Anda di halaman 1dari 11

1.

Pendahuluan

Organ reproduksi kuda betina (mare) terdiri dari organ reproduksi eksterna dan interna.
Organ reproduksi eksterna terletak di cavum pelvis terdiri dari perineum, vulva, vagina, dan
cervix yang berfungsi sebagai pelindung organ – organ reproduksi yang terdapat di bagian
dalam. Organ reproduksi interna terletak di dalam cavum abdomen terdiri dari uterus,
tubafallopi, dan ovarium yang bertanggungjawab dalam proses pembuahan dan
perkembangan embrio. Masing – masing organ tersebut memiliki peran dalam
keberlangsungan sistem reproduksi pada kuda betina.

A. B.
Gambar:
A. Gambar anatomi organ reproduksi kuda betina.
B. Struktur organ reproduksi kuda betina.

Sumber : Morel, 2020

2. Vulva

Vulva merupakan organ paling luar dalam saluran reproduksi. Bagian dalam dilapisi
membran mukous dan berhubungan dengan vagina. Bagian atas vulva (dorsal comissure)
berjarak 7 cm dari anus, sedangkan bagian bawah (ventral comissure) terdapat klitoris (hendri
dkk., 2012). Klitoris secara embriologik homolog dengan penis, sedangkan vulva homolog
dengan skrotum. Pada bagian alat kelamin luar ini banyak ujungujung syaraf perasa. Klitoris
dapat sedikit berereksi karena mengandung sepasang unsur cavernosus kecil, sedangkan
vulva dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir di dalamnya.
Labia atau bibir vulva secara normal selalu rapat tidak menganga dan lubang vulva terletak
tegak lurus terhadap lantai pelvis. Dinding labia mayora banyak mengandung kelenjar-
kelenjar sebaceous dan tubuler, deposit-deposit lemak dan jaringan elastik serta selapis otot
polos yang tipis. Labia minora adalah bibir yang lebih kecil dengan jaringan ikat di
dalamnya, pada permukaannya banyak mengandung kelenjar sebaceous (Lestari dan
Ismudiono, 2014).

Pada kebanyakan ternak, klitoris berukuran panjang 5–10 cm tersembunyi di dalam


jaringan antara vulva dan arcus ischiadicus. Pada sapi, sebagian terbesar klitoris terkubur
dalam mukosa vestibulum, Pada kuda klitoris berkembang baik, glans klitoris yang terlihat
dari luar panjangnya mencapai 2,5–5 cm. Kontraksi otot-otot sphincter pada vestibulum dan
vulva mengangkat klitoris dan menonjolkannya keluar diantara bibir vulva. Kejadian ini
disebut kerlingan klitoris (winking of the clitoris) yang sering dan jelas terlihat sewaktu birahi
(Lestari dan Ismudiono, 2014).

Pada kuda terdapat perineum yang merupakan area yang meliputi anus, vulva, dan kulit di
sekitarnya (biasanya tidak berbulu) di bawah ekor. melindungi saluran genital dari masuknya
udara, benda padat dan bakteri. Di area tersebut tempat terjadinya pneumovagina atau
penghisapan angin vagina, di mana udara tersedot masuk dan keluar dari vagina melalui
vulva yang terbuka. Bersamaan dengan aliran udara ini, bakteri lingkungan dan feses juga
masuk ke dalam serviks, menyebabkan serviks terkena kontaminasi tingkat tinggi yang
seringkali tidak dapat diatasi (terutama saat estrus ketika serviks dalam keadaan lebih rileks).
Masuknya bakteri ke bagian saluran reproduksi kuda betina berisiko lebih tinggi terhadap
infeksi bakteri yang dapat menyebabkan endometritis (Morel, 2020).
Gambar. Perineum kuda betina.

Sumber : Morel, 2020

3. Vagina

Vagina merupakan bagian saluran reproduksi betina yang memanjang dari mulut serviks
bagian luar (portio vaginalis cervicis) sampai tepat di depan (cranial) dari muara urethra.
Vagina terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan
vulva dan portio vaginalis cervicis yaitu bagian ke sebelah serviks. Batas kedua bagian
tersebut tepat pada munculnya muara urethra. Di antara kedua bagian tersebut terdapat
selaput tipis yang merupakan sekat, disebut sebagai hymen. Selaput ini terbentang transversal
menutup vagina. Histologik hymen ini terdiri dari lapisan epithel sisik. Pada umumnya
hymen ini karena tipisnya robek dan hilang pada waktu hewan mencapai dewasa. Hymen
dapat menetap dalam berbagai derajat pada semua spesies, dari suatu pita tipis dan vertikal
sampai suatu struktur yang sama sekali tidak tembus dan disebut sebagai hymen imperforata
(Handayani dan Endrakasih, 2018).

