EVOLUSI
(ABKC 2701)
“MEKANISME DOMESTIKASI”
Disusun Oleh:
Kelompok I
Aulia Halwa (1810119320016)
Rizka Annida Fiqriani (1810119320011)
Sry Wahyuni (1810119320018)
Try Dayanti (1810119320012)
Dosen Pengampu:
Dr. Dharmono, M.Si.
Mahrudin, S.Pd., M.Pd.
Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................i
PENDAHULUAN....................................................................................................i
1.1 Latar Belakang...........................................................................................i
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................iii
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................iii
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
2.1 Pengertian Domestikasi..................................................................................1
2.2 Sejarah Perkembangan Domestikasi Hewan dan Tumbuhan.........................3
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Domestikasi......................................................7
2.4 Mekanisme Domestikasi................................................................................9
2.5 Domestikasi Hewan......................................................................................13
2.6 Domestikasi Tumbuhan................................................................................25
2.7 Kelebihan dan Kekurangan dari Domestikasi..............................................29
BAB III..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
3.1 Kesimpulan................................................................................................31
3.2 Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
i
domestikasi adalah proses penjinakan hewan liar dan binatang buas
menjadi hewan peliharaan, pembudidayaan tumbuhan menjadi tanaman,
dan pembiakan mikroorganisme untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan
kegunaannya bagi kehidupan manusia. Dalam arti yang sederhana,
domestikasi merupakan proses penjinakan yang dilakukan terhadap hewan
atau tanaman liar yang ada di alam menjadi hewan atau tumbuhan yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Hewan liar yang ada di alam sangat sulit untuk dimanfaatkan oleh
manusia karena perilaku/sifat hewan liar yang buas, maka dari itu hewan-
hewan liar yang ada harus dijinakkan terlebih dahulu. Menurut Ekastuti
(2012) domestikasi merupakan pengadopsian yang dilakukan manusia
terhadap tumbuhan dan hewan dari alam liar ke dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Sesuai dengan pendapat di atas Ensminger (dalam
Sulistyoningsih, 2011) menambahkan bahwa tingkah laku hewan adalah
reaksi seluruh organisme pada rangsangan tertentu atau cara bereaksi
terhadap lingkungannya. Pengubahan perilaku/sifat merupakan hal yang
penting dalam proses domestikasi hewan, karena hewan yang lebih jinak,
tenang, serta penurut akan memudahkan manusia dalam memanfaatkan
hewan tersebut.
Pada kenyataannya domestikasi juga merupakan salah satu cara
manusia untuk menyelamatkan populasi hewan yang hampir punah, karena
kelangsungan hidup peranakan hasil domestikasi lebih terjaga daripada
peranakan yang ada di alam liar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Zairin (dalam Anggoro, 2013) yang menyatakan bahwa domestikasi
merupakan suatu cara pengadopsian hewan dalam suatu populasi yang
hampir punah (terancam kelestariannya) dari kehidupan liar (habitat asli)
ke dalam lingkungan budidaya. Pelaksanaan domestikasi salah satunya
yaitu, untuk mengurangi ketergantungan induk-induk dari alam secara
bertahap dalam pelaksanaan budidaya berkelanjutan (sustainable
aquaculture) dan digantikan dengan induk-induk produktif hasil
domestikasi.
ii
Pelaksanaan domestikasi di alam merupakan hal yang membutuhkan
proses bertahap, karena dalam kenyataannya penjinakan hewan tidak
langsung terjadi, harus sedikit demi sedikit. Effendi (dalam Anggoro,
2013) menyebutkan bahwa terdapat tiga tahapan domestikasi spesies liar,
yaitu: (1) mempertahankan agar tetap bisa bertahan hidup (survive) dalam
lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan artifisial, dan
terkontrol), (2) menjaga agar tetap bisa tumbuh, dan (3) mengupayakan
agar bisa berkembang biak dalam lingkungan terkontrol.
Hewan yang hidup di alam bebas belum terbiasa dengan kehidupan
manusia dan belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya, dari itu maka harus
ada penjinakan agar dapat hidup dalam lingkungan budidaya. Menurut
Muflikh (dalam Anggoro, 2013) disebutkan bahwa domestikasi merupakan
upaya untuk menjinakkan hewan liar yang hidup di alam bebas agar
terbiasa pada lingkungan rumah tangga manusia baik berupa pakan
maupun habitat. Kayadoe (2008) menambahkan bahwasanya penangkaran
merupakan proses domestikasi untuk hewan/satwa yang masih hidup liar.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Sejarah Perkembangan Domestikasi Hewan dan Tumbuhan
Sejarah pemanfaatan hewan dan tumbuhan secara budidaya dimulai sekitar
12.000 sampai 14.000 tahun yang lalu, selama revolusi pertanian di awal
Neolitikum, melalui domestikasi sebagian besar tanaman pangan dan spesies
hewan. Kontrol dari produksi pangan tersebut mengarah kepada perubahan
demografi utama, teknologi, dan militer. Proses domestikasi hewan dan
tumbuhan dinilai menjadi salah satu perkembangan terpenting dalam sejarah,
dan salah satu prasyarat meningkatnya peradaban Setelah diawali domestikasi,
penyebaran pertanian meningkat secara cepat pada hampir semua habitat
daratan. Ribuan tahun setelah seleksi oleh alam dan manusia, hanyutan
genetik, inbreeding, dan crossbreeding berkontribusi terhadap keragaman flora
dan fauna yang memungkinkan dilakukannya budidaya hewan dalam berbagai
lingkungan dan sistem produksi. Keragaman hayati merupakan hal penting
untuk semua sistem produksi flora dan fauna. (Bamualim, 2009).
