Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Fitohormon pada Tumbuhan
Tujuan :
Tempat : Kebun TEFA Celeban, Daerah Istimewa Yogyakarta
Hari, Tanggal : Rabu, 22 Juni 2022
Nama Mahasiswa : Fasya Aqila Abiyyanada
Semester : 2 (Dua)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, S.P., M.Agr.Sc.
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, S.P., M.Sc.
PLP : Sevi Melati, S.P., M.Sc.

II. Dasar Teori


Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik komplek alami yang disintesis oleh tanaman
tingkat tinggi yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kultur
jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan
auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur
sel, jaringan dan organ (Kusumo 1984).
Zat pengatur tumbuh dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon yang sudah ada di
dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat
memproduksi hormon dengan baik. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh
yang di berikan dalam media dan yang di produksi oleh sel secara endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokonin eksogen mengubah level zat
pengatur tumbuh endogen sel, level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan
trigerring faktor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis (Wareing dan Philips
1981).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1
mm) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. hormon tumbuhan sendiri di rangsang pembentukannya melalui signal
berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan perubahan
lingkungan yang terjadi di luar sel (Lakitan 1996).

Hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi
rendah dapat mengatur proses fisiologi. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang
menghasilkan menuju kebagian tanaman lainnya. Zat pengatur tumbuh didalam tanaman terdiri
dari lima kelompok yaitu auksin, sitokinin, giberelin, inhibitor, dan etilen yang memilki ciri
khas dan pengaruhyang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin 1982).
Peranan zat pengatur tumbuh dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sebagai sinyal
kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.konsentrasi yang sangat rendah
dari senyawa kimia teretntu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau menghambat
pertumbuhan atau diferensiasi pad berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan
perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Sinyal kimia pada tumbuhan
disebut hormon pertumbuhan (Salisbury 1992).

