem yang sedang aktif tumbuh.
Menurut teori Nutrien Diversion dominansi apical terjadi karena gerakan
nutrien ke atas diarahkan ke tunas apical bukan tunas lateral, hal ini sebagai akibat
danya produksi auksin di apical tanaman. Daun dan beberapa tunas yang terbebas
dari dominansi apical akan mulai tumbuh dan menghasilakan auksin. Adanya
sitokinin akan memacu pembelahan sel dan produksi auksin sehingga terbebas
dari dominansi (Wilkins, 1989).
Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong
atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana
IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa
IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport ke bagian bawah batang sehingga
menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup

kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang
menjadi cabang (Erwin, 2012).
IAA akan bergerak melalui tabung tapis jika diberikan di permukaan daun
yang cukup matang untuk mengangkut gula keluar, tapi biasanya pengangkut pada
batang dan tangkai daun berasal dari daun muda menuju arah bawah sepanjang
berkas pembuluh. Cara pengangkutan ini memiliki keistimewaan yang berbeda
dengan pengangkutan floem. Pertama, pergerakan auksin itu lambat, hanya sekitar
1 cm jam di akar dan batang, meskipun pergerakan itu masih 10 kali lebih cepat
dibandingkan dengan melalui difusi. Kedua, pengangkutan auksin berlangsung
secara polar pada batang; arahnya lebih sering basipetal (mencari dasar), tanpa
menghiraukan dasar tersebut berada pada posisi normal atau basipetal (mencari
apeks). Ketiga, pergerakan auksin memerlukan energy metabolism, seperti
ditunjukan oleh kemampuan zat penghambat sintesis ATP atau keadaan kurang
oksigen dalam menghambat pergerakan itu (Salisbury dan Ross, 1995).
Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebagian besar, kuncup apikal
memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan
mencegah atau menghambat perkembangannya. Produksi kuncup yang tidak
berkembang mengandung pertahanan pasif karena bila kuncup rusak kuncup
samping akan tumbuh dan menjadi tajuk (Wanda, 2007).

METODOLOGI

Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014 pukul 12.30
WIB 15.00 WIB di Laboratorium Biologi FKIP Untan.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus) dalam cawan petri, serta pasta IAA 400 ppm.
Sedangkan alat-alatnya adalah pisau silet, sudip, gelas preparat, gelas penutup dan
mikoskop.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu tahap pertama disiapkan 6 kacang
hijau yang ditanam selama 5 hari pada cawan petri, sehingga terbentuk kecambah.
Perkecambahan dilakukan diruang gelap pada suhu 250 C. Dua kecambah
dipotong pucuknya tepat dibawah pasangan daun pertama dengan pisau silet dan
diberi pasta IAA. Sisa kecambah dibiarkan sebagai control. Kecambah tersebut
diberi etiket sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Kemudian pot disimpan
dalam ruang gelap. Setelah 7 hari, pasta IAA dibersihakan dan diganti dengan
yang baru. Dan tahap yang terakhir yaitu setelah kecambah dibiarkan selama 14
hari diadakan pengamatan seperti, panjang tunas lateral diukur (kalau ada), garis
tengah ujung batang yang diberi pasta diukur dan dibandingkan dengan garis
tengah tanaman kontrol, dan yang terakhir diamati di bawah mikroskop
penampang melintang batang kontrol dan ujung batang yang mendapat perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Panjang Tumbuhan Biji Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)


Panjang Sebelum di

Panjang Sesudah (cm)

Kontrol 1
Kontrol 2
Rata-rata

beri IAA (5 Hari)


28,5 cm
26 cm
27,5 cm

(14 Hari)
30,7 cm (Tidak ada)
37,5 cm (Tidak ada)
34,1 cm
33,7 cm (tanpa daun

IAA 1

20 cm

lateral tapi muncul tunas

Perlakuan

baru)
22,2 cm (tanpa daun
IAA 2

16 cm

lateral tapi sudah muncul

Rata-rata

18 cm

tunas baru)
27,95 cm

Tabel 2. Perbandingan Panjang Tunas Lateral Sebelum dan Sesudah Perlakuan


No.