Legokan yang dibentuk oleh serviks ke dalam vagina disebut fornix. Legokan fornix ini
dapat membentuk suatu lingkaran penuh sekeliling serviks seperti pada kuda, atau tidak ada
sama sekali seperti pada babi. Pada sapi dan domba ditemukan legokan fornix ini dibagian
dorsal. Pada mukosa vagina tidak didapatkan kelenjar dan terdiri dari lapisan epithel sisik
(stratified squamous epithelium). Lapisan otot pada vagina terdiri dari dua lapis yaitu lapis
tipis merupakan lapisan otot polos memanjang (longitudinal) pada bagian luar dan lapis otot
polos melingkar (circular) yang agak tebal pada bagian dalam. Di antara kedua lapis otot
tersebut terdapat tenunan pengikat dan banyak pula plexus-plexus vena dan beberapa
kelompok syaraf perasa. Vagina sapi mencapai panjang 25–30 cm pada keadaan tidak
bunting. Pada kuda berukuran panjang 20–35 cm dan diameter 10-13 cm. Pada domba vagina
berukuran panjang 7,5–10 cm, sedangkan pada babi berukuran panjang 7,5–11,5 cm (Lestari
dan Ismudiono, 2014).

4. Serviks

Serviks merupakan otot sphincter yang terletak di antara uterus dan vagina. Struktur
serviks pada hewan mamalia berbeda-beda tetapi umumnya dicirikan adanya penonjolan-
penonjolan pada dindingnya. serviks terletak di belakang corpus uteri, berupa dinding yang
tebal, dan kuat. serviks berfungsi mengisolasi uterus dari lingkungan luar selama kebuntingan
dengan membentuk barrier berupa mucus yang sangat kental. Pada stadium diestrus kuda
dewasa yang tidak aktif, serviks berkontraksi sangat kuat, berwarna putih dengan panjang 6-8
cm dan diameter 4-5 cm, sekresi serviks sedikit dengan konsistensi kental. kondisi otot dan
ukuran serviks sangat dipengaruhi oleh perubahan homonal (Hendri dkk., 2012). Pada
ruminansia penonjolan-penonjolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan
saling menyilang, disebut cincin-cincin annuler. Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi
(biasanya 4 buah) yang dapat menutup rapat serviks secara sempurna. Pada babi cincin-cincin
tersebut tersusun dalam bentuk sekrup ulir (pembuka tutup botol) yang disesuaikan dengan
perputaran spiralis penis babi. Dinding serviks terdiri dari mukosa, muskularis dan serosa.
Mukosa serviks tersusun dalam lipatan-lipatan, berepithel kolumnar tinggi. Sel - sel goblet
pada lumen serviks berlipat-lipat dan bercabang-cabang hingga permukaan sekretorisnya
menjadi luas. Sekresinya bersifat mukus, jumlah dan viskositasnya berubah menurut fase
siklus birahi. Lapisan otot serviks kaya akan jaringan fibrosa, serabut-serabut otot polos,
jaringan kolagen dan jaringan elastis (Ismudiono dkk., 2010).

Lumen serviks selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Pada waktu
birahi hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan masuk bagi semen Pada waktu birahi sel-sel
goblet pada dinding lumen serviks menghasilkan sekresi yang banyak mengandung air.
Cairan serviks ini pada sapi terang tembus, jernih dan bersih. Pada kebanyakan sapi cairan ini
cukup banyak jumlahnya hingga keluar dari vulva dan dapat dipakai sebagai tanda bahwa
sapi dalam keadaan birahi. Fungsi dari cairan serviks adalah memberi jalan dan arah bagi
spermatozoa yang disemprotkan oleh penis dalam vagina. Spermatozoa yang akan berenang
mengikuti arah asal cairan tersebut. Sekaligus fungsi cairan serviks juga menyeleksi
spermatozoa yang tidak berenang menuju ke depan akan tidak dapat masuk ke dalam serviks,
melainkan akan berputar-putar di muka serviks. Pada hewan bunting, sekretum yang bersifat
mukus dari kanalis servikalis menutup os. serviks. Pada sapi yang bunting seringkali
sekretum ini berlebihan hingga meleleh keluar melalui vagina dan vulva. Sekretum yang
kental, yang merupakan sumbat pada kanalis servikalis, sesaat sebelum kelahiran, yaitu pada
stadium pembukaan serviks, mencair. Mungkin pencairan ini terjadi di bawah pengaruh suatu
hormon. Setelah sumbatnya mencair, serviks keseluruhannya merileks (Lestari dan
Ismudiono, 2014).

