Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah zat pengatur yang dihasilkan
oleh tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses proses
fisiologis dalam tubuh tumbuhan. Sedangkan pengatur tumbuh merupakan
senyawa senyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri oleh
tumbuhan maupun senyawa senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil
memacu, menghambat atau sebaliknya mengubah beberapa proses fisiologis
dalam tumbuhan (Abidin, 1991).
Istilah pengatur pertumbuhan tanaman meliputi kategori luas yaitu
substansi organik (selain vitamin dan unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit
merangsang, menghambat, atau sebaliknya mengubah proses fisiologis.
Auksin sintetik diperlukan karena jaringan dipisahkan dari sumber auksin
alami. Perangsang pertumbuhan sintetik, dalam campuran yang tepat,
merangsang kalus (pembentukan massa sel yang tidak terdiferensiasi),
diferensiasi organ, dan morfogenesis seluruh tanaman dari satu sel parenkima.
Pengatur pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 5 kelas, yaitu auksin,
giberelin, sitokinin, penghambat pertumbuhan, dan etilen (Ayu, 2011).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan
luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksin
adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat
pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel
(Campbell, 2000).
Pertumbuhan akar pada tumbuhan juga dipengaruhi oleh hormon.

Misalnya kombinasi antara hormon auksin dan sitokinin. Auksin merupakan


hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Konsentrasi auksin tertinggi
dijumpai pada meristem (akar, batang) yang aktif tumbuh dan daun muda.
Auksin diangkut dari daerah meristem konsentrasinya semakin rendah,
demikian juga pada jaringan yang telah dewasa dan telah berhenti memanjang.

Sedangkan hormon sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel


tumbuhan.
Pada praktikum ini, akan dilakukan percobaan mengenai kombinasi
hormon auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan pucuk apikal tanaman
zaitun yang telah dipotong dan pertumbuhan akar potongan pucuk Zaitun
tersebut.

1.2.

Tujuan
Untuk mengetahui peranann auksin dalam mempercepat perakaran dan
peranan sitokinin mempercepat pertumbuhan tunas lateral zaitun melalui
teknik micro cutting.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hormon yang terdapat pada tumbuhan merupakan bagian dari proses


regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat
tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Hormon
tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan
dan bahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu
menimbulkan suatu respon fisiologis (Sutjati, 2007).
Auksin adalah

zat hormon

tumbuhan yang

ditemukan

pada

ujung batang,akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai


pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran
auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (19031990). Auksin disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda
(misal, daun muda), dan selau bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga
terjadi perbedaan auksin di ujung batang dan di akar. Auksin banyak diproduksi di
jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga,
pucuk daun dan ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut
disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat
bagian yang sama. Bagian yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih
sedikit (Lakitan, 1993).
Auksin dapat dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke
arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa)
pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol.
Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami
adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik
(dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam
naftalenasetat

(NAA),

asam

beta-naftoksiasetat

(BNOA),

asam

2,4-

diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga

dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi (Dwidjoseputro,
1992).
Sitokonin ditemukan pada tahun 1950-an dan Skoog (1957) berhasil
mengungkapkan bahwa sitokinin adalah zat tunggal melainkan sekumpulan
senyawa-senyawa yang fungsinya mirip yang satu dengan yang lain. Seperti
halnya auksin maka kinin juga merupakan suatu nama sekumpulan zat-zat yang
bersamaan fungsinya. Berdasarkan khasiat yang di miliki zat ini, Letham (1963)
menyebutnya sitokonin. Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau
terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel").
Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin, suatu hormon
yang kedapatan di dalam batang tembakau. Kinetin diekstrak pertama kali dari
cairan sperma burung bangkai, namun kemudian diketahui ditemukan pada
tumbuhan dan manusia. Zat ini mempergiat pembelahan sel, jelas juga
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tunas-tunas serta akar-akar. Penelitian lebih
lanjut menyatakan bahwa di air kelapa muda dan dalam ragi terdapat juga
sejumlah kinetin. Menurut susunan kimianya maka kinetin itu suatu 6furfurilaminopurin (Gander, 1991).
Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang semula di duga hanya
kedapatan pada air kelapa muda dan pada ragi ternyata juga banyak kedapatan
pada air tomat, biji jagung muda, pada kecambah berbagai biji, dan pada jaringan
berbagai organ (akar, daun, bunga, buah) dari bermacam-macam jenis tumbuhan.
Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang
dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel (Hilman, 1997).
Banyak eksperimen biakan jaringan menunjukkan bahwa auksin dalam
kombinasi dengan kinetin mempunyai efek yang berbeda-beda. Jika dalam
medium tempat pemiaraan jaringan di berikan auksin dan kinetin dengan
perbandingan tertentu maka efeknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
jaringan tertentu pula. Kinetin sendiri tanpa di sertai auksin tidak dapat
menggalakkan pembelahan sel jaringan yang di ambil dari batang tembakau. Akan
tetapi kinetin bersama-sama auksin dapat menyebabkan jaringan tersebut tumbuh

