Anda di halaman 1dari 72

TINGKAH LAKU

Definisi
 Tingkah laku ternak adalah suatu bentuk
aktivitas ternak yang melibatkan fungsi
fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara
aktivitas keturunan dengan pengalaman
individu dalam menanggapi atau menghadapi
suatu objek.

 Reaksi organisme terhadap rangsangan


tertentu atau sikap yang ditunjukkan sebagai
reaksi terhadap lingkungannya
TINGKAH LAKU

 Memungkinkan seekor hewan menyesuaikan


diri terhadap perubahan keadaan, baik
eksternal maupun internal

 Untuk mendapatkan produksi dan efisiensi


maksimal  memanfaatkan tingkah laku positif
dan mengurangi/menghilangkan tingkah laku
negatif.
TINGKAH LAKU

Penyebab:
 Faktor hereditas
 Faktor lingkungan (rangsangan)
organ inderawi
 Proses belajar
POLA TINGKAH LAKU

 Suatu segmen tingkah laku yang diorganisir


dan mempunyai fungsi khusus
 Berhubungan dengan sistem anatomi dasar
dan fisiologis
 Dipengaruhi faktor hereditas, dapat diubah
dengan proses belajar
 Pada ayam yang didomestikasi atau hasil
seleksi lebih stabil
POLA TINGKAH LAKU

 Sekelompok pola tingkah laku dengan fungsi-


fungsi umum yang sama membentuk sistem
tingkah laku
 Pola tingkah laku yang terbentuk tanpa proses
belajar mengajar  insting/naluri dan refleks

• Anak ayam yg baru menetas akan menciap


memanggil induknya karena dingin.
• Anak itik secara naluriah bisa berenang tanpa
diajari
POLA TINGKAH LAKU MENCIAP
POLA TINGKAH LAKU BERENANG
SISTEM PENGINDERAAN
Penglihatan dan pendengaran berkembang paling baik,
sehingga sangat berperan dalam tingkah laku sosial, sistem
komunikasi, dan respon terhadap ancaman dari luar.

Penglihatan (Vision):
 Warna yang disukai adalah oranye (kuning) dan ungu, sedangkan
warna hijau kurang disukai
 Bola mata dapat sedikit bergerak 260, tetapi posisinya tetap pada
kedudukan perputaran 3000
 Memiliki daya penglihatan yang lebih baik dari unggas lainnya
 Mata memberi tanggapan terhadap sinar pada hari ke-17 periode
inkubasi
 Penglihatan dapat membedakan bentuk, ukuran, warna, pola dan
ketajaman dari suatu objek sehingga mempengaruhi tingkah laku
 Daya penglihatan sangat bergantung kepada optic locus dan
olfactory lobus
SISTEM PENGINDERAAN

Pendengaran (hearing):

 merupakan sistem komunikasi utama antara anak dan induk


 Berkembang baik hampir sama dengan manusia dalam
membedakan frekuensi dan kemampuan untuk menentukan arah
suara
 Frekuensi pendengaran unggas : 15 – 10.000 Hz
 Frekuensi pendengaran ayam : 400 – 6.000 Hz

Pengecap (taste)

 Berkembang dengan baik


 Pusat rasa terletak pada dasar lidah dan langit-langit pharinx
 Toleran terhadap rasa asam dan basa, sensitif terhadap rasa asin
(0,9%)
Pendengaran (komunikasi induk-anak)
Pendengaran (komunikasi induk-anak)
SISTEM PENGINDERAAN

Penciuman: kurang berkembang

Peraba: berfungsi baik, kontak dengan telur saat


mengerami, menghangati anak di bawah
sayap, berkerumun saat kedinginan
Menghangati Anak
PROSES BELAJAR/KEMAMPUAN BELAJAR

1. Simple Learning/Pembelajaran Sederhana:


Belajar sederhana melalui latihan dan pengalaman
dipengaruhi naluri (instinct) dan refleks.

(a) Habituation (kebiasaan)


Suatu tingkah laku yang menjadi biasa terhadap
rangsangan tertentu atau tingkah laku mengabaikan
rangsangan tertentu

Contoh: ayam yang mendengar suara ventilation pan


pada awalnya agak ketakutan dan bersembunyi,
lama-lama menjadi terbiasa dan mengabaikan
suara tersebut karena tidak adanya bahaya.
PROSES BELAJAR/KEMAMPUAN BELAJAR

(b) Conditioning: ayam memberikan respon terhadap


rangsangan tertentu
• Tipe belajar dari ternak dengan merespon
rangsangan tertentu. Ayam sudah bisa
memperkirakan suatu hal yang terjadi karena
dikondisikan.

