Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH BIOKONSERVASI

OBSERVASI KASUARI GELAMBIR GANDA (Casuarius casuarius)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biologi Konservasi

Oleh: Kelompok 3
Chrisandy Wardana

(131810401003)

Ida Nur Aini

(13181040100

Rika Dwi Astutik

(13181040101

Nursari Nurul Syamsi

(1318104010

Fresha Aflahul Ula

(131810401042)

Shofiyawati Elok F.H

(131810401058)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................1
1.

Morfologi Kasuari.........................................................................................1

2.

Fisiologi Hewan Kasuari...............................................................................4

3.

Filogeni Kasuari..........................................................................................10

4.

Perilaku Kasuari..........................................................................................13

5.

Status Konservasi........................................................................................15

6.

Metode Konservasi.....................................................................................20

7.

Upaya atau Solusi........................................................................................26

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Morfologi Kasuari
Kasuari adalah salah satu dari dua genus burung
di dalam suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga
spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak
dapat terbang. Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah
di hutan tropis dan pegunungan di pulau Irian. Kasuari
Gelambir-ganda adalah satu-satunya spesies burung
kasuari yang terdapat di Australia. Kasuari merupakan
burung

terestrial

berukuran

tubuh

besar,

berat

mencapai 60-85 kg dengan tinggi badan hingga 1,6 m.


Kasuari dilengkapi tanduk di atas kepalanya, yang
disebut

ketopong atau casque yang

merupakan

penandukan dari tempurung kepalanya. Ketopong ini


mungkin digunakan untuk menerobos vegetasi rimbun atau menggali serasah
dedaunan guna mencari makanan.Selain tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai
kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung kasuari betina biasanya
berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan (Beehler and
Zimmerman, 1986).

Gambar 2 .: Ketopong kasuari

(Sumber : arkive.com)
Kasuari memiliki kepala dan leher berbulu tipis sedangkan badan berbulu
tebal: Bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku, pendek dan
bersifat nuptial. Artinya warna pada bulu burung akan berubah seiring
bertambahnya usia. Bulu anak kasuari berwarna coklat pucat dengan garis-garis
memanjang dari kepala ke ekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna bulu dari
coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan kemudian
dari coklat menjadi warna hitam legam setelah mencapai umur dewasa kelamin
yaitu sekitar umur 4 tahun (Latch, 2007).

Gambar 3: Anak Kasuari (kiri) dan Kasuari dewasa (kanan)


Burung Kasuari pada setiap bulu terdiri dari dua batang bulu kembar dan
oleh karena itu tidak ada bulu kait (radioli) dan bulu-bulu cabang tidak melekat
satu sama lain. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dan masing-masing berjari
tiga yang pipih di bagian bawah, satu diantaranya bercakar runcing (jari tengah)
yang digunakan untuk pertahanan diri menyerang musuh. Kaki burung Kasuari
sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama burung langka dan
dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu menendang dan merobohkan musuhmusuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan( Oktavina, 2006).

Kasuari memiliki tulang dada


(sternum)

tanpa

lunas

(carina).

Sayapnya mengalami

reduksi

panjangnya

35

mengalami

hanya

reduksi.

cm.

hingga
Ekor

Frugivorous

(pemakan buah dan biji) khusus yaitu


burung yang memakan buah

yang

berkualitas tinggi dan serangga; mencerna bagian yang lunak dan tidak mencerna
bijinya. Di alam paling sering memakan buah buni dan buah batu. Burung ini
dapat mencapai umur 40-50 tahun. Telur berwarna gelap (biru tua hingga hijau tua
dan mengkilap). Walaupun tidak dapat terbang, burung ini memiliki kemampuan
lari yang relatif cepat, sekitar 40 km/jam (Shanaz dan rudyanto, 1995).
Kasuari

gelambir

ganda (

Casuarius

casuarius )

adalah

salah

satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran besar, dengan
ketinggian mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan
kaku. Kulit lehernya berwarna biru dan terdapat dua buah gelambir berwarna
merah pada lehernya. Di atas kepalanya terdapat tanduk yang tinggi berwarna
kecoklatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran
lebih besar dan lebih dominan. Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan
kuat dengan tiga buah jari pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini
sangat berbahaya karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti
umumnya spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari
Gelambir-ganda tidak dapat terbang (Shanaz dan rudyanto, 1995).

Burung kasuari gelambir tunggal


memiliki gelambir tunggal. Hewan ini
berbulu lebat, dan memiliki tinggi badan
160 cm dengan berat badan 55-85 kg.
Burung

kasuari

bergelambir

tunggal

memiliki panjang kaki 45 cm. Kulit leher

dan kepalanya tidak berbulu, panjang gelambirnya adalah sekitar 3 cm , pendek


kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga, wajah dan kepala berwarna biru
dengan leher merah berbercak kuning dibagian belakang Hidup di Indonesia dan
Papua New Guinea. Daerah sebarannya di Pulau Papua adalah di bagian Utara
pulau ini dan dari sinilah nama Inggrisnya berasal, Northern Cassowary. (Beehler
and Zimmerman, 1986).
Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti)
adalah kasuari paling kecil. Meskipun
menyandang gelar kerdil, namun burung
asli pulau Papua ini masih cukup raksasa
dengan tingi mencapai 1 meter lebih.
Kasuari Kerdil tetaplah burung berukuran
besar, hanya

sedikit lebih kecil jika

dibandingkan kedua spesies kasuari lainnya, (Beehler and Zimmerman, 1986).


Casuarius bennetti dikenali dengan ciri khas pada gelambirnya yang tidak
menggantung. Juga bentuk tanduknya yang segitiga dengan bagian belakang
pipih. Tinggi tubuhnya mencapai 1,1 meter dengan panjang hingga 150 dan berat
badan kasuari dewasa antara 17 26 kg. Ukuran ini memang lebih kecil
dibandingkan dengan dua spesies kasuari lainnya yaitu Kasuari Gelambir Tunggal
dan Kasuari Gelambir Ganda. Bulu burung Kasuari Kerdil berwarna hitam
mengkilat, bahkan lebih kelam dibandingkan dua spesies lainnya. Kulit pada leher
berwarna biru cerah dengan bagian samping leher berwarna merah (Shanaz dan
rudyanto, 1995).
2. Fisiologi Hewan Kasuari
1. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan burung kasuari secara umum seperti pada kelompok
aves yang lain. Namun, kantung udara tidak berfungsi seperti halnya burung lain
yang berperan penting dalam sistem pernafasan saat terbang. Secara anatomi
rongga hidung kasari dibagi oleh dua septum kiri dan kanan, yang terhubung
dengan orofaring melalui choana, yang terletak di bagian atas rostrum, ventral ke

