Anda di halaman 1dari 3

Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh.

Gerak pada bagian tumbuhan yang arahnya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan disebut
tropisme. Gerak tropisme terjadi karena gerak tumbuh tumbuhan. Berdasarkan jenis rangsangan yang
diterima oleh tumbuhan. Tropisme dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu fototropisme,
geotropisme, hidrotropisme dan tigmotropisme (Salisbury dan ross, 1995)

Tumbuha tergantung pada cahaya untuk fotosintesis dan bisa mengatur pertumbuhannya berdasarkan
perubahan lingkungan cahaya disekitarnya. Fototropisme adalah gerak yang terjadi pada tumbuhan
yang disebabkan adanya rangsang cahaya. Batang secara umum menunjukkan fototropisme positif
(tumbuh menuju cahaya) dan akar menunjukkan fototropisme negative ( tumbuh menjauhi cahaya).
Fototropisme merupakan fakta penyesuaian diri yang penting untuk perkecambahan biji yang tumbuh
menuju cahaya untuk survive ( Criestie and Murphy,. 2013).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah adanya factor
internal dan factor eksternal . factor internal berupa gen dan zat pengatur tumbuhn (ZPT) atau
hormone. Hormon yang berpengaruh diantaranya hormone auksin, giberellin, sitokinin, asam absisat
dan etilen. Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan meliputi
cahaya, suhu, kelembapan ,dan nutrisi (Salisbury dan roos, 1995).

Fungsi utama Auksin adalah mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan,


diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan
geotropisme. Fungsi Auksin yang paling karakteristik adalah meningkatkan pembesaran sel (
kusumah et al, 2012)

Cahaya merupakan sumber energi dalam fotosintesis. Tanpa cahaya, tumbuhan tidak akan mampu
berfotosintesis dengan baik dan menyebabkan tumbuhan terganggu pertumbuhannya. Cahaya juga
merupakan faktor penghambat pertumbuhan. Hormon auksin menjadi tidak aktif ketika ada cahaya.
Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menyebabkan gejala etiolasi di mana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning pucat (Molas and kiss, 2009).

Praktikum kali ini utuk mengamati pengaruh cahaya terhadap pembengkokan tanaman. Tanaman
diletakkan ditempat gelap dan di tempat terang. Ditempat terang Cahaya yang digunakan berupa
lampu TL yang dihadapkan secara sejajar. Berdapatkan hasil pengamatan yang didapatkan Tinggi
tanaman ditempat terang sebesar 24,5 cm dan ditempat gelap 35 cm

Pengaruh cahaya ini dapat dengan mudah diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang
tumbuh di tempat terang dengan kecambah dari tempat gelap. Pada tempat gelap maka tanaman akan
tumbuh lebih panjang, hal itu disebabkan karena pengaruh hormone auksin. Hormone auksin sangat
peka terhadap sinar matahari. Bila terkena cahaya matahari hormone ini akan terurai dan rusak ada
keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang.
Akibatnya, batang etiolasi. Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh di tempat terang, batang tanaman
akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat gemuk, daun
terlihat segar dan berwarna hija u serta memiliki cukup klorofil hal ini akibat aktifitas hormon
pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya cahaya matahari sehingga terurai dan rusak ( Haryanti dan
Budihastuti, 2015).

Tanaman pada tempat yang terang, panjang tanaman pada sisi terang 24 cm dan pada sisi gelap 24,9
cm. dengan sudut pembengkokan 90.

Jumlah auksin dalam sel mengontrol jumlah pemanjangan sel. Penelitian menunjukkan bahwa
auksin sensitive terhadap cahaya. Hasilnya, konsentrasi auksin selalu lebih tinggi pada salah
satu sisi dari batang. Apabila tanaman dirangsang cahaya pada sisi lateral, maka akan terjadi
redistribusi auksin pada salah satu sisi. Hasil respon selama fototropisme menyebabkan
pemanjangan secara asimetrik yang diinduksi oleh redistribusi auksin, menyebabkan
peningkatan pemanjangan sel pada sisi gelap. Akibatnya tanaman akan membengkok kea rah
dataangnya sinar matahari (Hohm at al, 2013). Hasil pengamatan pada panjang tanaman dan
pembengkokan tanaman sesuai dengan literature.

Pada panjang sel epidermis diketahui bahwa pada tanaman tempat terang ,panjang sel
epidermis sisi terang sebesar 0,00001 mm dan sisi gelap 0,00002. Sedangkan pada sisi gelap
0,00006 mm. Auksin menginisiasi pemanjangan sel sengan cara empengaruhi pengendoran /
pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yag ada dimembran plasma sel
tumbuhan , mengindusi pompoa proton untuk memompa ion H+ ke dinding sel (ph sitoplasma
netral dan didinding sel ph menjadi asam. Keasaman dinding sel meningkatkan elastisitasnya.
Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen
rantai molekul selulosa penyusun dinding sel/ putusnya ikatan kimia antara mikrofibril dengan
matrik dinding sel
pelarutan material dinding sel oleh enzim hidrolisis. orientasi mikrofibril dibawah tegangan
berubah Penggabungan/ penambahan selulosa baru yang disintesis ke dinding sel. SEL
MEMANJANG (Taiz dan ziger ,
DAPUS
Salisbury, F. B. dan Cleon. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1. Terjemahan dari
Plant Physiologi 4 th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB : Bandung.

Chiestie J.M, and Murphy A. 2013. Shoot phototropism in higher plant : New light throught ald
concepst. American journal of botani . vol 100 (1) : 35-46

Kusumah Y.S.A, Karno dan Sutarno. 2012. PERBANYAKAN VEGETATIF CARA STEK Desmodium
cinereum DAN Hibiscus rosa sinensis L. DENGAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI DAN
AUKSIN SINTETIS. Journal Animal Agriculture. Vol 1(1) : 557-563.

Molas ML, Kiss JZ. 2009. Phototropism and gravitropism in plants.Advances in


Botanical Research 49: 134.

Haryanti S dan Budihastuti R. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang Berbeda. Buletin Anatomi
dan Fisiologi. Vol 23 (1)

Hohm T, Preuten T, and Fankhauser C. 2013. PHOTOTROPISM: TRANSLATING LIGHT INTO


DIRECTIONAL GROWTH . American journal of botani . vol 100 (1) : 47-59

Taiz, L. dan Zeiger. E. 2002. Plant Physiology (3rd Edition). Massachusetts : Sinauer Associates,
Inc. Publishers.

Anda mungkin juga menyukai