Domestikasi tanaman, kambing, sapi, dan hewan lain yang berhasil
pertama kali—yang menandai permulaan Zaman Neolitikum—terjadi sekitar
sebelum 9500 SM. Namun, baru pada Periode Neolitikum, pertanian primitif
muncul sebagai bentuk aktivitas sosial, dan domestikasi berlangsung dengan
baik. (Periode Neolitik terjadi pada waktu yang berbeda di seluruh dunia tetapi
umumnya diperkirakan dimulai antara 10.000 dan 8.000 SM.) Meskipun
sebagian besar hewan peliharaan dan tumbuhan yang masih melayani manusia
dipilih dan dikembangkan selama Periode Neolitik, beberapa contoh penting
muncul kemudian. Kelinci, misalnya, tidak dijinakkan sampai Abad
Pertengahan; bit gula mulai dibudidayakan sebagai tanaman pertanian
penghasil gula hanya pada abad ke-19; dan mint menjadi objek produksi
pertanian baru-baru ini pada abad ke-20. Juga di abad ke-20, cabang baru
pemuliaan hewan dikembangkan untuk mendapatkan bulu berkualitas tinggi
(Britanica, 2020).
3
Menurut Wallack (2001), Tanaman utama dunia berasal dari gandum, jagung ,
dan padi. Selebihnya dari sekitar 100 spesies tumbuhan, antara lain : kedelai,
tebu, sorghum, kentang, dan ubi kayu. Di samping itu, sekitar 95 % dari
produk daging, susu, dan telur unggas dihasilkan oleh sebanyak lima spesies
hewan ternak.
1) Domestikasi domba dan kambing
2) Domestikasi Babi
5
menghasilkan daging . Memelihara babi juga lebih mudah karna ia dapat mencari
makan sendiri di hutan-hutan atau di jalan-jalan ,sedangkan kambing
membutuhkan perhatian dan perawatan .
3) Domestikasi Sapi
Sapi dan babi didomestika sekitar tahun 7000 – 6500 SM di wilayah asia
barat . Sapi merupakan hewan herbivora yang menghasilkan susu ,daging, dan
kulit. Ukuran lebih besar,liar, dan sulit dijinakan disbanding domba dan
babi ,itulah alsan manusia pada zaman dahulu menjadiakn sapi betina sebagai
lambang kekuatan . inovasi terpenting dari penggunaan sapi adalah untuk
menarik bajak yang sangat berperan penting dalam meningkatkan produktivitas
pertanian .
Dari empat hewan ruminansia yang paling umum diternakan ,sapi paling
signifikan di kehidupan pedesaan karna kekuatan hewan tersebut berguna sebagai
tenaga tambahan bagi manusia .
4) Domestikasi Kucing
6
Kucing telah didomestikan sekitar 3000 SM. Kucing adalah hewan satu-
satunya yang diizinkan tinggal di dalam rumah manusia pemeliharanya. Di alam
liar, hewan lain lebih sering berkelompok, sedangkan kucing hidup secara soliter.
Karena kemadirirannya itu, kucing jadi dimanjakan, kucing bisa memperoleh apa
saja dari manusia. Kucing juga berguna sebagai pengedali hama tikus.
5) Domestikasi Kuda
Kuda telah didomestikasi sejak kurang lebih 3000 SM. Manfaat yang
dirasakan manusia dalam mendomestikasikan hewan ini hampir sempurna. Dulu
di Amerika, hewan ini sempat punah, kemudian pada abad 16 M dikenalkan
kembali oleh Eropa. Kuda adalah hewan yang memanfaatkan padang rumput yang
kurang subur jauh lebih baik dari herbivora lainnya. Di Asia Tengah, dahulu cuma
untuk diambil daging dan susunya saja, kemudian disadari ternyata kuda bisa
dijadikan alat transportasi yang membuat manusia bisa bergerak kesana-kemari
berkali-kali lipat lebih cepat. Jadi, kuda didomestikasi untuk tiga hal, yaitu:
1. Sumber tenaga
2. Sebagai tunggangan perang
3. Alat transportasi
7
12.900 tahun yang lalu adalah periode yang sangat dingin dan kering yang
menekan manusia untuk meningkatkan strategi mereka dalam mencari makan.
Selain cara dan/atau metode yang mengantar pada penemuan organisme
domestik (GMO dan TO), tahapan aktivitas domestikasi menurut Simon (1996)
akan sangat ditentukan oleh factor-faktor biologi, kebijakan, pasar, dan sosial.