nares. Lokasi sinus infraorbital terlihat secara eksternal dan sangat terlihat pada
salah satu lubang hidung yang di pisahkan septum (Biggs, J. 2013).
Gundukan laring menuju ke dasar
orofaring. Sepasang kartilago
mengelilingi dan melindungi pembukaan celah dari glotis, yang ditutup selama
menelan makanan dan air. Trakea terdiri dari bagian dorso ventral yang pipih
dengan cincin tulang rawan yang lengkap dan menyertai esofagus melalui daerah
leher. Bronkus primer juga terdiri dari kedua cincin lengkap dan tidak lengkap.
Memiliki kantung udara yang luas dan sangat tipis umumnya kempes, meluas ke
leher, toraks, daerah dada klavikularis dan selanjutnya meluas ke tulang rusuk.
Gerak ekspansi dan kompresi dari kantung udara pada kasuari dapat dilihat
sebelum dan setelah inisiasi vokalisasi. Paru-paru terdiri sepasang yang terletak di
dalam rongga dada yang di lindungi tulang rususk. Memiliki

kecil dalam

kaitannya dengan ukuran tubuh dan di samping tulang rusuk dada. Dalam paraparu terdapat alveolus sebagai tempat terjadinya difusi oksigen dan CO 2 selama
proses respirasi (Fowler, 1991).
Tingkat pernapasan dalam keadaan istirahat kasuari dewasa pada suhu
suhu yang rendah bervariasi 10-18 napas per menit dan meningkat saat
peningkatan aktivitas. Tingkat pernapasan dapat dipantau secara visual di
beberapa burung melalui pengamatan dari gerakan dada atau gerakan halus kulit
yang menutupi sinus infraorbital (Biggs, J. 2013)
Mekanisme pernafasan saat inspirasi terjadi ketika tulang rusuk tulang
rusuk bergerak ke depan yang menyebabkan volume rongga dada membesar dan
tekanan dalam dada mengecil. Saat tekanan dalam dada mengecil udara akan
masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paruparu dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan
masuk ke dalam katong-kantong udara. Ketika fase ekspirasi,

tulang rusuk

kembali ke posisi semula dan rongga dada mengecil sehingga tekanan membesar.
Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara. Pada saat melewati alveolus, O2
diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian,
pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi
(Berger, 1956).
2. Sistem Pencernaan

Burung kasuari memiliki orofaring besar dan memungkinkan burung


untuk mengkonsumsi makanan yang cukup besar tanpa manipulasi mekanik.
Rahang dan maxillae ditandai dengan gerigi halus mulai di bawah lubang hidung
dan berakhir pada ujung paruh yang membulat. Lidah memiliki tepi bergerigi dan
bertumpu pada bagian ventral di belakang orofaring. Kerongkongan besar kasuari
terdiri dari membran elastis tipis dengan otot memanjang halus. Hal ini sangat
memungkinkan untuk dapat bergerak dan melebar. Kerongkongan memasuki
proventriculus sebelum mencapai rongga dada (Biggs, J. 2013)
Proventrikulus

adalah

pembengkakan

berbentuk

gelendong

yang

mengelilingi lumen pusat saluran pencernaan (Cho et al 1984). Proventriculus


diperluas muncul untuk melayani fungsi penyimpanan. Daerah kelenjar yang
bertanggung jawab untuk sekresi enzim pencernaan dalam proventrikulus kasuari
membentang di bagian ventral dan dorsal proventrikulus (Biggs, J. 2013)
Ventriculus Kasuari tidak memiliki lapisan keratin seperti ditemukan di
emu ini. Ventrikulus ini terdiri dari otot tipis (1,5 cm +/- 0.5cm) sekitar membran
lain yang bertanggung jawab untuk ekskresi lanjut dari enzim pencernaan. The
ventriculus lebih berotot dibandingkan proventrikulus, bertentangan diameter usus
kecil yaitu sebesar (> 6 cm), mungkin adaptasi terhadap besar makanan yang
dikonsumsi, dan secara signifikan lebih pendek daripada di burung unta. Usus
besar relatif pendek dibandingkan dengan emu dan menawarkan waktu cepat
terhadap transit gastrointestinal makanan yang dikonsumsi. Karena komposisi
makanan mereka, panjang usus yang signifikan tidak diperlukan dalam kasuari
(Cho et al. 1984).

Pencernaan di mulai dari mulut /


paruh Kerongkongan
Proventrikulus (Proses enzimatis
)
Ventrikulus
(Proses
enzimatis lanjutan) Usus
halus Usus besar Usus
buntu Poros usus (rectum)
Kloaka.

Sistem Pencernaan
Burung Kasuari

Makanan dan air disimpan dan dicampur dengan enzim pencernaan


sederhana

pada proventriculus. Enzim disekresikan oleh permukaan dalam

seluruh dari proventriculus (Fowler, 1991). enzim pencernaan dari pankreas


berupa yaitu tripsin, chymotrypsinogen, proelastase, lipase dan amilase, pada
umumnya proses biokimia yang terjadi seperti pada mamalia . Kegiatan maltase
ditemukan konstan di semua daerah usus kecil burung retites. Kegiatan enzimatis
sukrase signifikan lebih tinggi di duodenum dari jejunum dan ileum ( Sales,
2006).
3. Sistem Reproduksi
Sistem genitalia betina pada semua kelompok ratites (Burung tanah) betina
memiliki ovarium kiri tunggal dan saluran telur yang serupa dalam bentuk dan
fungsi seperti burung lain. Ukuran ovarium bervariasi dengan diameter dari 0.56cm. Semua folikel (telur) pada kasuari betina telah di miliki pada saat lahir.

Ovarium memiliki banyak folikel yang terlihat dari ukuran yang berbeda dan
tingkat kematangan berbeda pada satu waktu (Biggs, J. 2013)
Sistem genitalia jantan memiliki dua testis yang terletak dekat ginjal.
Selama musim kawin, testis meningkat 200 sampai 300 persen dalam ukuran.
Berat testis antara kana dan kiri

(L = 0.06kg; R = 0.01kg). Kasuari jantan

memiliki organ intromittent disebut sebagai phallus yang berisi rongga yang
berfungsi untuk transportasi semen dari saluran ejakulasi di kloaka dari jantan ke
kloaka betina. Phallus tegak memiliki ukuran pendek, melengkung sedikit ke kiri
dan mengecil menuju ujung. Jenis kelamin ratites dapat di tentukan pada usia
tiga bulan (Biggs, J. 2013).
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma
masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati
kloaka.

Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah

dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur
dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Pada kasuari, pengeraman dilakukan
oleh induk jantan (Berger, 1956).