Perlakuan

Sebelum

Sesudah

Kontrol I

Kontrol II

IAA I

0,1

IAA II

0,1

Tabel 3. Perbandingan Kecambah IAA dan Kontrol


Perbandingan Kecambah Kontrol hari Perbandingan Kecambah Kontrol hari
ke-5

ke-14

Grafik 1. Panjang Kecambah Hari Ke-5

Grafik 1. Panjang Kecambah Hari Ke-14

Auksin merupakan hormon pertumbuhan pada tumbuhan yang mempunyai


peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting
auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat
pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel.
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk apikal tanaman.
Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja
hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi
sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat
cepat karena kerja auksin tidak dihambat, sehingga hal ini akan menyebabkan
ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang
disebut dengan fototropisme (Wattimena, 1998).
Pada praktikum kali ini untuk meneliti pengaruh auksin terhadap
pertumbuhan tunas lateral digunakan dua kecambah yang telah berumur 5 hari.
Kecambah tersebut dipotong pada bagian pucuknya dan selanjutnya dioleskan

pasta IAA. Sedangkan dua kecambah lainnya dibiarkan begitu saja untuk
dijadikan sebagai kontrol.
Adapun manfaat dari pemotongan pucuk kecambah tersebut yaitu untuk
menghentikan dominansi apikal sementara sehingga dengan begitu akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Menurut Sutisna (2010), melalui
perlakuan ini, auksin yang terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke
bagian meristem yang lain seperti buku di daerah dekat mata tunas.
Pada praktikum ini meneliti tentang hormon auksin yaitu suatu hormon
yang sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan berdasarkan
konsentrasinya

auksin tersebut dapat merangsang maupun menghambat

pertumbuhan. Auksin sendiri dihasilkan dibagian pucuk apikal tumbuhan oleh


sebab itu pada percobaan kali ini kecambah dipotong pada bagian pucuknya untuk
menghilangkan auksin dan kemudian diolesi dengan pasta IAA yang berperan
sebagai pengganti hormon auksin tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, panjang kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus) sebelum diberi IAA (5 hari) untuk perlakuan kontrol 1
= 28,5 cm dan kontrol 2 = 26 cm dengan rata-rata = 27,25 cm. Dan untuk
perlakuan IAA 1 = 20 cm dan IAA II = 16 cm dengan rata-rata = 18 cm.
Sedangkan panjang sesudah diberi IAA (14 hari) untuk perlakuan kontrol 1 = 30,7
cm dan kontrol 2 = 37,5 cm dengan rata-rata = 34,1 cm. Dan untuk perlakuan IAA
1 = 33,7 cm (tanpa daun lateral tapi muncul tunas baru) dan IAA II = 22,2 cm
(tanpa daun lateral tapi sudah muncul tunas baru) dengan rata-rata = 27,95 cm.
Dan dari hasil perbandingan panjang tunas lateral sebelum dan sesudah perlakuan
didapatkan perbandingan pada sebelum untuk semua perlakuan adalah 0,
sedangkan perbandingan pada sesudah untuk perlakuan kontrol I dan II adalah 0
dan untuk perlakuan IAA I dan IAA II adalah 0,1.
Terlihatnya perbedaan panjang yang mencolok ini diakibatkan oleh adanya
pasta IAA yang merupakan jenis auksin yang dioleskan pada pucuk kecambah
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas lateral pada kecambah dan
sebaliknya memacu pertumbuhan dari tunas apikal sehingga tanaman cepat
bertambah panjang. Jadi pasta IAA yang sejenis auksin tersebut memacu
terjadinya dominansi apikal yang menurut Dahlia (2001), dominasi apikal
disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan

ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral
karena konsentrasinya masih terlalu tinggi.
Dari kedua perlakuan tersebut, terlihat bahwa perlakuan kontrol
kecambahnya lebih panjang ukuran tumbuhnya, sedangkan yang diberi pasta IAA
lebih pendek. Hal tersebut terjadi karena pada perlakuan kontrol, pucuk dari
tanaman tersebut dibiarkan tumbuh. Sedangkan pada perlakuan diberi pasta IAA
pucuk dibuang dan dihambat pertumbuhan tunas lateralnya dengan memberikan
pasta IAA.
Dari hasil praktikum tersebut, terdapat sedikit kesalahan karena
seharusnya pada kecambah yang dijadikan sebagai kontrol, rata-rata pertumbuhan
panjangnya harus lebih rendah dibandingkan pada kecambah yang ujung
batangnya diolesi pasta IAA. Hal ini dikarenakan kerja hormon auksin dalam
memicu terjadinya dominansi apikal. Pada kecambah kontrol yang tidak diolesi
pasta IAA pertumbuhan tunas apikalnya jauh lebih lama sebaliknya pertumbuhan
tunas lateralnya menjadi lebih cepat. Ini dikarenakan tidak ada atau sedikitnya
hormon auksin yang tertimbun di tunas lateral sehingga pertumbuhan tunas lateral
menjadi lebih cepat dari biasanya. Kesalahan yang terjadi mungkin dikarenakan
konsentrasi atau kadar auksin yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau
jauh lebih sedikit maka dengan begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin
dapat berkurang pula sehingga pada keadaan tersebut tunas lateral dapat
berkembang lebih cepat sedangkan dominansi apikal menjadi terhenti.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan hormon auksin terbukti
memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral tapi untuk pengaruh
terhadap dominansi apikal pada suatu tanaman belum dapat dibuktikan
dikarenakan ada sedikit kesalahan. Konsentrasi hormon auksin yang rendah
mengakibatkan pertumbuhan tunas lateral lebih cepat sedangkan konsentrasi
hormon akusin yang lebih tinggi memicu terjadinya dominansi apikal pada
tumbuhan.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
auksin terbukti berpengaruh terhadap penghambatan tumbuh tunas lateral.
Konsentrasi auksin yang tinggi yang dihasilkan di bagian tunas apikal selanjutnya

akan terdistribusi ke bagian tunas lateral yang menyebabkan penghambatan tunas


lateral. Jika demikian, maka terjadilah apa yang disebut dengan dominansi apikal
yaitu pertambahan panjang pada bagian ujung batang ( tunas apikal) tanpa diikuti
dengan penambahan panjang tunas lateral. Namun sebaliknya jika konsentrasi
atau kadar auksin yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau jauh lebih
sedikit maka dengan begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin dapat
berkurang pula sehingga pada keadaan tersebut tunas lateral dapat berkembang
lebih

cepat

sedangkan

dominansi

apikal

dapat

dihentikan

sementara.

Pemangkasan ujung tunas apikal juga dapat menghentikan dominansi apikal


sementara sehingga pada usaha budidaya tanaman cara tersebut telah sering
dipraktikkan. Dan dari data percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
kecambah yang ujung batangnya diolesi pasta IAA memiliki rata-rata
pertumbuhan panjang lebih rendah dibandingkan dengan kecambah yang
dijadikan sebagai kontrol. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi atau kadar auksin
yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau jauh lebih sedikit maka dengan
begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin dapat berkurang pula sehingga
pada keadaan tersebut tunas lateral dapat berkembang lebih cepat sedangkan
dominansi apikal menjadi terhenti.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.

Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan Daun Acalyphaindical yang


Diperlakukan dengan Kombinasi IAA dan GA Pada Konsentrasi yang
Berbeda. Jurnal Botani Vol 11. Nomor 1 : 40-45.
Dewi. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman.
(online).(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:fmhdgaa19ywj:data.tp.ac.id/bank/makalah
%2bfitohormon.pdf=dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en).

Diakses

tanggal 24 Mei 2012.


Erwin.

2012.

Dominansi

Apikal.

(online).

(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt15
2105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en). Diakses tanggal 24 Mei
2012.
Katuuk. 1989. Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta:
Departemen Pendidikan.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In
Agriculture. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated
Shoots. Jounals Annals of Botany 78 : 255 .
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.
Sutisna.

2010. Teknik

Mempercepat

Pertumbuhan

Tunas

Lateral

untuk

Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3 dan BA


Volume 15. Nomor 2 : 56-59.
Taiz L and Zeiger E. 1998. Plant Physiology. Sunderland : Sinaur Associates Inc
Publisher.
Wanda.

2007.

Role

of

Auxin

in

Apical.

(http://aob.Oxfordjournals.org/content/78/2/255.full.pdf).

(online).
Diakses

tanggal 24 Mei 2012.


Wattimena. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas
Bogor.
Wilkin, M. B. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bina Aksara.

Woodward AW, Bartel B. 2005. Auxin: regulation, action, and interaction. Ann
Bot (Lond) 95 : 707735.

LAMPIRAN
Kecambah Kontrol hari ke-5

Kecambah Kontrol hari ke-14

Anda mungkin juga menyukai