• Contoh: ayam jantan ditempatkan disuatu


ruangan yang memiliki alat pendengung. Alat
tersebut dibunyikan bersamaan dengan
dimasukannya ayam betina, jantan girang dan
setelah beberapa kali dilakukan ayam jantan akan
girang jika mendengar bunyi berdengung.
PROSES BELAJAR/KEMAMPUAN BELAJAR

(c) Imprinting (Socialization): tertarik kepada sesuatu


yang bergerak
Pemberian atau penanaman kesan pada sesuatu
yang menonjol, bisa berupa hewan/benda yang
bergerak maupun berbunyi  Pelajaran sosial dini
dari menetas sampai 3 hari

• Contoh: ayam yang baru menentas akan


mengikuti sesuatu yang bergerak.
Imprinting
PROSES BELAJAR PADA AYAM

2. Complex Learning/ Pembelajaran Kompleks:


kecerdasan
Adalah kemampuan untuk mendapatkan dan
menerapkan pengetahuan---------- kemampuan
untuk belajar dari pengalaman dan untuk
memecahkan masalah

 Kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan


memecahkan masalah  intelegensia
 Mencoba melalui pengamatan (observing)
 Dipengaruhi oleh otak kecil

• Contoh: jika seekor ayam yang celaka akibat sesuatu


yang dilakukan maka ayam lain tidak akan menirunya.
SISTEM TINGKAH LAKU

1. Tingkah Laku Makan (ingestive behavior) dan


minum
 Ayam makan dengan cara mematuk; itik menyodok/menyudu
 Anak ayam yang baru menetas akan mematuk setiap objek,
kemudian akan belajar dan mematuk makanan saja
 Proses belajar yang paling efektif 30 jam setelah menetas
pusat belajar pada serebrum
 Ayam menunjukkan pilihan pada warna, bentuk dan
rangsangan sentuhan tertentu
 Ayam yang diasuh oleh induk lebih cepat belajar makan
 Makan untuk memenuhi kebutuhan energi
 Jumlah konsumsi dipengaruhi oleh: kandungan energi
ransum, keambaan ransum, suhu lingkungan
SISTEM TINGKAH LAKU

Faktor penting dalam memberi makan ayam:


a. Menyukai biji-bijian (crumble), lebih menyukai makanan
berbentuk butiran
b. Makan lebih banyak bila ada kompetitor, ayam akan ikut
makan bila melihat temannya makan
c. Ada suara feeding model, suara ketukan akan
meningkatkan nafsu makan
d. Ayam minum pertama-tama dengan mematuk makanan
pertama yang terapung di air, anak ayam tertarik dengan
air yang terkena cahaya dan mematuknya
e. Sebaiknya ayam diberi minum dulu setelah 24 jam
menetas
f. Ayam sangat membutuhkan air, lebih tahan lapar dari
pada haus
SISTEM TINGKAH LAKU

g. Jumlah ayam yang makan dalam suatu kelompok


dipengaruhi oleh adanya dominasi, rasa lapar, luas tempat
pakan
h. Ayam yang tingkat hirarkinya tinggi akan makan lebih
dulu
i. Kebutuhan luas tempat pakan bertambah dengan
bertambahnya umur
j. Jika pakan sering diganti konsumsi akan turun
SISTEM TINGKAH LAKU

2. Tingkah Laku Membuang Kotoran


(eliminative behavior)
 Feses dan urine bersatu (ekskreta), komponen utama urine
asam urat
 Dibuang di sembarang tempat secara acak
 Pada malam hari, bila bertengger, maka dibuang di
tenggeran
SISTEM TINGKAH LAKU
SISTEM TINGKAH LAKU