Sistem Genitalia Jantan (Phallus). A. vas deferens, B. urodeum, C.


proktodeum, D. Kantung phallus, E. Dinding Phallus tegak, F. Tabung phallus, G.
phallic sulkus, H, jaringan ereksi, dan I. Phallus tegak.

(Sumber: Fowler di Tully & Shane 1996).


Pertemuan jantan dan betina saat musim kawin, umumnya di daerah
teritori atau di areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari betina telah
menerima pejantan maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus sehingga
terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila betina menolak maka jantan akan
diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi pada saat diluar musim kawin. Kasuari
betina umumnya lebih besar dari jantan. Kasuari merupakan salah satu spesies
yang melakukan perkawinan dengan sistem poliandri (Biggs, J. 2013).
Seekor kasuari betina akan kawin dengan lebih dari satu kasuari jantan.
Setelah satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan
akan mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada
clutch peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya,
lebih banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya
lebih banyak. Kasuari gelambir tunggal (Casuarius casuarius) masa kawin terjadi
selama musim panas dan musim bertelur Betina meletakkan 3-6 telur berwarna
kehijauan dalam sarang yang terbuat dari daun-daunan pada pangkal sebatang
pohon, kemudian betina pergi ke hutan meninggalkan sang jantan yang akan
mengerami, menjaga dan mempertahankan anak-anaknya dari predator. Selama
kurang lebih 7 minggu jantan sibuk mengerami telur dan menjaga anaknya setelah
menetas (Biggs, J. 2013).
4. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada kasuari seperti pada kelompok aves lain.
Sistem transportasi darah terdiri atas jantung dan pembuluh darah. antung terletak
dalam rongga thoraco-abdominal. Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi
kiri, serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung
oksigen yang berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak
mengandung karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah
burung merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil
dan peredaran darah besar (Biggs, J. 2013).
Pembuluh Vena dapat berguna sebagai situs utama untuk pengumpulan
darah dan injeksi intravena. Denyut jantung istirahat sulit dideteksi secara visual,
tetapi kadang-kadang dapat diamati dengan memantau pergerakan bulu-bulu di
9

atas tulang dada saat burung itu berdiri. Brakialis vena tidak mudah diidentifikasi
di ratite lainnya

vena tidak menonjol eksternal karena kulit tebal, namun

umumnya ditandai dengan batas reticula besar pada dorsal tarsometatarsus. Limpa
kasuari diratakan dan berbentuk seperti poligon yang tidak teratur (Cho et al.
1984).
Secara umum tidak ada perbedaan yang jelas fisiologi burung kasuari
antara jantan dan betina. Perbedaan utama terletak pada sistem reproduksi dan
hormonal burung jantan dan betina. Perbedaan ini terkait dengan masing-masing
proses biologis yang terjadi secara internal. Reproduksi jantan dan betina di
pengaruhi

oleh hormon

yang

berbeda

yang

memiliki

peranan dalam

mempengaruhi mekanisme reproduksi burung kasuari. Sedangkan pada sistem


pencernaan, respirasi dan perdearan darah tidak ditemukan perbedaan fisiologi
burung kasuari jantan dan betina.
3. Filogeni Kasuari
Klasifikasi kasuari gelambir ganda
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum

: Chordata

Class

: Aves

Order

: Struthioniformes

Family

: Casuariidae

Genus

: Casuarius

Spesies

: Casuarius casuarius
Casuarius casuarius ditemukan di Papua New Guinea, Indonesia, dan

Australia bagian utara sampai timur. Hewan ini ditemukan diseluruh dataran
rendah bagian utara DAS dari Vogelkop ke Semenanjung Huon. Australia terdapat
3 subpopulasi di Queensland yaitu bagian selatan dan populasi terbesar di bagian
utara Paluma dari Townsville ke Mt Amos. Dua populasi terdapat di bagian Utara
Cape York Peninsula salah satunya di McIlwraith dan utara ke Sungai Pascoe,
yang lain di Jardine River National Park and Heathland Resources Reserve.
Indonesia terdapat di Papua dan pulau-pulau disekitarnya (Pulau Seram dan Aru).

10

Casuarius casuarius merupakan hewan soliter yang menetap hutan hujan ,


kadang-kadang berada di hutan savana, mangrove dan perkebunan buah (Garnett
et al., 2011).

http://maps.iucnredlist.org/map.html?id=22678108
Berdasarkan klasifikasi dalam buku J.E Webb et.al pengelompokan aves
lebih ditekankan pada filogenetiknya, tingkah laku, dan ekologinya. Pertama
perbedaan burung yang dapat terbang dan tidak dapat terbang. Kedua berdasarkan
tipe anak yang baru menetas dibedakan atas precoccial dan altricial. Precoccial
ditunjukan pada anak burung yang dapat segera meninggalkan sarang setelah
menetas untuk mencari makanan misalnya pada anak ayam atau bebek. Altricial
ditunjukan anak burung setelah menetas masih tidak berbulu, belum dapat berdiri,
tetap tinggal di dalam sarang dan makanan diperoleh dari induknya seperti pada

11

burung pemangsa dan penyanyi. Ketiga perbedaan berdasarkan distribusi


ekologis. Beberapa ordo dikategorikan sebagai burung yang hidup di darat,
aquatik, dan bertengger (Soesilawaty, 2015)
Bagian pertama dari sistem klasifikasi ini adalah Burung yang hidup di
tanah, seperti Ratitae, Tinamae, Crane dan burung yang diburu (game bird).
Bagian kedua adalah burung aquatik

yang terdiri atas burung air tawar dan

burung laut. Bagian ketiga adalah burung yang hinggap atau bertengger yang
dibedakan berdasarkan makanannya yaitu predator dan pemakan udara (aerial
feeders), kecuali Pssseriformes yasng dikelompokkan sebagai burung arboreal
(hidup di pohon) (Soesilawaty, 2015).