Pemanfaatan selanjutnya melalui budidaya dan bahan pangan yang dihasilkan,
membutuhkan metode aplikasi yang berjangkauan komprehensif dan berlandasan
aksiologis memadai. Dalam bidang akuakultur, Pullin (1994) menyatakan bahwa
permasalahan utama yang dihadapi ilmuwan dan pengambil keputusan adalah
efek jangka panjang pada keragaman hayati akuatik yang tidak dapat diprediksi
secara tepat berkenaan dengan kemungkinan lolosnya GMO dari wadah budidaya.
Hal yang sama dengan intensitas beragam dapat saja berlaku dalam kegiatan
budidaya pertanian lainnya. Untuk itu, Peraturan Pemerintah RI No.27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup menyatakan usaha
dan/atau kegiatan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, antara
lain : (1) introduksi suatu jenis tumbuhan baru atau jazad renik yang dapat
menimbulkan penyakit baru terhadap tanaman, (2) introduksi suatu jenis hewan
baru yang dapat mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada, (3) penggunaan
bahan hayati dan nir-hayati mencakup pengertian perubahan.
Pada awal Holosen dari 11.700 tahun yang lalu, kondisi iklim yang
menguntungkan dan peningkatan populasi manusia menyebabkan domestikasi
hewan dan tumbuhan skala kecil, yang memungkinkan manusia untuk menambah
makanan yang mereka peroleh melalui berburu dan meramu.
Transisi Neolitik menyebabkan masyarakat pertanian muncul di lokasi-
lokasi di seluruh Eurasia, Afrika Utara, serta Amerika Selatan dan Tengah.
Di Fertile Crescent atau Bulan Sabit Subur (wilayah berbentuk bulan sabit di
Timur Tengah) pada 10.000-11.000 tahun yang lalu, zooarkeologi menunjukkan
bahwa kambing, babi, domba, dan sapi taurin adalah ternak pertama yang
didomestikasi.
Dua ribu tahun kemudian, zebu (kadang-kadang dikenal sebagai sapi
indikine atau punuk, adalah spesies atau subspesies sapi domestik yang berasal
8
dari Asia Selatan, yang dicirikan oleh punuk berlemak di bahu mereka, dan
terkadang telinga terkulai) didomestikasi di tempat yang sekarang disebut
Baluchistan di Pakistan.
Di Asia Timur 8.000 tahun yang lalu, babi didomestikasi dari babi hutan
yang secara genetik berbeda dari yang ditemukan di Bulan Sabit Subur. Kuda itu
didomestikasi di stepa Asia Tengah 5.500 tahun yang lalu. Baik ayam di Asia
Tenggara maupun kucing di Mesir didomestikasi 4.000 tahun yang lalu.
Kemunculan tiba-tiba anjing domestik (Canis lupus familiaris) dalam
catatan arkeologi kemudian menyebabkan pergeseran cepat dalam evolusi,
ekologi, dan demografi manusia dan berbagai spesies hewan dan tumbuhan.
Hal tersebut diikuti oleh domestikasi ternak dan tanaman, dan transisi
manusia dari mencari makan menjadi bertani di tempat dan waktu yang berbeda di
seluruh planet ini. Sekitar 10.000 YBP, cara hidup baru muncul bagi manusia
melalui pengelolaan dan eksploitasi spesies tumbuhan dan hewan, yang mengarah
ke populasi dengan kepadatan yang lebih tinggi di pusat-pusat domestikasi,
perluasan ekonomi pertanian, dan pembangunan komunitas perkotaan (Niken,
2020).
Adapun faktor pendukung dari keberhasilan domestikasi yaitu harus
mempertimbangkan lokasi yang tepat dimana domestikasi itu direncanakan,
teknologi yang dipakai untuk usaha domestikasi, fasilitas yang diperlukan,
sumberdaya manusia, ketersediaan modal usaha, aspek biologis (kebiasaan
makan, pertumbuhan, dan lain-lain (Niken, 2020).
10
Evolusi Mustard Liar Melalui Domestikasi Dalam seleksi buatan, manusia
adalah agen selektif. Banyak varietas tanaman silangan yang berbeda diciptakan
oleh manusia melalui pemuliaan selektif tanaman sawi liar yang bervariasi secara
genetik. Individu dengan karakteristik genetik yang diinginkan dibiakkan satu
sama lain sampai keturunan mereka menjadi sangat berbeda dari leluhurnya,
mustard liar.
Metode atau teknik domestikasi hewan dan tumbuhan dengan pendekatan
bioteknologi diartikan secara luas dan melimpah terhadap sejumlah sumber
informasi. Rekayasa genetika dijabarkan sebagai usaha pemodifikasain pada
penampilan genetika sel serta organisme dalam pemanipulasian gen melaui teknik
laboratorium. Hal tersebut adalah sintesis (paduan) antara genetika molekuler,
mikrobiologi serta biokimia, terutama pada aspek yang mencakup isolasi,
manipulasi, dan ekspresi materi genetik. Selain itu, rekayasa genetika mempunyai
penerapan yang luas dan tidak hanya pada penelitian dasar, akan tetapi juga pada
penelitian aplikatif, diantaranya untuk menghasilkan suatu protein dalam jumlah
yang massive (besar) dan mentransfer suatu material genetik untuk “menciptakan”
organisme-organisme (hewan, tanaman, dan mikrorganisme) dengan ciri-ciri
“yang diinginkan”.