Pada kuda Dinding serviks membentuk serangkaian lipatan atau kriptus dan sangat
berotot dengan inti jaringan ikat kolagen dan dilapisi oleh epitel kolumnar terlipat yang
mengandung sel-sel yang mensekresi lendir. Kripta ini menyatu dengan lipatan endometrium
uterus dan memungkinkan perluasan signifikan yang diperlukan saat melahirkan. Pada
keadaan diestrus yang tidak aktif secara seksual, serviks berkontraksi rapat, berwarna putih
dan berukuran panjang rata-rata 6-8 cm dan diameter 4-5 cm. Pada saat sekresinya terjadi
secara minimal dan konsistensinya kental, tonus otot dan ukuran serviks serta
mensekkresikan mukusnya yang diatur oleh perubahan siklus hormonal. Selama masa estrus,
tonus otot berelaksasi karena pengaruh peningkatan estradiol, penurunan progesteron, dan
peningkatan konsentrasi prostaglandin. Bahan ini bekerja pada matriks kolagen, memisahkan
dan menyebarkan serat kolagen, sehingga menurunkan kekuatan tarik sehingga melemaskan
serviks. Selain itu terjadi peningkatan sekresi sehingga memperlancar jalannya penis menuju
pintu masuk leher rahim. Leher rahim yang berahi tampak berwarna merah muda dan
mungkin terlihat menonjol atau 'flowering' ke dalam vagina (Morel,2020).
Gambar. Serviks yang sedang berahi akan tertarik ke dalam, sehingga dapat menyumbatnya
dengan rapat agar tidak masuk ke dalam rahim.

Sumber : Morel, 2020

Gambar . Serviks yang sedang estrus terjadi reaksi relaksasi 'flowering' ke dalam vagina
sehingga memberikan segel yang kurang efektif namun memfasilitasi masuknya penis ke
dalam serviks untuk mendisposisikan sperma.

Sumber : Morel, 2020

5. Uterus

Menurut Ismudiono dkk. (2010) uterus merupakan saluran reproduksi hewan betina yang
diperlukan untuk penerimaan sel telur yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus.
Pada umumnya uterus hewan terdiri dari sebuah korpus uteri dan dua buah kornua uteri serta
sebuah serviks. Uterus bergantung pada ligamentum lata atau mesometrium yang bertaut
pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Pada hewan betina dikenal beberapa macam
tipe uterus yaitu :

 Tipe Didelphia yaitu saluran reproduksi yang seluruhnya terbagi dua. Masing-masing
vagina, serviks, korpus uteri terbagi dua. Hewan yang mempunyai uterus tipe ini
adalah golongan hewan berkantung misalnya, oposum atau kanguru dan platypus.
Untuk menyesuaikan penis dari hewan jantannya berbentuk garpu bercabang dua,
sehingga pada waktu kopulasi cabang tersebut masuk ke dalam kedua vaginanya
dalam waktu yang sama.
 Tipe Duplex adalah tipe uterus yang tidak mempunyai korpus uteri, serviksnya dua
buah dan kedua kornuanya terpisah sama sekali. Tipe ini terdapat pada kelinci,
mencit, tikus dan marmot. – Tipe Bicornua adalah tipe uterus di mana hanya
mempunyai satu serviks, korpus uteri sangat pendek. Tipe uterus ini didapatkan pada
babi.
 Tipe Bipartite adalah tipe uterus yang hanya mempunyai satu serviks uteri, korpus
uteri jelas dan cukup panjang serta kedua kornua uteri dan sebagian korpus dipisahkan
oleh septum. Tipe ini didapatkan pada sapi, kucing, anjing, dan domba. – Tipe
Simplex adalah tipe uterus di mana tidak didapatkan kornua uteri, korpus uterinya
besar dan servik hanya satu. Tipe ini didapatkan pada hewan primata.