https://marnixbirdgallery.wordpress.com/phylogeny-of-birds-nature/
12

Casuarius casuarius termasuk ke dalam superordo Ratitae dengan ordo


Struthionoformes. Kekerabatan yang terdekat pada hewan yang termasuk ke
dalam ordo Rheiformes, dan Afterygiformes. Berdasarkan gambar filogeni di atas
casuarius memiliki kekerabatan dengan Dromaius. Dromaius termasuk ke dalam
family dromaidae satu ordo dengan casuarius. Superordo yang memiliki
kekerabatan terdekat adalah kelompok superordo tinamae. Tinamae adalah
kelompok yang kurang dapat diperbandingkan karena daerah penyebaran yang
sangat terbatas, dibandingkan dengan Ratitae dan Carinatae, burung ini lebih
primitive. Kemiripannya dengan Ratitae adalah sama-sama memiliki palatum
palaeognathus sedangkan dengan Carinatae yaitu tulang sternum. Salah satu
contoh hewan dari superordo tinamae yang berkerabat dekat dengan Eudromia sp.
dan Nothoprocta (Soesilawaty, 2015).
4. Perilaku Kasuari
Perilaku kasuari meliputi jenis makanan, predator, kompetitor, perilaku sosial
serta pertahanan diri.
a. Jenis makanan
Burung Kasuari termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan yang
memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya,sehingga termasuk burung
pemakan buah .Kasuari telah tercatat memakan lebih dari 238 spesies
tanaman.Beberapa diantaranya adalah pisang kepok (Musa paradisiaca), pepaya
(Carica papaya), ketapang (Terminalia cattapa), kedondong (Spondias dulcis.),
belimbing (Averrhoea carambola),dan lain-lain(Warsito dan Bismark,2012).
Namun sebenarnya Kasuari ini adalah hewan omnivora dan juga pemakan
vertebrata kecil (seperti siput dan katak dan telur), invertebrata, jamur, dan
bangkai. Kasuari (seperti banyak burung lainnya) dikenal juga memakan tanah,
terutama ketika makanan langka, mungkin untuk melengkapi kandungan mineral
yang rendah pengganti buah-buahan. Mereka juga telah diamati mencari makan di
hutan bakau(Warsito dan Bismark,2012).

13

b. Predator
Burung Kasuari telah beradaptasi dengan lingkungan hidupnya tanpa perlu
untuk terbang. Predator alami dari Kasuari termasuk buaya, python, dingo dan
Quoll. Namun, efek dari hewan-hewan ini minim . Ancaman yang lain yaitu
biasanya datang dari manusia dan mamalia predator seperti anjing hutan, rubah,
dan kucing liar yang sering mengendap-ngendap mencuri telur dan merusak
sarang mereka (Bentrupperbumer 1998).
c. Kompetitor
Babi adalah masalah yang besar bagi burung Kasuari. Babi merupakan
ancaman dengan merusak sarang dan telur. Namun ancaman terburuk lain bagi
babi adalah kompetitor atau pesaing untuk makanan yang bisa menjadi bencana
besar bagi kasuari selama masa kurang pangan. Babi juga menggunakan dan
mencemari sumber air. Selain itu anjing juga merupakan risiko besar. Seekor
kasuari dewasa biasanya bisa mendapatan makanan lebih baik dari anjing tetapi
kasuari yang masih muda beresiko dikalahkan anjing dalam kompetisi makanan.
Anjing mengejar burung kasuari menjauh dari sumber makanan yang potensial di
daerah pinggiran (Bentrupperbumer 1998).
d. Perilaku sosial
Burung kasuari umumnya soliter dan biasanya menghindari interaksi
dengan burung lain.Burung jantan menjaga wilayah teritorial dan mencari makan
serta akan menantang burung lain yang datang ke daerah mereka. Burung betina
dapat bergerak melintasi wilayah jantan dan menggunakan ukuran tubuh yang
lebih besar untuk mendominasi burung jantan di luar musim kawin. Burung
jantan jarang melawan, lebih memilih untuk mencoba dan mengintimidasi musuh
mereka dengan mengangkat bulu mereka, membuat suara gemuruh yang kecil,
atau menghentakkan kaki mereka. Namun, jika gagal, mereka akan menyerang
satu sama lain, menendang dengan kedua kaki (Warsono,2002).
e. Pertahanan diri
Burung

Kasuari

beradaptasi

dengan

sempurna

untuk

kehidupan

tersembunyi dalam semak belukar lebat di hutan tropis. Tutup kepala, bulu-bulu
kasar dan sayap kerdilnya yang melengkung di bawah tubuh untuk melindungi
sisi tubuh, diciptakan sedemikian rupa untuk menghindari adanya luka saat
14

menembus vegetasi lebat. Kaki kaki yang kuat dapat membawa burung ini lari
dengan cepat (kecepatan lari yang pernah tercatat mencapai 50 km/jam). Karena
kegesitannya, bukti keberadaan mereka seringkali hanya dapat dilihat dari sisasisa
kotoran berwarna-warni (karena memakan buah) dan jejak tiga jari seperti
dinosaurus di dasar hutan yang berlumpur (Bentrupperbumer 1998).
5. Status Konservasi

Gambar : Status Konservasi IUCN


Ketiga spesies Kasuari tersebut adalah Casuarius unappendiculatus
(Kasuari Gelambir Tunggal), Casuarius casuarius (Kasuari Gelambir Ganda) dan
Casuarius bennetti (Kasuari kerdil). Meskipun tidak bisa terbang seperti burung
namun Kasuari masih termasuk jenis burung yang memiliki ukuran tubuh yang
sangat besar. Hingga saat ini populasi burung Kasuari masih belum diketahui
dengan pasti namun diyakini bahwa dari hari ke hari jenis burung ini semakin
mengalami penurunan (shanaz dan rudianto, 1995).

15

Menurut PP No. 7 Tahun 1999 kasuari merupakan jenis satwa yang


dilindungi karena populasinya rendah, Status konservasi Kasuari khususnya
Kasuari gelambir ganda berdasarkan IUCN Red List adalah Vulnerable (rentan).
Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan
datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang
berstatus Rentan. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain;
Kasuari, Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku. Sedangkan status konservasi dari
Casuarius unappendiculatus (Kasuari Gelambir Tunggal), adalah Vunerable
(rentan) dan Casuarius bennetti (Kasuari kerdil) adalah Least Concern (Resiko
rendah). (BirdLife International,2012).
Ancaman kepunahan burung Kasuari biasanya lebih disebabkan karena
perburuan baik yang dilakukan untuk mendapatkan bulu, daging ataupun telur
burung ini. Burung Kasuari termasuk jenis burung yang memiliki ukuran tubuh
yang besar dan indah menawan. Meski demikian burung Kasuari memiliki sifat
yang termasuk agresif dan jika merasa terganggu akan menjadi galak. Jika sedang
marah maka jenis burung ini kemungkinan akan mengejar seseorang atau sesuatu
yang mengganggunya. Maka dari itu di kebun binatang hewan ini tidak
diperbolehkan untuk berkeliaran dengan bebas karena bisa membahayakan
pengunjung. Di balik penampilan fisiknya yang cantik burung kasuari telah
dikategorikan sebagai jenis burung yang paling berbahaya oleh The Guinnes Book
of Records (shanaz dan rudianto, 1995).
Ancaman Umum
Sejumlah faktor mempengaruhi kelangsungan hidup burung kasuari.
Ancaman utama meliputi fragmentasi dan perubahan habitat, lalu lintas
kendaraan, serangan anjing, interaksi manusia, babi, penyakit dan peristiwa
bencana alam. Di Australia, secara historis terancam oleh hilangnya habitat dan
fragmentasi. Di Indonesia dan Papua New Guinea, spesies ini sangat diburu,
ditangkap dan diperdagangkan dekat dengan daerah penduduk, menjadi tinggi
pentingnya budaya, dan merupakan sumber makanan utama bagi masyarakat
subsisten (Crome, 1993).
16