11
Di dalam sebuah penelitian diungkapkan bahwa dalam rekayasa genetika,
urutan DNA tertentu dari organisme yang berbedadari spesies yang berbeda pula
dapat berintegrasi menjadi sebuah DNA hibrida (rekombinan DNA). Berkenaan
dengan hal ini, kloning molekuler dimungkinkan melalui serangkaian proses
isolasi, pemurnian, dan pereplikasian fragmen DNA khusus. Selanjutnya,
perubahan pada material genetika pada spesies yang secara alamiah tidak terjadi,
membuka peluang perubahan makeupgenetik suatu organisme. Dalam kultur
jaringan, rekayasa genetika menawarkan suatu metode langsung untuk
mengintroduksi suatu sifat tertentu melalui baik elektroforasi maupun
penembakan molekul DNA atau melalui Agrobacterium tumefaciens. Dalam
pengembang biakkanterseleksi pada hewan dimungkinkan untuk membawa gen
yang termbawa sifat secara langsung ke dalam hewan. Gen dapat diintroduksi ke
dalam hewan melalui vektor retrovirus, mikro-injeksi, dan embryonic-stem cells,
dimana melibatkan transfer gen ke dalam sel telur yang terfertilisasi atau ke dalam
sel dari embrio tingkat awal. Demikianlah untuk tumbuhan dan hewan termasuk
jazad renik, rekayasa genetika adalah suatu cara domestikasi dalam manajemen
genetik yang dapat saja mengundang masalah seperti dalam hal ketidakstabilan
vektor yang digunakan, ekspresi gen yang tidak sepenuhnya, dan gangguan
regulasi gen.
Sebagaimana yang telah diutarakan sebelumnya, wujud hakiki dari
domestikasi hewan dan tumbuhan berdimensi secaraluas. Selain caraatau metode
yang mengantarkan pada penemuan organisme domestik (GMO dan TO), tahapan
aktivitas domestikasi menurut Simon (1996) ditentukan oleh faktor-faktor biologi
12
pasar, kebijakan dan sosial. Pemanfaatan bahan pangan dan budidaya yang
dihasilkan, membutuhkan metode aplikasi yang komprehensif dan berlandasan
aksiologis memadai.
13
dikembangbiakkan daripada herbivora pemakan biji karena biji juga termasuk
salah satu bagian tumbuhan yang perlu didomestikasi.
Manusia melakukan domestikasi terhadap hewan untuk mengembangkan
sifat tertentu. Hewan yang dipilih untuk didomestikasi memiliki kriteria seperti
mampu berkembang biak di dalam penangkaran, tahan penyakit, tidak agresif,
serta mampu bertahan di segala cuaca. Hewan yang telah didomestikasi memiliki
perbedaan dengan nenek moyangnya, baik dalam bentuk maupun sifat. Misalnya,
sebelum didomestikasi, ayam liar hanya memiliki berat sekitar 2 pounds saja dan
hanya bertelur dalam jumlah yang sedikit tiap tahunnya. Namun, setelah
mengalami proses domestikasi kini ayam memiliki berat sampai 17 pounds dan
bisa bertelur 200 butir atau lebih tiap tahunnya.
Domestikasi hewan adalah salah satu langkah penting yang dilakukan
umat manusia. Di dunia, praktis hanya dua lokasi yang pernah melakukan
domestikasi awal hewan ternak yang dilakukan sebelum budidaya tanaman
pangan dilakukan, yaitu Asia Barat Daya (untuk domba, kambing, sapi, dan babi)
dan Dataran Tinggi Andes (untuk alpaka dan llama).
Domestikasi hewan merupakan hasil dari ”kontrak” yang dlakukan antara
manusia dengan hewan liar yang menjadi nenek moyang dari hewan sekarang.
Kontrak tersebut hakekatny adaah persahabatan antara manusia dengan hewan
untuk tujuan yang menguntungkan kedua belah pihak. Hewan mamalia yang
banyak di domestikasi adalah sapi,domba,kambing,kuda dan anjing sedangkan
dari golongan unggas adalah ayam,itik,kalkun dan burung dara.
Domestikasi berbeda dengan penjinakan hewan, Jika hewan jinak masih
berbiak di lingkungan alamiahnya atau dunianya dan pada dasarnya hewan yang
dijinakan masih menginginkan habitat alamiahnya. Berbeda dengan Hewan
Domestik yang tidak lagi memiliki kerabatannya di dunia liar, mereka di biakkan
dalam peternakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Domestikasi ternak
diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber
pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di
kemudian hari sebagai komoditi perdagangan.
14
Awal Mula Domestikasi Hewan
18
Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan
kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan
bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan.
Menurut ahli biologi Jared Diamond (2003), hewan harus memenuhi enam
kriteria agar dapat dipertimbangkan untuk didomestikasi:
1. Pakannya mudah didapatkan. Hewan tersebut harus mau memakan makanan
yang berada di luar piramida makanan manusia (gandum atau jagung),
pakannya tidak digunakan oleh manusia (rumput, dan sebagainya), dan
ekonomis untuk penyimpanannya.
