PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ multisel yang
menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut. Proses pencernaan dibagi menjadi dua yaitu pencernaan secara mekanik dan kimiawi
(Wandy, 2012). Proses pencernaan secara mekanik yaitu proses perubahan makanan dari bentuk
besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus. Poses pencernaan mekanik dilakukan dengan
menggunakan gigi. Sedangkan Proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis) yaitu proses
perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan
menggunakan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh. Selain itu, sistem pencernaan terdiri atas saluran
pencernaan dan berbagai kelenjar (Suwiti, 2013).
Unggas adalah bangsa burung yang bulunya ditutpi oleh bulu missalnya ayam, itik dan
jenis burung lainnya. Secara garis besar, system pencernaan pada unggas hampir sama dengan
hewannya lainnya. Akan tetapi,perbedaan paling mencolok terlihat pada lambungnya yang dibagi
dua menjadi proventrikulus dan ventrikulus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian system percernaan?
2. Apa saja saluran percernaan pada unggas?
3. Apa saja kelenjar pencernaan pada unggas?
4. Apa saja kelainan yang terjadi pada system pencernaan pada unggas?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Fisiologi Veteriner II serta untuk mengetahui
lebih dalam mengenai system pencernaan pada unggas agar mahasiswa khususnya Fakultas
Kedokteran Hewan dapat mengetahui proses pencernaan pada unggas dan dapat mendiagnosa
penyakit atau gangguan yang terjadi pada system tersebut.
1.4 Manfaat Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah dengan menggunakan metode
studi pustaka, yaitu penulis mencari materi dari berbagai literature seperti buku dan internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak masuk dalam mulut sehingga
diabsorbsi (Pradana, 2012). Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai
kelenjar (Suwiti, 2013).
Proses pencernaan dibagi menjadi dua yaitu pencernaan secara mekanik dan kimiawi
(Wandy, 2012). Proses pencernaan secara mekanik yaitu proses perubahan makanan dari bentuk
besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus. Poses pencernaan mekanik dilakukan dengan
menggunakan gigi. Sedangkan Proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis) yaitu proses
perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan
menggunakan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.
2.2 Saluran Pencernaan Pada Unggas
Saluran pencernaan adalah suatu saluran panjang yang berliku-liku yang mulai dari mulut
dan berakhir pada dubur (anus). Secara garis besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai
tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa
yang dikeluarkan (Kamal, dalam Pradana, 2012). Gerakan peristaltik pada saluran pencernaan,
menyebabkan makanan dapat bergerak ke belakang sedangkan gerakan anti peristaltik dapat
ditunjukkan seperti peristiwa muntah pada hewan (Suwiti, 2013). Berikut adalah saluran
percernaan pada hewan:
2.2.1 Mulut/Paruh
Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh. Paruh terdiri atas empat lapis: tulang,
kutis, sub kutis dan epidermis yang betanduk (Suwiti, 2013).
memegang, menyobek, memecahkan makanan atau mangsanya (Haqqi, 2009). Unggas tidak
mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan
tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel
(Pradana, 2012). Karena tidak memiliki gigi maka proses mastikasi pada unggas tidak terjadi.
Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk
seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus sewaktu
lidah digerakkan dari depan ke belakang. Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan.
Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk
mempermudah masuk ke oesophagus (Pradana, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa saliva unggas mengandung amylase dan
sedikit lipase (Pradana,2012). Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk
membantu pada proses penelanan. Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi, karena
makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus ( gullet ).
Gambar 1. Paruh
2.2.2 Pharynk
Faring merupakan organ yang berada di dalam leher yaitu pada pangkal esofagus
yang berfungsi sebagai katup antara esophagus dengan mulut yang berkaitan dengan sistem
pencernaan makanan. Akan tetapi, pada sebagian besar unggas, rongga mulut dan pharynk
menjadi satu yang disebut oropharynk.
2.2.3 Esopagus
Oesophagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan
jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan pharynx pada bagian atas
dan proventriculus bagian bawah. Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan
makanan untuk masuk ke tembolok. Esophagus merupakan kelenjar mukosa atau hanya sebagai
penyalur makanan ke ingluvies (Siswanto, 2013).