1. Fragmentasi dan Perubahan Habitat


Habitat burung kasuari, terutama di dataran rendah pesisir, telah berkurang
secara serius oleh pembukaan lahan untuk pertanian, pemukiman perkotaan dan
pembangunan lainnya. pembangunan perkotaan terus mengancam populasi yang
terjadi di luar kawasan lindung. Fragmentasi habitat akibat pembukaan hutan yang
mengganggu jalur gerakan, memisahkan makanan dan perkembang biakan dari
berbagai individu, juga dapat menyebabkan isolasi genetik dan kepunahan lokal.
Kehadiran Kasuari di patch hutan yang terisolasi tidak menunjukkan populasi
lokal aman. Kasuari dapat bertahan tapi tidak berkembang biak lagi atau kasuari
dewasa mungkin tidak bertahan hidup (Moore dan Moore 2001).
Tebang pilih, invasi gulma dan gangguan hutan hujan karena kebakaran
merupakan faktor yang dianggap menurunkan kualitas habitat kasuari, dengan
menurunnya tempat teduhan dan rendahnya pemuliaan serta sumber makanan.
Kasuari bisa mentolerir beberapa kerusakan struktural ke habitat mereka dan
tingkat kerusakan menegah, khususnya yang bisa meningkatkan keanekaragaman
spesies yang tinggi, mungkin mendukung mereka(Moore dan Moore 2001).
Annona glabra, salah satu gulma lingkungan yang paling mengancam dari
Wet Tropics (Werren 2001) telah menyerang berbagai habitat burung kasuari. Ini
adalah pohon berkayu semi-gugur yang membentuk belukar yang lebat. Annona
glabra mendominasi komunitas menggantikan siklus tahunan beragam buahbuahan dengan spesies tunggal. Annona glabra merupakan sumber makanan yang
menarik untuk kasuari, mereka membantu dalam penyebaran nya sehingga
memperburuk penyebarannya (Setter et al. 2002). Ketika kasuari makan Annona
glabra sepanjang jalan utama risiko serangan kendaraan meningkat secara
signifikan (A & RMCANZ, 2001).
2. Jalan dan Lalu Lintas Kendaraan
Di daerah Mission Beach, kecelakaan di jalan adalah penyebab tunggal
terbesar kematian kasuari. Adanya jalan yang memotong melalui wilayah Kasuari,
menyebabkan burung untuk melintasi jalan saat perjalanan mencari makanan.Hal
ini akan menyebabkan burung sering tertabrak kendaraan. Burung juga bisa

17

tertarik ke jalan oleh orang-orang memberi mereka makan atau melempar sampah
dari kendaraan (Bentrupperbumer 1998).
Kematian di jalan cenderung memiliki dampak yang sangat signifikan
terhadap populasi burung kasuari. Sampai tahun 2001 tercatat 76 persen dari total
kematian kasuari akibat kecelakaan kendaraan. Mengingat bahwa kasuari
merupakan hewan yang reproduksinya lambat dengan perilaku parental care yang
lama dan bertahan hidup remaja yang rendah, setiap kematian jalan burung
dewasa berpotensi dapat mempengaruhi dinamika populasi dan kesehatan
reproduksi populasi (Bentrupperbumer 1998).
3. Serangan dari Anjing
Anjing tak terkendali dan liar penyebab utama kematian kasuari, terutama
di daerah dekat pembangunan perumahan. anak dan kasuari remaja yang cukup
kecil dibunuh oleh anjing. Namun, kumpulan anjing juga membunuh kasuari
dewasa, mengejar mereka sampai mereka habis, kemudian menyerang mereka.
Anjing juga secara tidak langsung mempengaruhi kasuari melalui kehadiran
mereka, mempengaruhi makan, gerakan dan perilaku umum dari burung. anjing
domestik juga dapat menyerang dan membunuh kasuari ketika mereka berjalan ke
daerah pinggiran kota mencari makanan atau air. (Bentrupperbumer ,1998).
4. Babi
Babi menyebabkan gangguan terhadap hutan hujan dan bersaing dengan
kasuari untuk buah yang jatuh. Babi memakan telur burung kasuari dan
menghancurkan sarang. kegiatan pengendalian babi juga dapat membahayakan
kasuari, terutama ketika anjing dilepaskan untuk berburu babi, dan akhirnya
menemukan dan menyerang kasuari sebagai gantinya. Babi menurunkan habitat
dan kualitas air oleh berkubang dan perakaran sekitar sungai dan rawa-rawa.
Sebagian kasuari tergantung pada air segar untuk minum sehari-hari dan mandi
perubahan

ketersediaan

air

dan

kualitas

bisa

mengancam

populasi

(Bentrupperbumer, 1998)
5. Interaksi dengan Manusia
Pemberian makanan kepada kasuari beresiko untuk kasuari dan manusia,
dan meskipun ilegal, orang masih memberi mereka makan. kasuari liar

18

dikondisikan untuk sumber makanan manusia dapat menjadi agresif saat


melindungi. burung mungkin kemudian menjadi bahaya. 150 insiden direkam
dari serangan kasuari pada manusia, 75 persen yang diketahui atau dicurigai
akibat pemberian makanan. Burung menjadi kurang waspada terhadap manusia,
mereka mungkin menjadi lebih rentan terhadap serangan anjing dan kematian
jalan karena mereka bergerak di sekitar mencari makanan. Pemberian makanan di
pinggir jalan oleh manusia, kasuari akan tertarik untuk ke jalan dan akibatnya
tertabrak kendaraan(Bentrupperbumer, 1998)
6. Penyakit
Kemungkinan penyakit unggas di kasuari memberikan bukti serius di
seluruh dunia bahwa penyakit satwa liar menjadi ancaman yang berkembang
dalam biologi konservasi (Daszek et al 2000)..Penyakit yang dikenal termasuk
parasit internal (terutama ascarids), aspergillosis, Aspergillus fumigatus, dan
tuberkulosis burung (TB), Mycobacterium avium. burung yang belum matang (812 bulan) akan paling banyak terpengaruh .TB burung adalah penyakit yang ada
di mana-mana dengan organisme yang ditemukan di lingkungan termasuk tanah
dan air. Aspergillosis, infeksi mikotik yang paling umum dari saluran pernapasan
pada burung mungkin adalah penyakit sekunder dari kasuari lemah menyebabkan
gejala pernafasan dan akhirnya kematian Karena aspergillosis adalah infeksi
oportunistik, stres dan kekurangan gizi dapat menyebabkan imunosupresi dan
peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Romer 1997).
7. Bancana Alam
Topan tropis adalah bagian integral dari sejarah alam utara Queensland
.Webb (1958) memperkirakan bahwa tak satu pun dari hutan hujan dataran rendah
dan kaki bukit utara Queensland bisa menghindari kerusakan topan parah selama
lebih dari 40 tahun. Dua topan