2. Pertumbuhannya dengan cepat sehingga mempercepat proses
perkembangbiakan dan dimanfaatkan. Hewan besar seperti gajah
membutuhkan waktu tahunan hingga dapat dipergunakan.
3. Memungkinkan untuk dikembangbiakkan dalam penangkaran.
4. Tidak agresif.
5. Tidak mudah stres.
6. Memiliki hierarki sosial yang dapat dimodifikasi.
Karena syarat-syarat itulah, kebanyakan domestikasi dilakukan pertama-
tama untuk keperluan kesenangan semata sebagai hewan timangan (pet).
Banyak jenis ikan dan reptilia masa kini mulai ditangkarkan untuk keperluan
sebagai peliharaan, namun perilaku liarnya masih terbawa hingga sekarang.
Domestikasi memerlukan puluhan generasi untuk mendapatkan galur-galur
yang benar-benar adaptif dengan lingkungan buatan manusia, dikarenakan
domestikasi konvensional memerlukan waktu yang panjang.
Ada beberapa pola yang dikembangkan, yaitu game ranching dan game
farming:
1. Game ranching
Adalah penangkaran yang dilakukan dengan sistem pengelolaan yang
ekstensif. Ada dua arti yang berbeda (Robinson dan Bolen. 1984), pertama,
suatu kegiatan penangkaran yang menghasilkan satwa liar untuk kepentingan
olah raga berburu, umumnya jenis binatang eksotik, kedua, adalah kegiatan
penangkaran satwa liar untuk menghasilkan daging, kulit, maupun binatang
19
kesayangan, seperti burung, ayam hutan dan sebagainya. Pola penangkaran
ini telah berkembang di Afrika, Amerika Serikat dan Australia. Di Indonesia
sendiri pola ini telah di coba dikembangkan untuk jenis-jenis ayam hutan,
burung, reptil (buaya, ular, penyu) dan ungu lata (rusa, banteng).
2. Game farming
Yaitu kegiatan penangkaran satwa liar dengan tujuan untuk menghasilkan
produk-produk seperti tanduk, kulit, bulu, minyak dan taring/gading/tanduk.
Dalam pola ini dikembangkan juga penjinakan untuk keperluan tenaga kerja,
misalnya gajah.
Prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan
sejumlah satwa liar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari
alam, tetapi selanjutnya pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari
keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran tersebut. Ada empat
syarat untuk mengembangkan komoditi domestik melalui penangkaran agar
diperoleh hasil maksimal, yaitu:
a. Obyek (satwa liar), perlu memperhatikan populasinya di alam apakah
mencukupi atau tidak, kondisi spesies (ukuran badan, perilaku) dan proses
pemeliharaan serta pemanfaatannya.
b. Penguasaan ilmu dan teknologi, meliputi pengetahuan tentang ekologi satwa
liar serta dikuasainya teknologi yang sesuai dengan keadaan perkembangan
dunia.
a. Tenaga terampil untuk menggali dasar ekologi ataupun cara pengelolaan pada
proses penangkaran.
b. Masyarakat, berkaitan erat dengan sosial budaya dan diharapkan sebagai
sasaran utama dalam proses pemasaran produk.
Penangkaran dalam rangka budidaya dilakukan dengan sasaran utama
komersial terutama dari segi peningkatan kualitasnya, sehingga metode yang
diterapkan lebih ditujukan untuk peningkatan jumlah produksi yang
ditentukan oleh kaidah-kaidah ekonomi dan dikendalikan pasar. Metode ini
menerapkan teknologi reproduksi yang tinggi, seperti: inseminasi buatan,
20
transplantasi embrio, agar dapat dihasilkan keturunan jantan yang baik,
sehingga terjadi peningkatan.
Ada enam hal penting yang menjadi syarat utama terjadinya asosiasi
antara manusia dengan hewan melalui proses domestikasi yaitu:
1. Makanan yang bervariasi
Hewan yang di domestikan haruslah hewan yang cukup fleksibel dalam
mengkonsumsi makanan. Seperti herbivora atau omnivora. Hewan yang mau
mengkonsumsi berbagai jenis bahan pangan, khususnya bahan pangan yang
tidak di konsumsi oleh manusia, manusia akan lebih murah untuk
memeliharanya. Sedangkan hewan karnivora makanannya tidak bervariatif
karena hanya makan berupa daging segar, dan membesarkan hewan karnivora
lebh panjang dibandingkan hewan herbivora
2. Laju pertumbuhan yang tinggi
Hewan yang laju pertumbuhannya lambat tidak cocok untuk
didomestikasi karena akanmerugikan bagi yang memelihranya. Sebab, bagi
hewan yang laju pertumbuhannya cepat baikk secara fisik maupun sifat
memungkinkan manusia untuk mengembangbiakkannya dan kemudian
memeliharanya dalam jangka waktu yang cukup lama.
3. Mampu berbiak dilingkungan terkekang
Hewan yang mampu atau dapat bertahan jika dikembangbiakkan dalam
lingkungan manusia seperti dalam kandang atau rumah. Contohnya seperti
memelihara anjing disekitar rumah atau didalam kandang. Meskipun habitat
aslinya bukian dilingkungan manusia modern namun anjing dapat dijinakkan
dengan baik didalam lingkungan dan oleh manusia.