membesar dan bahkan dapat mengalami diferensiasi jika perbandingan kinetin


atau auksin menguntungkan untuk itu (Hanum, 2008).
Hormon auksin memiliki kelebihan :
a. Membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar
maupun pertumbuhan batang.
b. Mempercepat perkecambahan
c. Membantu dalam proses pembelahan sel
d. Mempercepat pemasakan buah
e. Mengurangi jumlah biji dalam buah.
Kekurangan : Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin
dan hormon giberelin. Tumbuhanyang pada salah satu sisinya disinari oleh
matahari maka pertumbuhannya akan lambat karenakerja auksin dihambat oleh
matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahayamatahari
pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal
iniakan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar
matahari atau yang disebut dengan fototropisme
(Simpon, 1890).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum Auksin dan Sitokinin ini dilaksanakan di Kebun Axillar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Malang pada
11-25 November 2015.

3.2. Alat dan bahan


Alat yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain:

Gunting
Box
Plastik
Karet
Sprayer
Kertas label
Ember kecil

Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain:

Tanaman Zaitun
Pasir
Root up
NAA
Biogen
Air
Oasis

3.3. Cara kerja


A. Pertumbuhan Akar

Disiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan

Tunas apikal zaitun dipotong sebanyak 4 nodus dari atas yang batangnya
sudah mulai mengeras (berwarna putih)

Daun dipotong pada tiap nodus, disisakan pada 2 nodus teratas

Dicelupkan pangkal tunas ke dalam air (kontrol), pasta root-up (perlakuan


1), hormon NAA (perlakuan 2)

Pangkal tunas ditancapkan pada oasis

Ditanam pada box yang berisi pasir, disungkup dengan plastik dan diiikat
dengan tali karet

Box dilabeli sesuai perlakuan

Dilakukan pengamatan selama 3 minggu (pengamatan dilakukan satu


minggu sekali)

B. Dominansi Apikal

Bekas potongan zaitun yang


diambil tunas apikalnya
diberi label sesuai perlakuan

Perlakuan meliputi:
disemprot air (kontrol),
disemprot biogen (perlakuan
1), dan disemprot
bregadium (perlakuan 2)

Diamati pertumbuhannya,
meliputi: waktu muncul
tunas dan pangjang tunas
lateral

Penyemprotan dilakukan
pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 1. Hasil pertumbuhan akar dari potongan tunas apikal Zaitun (Olea
europeae)
Parameter
NO
1
2
3

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perlakuan
Air (kontrol)
Pasta root-up
NAA 10 ppm

Perlakuan

waktu
berakar
1
2
3
-

Waktu
muncul
tunas
hari ke 15
hari ke 15
hari ke 15
hari ke 15
hari ke 15
hari ke 9
hari ke 9
hari ke 9
hari ke 9
hati ke 9

jumlah akar
1
2
3
-

panjang akar
1
2
3
-

Parameter
Panjang tunas lateral (cm)
0

12

kontrol 1
kontrol 2
kontrol 3
kontrol 4
kontrol 5
0,7 1,5
biogen 1
0,3 1
biogen 2
1 2,5
biogen 3
1
2
biogen 4
0,9 2
biogen 5
bregadium
11
hari ke 18
1
bregadium
tidak
12
2
muncul
bregadium
13
hari ke 18
3
bregadium
14
hari ke 15
4
bregadium
15
hari ke 12
5
Tabel 2. Hasil dominansi apikal Zaitun (Olea europeae)

15

2,5
2,5
4
3,7
4

18

21

0,3

0,5

3,5
3
5,5
6,5
6,5

6,5
3,5
7
8
8

0,1
0,3

1,9

Kegiatan pembuatan perlakuan pencelupan tunas Zaitun.