3. Tingkah Laku Seksual (sexual behavior)


 Meliputi tingkah laku merayu dan kawin, dipengaruhi hormon
 Hewan polygamous, namun baik jantan maupun betina
cenderung tidak kawin acak
 Hal-hal yang berhubungan dengan tingkah laku seksual:
a. Pengalaman sosial dan aktivitas hormonal
b. Waktu pemisahan jantan dan betina dari suatu kelompok
c. Jika beberapa jantan dimasukkan ke dalam kandang betina,
jantan yang dominan (peck order tinggi) paling banyak kawin
d. Dominasi diantara beberapa betina yang terlibat
e. Perbedaan frekuensi mengawini dari seekor pejantan dalam
kelompok yang berbeda
f. Proses kawin didahului oleh beberapa pola tingkah laku
pinangan yang mengsingkronkan aktivitas sexsual jantan dan
betina
Jantan Betina
• Pinangan diekspresikan melalui : • Respon betina :
1. Tarian Waltz, 1. Tidak peduli
menggeleparkan sayap atau 2. Negatif, mungkin disertai suara
menari dan pekikan lemah sampai
2. Memanjangkan kepala dan pekikan keras, lalu :
menegakan jengger dan bulu a. Melangkah ke samping
leher, atau b. Berjalan atau berlari
3. Mengejar betina sambil c. Menyerang
menegakkan jengger dan 3. Positif, menundukan badan,
bulu leher seiring dengan merendahkan
• Penunggangan, menegakkan kepala dan mengembangkan
jengger dan bulu leher sayap (untuk keseimbangan
• Mengangkat dan membuka menggerakan ekor ke samping
kloaka dan membuka kloaka.
Kloaka bertemu
• Ejakulasi Berdiri dan menggetarkan badan atau
• Turun ke arah depan berlari
• Tarian waltz atau berkeliling
SISTEM TINGKAH LAKU
4. Tingkah Laku Keibuan (maternal behavior)
 Maternal behaviour dimulai dari peneluran, pengeraman
merawat anak
 Hubungan yang paling penting melalui pendengaran,
Memanggil anak saat menemukan makanan atau ada bahaya
 Sifat mengeram (dipengaruhi oleh hormon prolactin),
membuat sarang
 15 menit setelah menetas anak ayam akan menciap-ciap
mencari induknya karena kedinginan
 Mesin tetas menggantikan peran induk sebagai pengeram,
seleksi untuk menghilangkan sifat mengeram
 Saat tidur anak berlindung dibawah induknya (dibawah sayap)
 Induk menjaga anak dari musuh dengan cara mengembangkan
sayap dan bulu leher
 Anak disapih umur 12 -16 minggu, jika tidak mau akan dipatuk
 Anak jantan dewasa dominan terhadap induknya
SISTEM TINGKAH LAKU

5. Tingkah Laku Bertarung (agonistic behavior)


 Meliputi tingkah laku menyerang (attack), melarikan diri (escape),
menghindar dari bahaya (avoiding) dan kalah dalam bertarung
(submissive)
 Tingkah laku menyerang meliputi: menyerang (fighting),
memimpin kelompok (pecking) dan mengancam (threatening)
 Bila sekelompok ayam dimasukkan ke dalam kandang akan terjadi
perkelahian, pemenang berhak mematuk yang kalah (peck order)
 Betina mempunyai dua peck order
 Saling mematuk dimulai pada umur 16 hari
 Kelompok yang berbeda umur jangan disatukan karena umur yang
lebih tua akan dominan
 Menjelang disapih anak ayam satu induk akan berkelahi dan yang
menang akan dominan, prioritas dalam setiap kesempatan
terutama makan sehingga pertumbuhan tidak seragam
SISTEM TINGKAH LAKU

 Jantan lebih agresif dari betina, pada keadaan tertentu betina


yang lebih agresif (beranak)
 Tingkah laku meliputi reaksi-reaksi yang berhubungan
dengan adanya konflik, seperti bertarung, terbang, dll.
 Dipengaruhi oleh hormon testosteron, jantan kebiri lebih
pasif
 Jarang terjadi kamatian, pertarungan akan terus berlangsung
sampai salah satu menyerah
SISTEM TINGKAH LAKU

6. Tingkah Laku Saling Meniru (allelomimetic


behavior)
 Bila salah satu anggota kelompok melakukan suatu kegiatan
tertentu, maka yang lain cenderung akan melakukan hal yang
sama, sehingga ayam pertama akan melanjutkan aktivitas
tersebut

 Dengan saling meniru timbul fenomena social facilitation,


antara lain dapat mempengaruhi tingkah laku makan dan
timbulnya peck order
SISTEM TINGKAH LAKU

7. Tingkah Laku Mencari Perlindungan (shelter-


seeking behavior)
 Perlindungan dari ancaman predator, sengatan sinar
matahari, terpaan angin dan air hujan, dll.
 Berlindung dengan cara bertengger di dahan-dahan pohon
 Bila kedinginan, anak ayam maupun induknya akan
berkerumum bersama
 Anak ayam dan ayam dewasa akan berdesakan bila
kedinginan
SISTEM TINGKAH LAKU