parah sejak pertengahan 1980-an telah

menyebabkan gangguan yang cukup besar dan luas untuk habitat burung kasuari;
Topan Winifred pada tahun 1986 dan siklon Larry pada tahun 2006. Meskipun
pemulihan vegetatif hutan muncul cepat ,kebakaran dan gulma invasi di daerah
yang terganggu berpotensi menempatkan habitat pada risiko lebih lanjut dari
degradasi. Peristiwa topan akan terus mempengaruhi populasi burung kasuari.

19

Terutama populasi yang kecil dan fragmentasi populasi yang rentan terhadap
ancaman yang ditimbulkan oleh pembangunan, isolasi dan tekanan lainnya
(Webb, 1958)
Ancaman Khusus
Burung kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius Linn 1758) adalah
salah satu jenis satwa burung yang dapat dijumpai di kawasan hutan Papua.
Burung jenis ini hidup di lantai hutan untuk mencari makan maupun beraktifitas
lainnya. Di Indonesia dan Papua New Guinea, spesies ini sangat diburu, ditangkap
dan diperdagangkan dekat dengan daerah penduduk, menjadi nilai pentingnya
budaya, dan merupakan sumber makanan utama bagi masyarakat subsisten spesies
ini diperdagangkan di tingkat sub-nasional untuk memasok pasar di daerah yang
lebih padat penduduknya .Peningkatan populasi manusia dan penyebaran senapan
yang digunakan untuk tekanan berburu memperburuk pada spesies (Johnson et al.
2004).
Keberadaan satwa ini selalu menjadi incaran para pemburu untuk diambil
telur, daging maupun bulunya sebagai pelengkap aksesoris pakaian adat. Tidak
semua suku yang ada di Papua memanfaatkan burung sebagai pemenuhan
kebutuhan protein hewani maupun sebagai pelengkap aseksoris pakaian adat.
(Warsito dan Bismark, 2012).
6. Metode Konservasi
A. Konservasi Ex Situ
Shanaz dan Rudyanto (1995) mengatakan bahwa burung kasuari
merupakan salah satu jenis burung yang rentan kepunahan karena selalu diburu
untuk diambil bagian-bagian tubuhnya. Hal ini dipercepat lagi dengan rusaknya
habitat alami, sebagai dampak dari pembalakan liar, kebakaran hutan, bencana
alam dan konversi hutan menjadi areal untuk pemanfaatan lain seperti
perkebunan, pertambangan, transmigrasi dan pemukiman penduduk (Warsito dan
Bismark, 2012).
Nandika (2005) mengatakan bahwa laju perusakan hutan di Indonesia
dalam kurun waktu 25 tahun terakhir mencapai 0,9 juta hektar pertahun, Program

20

inventarisasi hutan Nasional pada Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa


perusakan hutan yang terjadi rata-rata sebesar 0,8 juta hektar setiap tahunnya.
Bahkan pada tahun 2004 laju kerusakan hutan tercatat mencapai 3,6 juta hektar
(Dahliawati ,2010)
Oleh karena itu, guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi
burung di Indonesia, perlu dilakukan kegiatan konservasi. Konservasi burung
dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya); seperti melalui
perlindungan jenis, pembinaan habitat dan populasi; dan secara ex-situ (di luar
habitat alaminya), salah satu diantaranya melalui penangkaran. Kegiatan
penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk kegiatan konservasi jenis dan
peningkatan populasi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian
dan pengembangan wisata. Keberhasilan kegiatan penangkaran dipengaruhi
beberapa aspek antara lain bentuk kandang, kesehatan satwa dan pemberian jenis
pakan. Burung kasuari yang hidup ditempat penangkara tidak dapat mencari
makan sendiri, namun tergantng pada penangkaran atau pemeliharaanya (Warsito
dan Bismark, 2012)
Hasil penangkaran dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai dengan syaratsyarat dan peraturan yang berlaku), serta sebagian dapat dimanfaatkan untuk
tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2). Dalam rangka
mendukung upaya konservasi burung, khususnya melalui penangkaran, telah
dilakukan serangkaian kegiatan penelitian yang berkaitan dengan habitat,
perilaku, pakan dan pengelolaan penangkaran berbagai jenis burung di Indonesia.
Hasil-hasil penelitian dan kajian tersebut selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam
pengelolaan dan pengembangan penangkaran burung oleh pihak-pihak yang
berkompeten (Setio, 2000).
Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, serta PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar. Kegiatan penangkaran dan koleksi sebagaimana diatur
dalam PP 8 Tahun 1999 merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis florafauna liar dengan tujuan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis flora-fauna liar dilakukan

21

dengan mengendalikan pendayagunaan jenis flora-fauna atau bagian-bagiannya


serta hasil daripadanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan
keseimbangan ekosistem (Setio, 2000).
Pengelolaan penangkaran Casuari ini harus ditangani oleh suatu lembaga
konservasi yang tata cara dan institusinya diatur oleh pemerintah (dalam hal ini
oleh Menteri Kehutanan). Lembaga konservasi yang dimaksud dalam PP No. 7
Tahun 1999 ini di antaranya dapat berbentuk: Kebun Binatang, Musium Zoologi,
Taman Satwa Khusus, dan Pusat Latihan Satwa Khusus. Lembaga konservasi
tersebut memiliki fungsi utama yaitu pengembangbiakan dan atau penyelamatan
satwa burung dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Selain
mempunyai fungsi utama tersebut, lembaga konservasi juga berfungsi sebagai
tempat pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu
pengetahuan. Dalam rangka menjalankan fungsinya, lembaga konservasi dapat
memperoleh satwa burung, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi,
melalui: pengambilan atau penangkaran dari alam; hasil sitaan; tukar menukar;
atau pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi. Sementara itu, kegiatan
koleksi satwa burung (termasuk pula flora-fauna lainnya) untuk tujuan peragaan
sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun 1999, selain oleh lembaga konservasi, juga
dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal. Peragaan yang
dilakukan oleh orang atau badan di luar lembaga yang disebutkan sebelumnya
harus dengan izin Menteri Kehutanan (Setio, 2000).
Berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, kegiatan koleksi dan penangkaran burung
di daerah merupakan bagian dari pengelolaan di luar habitat (ex situ) dengan
maksud untuk menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis satwa
burung. Kegiatan tersebut meliputi pula pemeliharaan, perkembang-biakan, serta
penelitian dan pengembangannya. Kegiatan pemeliharaan burung termasuk satwa
kasuari (sebagai bagian dari kekayaan jenis flora fauna) di luar habitat wajib
memenuhi syarat: memenuhi standar kesehatan satwa burung; menyediakan
tempat yang cukup luas, aman dan nyaman; serta mempunyai dan mempekerjakan
tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk

pengembangan

populasi

di

alam

agar

tidak

punah.