Gambar 2. Esofagus
4
2.2.4 Tembolok/Crop
Tembolok/crop merupakan organ/saluran pencernaan yang hanya dimiliki oleh unggas.
Crop mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari
oesophagus dan pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan
getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan (Pradana, 2012). Tembolok ini berfungsi
sebagai tempat penampung atau penyimpan makanan sememntara sebelum dibawa ke
proventrikulus dan tembolok jagu merupakan tempat terjadinya proses fermentasi.
Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama
beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman karena pada tembolok terdapat kelenjar
yang mengeluarkan getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan (Pradana, 2012). Di
samping itu terdapat beberapa bakteri yang aktif yang dapat menghasilkan asam organik, yaitu
asam asetat dan asam laktat (Haqqi, 2009).
Gambar 3. Tembolok
2.2.5 Proventrikulus
Proventriculus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan
gizzard (empedal). Proventrikulus biasa disebut lambung kelenjar karena disini terjadi proses
pencernaan secara enzimatis karena dinding proventrikulus akan menyekresikan asam klorida,
pepsin dan getah lambung yang berperan dalam proses pengasaman dan pemecahan protein. Sel
kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan melewatinya
dengan cara berkerut secara mekanis (Pradana, 2012). Di bagian dalam sinus kelenjar
membentuk sinus koligentes yang berfungsi menampung sekreta dari kelenjar yang tersusun
radier (Suwiti, 2013).
Pada proventrikulus makanan berjalan cepat menuju ke ventrikulus sehingga proses
pengasama dan pemecahan protein hanya sedikit terjadi.
Gambar 4. Proventrikulus
2.2.6 Ventrikulus (Gizzard
Ventrikulus berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan
bawah. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan bagian bawah lubang
pengeluaran menuju ke duodenum. Besar kecilnya ventrikulus dipengaruhi oleh aktivitasnya,
apabila unggas dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka ventrikulus akan lisut
sedangkan pada burung biji-bijian makan ventrikulusnya relatif lebih besar.
Ventrikulus disebut pula otot perut yang terletak diantara proventriculus dan batas atas
dari intestine. Ventrikulus mempunyai otot-otot yang kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga
yang besar dan mempunyai mucosa yang tebal. Perototan empedal dapat melakukan gerakan
meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit.
Fungsi ventrikulus adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit
dan batu-batu kecil yang berada dalam gizzard yang ditelan oleh ayam. Partikel batuan ini
berfungsi untuk memperkecil partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam ventrikulus
sehingga dapat masuk ke saluran intestine.
Dihasilkan koilin suatu komplex protein/polisakarida yang mengeras bila kontak dg
asam dr proventrikulus (Siswanto, 2013).
Gambar 5. Ventrikulus
2.2.7 Usus halus
Usus halus memanjang dari ventriculus sampai large intestinum dan terbagi atas tiga
bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
2.2.7.1 Duodenum
Duodenum berbentuk huruf V dengan bagian pars descendens sebagai bagian yang turun
dan bagian pars ascendens sebagai bagian yang naik (Pradana, 2012). Pada bagian duodenum
disekresikan enzim pankreatik yang berperan dalam memecah karbohidrat oleh amylase,
memecah lemak oleh lipase dan memecah protein oleh pepsin.
Gambar 6. Duodenum
2.2.7.2 Jejenum
Makanan yang telah diproses secara enzimatis oleh duodenum akan disalurkan ke
jejunum dan selanjutnya ke ileum. Pada jejunum ini terjadi penyerapan sari makanan.
Gambar 7. Jejenum
2.2.7.3 Ileum
Ileum merupakan penyalur makanan dari usus halus (jejunum) menuju ke caecum. Pada
ileum juga terjadi proses penyerapan sari makanan.