8. Tingkah Laku Menyelidiki (investigative


behavior)
 Merupakan reaksi pertama bila di tempat baru
 Penyelidikan berlangsung dengan cara: melihat,
mendengar, merasakan, dan menyentuh
 Proses penyelidikan: berjalan perlahan mendekati objek,
berhenti dalam jarak dekat dengan objek, berputar dan
kemudian pergi
BEBERAPA NORMA TINGKAH LAKU
PENTING DALAM PRODUKSI
TERNAK UNGGAS (AYAM)

1. Locomotion (daya gerak)


 Sebelum domestikasi, ayam harus dapat bergerak mencapai
makanan/ air minum (bila jauh ---- migrasi)
 Tetua ayam membuat sarang di atas pohon, namun ayam modern
karena ukuran tubuhnya lebih besar maka kemampuan terbangnya
menjadi rendah
2. Thermoregulation (pengaturan suhu tubuh)
 Respons terhadap cekaman panas: meningkatkan frekuensi
pernafasan, mengurangi konsumsi ransum, meningkatkan
penguapan, membuka mulut dan panting
 Pada suhu rendah: ayam mempersempit luas permukaan tubuh
dengan cara membungkuk, menyembunyikan kepala di bawah
sayap, mendekam (mengurangi pelepasan panas lewat bagian yang
tidak berbulu)
BEBERAPA NORMA TINGKAH LAKU
PENTING DALAM PRODUKSI
TERNAK UNGGAS (AYAM)

3. Grooming (membersihkan diri)


 Bila tidak dikurung, ayam membersihkan diri dengan
jalan mandi debu

4. Sleeping (tidur)
 Mencengkeram tenggeran erat-erat, kemudian saling
merapat
 Menutup mata dan menyembunyikan kepala dalam bulu
sayap
TINGKAH LAKU ABNORMAL

1. Seringkali berguna untuk mendeteksi penyakit secara dini:


ayam sakit biasanya makan sedikit, malas dan tidak aktif,
memisahkan diri dari anggota kelompok yang lain

2. Terjadi penurunan produksi, fertilitas atau daya tetas telur

3. Tingkah laku abnormal pada ayam terkurung:


canibalism/kanibalisme:
 Dapat terjadi pada semua kelompok umur: pada anak ayam yang
dipatuk biasanya jari dan ekor; pada ayam dewasa biasanya
anus, ekor, dan jengger
 Penyebab sebenarnya belum diketahui, dapat dikurangi dengan
cara:
 Debeaking, mengurangi tingkat kepadatan dalam kandang,
memperkecil ukuran kelompok, mengatur intensitas dan
lama pencahayaan, secara bertahap mengganti ransum
HUBUNGAN SOSIAL

Semua tingkah laku yang disebabkan oleh atau


dipengaruhi oleh ayam lain, misalnya:

“memasukan ayam ke dalam suatu kelompok yang


sudah mapan, akan menyebabkan ayam dominan
menjadi lebih agresif, ayam lemah menjadi lebih
gugup dan menulari anggota kelompok yang lain”
HUBUNGAN SOSIAL

Dominasi
 Pada ayam urutan tingkat sosial disebut peck order
 Kelompok mapan ---- urutan tingkat sosial mapan, jarang
terjadi konflik karena ayam lemah akan terus mengalah dalam
segala hal
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosial:
1. Umur, ayam muda dan ayam tua menempati urutan
terbawah
2. Pengalaman sebelumnya, ayam subordinate, biasanya
tetap subordinate
3. Ukuran dan bobot badan
4. Sifat agresif atau sifat penakut
HUBUNGAN SOSIAL
HUBUNGAN SOSIAL

Social Stress (cekaman sosial)


 Perubahan dalam tingkah laku sosial dan rangsangan
lingkungan yang mungkin akan mempengaruhi
pertumbuhan dan penampilan reproduksi

 Ayam domestik merupakan objek berbagai cekaman,


yang meliputi: suhu, kekurangan ransum dan air minum,
ukuran kelompok, tingkat kepadatan tinggi, penyakit,
persaingan sosial
HUBUNGAN SOSIAL
PERTEMUAN KE 7 (RABU 30 MARET 2016)

A. Tugas Individu
1. Rangkuman Materi Kuliah ke 2-6 (Taksonomi-domestikasi sd Tingkah
Laku) sebagai prasyarat UTS
2. Rangkuman ditulis tangan: 1 halaman/materi, dengan menggunakan
kertas polio bergaris
Sistematika :
Judul
Isi bahasan :
- Taxonomi, Domestikasi
- Anatomi dan system Syaraf dan Endokrin
- Sistem Reproduksi
- Sistem Pencernaan
- Tingkah laku
Daftar pustaka

B. Ujian Tengah Semester (UTS)

Anda mungkin juga menyukai