Kegiatan

22

pengembangbiakan jenis di luar habitatnya wajib memenuhi syarat: menjaga


kemurnian jenis, menjaga keanekaragaman genetik, melakukan penandaan dan
sertifikasi, dan membuat buku daftar silsilah (studbook). Sementara itu,
kegiatan penelitian dan pengembangan jenis burung casuari di luar habitatnya
dilakukan sebagai upaya untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan
ketersediaan sumber daya jenis satwa tersebut secara lestari. Kegiatan tersebut
dilaksanakan melalui pengkajian terhadap aspek-aspek biologis dan ekologis baik
dalam bentuk penelitian dasar, terapan maupun uji coba (Warsito dan Bismark,
2012)
B. Konservasi In- Situ
In situ konservasi merupakan komponen penting dari konservasi dan
pengelolaan sumber daya genetik. Ini melengkapi upaya konservasi ex situ koleksi
lokal, nasional, dan internasional dan memberikan beberapa keuntungan penting.
Konservasi in situ melestarikan gen potensial penting dan berguna, banyak yang
dapat tidak dikenal saat ini. Keberadaan mereka memungkinkan proses selektif
dan adaptif yang menimbulkan sifat genetik baru untuk terus dalam menanggapi
tekanan lingkungan. daerah ini dapat menjadi sumber dari sifat-sifat genetik
belum ditangkap di koleksi ex situ. Cadangan insitu juga dapat memberikan
laboratorium hidup untuk mempelajari keragaman genetik dari spesies liar yang
merupakan nenek moyang tanaman modern (
Konservasi ekosistem dan spesies keanekaragaman secara tradisional telah
ditangani oleh lembaga lokal atau nasional yang bertanggung jawab untuk satwa
liar dan kawasan lindung. Konservasi keanekaragaman genetik, bagaimanapun,
telah menjadi perhatian dari mereka yang bertanggung jawab untuk pertanian
(termasuk hortikultura) dan silvikultur. Perbedaan ini mungkin sebagian
bertanggung jawab. Lebih sering, bagaimanapun, kurangnya dasar ilmiah dan
ekonomi yang memadai untuk membangun dan memelihara dalam upaya
konservasi in situ dipandang sebagai kewajiban bersama (
Konservasi In-Situ telah diusulkan untuk melestarikan spesies liar yang
terkait satwa yang populasinya menurun derastis; Dewan Internasional untuk
satwa-satwa yang dilingdung. Bagi mereka spesies, konservasi In situ

23

memberikan stabilitas relatif keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas.


Konservasi in situ dapat dilihat sebagai proses dinamis yang memungkinkan
kelangsungan proses evolusi yang menghasilkan keragaman genetik dan adaptasi (
Kasuari merupakan satwa yang belum terlalu familiar ditelinga masyarakat
umum Indonesia namun cukup banyak menyita perhatian pemerintah sebab
menurunnya populasi dialam cukup segnifikan, upaya dalam program peletarian
in situ belum begitu banyak dilakukan untuk hewan casuari itu sendiri.casuari
sendiri hidup diindonesia dan juga diaustralia. Casuari sendiri sangat rentan
karena ruang lingkup baik diindonesia maupun diaustralia semakin sempit dengan
diadakannya pembukaan lahan . Mayoritas spesies yang tiba di pusat ini adalah
dari penyelundupan perdagangan gelap. Idealnya, mereka dilepaskan setelah
pemeriksaan medis. Namun, spesies yang jinak, mudah bergaul dan biasanya akan
ditaruh

dikebun

binatang

ataupun

dikembalikan

dihabitat

aslinya

Konservasi casuari secara in situ sangat perlu dilakukan karena di alam


liar populasi casuari terus berkembang di lingkungan yang sama di mana karakter
yang dimiliki terlihat, makanan dan predator juga ada sehingga rantai makanan
tetap berjalan secara semestinya. Tujuan untuk membangun program konservasi
yang efektif, penting untuk melibatkan penduduk lokal, melakukan kampanye
kesadaran dan menyediakan mereka dengan pengetahuan dan peralatan yang
diperlukan untuk melindungi binturong itu sendiri. Konservasi in situ sementara
aktif memberikan kontribusi, tidak hanya untuk perlindungan dari satu atau lebih
spesies, tetapi juga untuk pembangunan berkelanjutan pada umumnya, terutama di
negara-negara berkembang (
C. Metode konservasi
Tindakan Pemulihan
Rencana

Pemulihan

untuk

kasuari

menetapkan

tindakan

untuk

mengamankan perlindungan jangka panjang kasuari melalui peningkatan


perlindungan habitat dan peningkatan, ancaman pengurangan dan program
keterlibatan masyarakat. penduduk setempat di daerah kasuari akan mendirikan
pembibitan tanaman pangan kasuari sehingga revegetasi yang dapat digunakan

24

untuk mengembalikan habitat burung kasuari pada lahan yang dibuka, dan
menciptakan koridor antara patch yang ada habitat (
Perencanaan pemerintah daerah juga dapat digunakan untuk melindungi
habitat burung kasuari. Departemen Lingkungan dan Warisan Perlindungan telah
memetakan habitat burung kasuari itu sebagai satwa yang dilindungi. Informasi
ini kemudian dapat dipertimbangkan ketika menilai perkembangan masa depan
hewan tersebut. Sebuah metode untuk memperkirakan kelimpahan kasuari dari
materi genetik sedang dikembangkan oleh CSIRO. Karya terbaru telah
menunjukkan bahwa sel-sel dari lapisan perut dari kasuari yang pingsan di scats ,
sehingga dengan mengumpulkan scats ini, dan menganalisis sel-sel yang
ditemukan di dalamnya, dimungkinkan untuk mengidentifikasi jenis kelamin dan
kode genetik dari setiap burung. Hasil ini mungkin membantu untuk
memperkirakan ukuran populasi, serta seberapa jauh burung bergerak dan pola
peternakan mereka (
D. Perlindungan Kasuari
Setiap orang dapat membantu melindungi kasuari yang tersisa. Apabila
tinggal atau mengunjungi wilayah Kasuari, hal yang harus dilakukan adalah:
-

Hati-hati saat berkendara. Memperlambat untuk menghindari memukul hewan

apapun tetapi tidak berhenti untuk menonton mereka.