Gambar 8. Ileum
2.2.8 Caecum
Ceca terletak diantara small intestine (usus kecil) dan large intestine (usus besar) dan
pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Caecum ini berupa kantong dan
sepasang. Peran caecum hampir sama dengan tembolok karena pada caecum juga terjadi proses
fermentasi. Selain itu, caecum juga berperan dalam produksi vitamin B serta reabsopsi air.
Gambar 9. Caecum
2.2.9 Kolon
Kolon merupakan tempat bermuaranya caecum dan berakhir pada kloaka. Pada kolon ini
terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur
keseimbangan air pada unggas.
proses
pencernaan
makanan,
pancreas
akan
menyekresikan
pada
saluran
pencernaan
dapat
berpengaruh
terhadap
penyerapan makanannya yang tidak berjalan baik. Berikut adalah kelainan pada
saluran
pencernaan
unggas:
Banyak bakteri yang dapat mengganggu saluran pencernaan makanan baik pada unggas
ataupun hewan lainnya. Penyakit seperti necrotic enteritis terutama menyerang usus unggas
(ayam), sedangkan penyakit bakterial lain seperti colibacillosis, kolera dan pullorum merusak
hampir semua sistem organ dari tubuh unggas, tidak terkecuali organ pencernaan. Berikut
penjelasan beberapa penyakit bakterial yang berdampak pada gangguan pencernaan :
2.4.2.1Infeksi Bakteri Clostridium sp.
Berbagai bakteri Clostridium sp. secara luas banyak terdapat di tanah dan air. Banyak
pula spesies Clostridium yang hidup normal dalam saluran pencernaan ayam. Necrotic enteritis
12
(NE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe A atau C dan
menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus.
2.4.2.2 Infeksi Escherichia coli
Infeksi Escherichia coli (E. coli) pada unggas dikenal dengan istilah colibacillosis.
Bakteri E.coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam dan dari
jumlah tersebut 10-15% merupakan E. coli yang berpotensi menjadi patogen. Colibacillosis
dapat berperan sebagai infeksi primer maupun sekunder mengikuti serangan penyakit yang lain,
seperti CRD dan korisa. Bakteri E. coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 106 tiap
gram feses. Bakteri E. coli tersebut kemudian menyebar dan mengkontaminasi debu, litter dan
air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum memang lebih dominan dan menjadi sorotan
karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ multisel yang
menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut. Proses pencernaan dibagi menjadi dua yaitu pencernaan secara mekanik dan kimiawi
(Wandy, 2012). Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar (Suwiti,
2013).
Saluran pencernaan pada unggas meliputi: paruh, faring, esophagus, tembolok,
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, caecum, kolon dan kloaka. Sedangakan kelenjar
pencernaannya terdiri atas hati dan pancreas.
Gangguan pada saluran pencernaan dapat berpengaruh terhadap penyerapan makanannya
yang tidak berjalan baik. Gangguan disebabkan karena kelainan pada saluran pencernaan itu
sendiri dan bisa disebabkan oleh bakteri.
14
DAFTAR PUSTAKA
Suwiti, 2013. Buku Ajar Histologi Veteriner II Sistem Pencernaan. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, halaman 1, 31.
Siswanto, 2013. Pencernaan-08. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, slide 63 dan
64.
Puspa Bayu, 2011. Sistem Pencernaan dalam BLOG SUKA-SUKA SISTEM PENCERNAAN.htm.
Diakses pada 11 April 2013.
Latieef, 2012. Sistem Pencernaan Ruminansia dan Unggas dalam eeL Latief Sistem Pencernaan
Ruminansia dan Unggas.htm. diakses pada 11 April 2013.
Haqqi. 2009. Sistem Pencernaan Unggas dalam haqqi Sistem pencernaan unggas.htm. diakses
pada 11 April 2013.
Anonim, 2013. Histologi Sistem Pencernaan Unggas dalam HISTOLOGI
VETERINER II 3. Histologi Sistem Pencernaan Unggas.htm. diakses 11 April
2013.
Pradana Ady Rizky, 2012. Sistem Pencernaan Unggas dalam SISTEM
PENCERNAAN UNGGAS RISKY ADI PRADANA.htm. diakses pada 11 April
2013.
15