Uterus kuda merupakan sruktur memanjang yang menghubungkan serviks dengan tuba
Fallopii. Uterus dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian badan atau corpus dan tanduk atau
cornua. Corpus uteri pada kuda normal panjangnya 18-20 cm dan diameter 8-12 cm. Bagian
cornua panjangnya 25 cm dengan diameter 4-6 cm pada pangkal cornua 1-2 cm pada saat
mendekati tuba Fallopii. Ukuran uterus dipengaruhi oleh usia dan seringnya partus. Tipe
uterus kuda disebut uterus simpleks bipartitus karena ukuran corpus uteri lebih besar dari
cornua uteri dengan perbandingan 60: 40 (Morel, 2020).
Gambar. Tipe – tipe bentuk uterus.

Sumber: Trilaksana, 2016.

Uterus menerima pemberian darah dari A. uterina media, A.Utero ovarica dan suatu
cabang dari A. pudenda interna. Inervasi ke uterus terdiri dari serabut-serabut saraf simpatik
dari daerah lumbal dan thoracal caudal. Serabut-serabut saraf parasimpatik berasal dari
syaraf syaraf sacral pertama sampai ketiga. Pada sapi, uterus berbentuk bicornis, dengan
korpus uteri berukuran panjang 2–4 cm dan kornua uteri 20–40 cm serta diameter 1,25–5 cm
pada keadaan tidak bunting. Kedua kornua uteri disatukan oleh ligamen-ligamen
intercornuale dorsal dan ventral. Pada kuda uterus yang tidak bunting berbentuk huruf T
dengan kornua tegak lurus terhadap corpus uteri. Pada kuda perkembangan kornua uteri tidak
begitu baik karena perkembangan fetus terjadi di corpus uteri. Pada domba bentuk dan letak
uterus sama dengan sapi, dengan panjang cornua 10–12 cm dan korpus panjang 1–2 cm. Pada
babi, korpus uteri mencapai panjang kira-kira 5 cm dengan kornua uteri yang berliku-liku
(Lestari dan Ismudiono, 2014).

6. Tubafallopi

Tubafalopii merupakan saluran reproduksi betina yang kecil, berliku- liku dan kenyal
serta terdapat sepasang. Pada sapi dan kuda panjang oviduk berkisar 20–30 cm dengan
diameter 1,5–3 mm, sedangkan pada babi dan domba panjang oviduk mencapai 15–30 cm.
Tuba fallopii terikat pada penggantung yang disebut sebagai mesoalphinx dan dibagi menjadi
tiga bagian yaitu Infundibulum dengan fimbriae, ampula dan isthmus. Infundibulum
merupakan bagian dari tuba falopii yang paling dekat dengan ovarium, bentuknya
menyerupai corong dengan tepi yang tidak teratur dan berjumbai-jumbai yang disebut
sebagai fimbriae (Lestari dan Ismudiono, 2014). Dinding tuba falopii terdiri dari tiga lapisan
yaitu lapisan mukosa, lapisan muskularis dan lapisan serosa. Pada lapisan mukosa didapatkan
rambut-rambut getar yang bergerak ke arah uterus. Lapisan urat daging licin, terdiri dari tiga
lapisan, lapisan yang paling tebal berada dekat sambungan dengan uterus dan berangsur
menipis ke arah infundibulum. Lapisan tengah yaitu lapisan urat daging melingkar
merupakan lapisan tertebal dan kedua belah sisi dilapisi oleh lapisan urat daging membujur
yang tipis. Pada saat ovulasi, sel telur disapu ke dalam ujung tuba fallopii yang berfimbriae.
Kapasitasi spermatozoa, fertilisasi dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba falopii.
Pengakutan spermatozoa ke tempat fertilisasi dan pengangkutan sel telur ke uterus untuk
perkembangan selanjutnya diatur oleh kerja silia dan kontraksi otot-otot yang dikoordinir
oleh hormon - hormon yang berasal dari ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Sekresi
cairan luminal oviduk merupakan lingkungan yang baik untuk terjadinya fertilisasi dan
permulaan perkembangan embrio. Cairan ini disekresikan secara aktif oleh lapisan epitel
oviduk dan kadarnya diatur oleh hormon - hormon yang berasal dari ovarium. Volume cairan
oviduk ini bervariasi selama siklus birahi. Volume tersebut rendah selama fase luteal,
meninggi pada permulaan estrus dan mencapai maksimum sehari kemudian, lalu menurun
kembali selam fase luteal. Di bagian pertemuan oviduk dengan uterus didapatkan konstruksi
muskulatur yang khusus untuk setiap spesies hewan. Konstruksi tersebut disebut Utero -
Tubal Junction (UTJ). Pada sapi dan domba UTJ tidak mencolok bentuknya, tetapi sangat
jelas pada babi dan kuda. Fungsi UTJ pada umumnya adalah untuk menyeleksi spermatozoa
yang masuk ke dalam oviduk dari uterus.