Menahan anjing anda, terutama ketika kasuari sekitar.
Tidak pernah memberi makan kasuari, terutama di sisi jalan di mana mereka

mungkin akan terkena mobil yang lewat.


Jika anda memberi mereka makan, mereka mungkin akan ketergantung
kepada anda, kesehatan mereka akan terganggu dan mereka mungkin
kelaparan ketika anda pergi atau pindah ke tempat lain. Hal ini juga dapat

membuat mereka agresif terhadap orang lain.


Tanaman tanaman pangan kasuari. Kasuari pemulihan teamexternal link ikon
dapat memberikan saran tentang pohon terbaik untuk tanaman.

7. Upaya atau Solusi


Upaya Pelestarian Burung Kasuari (Pemerintah)
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pelestarian Kasuari diantaranya :

25

Dilakukan penangkaran
Kegiatan penangkaran dan koleksi sebagaimana diatur dalam PP 8 Tahun
1999 merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan
tujuan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis flora-fauna liar dilakukan dengan
mengendalikan pendayagunaan jenis flora-fauna atau bagian-bagiannya serta
hasil daripadanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan
keseimbangan ekosistem (Setio, 2000).
Pengelolaan penangkaran Casuari ini harus ditangani oleh suatu lembaga
konservasi yang tata cara dan institusinya diatur oleh pemerintah (dalam hal
ini oleh Menteri Kehutanan). Lembaga konservasi yang dimaksud dalam PP
No. 7 Tahun 1999 ini di antaranya dapat berbentuk: Kebun Binatang, Musium
Zoologi, Taman Satwa Khusus, dan Pusat Latihan Satwa Khusus (Setio,
2000).

Adanya status perlindungan. Semua jenis kasuari telah masuk dalam daftar
jenis yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7
tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Dengan status tersebut
maka setiap orang yang tidak boleh berburu, menyimpan, memiliki,
mengangkut burung kasuari dan atau bagian-bagiannya.

Upaya Pelestarian Burung Kasuari (LSM)

Upaya Pelestarian Burung Kasuari menurut kelompok

DAFTAR PUSTAKA

26

A&RMCANZ - Agriculture and Resource Management Council of Australia and


New Zealand, Australian and New Zealand Environment Conservation
Council and Forestry Ministers. 2001. Weeds of National Significance.
Pond Apple (Annona glabra) Strategic Plan. National Weeds Strategy
Executive Committee, Launceston.
Beehler, B. M., T. K. Pratt and D. A. Zimmerman. 1986. Birds of New Guinea.
New Jersey : Princeton University Press.
Bentrupperbumer, J. M. 1998. Reciprocal ecosystem impact and behavioural
interactions between cassowaries, Casuarius casuarius and humans,
Homo sapiens exploring the natural-human environment interface and its
implications for endangered species recovery in north Queensland,
Australia. Unpubl. PhD thesis. James Cook University of North
Queensland. Townsville.
BirdLife International. 2012. Casuarius casuarius. The IUCN Red List of
Threatened

Species

2012:

e.T22678108A40066070.

http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.20121.RLTS.T22678108A40066070.
en [ diakses tanggal 11 Mei 2016]
Crome, F,H,J. 1993. A catalogue of important Cassowary populations in the Wet
Tropics. Unpublished report to the Wet Tropics Management Authority.
Daszak, P., Cunningham, A.A. and Hyatt, A.D. 2000. Emerging infectious
diseases of wildlife threats to biodiversity and human health. Science
287: 44349
Garnett, S. T.; Szabo, J. K.; Dutson, G. 2011. The Action Plan for Australian
Birds 2010. CSIRO Publishing, Collingwood.
Johnson, A.; Bino, R.; Igag, P. 2004. A preliminary evaluation of the sustainability
of cassowary (Aves: Casuariidae) capture and trade in Papua New
Guinea. Animal Conservation 7(2): 129-137.

27

Latch, P 2007. National recovery plan for the southern cassowary Casuarius
casuarius johnsonii.. Report to the Department of the Environment,
Water, Heritage and the Arts, Canberra.
Moore, L.A. and Moore, N. J. Pty. Ltd. 2001. The Cassowaries of Mission Beach.
Report to the Wet Tropics Management Authority.
Nandika, D. 2005. Hutan bagi ketahanan nasional. Cetakan pertama Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Oktovina Eryanan. 2006. Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Balai Litbang
Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari.
Romer, L. 1997. Cassowary Husbandry Manual, Proceedings of February 1996
Workshop. Currumbin Sanctuary, Currumbin.
Setio, P. 2000. Teknik penangkaran burung langka di Irian Jaya. Laporan Tahunan.
Tidak Diterbitkan.
Setter, M., Bradford, M., Dorney, B., Lynes, B., Mitchell, J., Setter, S. and
Westcott, D. 2002. Pond apple are the endangered cassowary and feral
pig helping this weed to invade Queenslands Wet Tropics? 13th
Australian Weeds Conference Papers and Proceedings, Fremantle, Perth.
Plant Protection Society of WA.
Shanaz, J. P. Jepson dan Rudyanto. 1995. Burung-burung terancam punah di
Indonesia. PHPA Birdlife Internasional Indonesia Programme. Bogor.
Shanaz, J. P. Jepson dan Rudyanto. 1995. Burung-burung terancam punah
di Indonesia. Bogor : PHPA Birdlife Internasional Indonesia Programme.
Soesilawaty

S.A

.2015.

Materi_pembelajaran_zoologi_vertebrata/aves.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19590401
1983032 [ diakses yanggal 11 Mei 2016 ].

28

Warsito H dan Bismark M. 2012. Preferensi Dan Komposisi Pakan Kasuari


Gelambir Ganda

(Casuarius Casuarius Linn 1758) Di Penangkaran

(Food Composition And Preference Of Double Jowls Cassowary


(Casuarius Casuarius Linn 1758) In Captivity). Jurnal Penelitian dan
Konservasi Alam. Vol 9 (1) : 013-021.
Warsono. 2002. Pola tingkah laku makan dan kawin burung kasuari (Casuarius
sp.) dalam penangkaran di taman burung dan taman anggrek Biak.
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana/S3.
Institut Pertanian Bogor. November 2002.
Webb, L.J. 1958. Cyclones as an ecological factor in tropical lowland rainforest,
north Queensland. Australian Journal of Botany 6: 2208
Werren, G.L. 2001. Environmental Weeds of the Wet Tropics: Risk Assessment and
Priority Ranking. Report to WTMA, Rainforest CRC, Cairns.

29

Anda mungkin juga menyukai