Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGY TUMBUHAN

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN

Oleh:
Layyinatul Zuhriya
12030204241

INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ialah hasil interaksi antara faktor luar dengan
faktor dalam. Interaksi tersebut menghasilkan tumbuhan yang berbeda satu dengan yang
lainnya, baik dalam hal ukuran batang, jenis batang, jenis perbungaan dan sebagainya. Faktor
internal meliputi sifat genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon yang merangsang
pertumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan.
Hormon ialah zat pertumbuhan yang mutlak dimiliki oleh tumbuhan dalam melakukan
aktifitas kehidupannya. Hormon tumbuhan ialah suatu senyawa organik yang dibuat
pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, pada konsentrasi rendah
menyebabkan dampak fisiologis. Peran hormon merangsang pertumbuhan, pembelahan sel,
pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan. Hormon pada tumbuhan sangat
beragam dan mempengaruhi penampakan tubuh tumbuhan sebagai hasil dari aktivitasnya.
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan
perkembangan (growth and development) suatu tanaman. (Yoxi, 2008).
Menurut Larsen (1944) dan Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai
bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley
(1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan
kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah
perubahan dari Tripthopan menjadi IAA (Thimann, 1935).
Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan percobaan yang membandingkan
berbagai macam jenis hormon (AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm) dan air suling terhadap
pemanjangan suatu jaringan tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :
Bagaimana pengaruh berbagai hormon (AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm) dan air suling dalam
pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah jagung umur 5 hari ?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:


1) Membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan jaringan
akar dan koleoptil.
2) Mengetahui pengaruh auksin terhadap pemanjangan jaringan.
3) Mengetahui pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan akar
dan koleoptil jagung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuh merupakan proses perubahan secara kuantitatif yang sifatnya irreversible dan
berlangsung selama perkembangan suatu organisme terjadi parameter perubahan dapat diukur
dalam suatu jumlah, ukuran, volume dan berat. Salah satu factor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormone tumbuhan. (Rahayu dan Lukas,
2011).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ada dua
jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan
meristam adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Jaringan meristem dapat dibagi 2
macam yaitu Jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder (Lakitan B, 2004).
Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu membelah. Jaringan meristem dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu meristem primer dan meristem sekunder. Meristem primer
terdapat pada titik tumbuh dan menyebabkan perpanjangan akar dan batang, sedangkan meristem
sekunder terdapat pada kambium dan menyebabkan tumbuhan menjadi besar (Sugihsantosa,
2009).
Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan dewasa dapat dibagi
menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong, jaringan
pengangkut, dan jaringan gabus (Lakitan B, 2004).
Hormon merupakan suatu senyawa organik yang apabila dalam jumlah kecil dapat
merangsang pertumbuhan sedangkan bila dalam jumlah besar dapat menghambat
pertumbuhan. Dalam pengertian lain, didapatkan bahwa hormon merupakan senyawa organik
organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain dan
pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Hormon
tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat kecil, tetapi hormon dalam jumlah yang
sangat sedikit saja bisa berdampak sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
organ tumbuhan. Suatu hormon bisa bekerja dengan cara mengubah ekspresi gen,
mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan cara mengubah ciri dan sifat-sifat
membran. Salah satu dari kerja ini dapat mengarahkan kembali metabolisme dan
perkembangan dari suatu sel yang merespon sejumlah kecil molekul hormon. Beberapa

hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai
berikut:
A. Auksin
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan
dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman.

Kata Auksin berasal dari

bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Sebutan ini digunakan oleh Frits Went
(1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya
pembengkokan koleoptil kearah cahaya

(Yox, 2008).

Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi
jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada Bromeliaceae, pembentukan
buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada pada tanaman diocious, dominan apical,
response tropisme serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah.
Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon
yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk
klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas,
mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel
tanaman (Sugihsantosa, 2009).
B. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan jepang yang bernama E.
Kurosawa saat mempelajari penyakit pada tanaman padi akibat jamur Gibberella fujikuroi.
Giberelin dikenal dengan istilah GA yang mempunyai 80 macam, dimana yang paling efektif
dan stabil serta yang paling banyak digunakan adalah GA 1, GA3 dan GA4, sedangkan GA29
merupakan GA yang tidak aktif. GA3 merupakan Giberelin yang diproduksi dan diangkut
secara bebas. Pengangkutannya mengikuti jalur sintesis Asam Mevalonat dengan prekusornya
adalah IPP. GA3 merupakan Geberelin aktif yang dapat mempengaruhi plastisitas dinding sel
dengan gennya berupa Le dan le, apabla GA3 meningkat, maka kloroplas akan terbentuk
dengan bagus. Efek giberelin untuk mendorong perpanjangan batang dan terlibat dalam
proses regulasi perkembangan tumbuhan. Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa
memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji (wikipedia/giberelin)
C. Sitokinin

