Anda di halaman 1dari 3

Zat pengatur tumbuh didefinisikan sebagai senyawa organic bukan nutrisi yang aktif dalam

jumlah kecil (6 -10 mM) yang disintesis pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya
diangkut ke bagian lain dari tanaman zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia,
fisiologis, dan morfologis .Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman disebut
fitohormon sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik (lisnandar
et al, 2012)

Auksin adalah senyawa yang berpengaruh terhadap perkembangan sel, menaikkan tekanan
osmotik, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan
melenturkan atau melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan dinding sel
sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan kenaikan volume sel (Kartikasari et
al, 2013). Auksin banyak digunakan dalam kerja mikropropagasi dan bekerja sama dengan
medium makanan ( nutrien ) untuk memelihara pertumbuhan kalus, suspensi sel atau organ (
seperti meristem, tunas dan ujung akar ) dan mengatur morfogenesis terutama berkonjugasi
dengan sitokinin. Auksin juga mengontrol proses variasi khusus seperti pertumbuhan sel dan
pembentangan sel. Aktivitas auksin ditentukan oleh : (1) adanya struktur cincin yang tidak
jenuh, (2) adanya rantai keasaman, (3) pemisahan grup karboksil dari struktur cincin, dan (4)
adanya pengaturan ruang antara struktur cincin dan rantai keasaman (Abidin, 1985).

Dalam penelitian ini auksin yang digunakan adalah 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), 2,4-
D memiliki rumus molekul C8H6Cl2O3 . . 2,4-D dan MCPA merupakan kelompok pertaman daari
herbisida organic selektif yang dikembangkan selama perang dunia 2 dan penemuan mereka
signifikan meningkatan produksi 2,4-d di amerika utara ( Mithila et al., 2011) .2,4-D merupakan
golongan auksin sintesis yang mempunyai sifat stabil, karena tidak mudah terurai oleh enzim-
enzim yang dikeluarkan sel atau pemanasan pada proses sterilisasi (Kartikasari et al, 2013).

Selain sebagai herbisida, 2,4-D juga berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang bila digunakan
dalam konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman.
Sebaliknya apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan
bahkan dapat mematikan tanaman. Sebagai salah satu senyawa yang masuk ke dalam grup
hormon auksin, maka 2,4-D dapat bekerja maksimum untuk pembelahan dan pembesaran sel
serta pembentukan akar stek bila diberikan dalam konsentrasi rendah. Herbisida jenis 2,4 -D ini
tergolong ideal, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya : relatif murah, tidak
meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan
mudah diencerkan dalam pengaplikasiannya. Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi
gulma berdaun sempit pada lahan persawahan

Praktikum ini membahas mengenai pengaruh berbagai konsentrasi herbisida 2,4-D pada
kacang hijau yang akan dikecambahkan. Penggunaan 2,4-D sebagai pengganti auksin sintetik
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sel-sel akar primer kacang
hijau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata panjang akar primer terpanjang pada
konsentrasi 0,0001 ppm yakni 2,9 cm. sedangkan rata-rata panjang akar primer terpendek yakni
pada konsentrasi 10 ppm 1,18 cm. pada konsentrasi 0 ppm ,1,94 cm dan pada konsentrasi yang
tidak diketahui 1,62 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan, semakin rendah konsentrasi 2,4-D yang digunakan, maka akan
semakin panjang akar primer yang terbentuk. Sedangkan pada konsentrasi paling tinggi, yakni
10 ppm; rata-rata kecambah pendek. Bila 2,4-D diaplikasikan dalam konsentrasi yang tinggi
maka proses pembelahan dan perbesaran sel terjadi sangat cepat melebihi situasi normal,
akibatnya pembelahan dan perbesaran sel menjadi tidak terkendali yang berakibat pada proses
penghambatan pertumbuhan yang pada akhirnya terjadi dengan kematian kecambah kacang
hijau tersebut. Diduga konsentrasi 2,4-D yang tidak diketahui memiliki konsentrasi lebih dari 1
ppm dan kurang dai 10 ppm. Semakin tinggi konsentrasi 2,4 D yang diaplikasikan maka rata
panjaang akar primer akan semakin pendek, sebaliknya semakin rendah konsentrasi 2,4 D yang
diberikan rata akar primer akan semakin panjang. Nilai rata yang tidak sesuai dengan literature
menunjukkan terdapat factor lain yang juga mempengaruhi terhadap pembentukan akar.

Terdapat beberapa kacang hijau yang tidak tumbuh pada perlakuan dengan konsentrasi yang
lebih rendah, hal ini mungkin saja dikarenakan oleh biji yang digunakan tidak terbasahi oleh
larutan tersebut. Selama inkubasi percobaan, biji kacang hijau ini ditempatkan di dalam
ruangan gelap tanpa paparan cahaya matahari. Hal ini dilakukan karena auksin akan bekerja
optimum pada kondisi cahaya yang terbatas bahkan cenderung gelap. Namun, kondisi cahaya
yang minim ini tidak terlalu baik bagi tanaman. Tanaman akan terlihat lebih pucat walaupun
tumbuh lebih cepat, karena konsentrasi klorofil yang dikandung oleh tumbuhan menjadi
menurun. (Wattimena, 1988).

V. Kesimpulan

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah salah satu jenis herbisida yang berasal dari
golongan hormon auksin sintetik. Senyawa ini apabila diberikan dalam konsentrasi yang rendah
dapat memacu pembelahan sel tanaman dengan cepat. Namun, apabila diberikan dalam
konsentrasi tinggi, cenderung akan menghambat pertumbuhan sel-sel tanaman bahkan
menghentikan pertumbuhannya. Auksin akan bekerja optimum pada kondisi gelap tanpa
cahaya matahari.

Abidin, Z. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa: Bandung.
Chairul S.M, Mulyadi dan Idawati. 2000. Translokasi Herbisida 2,4-D C pada tanaman Gulma dan
padi pada system persawahan. Risalah Pertemuan ilmiah penelitian dan pengembangan isotop
dan radiasi.

DAPUS

Kartikasari P., Hidayat M.T., dan Ratnasari E. 2013. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D (2,4-
Dichlorophenoxyacetic acid) dan Kinetin (6-Furfurylaminopurine) untuk Pertumbuhan Tunas
Eksplan Pucuk Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Miq. ex Roxb.) secara In Vitro. Jurnal
Lentera Bio. Vol 2 (1) : 75-80

Lisnandar D. S.,Mudyantini W., dan Pitoyo A. 2012. Pengaruh pemberian variasi konsentrasi
NAA (-naphthaleneacetic acid) dan 2.4 D terhadap induksi protocorm like bodies (PLB)
anggrek macan (Grammatophyllum scriptum (Lindl.). Jurnal Bioteknologi. Vol 9 (2) : 66-72

Rahayu B., Solichatun dan Anggarwulan E. 2003. Pengaruh Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat


(2,4-D) terhadap Pembentukan dan Pertumbuhan Kalus serta Kandungan Flavonoid Kultur
Kalus Acalypha indica L. Jurnal Biofarmasi Vol 1(1) : 1-6.

Anda mungkin juga menyukai