4. Perangai yang tidak terlalu agresif
Syarat lain bagi hewan yang akad didosmetikasi adalah tidak bersifat
mambahayakan bagi manusia. Terdapat banyak jenis hewan yang dapat
didosmetikasi jika dilihat dari sisi pertumbuhan yang cepat, namunn sifat
yang agresif dan suka menyerang manusia membuatnya membuatnya tidak
cocok didosmetikasi. Seperti zebra yang telah lama dan berkali-kali dilakukan
21
percobaan untuk didosmetikasi namun tetap tidak berhasil, ini karena zebra
memiliki prilaku yang suka menyerang orang didekatnya hingga membunuh.
5. Tidak mudah panic
Hewan yang cenderung panik atau tidak suka akan kedatangan manusia
didaerahnya, dalam artian hewan tersebut akan melarikan diri jika ada
manusia didekatnya termasuk hewan yang tidak cocok untuk didosmetikasi
kkarenaa kurang menarik untuk dipelihara. Contohnya : kijang dan rusa.
6. Struktur sosial
Maksudnya adalah hewan yang dapat bekerjasama, memiliki kesetiaan,
dan butuh pepimppin dari manusia atau pemeliharanya merupakan hewan
yang cocok untuk didosmetikasi. Contoh : anjing.
Contoh Hewan Domestikasi
1) Anjing
24
2) Kucing
Kucing adalah salah satu hewan yang berevolusi akibat hasil domestikasi
di zaman kuno. Menurut para ilmuwan dan ahli biologi, kucing peliharaan
saat ini merupakan hasil dari penjinakan kucing buas yang dulunya hanya
tinggal di hutan-hutan Afrika.
Hasil penelitian yang dicatat dalam Max Planck Institute ini juga
mengungkap bahwa proses domestikasi kucing telah terjadi 9.000 tahun yang
lalu. Ahli DNA berhasil melacak keberadaan kucing-kucing purba di Afrika,
Eropa, Timur Tengah, dan Asia Barat. Dari penelitian DNA yang dilakukan
secara terperinci, didapatkan bahwa induk utama kucing purba, yakni kucing
liar hutan, merupakan spesies Felis silvestris lybica. Spesies mamalia ini
diprediksi memiliki kaitan yang kuat secara DNA dengan kucing peliharaan.
Pada awalnya, manusia zaman kuno menangkap spesies kucing hutan
tersebut untuk dijadikan pemangsa tikus. Namun, karena sikap dan sifatnya
yang buas dan liar, diperlukan waktu yang cukup lama untuk "memaksa"
spesies tersebut menjadi lebih adaptif di lingkungan manusia. Proses
domestikasi selama ribuan tahun telah membentuk lajur evolusi yang berbeda
pada keduanya. Lajur evolusi ini telah memisahkan keduanya menjadi
subspesies yang berbeda pula, yakni kucing buas di hutan dan kucing jinak
peliharaan.
3) Sapi
25
Sapi potong atau pun sapi perah, keduanya merupakan hasil domestikasi
ternak. Tak ubahnya seperti anjing dan kucing, sapi juga mengalami
domestikasi yang sangat lama, bahkan diyakini hampir sama dengan rentang
waktu domestikasi yang terjadi pada anjing.
Para peneliti berhasil mengungkap alur DNA yang sama persis antara sapi
ternak modern dengan sapi ternak Eropa yang berusia 5.000 tahun lalu.
Dalam rentang waktu tersebut, kesamaan DNA sangat identik. Namaun,
begitu memasuki kisaran waktu yang jauh lebih lama, sekitar 15 ribu tahun
lalu, ditemukan percabangan spesies dari sapi ternak.
Diprediksi, nenek moyang dari sapi ternak modern adalah eurasian
aurochs (Bos primigenius). Hewan ini telah punah dan diyakini menjadi
nenek moyang dengan alur evolusi yang memunculkan subspesies sapi,
banteng, dan kerbau. Pada awalnya, spesies ini merupakan satwa liar yang
hidup di padang rumput wilayah Mesopotamia. Hasil penjinakan yang
dilakukan oleh manusia di zaman kuno mengakibatkan evolusi famili Auroch
dapat sangat beragam. Kondisi iklim dan lingkungan ternyata berpengaruh
pada hasil domestikasi. Sapi ternak Afrika dapat sedikit berbeda dengan sapi
ternak Eropa, begitu juga dengan sapi ternak di wilayah Himalaya.
4) Lebah Madu
26
Tidak di ragukan lagi pemburu menemukan sarang lebah mengingginkan
madunya, aka mereka mendapatkan resiko mendapatkan sengatan lebah.
Domestikasi lebah madu seharusnya lebih cocok dikatakan sebagai upaya
untuk mencari cara yang lebih aman dan lebih nyaman dalam memanen
madu. Titik balik dari domestik lebah madu adalah penemuan dimana
segerombolan lebah madu dapat dibujuk untuk masuk ke sarang khusus yang
dirancang oleh manusia untuk kenyamanan dan keamanan dalam
mengumpulkan madu.
