DISUSUN OLEH :
NAMA : ARINTA DIAN SEPTIANI
NIM : D0A021003
KELOMPOK : 1F
ASISTEN : ZALIKHA PUTRI SALMA
I.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi struktur telur
2. Mengidentifikasi bentuk telur
3. Mengidentifikasi kualitas kerabang telur
4. Mengidentifikasi bobot telur
Telur yang berasal dari ayam yang sehat umumnya berada dalam kondisi steril
saat setelah telur dikeluarkan. Adanya pencemaran pada telur umumnya melalui retakan
atau pecahan dari kulit telur ayam yang terinfeksi (Muhtadi et al 2010). Lama
penyimpanan menentukan kualitas telur. Semakin lama disimpan, kualitas dan kesegaran
telur semakin merosot. Selain karena CO2 pada telur yang banyak keluar mengakibatkan
naiknya derajat keasaman juga terjadi penguapan sehingga bobot telur menurun dan
putih telur menjadi lebih encer. Selama penyimpanan, kantong udara mengalami
pemecahan sehingga albumin akan semakin encer.
Bentuk telur berbagai jenis unggas pada umumnya memiliki bentuk oval atau
lonjong. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang,
dan lonjong. Perbedaan bentuk ini terjadi karena adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi antara lain sifat genetik, umur unggas saat bertelur, serta sifat-sifat
fisiologis yang terdapat dalam tubuh induk (Widyantara et al 2017).
Kualitas telur menurut (Umar et al 2000), dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor
kualitas eksterior yang meliputi warna, bentuk, tekstur, keutuhan, kebersihan kerabang.
Faktor interior meliputi keadaan putih telur yaitu kekentalannya, bentuk kuning telur
yaitu tidak ada noda pada putih maupun kuning telur. Kualitas interior telur dapat dilihat
dengan candling (peneropongan). Dengan peneropongan akan diketahui kondisi kulit
telur, ukuran rongga udara dan pergeseran kuning telur. Telur segar yang disimpan pada
suhu kamar hanya akan bertahan 10-14 hari, setelah waktu tersebut telur mengalami
kerusakan.
Bobot telur dipengaruhi oleh kandungan kalsium, protein dan energi yang
terkandung dalam pakan serta umur ayam (Gleaves et al., 1977). Penelitian tentang
pengaruh konsumsi kalsium pada bobot telur pada ayam arab sepanjang sepengatahuan
penulis belum ada tapi faktanya pada ayam ras. Bahwa pemberian kalsium dengan level
yang berbeda tidak berpengaruh signifikan terhadap bobot telur, seperti pemberian
kalsium sebesar 4,1% akan menghasilkan bobot telur sebesar 56,5 gram, sedangkan
pemberian kalsium yang lebih sedikit yaitu 3,5% bobot telurnya sebesar 57,0 gram.
Pernyataan ini didukung oleh Amrullah, I. (2003) bahwa pemberian kalsium tidak
berpengaruh terhadap bobot telur pada ayam ras, rata-rata bobot telur dengan tingkat
kalsium 2,5-5,0% didapatkan bobot telur yang relatif sama yaitu 64,19 sampai 64,16
gram.
III. MATERI DAN METODE
III.1 Materi
III.1.1 Alat
1. Pisau
2. Kalkulator
3. Plastik
4. Tissue
5. Kantong kresek kecil
6. Mikrometer sekrup
7. Jangka
III.1.2 Bahan
1. Berbagai telur unggas
III.2 Metode
III.2.1 Srtuktur Telur
Telur mentah secara hati-hati dipisahkan dan isinya dituang ke dalam cawan petri
Bagian-bagiannya diamati
IV.1 Hasil
IV.1.1 Struktur Telur
diameter lebar
Rumus Indeks Telur = x 100%
diameter panjang
40
Indeks ayam kampong = x 100 %
50
= 80 %
74
Indeks telur angsa = x 100%
113
= 55,63 %
42,5
Indeks telur ayam = x 100%
57,1
= 74,43%
2) Hasil pengukuran ketebalan kerabang telur menggunakan
micrometer.