Sitokinin ditemukan oleh F. Skoog yang berasal dari DNA hewan (6 furfuril 1aminopurin). Sitokinin mempunyai ciri khas yang ditandai dengan adanya senyawa purin.
Sitokinin diproduksi di akar tanaman dan diangkut secara akropetal atau non polar. Sitokonin
merupakan hormon yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam sitokinin
merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin
sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar,
embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju
sel-sel target pada batang. Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan sel akibat
pengaruh perangsangan sitokinin terhadap pembentukan RNA dan enzim yang seringkali
terganggu. Sitokinin juga dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan serta merangsang
tumbuhan untuk membentuk crown gall (wikipedia/sitokinin)
D. Asam Absisat (ABA)
Asam absisat ditemukan oleh seorang berkebangsaan Inggris yang bernama P.F. Wareing
dan F.T. Addicot (berkebangsaan Amerika), jalur sintesis ABA mengikuti Asam mevalonat
dengan prekursor utama berupa IPP. Fungsi utama ABA dalam tumbuhan adalah
menyebabkan menutupnya stomata jika terjadi stress. Keuntungan hormon ABA, antara lain:
Memberikan ketahanan pada biji tanaman pantai.
Membuat dinding biji menjadi kuat/kebal terhadap NaCl, sehingga tidak terjadi plasmolisis.
Mempercepat pematangan embrional.
E. Etilen (C2H4)
Etilen diproduksi pada daun dalam berbentuk gas. Etilen dapat merangsang proses
penuaan dan pematangan pada buah. Etilen mempunyai jalur sintesis metionin dengan
prekursor berupa asam amino metionin. Pembentukan etilen karena adanya rangsangan
berupa luka yang dapat menghambat perpanjangan batang, tetapi etilen merangsang
pernggemukan batang. Semakin meningkat suhu, maka etilen akan naik yang dapat
mengakibatkan banyak daun yang gugur (wikipedia/etilen)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa
variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Variabel kontrol:
Jenis kecambah.
Umur kecambah.
Ukuran panjang jaringan yang direndam baik koleoptil maupun akar.
Volume larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan aquades.
Jumlah potongan jaringan koleoptil dan akar yang direndam.
Waktu perendaman.
Media penyimpanan.
2. Variabel manipulasi:
Jenis larutan dan jenis jaringan yang direndam.
3. Variabel respons:
Pertambahan panjang jaringan yang direndam dn rata-rata pertambahan panjang.
C. Alat dan Bahan
1. Alat:
Cawan petri
Silet tajam
Penggaris
2. Bahan:
Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar primer dengan
panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon.
Larutan AIA
Larutan 2,4 D
Larutan NAA 1 ppm
D. Langkah Kerja
1.
2.

Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.


Menyediakan 30 biji berkulit keras (tiap kelompok satu macam biji berkulit keras) dan
dinagi menjadi 3 kelompok:

Merendam 10 biji dalam asam sulfat pekat selama 5 menit, kemudian dicuci dengan

air.
Untuk 10 biji yang lain dihilingkan bagian yang tidak ada lembaganya dengan

menggunakan kertas amplas dan kemudian dicuci dengan air.


Mengambil 10 biji yang lain kemudian cuci dengan air.
3. Menanam ketiga kelompok biji tersebut pada pot yang bermedia tanam tanah dan pasir
dengan perbandingan 1 : 1. Mengkondisikan penanaman biji dalam keadaan sama untuk
ketiga pot.
4. Mengamati perkecambahan untuk ketiga pot tersebut setiap hari selama 14 hari. Menyiram
tanaman saat kondisi sudah kering.
5. Membuat table pengamatan kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan saudara.

E. Alur Praktikum

Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan

Menyediakan potongan koleoptil dan akar pinus untuk tiap-tiap


perlakuan sebanyak 5 potongan

Wadah dengan
larutan AIA 1
ppm (10ml)

Wadah dengan
larutan 2,4 D
(10ml)

Wadah dengan
larutan NAA
(10 ml)

Wadah dengan air


suling (10 ml)

Ditutup dan dibiaskan sampai 48 jam

Pengukuran kembali

Membuat tabel hasil

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel
Tabel 1. Pengaruh Berbagai Hormon Tumbuh Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar dan
Koleoptil.

Jenis

Koleoptil (mm)

akar (mm)

perlakua

Panjan

Panjan

Pertumbuh

g awal

g akhir

an panjang

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

7
8
10
8
6
20
11
7
8
9
13
8
10
7
7
7
6
6
8
7

8
3
5
2
2
15
6
2
3
4
2
3
5
4
1
2
1
1
3
2

NAA

2,4 D

AIA

Air
Suling

2. Grafik

Rata-rata
pertumbuha
n panjang

2,8

1,8

Panjan

Panjan

Pertumbuh

g awal

g akhir

an panjang

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

6
6
5
6
6
6
7
8
7
9
7
7
5
7
6
6
5
6
6
5

1
1
0
1
1
1
2
3
2
4
2
2
0
2
1
1
0
1
1
0

Rata-rata
pertumbuha
n panjang

1,4

2,4

0,8

0,6

7
6
5
4
KOLEOPTIL
AKAR

3
2
1
0
NAA

2,4 D

AIA

Air Suling

Gambar 1. Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar dan


Koleoptil.

B. Analisa Data
C. PEMBAHASAN
Versi 1
Pada jaringan akar kandungan auksin lebih rendah dibandingkan pada jaringan koleoptil.
Hal ini karena secara alami auksin diproduksi pada jaringan meristematik ujung koleoptil

yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh tumbuhan untuk aktifitasnya. Pada akar,
aktifitas pemanjangan tidak terlalu ekstrim dibandingkan dengan aktifitas pemanjangan pada
jaringan koleoptil. Pemberian auksin jenis AIA membantu aktifitas pemanjangan jaringan
akar. Sedangkan pada penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat aktifitas pemanjangan
jaringan akar. Pada perlakuan pemberian dengan aquades aktifitas pemanjangan sel tetap
berlangsung. Hal ini disebabkan karena adanya auksin yang secara alami telah didistribusikan
ke jaringan akar untuk pemanjangan jaringan. Rata-rata pemanjangan jaringan yang
ditambahkan AIA lebih tinggi dibanding dengan pemberian air suling sebagai kelompok
kontrol. Pada penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat pemanjangan, karena nilai
rata-rata pemanjangan jaringan tersebut lebih rendah dibanding kelompok kontrol yang hanya
diberi dengan air suling.
Pada koleoptil penambahan hormon auksin (AIA) akan memacu pemanjangan jaringan.
Secara kimia, IAA sama dengan asam amino triptofan. Beberapa senyawa yang disintesis
dapat menimbulkan respon fisiologi seperti AIA, dianggap sebagai auksin yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah asam naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat
(2,4-D) yang fungsinya jika diletakkan dalam jaringan meristematik adalah seperti cara kerja
auksin. Secara alami, auksin diproduksi oleh jaringan meristematik yang ada pada pucuk.
Kebutuhan auksin tanaman harus berada pada kisaran tertentu yang optimum yang dibutuhkan
oleh tumbuhan. Penambahan auksin dalam jumlah yang besar justru mengakibatkan
metabolisme sel-sel dalam jaringan menjadi kacau. Pada jaringan koleoptil yang diberi AIA,
jaringan bertambah panjang tetapi tidak sepanjang yang diberi perlakuan dengan 2,4 D dan
dengan NAA. Pada jaringan koleoptil yang diberi perlakuan dengan air suling menunjukkan
adanya pertambahan panjang. Hal ini dijadikan kelompok kontrol dimana objek tidak diberi
perlakuan sebagaimana yang lain. Jaringan koleoptil akan tetap melakukan aktifitas
pemanjangan sel meskipun tidak diberi auksin. Hal ini karena pada koleoptil sudah
memproduksi auksin secara alami. Oleh karena itu aktifitas pemanjangan sel akan tetap
berlangsung. Sedangkan penambahan AIA justru mengakibatkan terhambatnya aktifitas
pemanjangan secara normal yang dikarenakan terlalu banyaknya AIA dalam tubuh jaringan.
Sedangkan penambahan 2,4 D dan NAA membantu meningkatkan aktifitas pemanjangan selsel pada jaringan koleoptil.

Berbagai jenis hormon berpengaruh terhadap pemanjangan sel. Jenis hormon tertentu
sangat spesifik terhadap suatu jaringan tumbuhan. Pemanjangan jaringan pada akar akan
dipengaruhi oleh hormon yang berbeda dengan hormon yang berpengaruh pada pemanjangan
koleoptil. Berdasarkan hasil pengamatan serta analisis yang telah kami lakukan, didapatkan
bahwa pada jaringan koleoptil, hormon 2,4 D mempengaruhi aktifitas pemanjangan jaringan
yang sangat cepat, sedangkan pada jaringan akar jenis hormon AIA yang yang paling cepat
mempengaruhi pemanjangan jaringannya. Pengaruh hormon tidak sama pada jaringan yang
berbeda.
Versi 2
Dari data dan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa terjadi pemanjangan pada
potongan jaringan yang direndam dalam larutan hormon IAA, 2,4 D, NAA dan air suling
sebagai variabel kontrol. Hal ini dikarenakan hormonauksin dapat memacu pembentangan
akar dan batang karena auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis sehingga dinding
epidermis yang sudah kendur menjadi mengembang kemudian sel epidermis ini membentang
dengan cepat dan pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel padanya
juga ikut mengembang.
Radikula yang direndam dalam NAA dan 2,4 D menunjukkan pemanjangan jaringan
lebih sedikit daripada IAA/AIA, karena NAA dan 2,4 D merupakan senyawa sintesis auksin
yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan auksin alami. NAA dan 2,4 D tidak
dirusak oleh IAA/AIA oksidase karena tidak ada dalam radikula.

Sedangkan Pada

pemanjangan jaringan yang paling besar saat direndam dalam AIA. Hal ini disebabkan karena
AIA merupakan auksin alami. Auksin banyak diproduksi tumbuhan di koleoptil. Pada radikula
tidak terdapat AIA oksidase. Saat radikula direndam dalam AIA tidak ada AIA oksidase yang
dapat merusak AIA. Sehingga AIA akan merangsang pemanjangan radikula kecambah jagung.
pada perendaman radikula denagn aquades

juga menunjukkan pertambahan rata-rata

jaringan. Tetapi pertambahan panjangnya disebabakan terjadinya osmosis. Proses osmosis


tersebut terjadinya karena PO dan PO air suling lebih tinggi dibanding PA dan PO jaringan
sehingga air berpindah kedalam jaringan.
Koleoptil yang direndam dalam AIA menunjukkan pemanjangan jaringan lebih sedikit
daripada NAA, karena AIA merupakan hormon auksin alami yang mempunyai struktur sama
dengan AIA oksidase yang terdapat pada koleoptil. Sedangkan pertambahan panjang jaringan

yang paling besar saat direndam dalam NAA. Hal ini disebabkan karena NAA merupakan
senyawa sintesis yang strukturnya mirip auksin. Auksin sendiri banyak diproduksi tumbuhan
di koleoptil. Pada koleoptil terdapat AIA oksidase dan enzim-enzim lain. Jadi saat direndam
dalam NAA, AIA oksidase ini tidak dapat merusak NAA karena strukturnya sedikit berbeda.
Sehingga NAA akan merangsang pemanjangan koleoptil kecambah jagung. Sedangkan
koleoptil yang direndam dalam 2,4 D menunjukkan pemanjangan jaringan lebih sedikit
daripada NAA dan AIA. Karena 2,4 D merupakan zat pengatur tumbuh, tetapi strukturnya
berbeda dari auksin alami. Sehingga AIA oksidase tidak dapat merusak 2,4 D dan 2,4 D dapat
merangsang pemanjangan jaringan koleoptil jagung dan koleoptil yang direndam air suling
menunjukkan pertambahan panjang rata-rata jaringan. Pertambahan rata-rata jaringan
disebabkan terjadinya proses osmosis. Proses osmosis terjadi karena PO dan PA air suling
lebih tinggi daripada PO dan PA jaringan sehingga air berpindah kedalam jaringan.
D. Diskusi
Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormone tumbuh terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori pendukung yang dapat
menjelaskan yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.
Jawaban:

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
hormon auksin mempengaruhi jaringan koleoptil dan akar. Pada perendaman jaringan akar
dan koleoptil dalam larutan 2,4 D sebagai auksin sintetik dapat memacu lebih cepat pada
pertambahan panjang jaringan baik akar maupun koleoptil Kecambah jagung, jika
dibandingkan dengan hormone NAA, AIA, dan air suling. Dan jumlah larutan yang ada di
dalam sel meningkat, karena auksin dapat meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel
sehingga terjadi pemanjangan jaringan yang diikuti bertambah panjangnya akar dan koleoptil
kecambah jagung. Beberapa auksin yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya
IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga
sudah diproduksi secara sintetik, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid).
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam
melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi. Serta fasilitas-fasilitas yang
terdapat di laboratorium dapat ditambah sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih baik
dan

efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Yuni Sri; Yuliani dan Lukas S Budipramana. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa.

Lakitan, B., 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugihsantosa, 2009. Zat Pengatur tumbuh. http://sugihsantosa.atspace.com. Diakses Sabtu,
24 Mei 2014.
Yox, 2008. Zat Pengatur Tumbuh. http://www.eno.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24
Mei 2014.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Press.

LAMPIRAN
A. Lampiran Praktikum Foto

Foto

Keterangan

Anda mungkin juga menyukai