5) Ayam
Dulu hutan-hutan di India dan Asia Tenggara banyak hidup ayam hutan
yang berwarna merah hidup, pejantan memiliki suara kokokan yang
mempesona dan berpenampilan gagah, ayam hutan dipelihara untuk di ambil
telur dan dagingnya sekitar 2000 SM. Diperkirakan jenis ayam domestik yang
ada di dunia saat ini merupakan keturunan dari ayam hutan tersebut.
27
DNA merupakan hasil pembentukan dari penampilan tumbuhan. Begitu
halnya perubahan padaukuran dan bentuk pada sejumlah tanaman, disertai
oleh laju pertumbuhan dan perkembangan. Lebih jauh, kehilangan substansi
racun yang merupakan unsur pelindung alami tumbuhan terhadap penyakit
dan hamatanaman yang terinfeksi di sejumlah tumbuhan yang didomestikasi.
Tampaknya, metamorfosis ini mengakibatkan penimbulan (mengefisiensi)
maupun penenggelaman (mendefesiensi) lebih dari satu unsur genetik sesuai
dengan faktor budidaya yang dipengaruhi.Hal ini kemudian memunculkan
kesempatan pada memodifikasi genetik, seperti persilangan antara tanaman
tebu Saccharum officinarum dengan S. spontaneum yang mempunyai gen
yang tahan dengan penyakit sereh yang mewabah pada tahun 1880.
Tujuan manusia melakukan domestikasi pada tumbuhan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk bahan baku kain, dekorasi,
atau komoditas perdagangan. Tumbuhan yang didomestikasi akan mengalami
perubahan baik pada bentuk maupun karakter yang dimiliki. Salah satu contoh
yang bisa dijelaskan adalah jagung (Zea mays).
Para ahli berpendapat bahwa jagung yang dibudidayakan sekarang ini
adalah bentuk evolusi dari jagung liar (Teosinte). Jagung yang sekarang
memiliki jumlah biji yang banyak dengan tongkol yang tertutup, berbeda
dengan Teosinte yang hanya memiliki jumlah biji yang sedikit dengan tongkol
yang terbuka.
28
saat ini banyak yang memiliki sifat tahan terhadap hama, tahan terhadap
penyakit, atau dapat bertahan dalam suhu tinggi maupun rendah.
Sampai sekarang, domestikasi pada hewan dan tumbuhan masih terus
dilakukan dan dikembangkan oleh manusia. Tidak hanya terpaku pada hewan
atau tumbuhan darat saja, tetapi juga hewan atau tumbuhan yang berkembang
biak di perairan, seperti ikan (misal: gurame, bandeng), udang (misal: udang
windu), dan alga (misal: makroalga merah).
Perubahan yang terjadi pada bentuk dan sifat akibat proses domestikasi
tersebut berbeda-beda tergantung dari masing-masing spesies dan budaya dari
komunitas manusia yang mengadopsinya. Dengan kata lain, manusia dapat
mempengaruhi bentuk evolusi pada tumbuhan dan hewan yang dapat
mengakibatkan terjadinya keanekaragaman spesies di dunia.
29
dikenali pertama kali dibudidayakan manusia, bersama-sama dengan padi.
Sisa-sisa gandum ditemukan pada beberapa situs arkeologi di Turki bidang
tenggara dan kawasan Bulan Sabit yang Subur (lembah Tigris dan Eufrat).
Bukti arkeologi bulir padi dengan karakteristik terdomestikasi ditemukan di
hilir Sungai Yangtze dan bermula dari masa 9.000–8.000 tahun SM.
Proses domestikasi tanaman berlangsung lambat dan manusia secara
tidak sengaja mengubah beberapa ciri fisik sehingga membuat tanaman
bertambah sesuai dengan penanganan yang dimainkan manusia. Sesuai bukti-
bukti arkeologi, sifat pertama yang berubah pada padi-padian budidaya
merupakan malai kehilangan sifat mudah rontok bila dipanen dan ukuran
bulir dilahirkan bertambah luhur daripada bentuk liarnya. Membesarnya
ukuran bulir pada padi, misalnya, ternyata disebabkan oleh suatu delesi
(mutasi berupa lenyapnya beberapa sekuens basa pada DNA) pada suatu gen
di kromosom (Ronnie, 2004).
Salah satu contoh yang bisa dijelaskan adalah jagung (Zea mays). Para
ahli berpendapat bahwa jagung yang dibudidayakan sekarang ini adalah
bentuk evolusi dari jagung liar (Teosinte). Teosinte memiliki tongkol
berukuran kecil dengan beberapa baris biji yang jumlahnya dapat dihitung
dengan jari. Meskipun demikian jumlah tongkol Teosinte lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah tongkol pada Jagung modern saat ini. Selama
domestikasi Teosinte kehilangan kemampuan untuk memiliki banyak
tongkol. Hal ini mengakibatkan jumlah tongkol pada Jagung modern lebih
sedikit dibanding dengan nenek moyangnya. Namun demikian terdapat
peningkatan ukuran panjang tongkol, yang mengakibatkan meningkatnya
daya hasil Jagung modern. Selain perbedaan ukuran panjang tongkol, sifat
biji yang menyebar ketika tongkol Teosinte matang juga hilang selama proses
domestikasi. Jagung modern memiliki biji yang tertanam dengan kuat pada
bonggol tongkolnya (cob), yang mencegah tersebarnya biji ketika tongkol
matang.