Bregadium dan Biogen.
Sumber: (Dokumentasi
pribadi, 2015)

Oasis. Sumber:
(Dokumentasi pribadi,
2015)

Sumber: (Dokumentasi pribadi, 2015)

Tanaman Zaitun yang dipotong tunas apikalnya.


Sumber: (Dokumentasi pribadi, 2015)

Perlakuan kontrol 4. Sumber:


(Dokumentasi
pribadi, 2015)
Perlakuan
III ke-5. Sumber:
(Dokumentasi pribadi, 2015)

10

Penanaman tunas apikal Zaitun ke


dalam box. Sumber: (Dokumentasi
pribadi, 2015)

Penanaman tunas apikal Zaitun ke


dalam box. Sumber: (Dokumentasi
pribadi, 2015)

4.2. Pembahasan
Auksin adalah

zat hormon

tumbuhan yang

ditemukan

pada

ujung batang,akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai


pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan (Latunra,
2012).
Hormon auksin dapat disintesis pada tunas apikal tumbuhan dan bergerak
secara basipetal (ke arah pangkal batang) keseluruhan bagian tumbuhan. Aliran
hormon auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang sekaligus
menghambat pertumbuhantunas pada ketiak daun (tunas lateral) yang disebut
dominansi apikal (Salisbury, 1993).
11

Adanya dominansi apikal dapat dihilangkan dengan cara memotong tunas


apikal (ujung) tumbuhan, yang akan meningkatkan kadar sitokinin yang
merangsang pertumbuhan tunas lateral. Peningkatan kadar sitokinin mendorong
penyempurnaan hubungan pembuluh tunas lateral dengan batang. Adanya
tambahan sitokinin juga dapat meyebabkan terjadinya pembelahan sel dalam
bagian ujung tunas lateral dan mengubahnya menjadi meristem yang aktif.
Kegiatan meristem ini membutuhkan auksin untuk mempertahankan laju
metabolisme yang tinggi dan pemanjangan sel.
Selain berperan sebagai dominansi apikal, hormon auksin juga berfungsi
untuk meempercepat pertumbuhan

akar. Aplikasi penggunaan auksin dan

kombinasi biasanya digunakan pada proses perbanyakan zaitun melalui micro


cutting.
Pada praktikum fitohormon yang berjudul Auksin dan Sitokinin (Apical
Dominance and Root Growth of Zaitun Olea europeae) menggunakan tanaman
Zaitun sebagai objek praktikum ini.
Praktikan menggunakan pucuk tanaman Zaitun yang layak untuk
microcutting dengan ciri-ciri batang yang mulai berwarna keputihan dipotong.
Pucuk yang telah dipotong kemudian dicelupkan dalam hormon IAA berbagai
konsentrasi dan pasta root-up, setelah itu ditancapkan pada oasis dan ditanam
dalam box yang telah diberi medium tanam dan sedikit diberi air.
Setelah pucuk zaitun yang dipotong pada pohonnya, kemudian diberi
perlakuan dengan cara disemprot dengan biogen, bregadium dan aquadest sebagai
kontrol dan ditandai. Pucuk tanaman zaitun yang telah dipotong dan potongan
pucuk zaitun disiram dan diamati perkembanganya. Hasil dari praktikum dapat
dilihat pada tabel hasil pengamatan dan gambar hasil pengamatan.
Pada praktikum ini, potongan tunas apikal atau pucuk tanaman Zaitun
tidak mengalami perubahan lebih baik. Hal tersebut bisa dikarenakan pemberian
konsentrasi hormon IAA yang kurang tepat. Pemberian hormon IAA dalam
praktikum ini yaitu konsentrasi 10 ppm dan 100 ppm. Padahal, konsentrasi IAA
yang bisa menstimulasi pembentukan akar yaitu 2000 ppm. Karena konsentrasi

12

IAA yang terlalu rendah, sehingga tidak tumbuh akar pada potongan tunas apikal
tanaman Zaitun (Olea europaea).
Sedangkan, pada tanaman Zaitun yang tunas apikalnya dipotong
mengalami pertumbuhan tunas lateral. Hasil pembentukan tunas lateral tumbuhan
zaitun (Olea europaea) dapat dilihat pada Tabel 2. Pembentukan tunas lateral
paling cepat pada perlakuan biogen, dimana mulai tumbuh tunas lateralnya pada
hari ke 9. Pertumbuhan tunas lateral paling panjang yaitu pada perlakuan biogen
ulangan ke-4. Perlakuan bregadium ialah yang tercepat nomor 2 setelah perlakuan
biogen. Perlakuan bregadium terpanjang adalah ulangan ke-5, namun beberapa
tidak tumbuh tunas lateral. Pada kontrol, tanaman hanya disiram dengan air.
Pertumbuhan kontrol tercepat yaitu kontrol ulangan ke-3.
Biogen merupakan produk komersial yang berfungsi untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kandungan dari biogen adalah hormon
GA3, GA5, GA7, IAA (Indole Acetic Acid), Kinetin dan Zeatin. Selain itu
mnegandung unsur hara C, N, P, K, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd dan Pb.
Sehingga dengan kandungan-kandungan tersebut, tanaman Zaitun yang telah
dipotong tunas apikalnya cepat untuk membentuk tunas lateral.
Bregadium merupakan pupuk cair yang mengandung berbagai unsur hara
dalam ukuran nano. Penggunaan bregadium ini dapat menstimulasi pertumbuhan
mikroba sehingga bereproduksi lebih cepat. Petumbuhan mikroba ini membantu
pertumbuhan tanaman.

13

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hormon Auksin atau IAA (Indol Acetic Acid) merupakan hormon yang
berperan sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di

daerah belakang meristem ujung.


Hormon Sitokinin merupakan hormon yang berfungsi untuk menstimulasi

pembelahan sel akar, batang maupun daun tanaman.


Dalam praktikum ini, tidak terjadi pembentukan akar dari potongan tunas
apikal tanaman Zaitun (Olea europaea) karena konsentrasi IAA yang
terlalu rendah.

14

Pembentukan tunas lateral dari tanaman Zaitun yaitu pada perlakuan

Biogen ulangan ke-4 dengan panjang 8 cm pada hari ke-21.


Kelebihan :
a. Membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu

pertumbuhan akar maupunpertumbuhan batang.


b. Mempercepat perkecambahan
c. Membantu dalam proses pembelahan sel
d.Mempercepat pemasakan buah
e. Mengurangi jumlah biji dalam buah.
Kekurangan: Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin
dan hormon giberelin. Tumbuhanyang pada salah satu sisinya disinari oleh
matahari maka pertumbuhannya akan lambat karenakerja auksin dihambat
oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahayamatahari
pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.
Sehingga hal iniakan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung
mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme

5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih banyak membaca referensi. Agar tidak terjadi
Human technically dan Human try.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa Raya. Bandung
Aryulina, D., dkk., 2007, Biologi 3, Esis, Jakarta.
Campbell, N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L., G. 2000, Biologi Edisi Kelima
Jilid 2, Erlangga, jakarta.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Hanum. 2008. Pengaruh IAA dalam Pertumbuhan dan Fototropisme.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Cakrawala: Yogyakarta.

16

Lakitan,

B.

1993.Dasar-dasar

Fisiologi

Tumbuhan. PT.

Raja

Grafindo

Persada.Jakarta
Latunra, A. I., 2012, Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Salisbury, Frank B dan W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 3, ITB, Bandung.
Setjo,Sustetyoadi.2004. Anatomi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Simpson.1890. Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta
Sudjadi, B dan Laila, Siti. 2007. BIOLOGI 3A Sains dalam kehidupan. Surabaya:
Yudhistira.
Suharjo, Usman Kris Joko. 2011. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Fisiologi
Tumbuhan Tanaman. Jurusan Budidaya Tanaman UNIB : Bengkulu.

17

Anda mungkin juga menyukai