Tuba Fallopii pada kuda terdapat sepasang dengan panjang 25-30 cm, berhubungan
langsung dengan cornua uteri. Tuba Fallopii dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
isthmus yang paling dekat dengan cornua uteri berdiameter 2-5 mm, ampula yang berdekatan
dengan ovarium berdiameter 5-10 mm dan infundibulumnya (Hendri dkk., 2012).

7. Ovarium

Pada umumnya ovarium terdapat dua buah, kanan dan kiri dan terletak di dalam pelvis.
Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase dari siklus birahi. Pada
sapi, berbentuk oval dengan ukuran yang bervariasi dengan panjang 1,3–5 cm, lebar 1,3–3,2
cm dan tebal 0,6–1,9 cm. Pada Domba ovarium berbentuk lonjong dengan panjang berkisar
1,3–1,9 cm, sedangkan pada kuda berbentuk ginjal dengan ukuran panjang 4,0–8,0 cm, lebar
3,0–6,0 cm dan tebal 3,0–5,0 cm. Ovarium pada babi, berbentuk lonjong dengan bentukan
seperti setangkai buah anggur karena banyaknya folikel dan korpus luteum. Ovarium secara
normal, terletak pada perbatasan kranial ligamentum lata uteri pada lantai ventrolateral pelvis
dekat ke gerbang dalam pelvis. Ovarium terletak pada kantong yang dibentuk oleh ligamen
utero-ovarica dan mesovarium yang disebut sebagai bursa ovarii. Pada umumnya ovarium
bertaut pada mesovarium, sedangkan bagian ovarium yang tidak bertaut pada mesovarium
menonjol pada kavum abdomen dan pada permukaan inilah folikel ovarium menonjol keluar
(Lestari dan Ismodiono, 2014).

Gambar. Komparatif anatomi alat reproduksi betina pada beberapa hewan

Sumber : Lestari dan Ismudiono, 2014.

Pada kuda terdapat beberapa aspek yang membedakannya dengan hewan mamalia
lainnya yaitu posisi medula dan korteksnya terbalik sehingga ovulasi terjadi di permukaan
ovarium serta semua perkembangan folikel dan corpus luteum terjadi diluar batas area
korteks ovarium. Maka, pada proses pemeriksaan fungsi reproduksi menggunakan metode
palpasi rektal tidak semudah seperti yang dilakukan pada ternak lain misalnya pada sapi.
Akan tetapi dapat dilakukan dengan menggunakan Ultrasonography (USG) untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat (Morel, 2020).

Dafpus.

Hendri, H., Suardi, S., dan Mikail, A. 2012. Perbandingan Performans Reproduksi Kuda
Lokal dan Turunan Thoroughbred di Kota Payakumbuh. Jurnal Peternakan Indonesia
(Indonesian Journal of Animal Science), 14(3), 441-446.

Morel, M. C. D. 2020. Equine reproductive physiology, breeding and stud management 5 th


edition. CABI. Page: 3-19.

Handayani, K. S., dan Endrakasih, E. 2018. Buku Ajar Anatomi Hewan. Pusat Pendidikan
Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian .Kementerian Pertanian.
Hal : 81-89.

Ismudiono, D., Anwar, H., Madyawati, S. P., Samik, A., dan Safitri, E. 2010. Buku Ajar
Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Airlangga University Press. Hal: 25-37.

Lestari, D. T. dan Ismudiono, D. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga University Press.
Hal: 33 – 48.

Trilaksana, B. 2016. Pelatihan Kelompok Tani Ternak Sapi Bali Binaan BPTU-HPT
Denpasar. 3 Maret 2016. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Hal: 5.

Anda mungkin juga menyukai