Tumbuh tidak saja diatur oleh faktor-faktor lingkungan tetapi juga oleh bahan-bahan kimia
yang dihasilkan di dalam tumbuhan. Bahan-bahan kimia itu disebut hormon. Hormon
merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali,
ditransportasikan ke dalam seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau
proses–proses fisiologis lainnya. Hormon dibentuk di suatu tempat tetapi menunaikan
fungsinya di tempat lain. Berbeda dengan enzim, hormon selama proses–proses metabolik,
dan harus diperbaharui untuk menjaga kelangsungan pengaruhnya. Pertumbuhan di satu
bagian dapat bergantung pada kegiatan selular lainnya. Dengan bantuan hormon, sel-sel
tumbuhan dapat diubah dari unit-unit yang bebas menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan
dalam satu kesatuan organisme (Kaufman, dkk., 1975).
Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan-perubahan dalam pola pertumbuhan,
sehingga akhirnya terbentuklah akar, batang, daun, bunga dan bagian-bagian lain dari
tumbuhan. Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya dan suhu berinteraksi dengan fitohormon
dan proses-proses kimia selama tumbuh dan deferensisasi berlangsung. (W.Went, 1928),
berhasil menemukan adanya zat yang dihasilkan oleh ujung tumbuhan dan yang
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan. Zat itu disebut zat penumbuh atau auksin
(Dwidjoseputro, 1986).
Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh
terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembelahan
sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin ini bekerja sama dengan hormon-hormon lain
(Kaufman, dkk., 1975).
Pengaruh auksin terhadap pemanjangan dapat dipelajari dari hasil berdasarkan
penelitian pada ujung koleoptil kecambah sejenis gandum Avena sativa. Sebetulnya sudah
lama diketahui bahwa ujung koleoptil itu penting untuk pemanjangan koleoptil dan
batang bawahnya. Bila ujungnya dipotong, pertumbuhan akan terhambat beberapa jam, dan
akan tumbuh lagi apabila ujung batang yang terpotong itu telah memproduksi auksin
kembali. Tetap bila potongan ujung koleoptil itu segera diletakkan kembali di tempatnya dan
dilekatkan dengan gelatin yang hangat maka pertumbuhan tidak akan terhenti (Kaufman, dkk.,
1975). Auksin adalah asam indol asetat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu group
dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat (C12H10O2) dan asam 2,4
diklorofenoksi asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat
mudah untuk mengetahui apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin
adalah kemampuan untuk mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan
dengan adanya suatau group atau di dalam molekul auksin tersebut (Suwasono, 1986).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon
pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya.
Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Salisbury dan Ross, 1995). Auksin mengatur
proses di dalam tubuh tanaman dalam morfogenesis. Misalnya kuncup lateral dan pertumbuhan
akar dihambat oleh auksin, namun permulaan pertumbuhan akar baru digalakkan pada jaringan
kalus yang terbentuk pada stek. Konsentrasi auksin yang berlebihan menyebabkan
ketidaknormalan, seperti epinasti (kelainan bentuk daun yang disebabkan oleh pertumbuhan
yang tidak sama urat daun bagian ujung dan pangkalnya). Auksin menunda absisi daun dan
buah. Auksin merangsang partenokarpi (buah tanpa biji) pada buah ; misalnya buah
strawberry tumbuh tanpa biji bila diberi perlakuan dengan asam naftalenasetat (NAA) atau
dengan pilokram. Secara normal, kehadiran biji atau suatu sumber eksogen auksin diperlukan
untuk pertumbuhan buah. Auksin juga efektif dalam mencegah berkecambahnya umbi yang
disimpan.
Sifat-sifat tertentu yang dimiliki senyawa fitohormon yaitu (Salisbury dan Ross, 1995):
1.Tempat sintesis berbeda dari tempat aktivitas (misalnya, sintesis di pucuk dan daun muda,
tetapi responnya pada batang, akar, atau organ-organ lain).
2.Respon dihasilkan oleh jumlah yang sangat kecil (yaitu konsentrasinya bisa sekecil 10-9
M).
3.Tidak seperti vitamin dan enzim, respon mungkin berbentuk formatif dan lastik (tidak
terpulihkan). Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada
Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada pada
tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguran daun,
bunga dan buah (Sugihsantosa, 2009).
Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon yang
mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk
klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas,
mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik
sel tanaman (Sugihsantosa, 2009).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan
lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh
cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga
hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari
atau yang disebut dengan fototropisme (Lakitan B, 2004). Kondisi gelap juga memacu
produksi hormon auksin. Auksin adalah hormon tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel
meristem, seperti ujung akar dan ujung batang. Oleh karena itu tanaman akan lebih cepat
tumbuh dan panen. Hasil penelitian F.W. Went, ahli fisiologi tumbuhan, pada tahun 1928
menunjukkan produksi auksin terhambat pada tanaman yang sering terkena sinar matahari
(Heddy, 1996).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ada dua
jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
Jaringan meristam adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Jaringan meristem
dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder
(Lakitan B, 2004). Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu
membelah. Jaringan meristem dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu meristem primer
dan meristem sekunder. Meristem primer terdapat pada titik tumbuh dan
menyebabkan perpanjangan akar dan batang, sedangkan meristem sekunder terdapat
pada kambium dan menyebabkan tumbuhan menjadi besar (Sugihsantosa, 2009).
Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan dewasa dapat dibagi
menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong,
jaringan pengangkut, dan jaringan gabus (Lakitan B, 2004). Hipokotil adalah pertumbuhan
memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan
muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Kotiledon tetap berada di dalam
tanah. Singkatnya, biji tidak terdorong ke atas dan tetap berada di dalam tanah. Contoh
tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh
memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak (Lakitan B, 2004).

Abidin. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa: Jakarta.
Chawla. 2002. Manfaat Zat Pengatur Tumbuh. Nuansa Graha: Jakarta.
Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Soeroengan; Jakarta.
Lakitan. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman . PT Raja Grapindo
Persada: Jakarta.
Rukmana. 2003. Aneka Olahan Kelapa. Kanisius: Yogyakarta.
Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. ITB Press, Bandung.
Wareing dan Philips. 1981. The Control of Growth and Differentiation in Plant. Oxpord:
Pergamon Press.
III. Alat & Bahan
A. Alat
1.
2.
3. dst
B. Bahan
1.
2.
3.dst

Disahkan di Yogyakarta tanggal Juli 2022


Asisten Dosen Praktikan

Elea , SP, M.Sc Fasya Aqila Abiyyanada

Anda mungkin juga menyukai