Seiring berkembangnya teknologi, manusia pun melakukan
pengembangan domestikasi tumbuhan dengan cara menyisipkan gen yang
30
dikehendaki atau melakukan perkawinan silang sehingga tanaman budi daya
saat ini banyak yang memiliki sifat tahan terhadap hama, tahan terhadap
penyakit, atau dapat bertahan dalam suhu tinggi maupun rendah (Azizah,
2017).
31
3. Tanaman dapat mengurangi polusi logam berat dalam tanah.
4. Menciptakan berbagai obat penyakit. Insulin sintetis adalah salah satu hasil
rekayasa genetika yang dapat digunakan dalam merawat pasien diabetes.
Selain kelebihan dari domestikasi hewan dan tumbuhan, adapun
kekurangan dari domestikasi hewan dan tumbuhan, di antaranya:
1. Munculnya berbagai gangguan kesehatan seperti alergi dan penyakit yang
belum diketahui lainnya.
2. Penurunan efektivitas dari pestisida karena tanaman akan menstimulus gen-
gen hama baru yang memiliki daya tahan yang lebih kuat.
3. Tanaman ataupun hewan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan
pada manusia bila dikonsumsi.
4. Terganggunya keseimbangan ekosistem karena akan adanya dominasi.
5. Tanaman jika tidak dibersihkan secara maksimal akan dikhawatirkan dapat
membunuh jasad renik dalam tanah yang bekas menanam tanaman tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Domestikasi merupakan salah satu cara yang dilakukan sebagai upaya
mengembangbiakkan tumbuhan atau hewan, misal termasuk ikan yang
biasa hidup liar (tidak terkontrol) dapat dikontrol dengan baik.
2. Sejarah pemanfaatan hewan dan tumbuhan secara budidaya dimulai
sekitar 12.000 sampai 14.000 tahun yang lalu, selama revolusi pertanian
32
di awal Neolitikum, melalui domestikasi sebagian besar tanaman pangan
dan spesies hewan.
3. Domestikasi hewan dan tumbuhan dipicu oleh faktor perubahan iklim
dan lingkungan.
4. Pada tahapan ilmu pengetahuan mulai berkembang, manusia mengambil
jarak dengan objek domestikasi, dan bertindak sebagai subjek yang
mengamati, memanfaatkan dan menelaah dan mengawali tahap
ontologies yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan yang bersumber
pada akal sehat yang didukung oleh metode.
5. Proses domestikasi pada hewan tampaknya sudah terjadi sejak zaman
Mesolitikum (10.000 SM).
6. Menurut sejarah, domestikasi tumbuhan telah lama dilakukan sejak
10.000 tahun yang lalu di Mesopotamia.
7. Domestikasi memiliki tujuan demi menjaga ketersediaan pangan
sebagaimana manusia membutuhkan padi, ayam peliharaan, domba, sapi
dan lainnya. Selain bisa diambil dagingnya, hewan-hewan tersebut juga
bisa dimanfaatkan unsur lainnya.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus, detail
dan rinci dalam penjelasan makalah ini, serta dengan sumber penulisan yang
lebih banyak dan relevan. Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan
saran terhadap kami tentunya dengan sifat yang membangun.
33
DAFTAR PUSTAKA
Evans, L.T. 1996. Crops Evolution, Adaptation, and Yield. Combridge Univ.
Press.
Pullin, R.S.V. 1994. Exotic Species and Genetically Modified Organisms in
Aquaculture and Enchanced Fisheries : ICLARM’s Position. NAGA, the
ICLARM Quarterly. 17(4): 19 – 24.
Zairin, M. Jr., 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan
34
Endikronologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Zairin, M.Jr. 2003. Endokrinologi dan Perannya Bagi Masa Depan Perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Gurubesar FPIK IPB.
LAMPIRAN
HASIL DISKUSI
35
Manusia melakukan domestikasi terhadap hewan untuk mengembangkan sifat
tertentu. Hewan yang dipilih untuk didomestikasi memiliki kriteria seperti
mampu berkembang biak di dalam penangkaran, tahan penyakit, tidak agresif,
serta mampu bertahan di segala cuaca.
Perubahan yang terjadi pada bentuk dan sifat akibat proses domestikasi
tersebut berbeda-beda tergantung dari masing-masing spesies dan budaya dari
komunitas manusia yang mengadopsinya. Dengan kata lain, manusia dapat
mempengaruhi bentuk evolusi pada tumbuhan dan hewan yang dapat
mengakibatkan terjadinya keanekaragaman spesies di dunia.
Domestikasi hewan dan tumbuhan dipicu oleh faktor perubahan iklim dan
lingkungan, Adapun faktor pendukung dari keberhasilan domestikasi yaitu
harus mempertimbangkan lokasi yang tepat dimana domestikasi itu
direncanakan, teknologi yang dipakai untuk usaha domestikasi, fasilitas yang
36
diperlukan, sumber daya manusia, ketersediaan modal usaha, aspek biologis
(kebiasaan makan, pertumbuhan, dan lain-lain (Niken, 2020).
38