Bagian Ketebalan
Kerabang bagian tengah 0,46 mm
Kerabang bagian tumpul 0,6 mm
Kerabang bagian lancip 0,12 mm
0,46+0,6+ 0,12
=
3
= 1,18
IV.2 Pembahasan
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Struktur telur terdiri atas kerabang telur, lapisan telur (kutikula),
membran kulit telur, putih telur (albumen), kuning telur (yolk). Secara
umum struktur telur terdiri dari kerabang dengan proporsi 9-11%, putih
telur dengan proporsi 56-61% dan yolk/kuning telur dengan proporsi 27-
31%.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan karakteristik
telur. Morfologi terdiri dari bentuk telur, kualitas kerabang, dan bobot
telur. Bentuk telur, klasifikasi standat berdasarkan indeksnya < 70 terlalu
lonjong, 70-80 termasuk normal, dan 80 termasuk terlalu bulat.
Kerabang telur juga merupakan lapisan luar telur yang
melindungi telur. Faktor yang mempengaruhi kualitas kerabang yaitu:
suhu, penanganan telur, penyakit, umur dan kandungan kalsium
dalam pakan.
Bobot telur dibagi 3 kelas yakni besar, sedang, dan kecil. Telur
dengan bobot rata-rata atau sedang akan menetas lebih baik dari pada
telur yang terlalu kecil dan terlalu besar. Telur yang kecil, rongga udaranya
akan terlalu besar sehingga telur akan cepat menetas. Sebaliknya telur
yang terlalu besar menyebabkan rongga udara relatif terlalu kecil,
akibatnya telur akan terlambat menetas.
V.2 Saran
Sebaiknya pemberian materi tidak mepet saat mau praktikum agar
mahasiswa dapat mempelajari lebih mendalam mengenai materi
yang diberikan.
Untuk Asisten Praktikum sebelum melakukan evaluasi menjelaskan
materi terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Ahya, R. and Akuba, S., 2018. Rancang Bangun Alat Penetas Telur Semi Otomatis.
Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG), 3(1), pp.44-44.
Aminah, S. dan Meikawati, W., 2016. Calcium content and flour yield of poultry
eggshell with acetic acid extraction. 49-53
Anonim, 2006. Sukses Menetaskan Telur Ayam. Tim Redaksi AgroMedia Pustaka.
AgroMedia Pustaka. Depok.
Amrullah, I. 2003. Nutrisi Ayam Petelur, Cetakan I. Lembaga Satu Gunung Budi,
Bogor.
Buckle, K.A, R.A Edward, G.H Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan Hari Purnomo. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Darmawati, D., Rukmiasih. dan R, Afnan. 2016. Daya tetas telur itik Cihateup dan
Alabio. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan,Vol. 04
No. 1 Hal 257-263.
Duman M, Sekeroglu A, Yildirim A, Eleroglu H, Camci O. 2015. Relation
between egg shape index and egg quality characteristics. European Poultry
Science. Vol. 80:1-9
Fitriani, E., Isdadiyanto, S., & Tana, S. (2016). Kualitas Kerabang Telur pada
Berbagai Itik Petelur Lokal di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non
Ruminansia (BPBTNR), Ambarawa. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 18(2), 107-113.
Hamiyanti, A. A., Achmanu, A., Muharlien, M., & Putra, A. P. (2012). Pengaruh
jumlah telur terhadap bobot telur, lama mengeram, fertilitas serta daya tetas
telur burung Kenari. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production,
12(1), 95-101.
Muchtadi, T. R, Ayustaningwarno, F dan Sugiyono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Pambudhi, W. 2003. Beternak Ayam Arab Merah Si Tukang Bertelur. Agromedia
Pustaka Depok.
Paputungan, S., Lambey, L. J., Tangkau, L. S., & Laihad, J. (2016). Pengaruh bobot
telur tetas itik terhadap perkembangan embrio, fertilitas dan bobot tetas.
ZOOTEC, 37(1), 96-116.
Permana, D., Lamid, M., & Mulyani, S. (2014). Perbedaan potensi pemberian
bahan substitusi tepung limbah udang dan cangkang kepiting terhadap berat telur
dan kerabang telur itik. Jurnal Agroveteriner, 2(2), 81-88.
Widyantara, P.R.A., Dewi, G.K. and Ariana, I.N.T., 2017. Pengaruh lama
penyimpanan terhadap kualitas telur konsumsi ayam kampung dan ayam Lohman
Brown. Majalah Ilmiah Peternakan, 20(1), pp.5-11.
Yuwanta. 2010. Telur dan Kualitas Telur, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta