Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TINGKAHLAKU TERNAK

“Tingkahlaku Ternak Sapi”

Disusun Oleh :

Fahri Husaini N 200110150120

Kelas A

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2018
TINGKAH LAKU TERNAK SAPI

1. Merumput (Grazing)
a. Pola merumput : stereotip (konstan)
 Berjalan melintasi padang rumput,hidung selalu dekat dengan
tanah pada saat merenggut rumput, dibulat-bulatkan, lalu
ditelan
 Cara : rumput dibelit dengan lidah, ditarik, dipotong dengan
gigi dengan dibantu oleh hentakan kepala
b. Sikap merumput
 Berdiri dengan kepala tunduk
 Anak : kadang-kadang berbaring
 Rumput yang diambil paling pendek ± 1,25 cm
c. Jarak jelajah : selama 24 jam akan bertambah dua kali, bila ;
 Cuaca jelek
 Padang becek
 Rumput jarang
 Banyak ektoparasit (kutu, caplak, tungau) hinggap di tubuh
d. Siklus merumput
 Dalam 24 jam : 4-5 periode merumput
 Paling lama : saat fajar dan senja
 Dapat berlangsung pada malam hari
 Periode merumput : jalan, lalu istirahat, kemudian ruminasi,
dan merumput lagi
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola merumput
 Ras : perah atau potong (pedaging)
 Adaptasi terhadap iklim. Misalnya bison pada musim dingin
lebih sangat aktif, sapi Eropa pada iklim sedang lebih aktif,
dan sapi Zebu pada iklim tropis dan sub tropis sangat kurang
aktif.
 Kapasitas saluran pencernaan atau kemampuan perut (onase).
Misalnya pada sapi Zebu kapasitas saluran pencernaannya
lebih kecil, sehingga lebih efisien menerima bahan organis
atau dengan kata lain proses ruminasinya lebih cepat.
 Spesies. Misalnya pada sapi Frisien Holstein (FH) dan Jersey,
suhu nyaman ketika periode merumput sama dan suhu naik
ketika pola merumput Jersey lebih lama daripada Frisien
Holstein (FH)
 Perlakuan oleh manusia. Misalnya sapi perah, setelah diperah
di pagi hari kegiatan merumputnya akan berangsur turun
sampai pemerahan sore hari dan pada anak sapi yang dikurung
akan merumput dua jam lebih lama karena selektif memilih
hijauan (biasa diberikan).
 Umur. Untuk anak sapi yang baru lahir hanya menyusu saja
dan bila merumput belum secara sempurna maka akan sangat
selektif.
 Keadaan cuaca lingkungan. Cuaca yang buruk akan
menyebabkan aktivitas merumput terhenti, sedangkan bila
temperature lingkungan meningkat, akan terjadi perubahan
struktur kelompok dimana jarak antar individu menjadi
renggang.

Gertakan yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain:

a) Defoliasi, yaitu pemilihan bagian-bagian yang paling baik


atau spesies tertentu dari rumput yang ada di padang rumput.
 Defoliasi progresif : memilih rumput muda.
 Defoliasi creaning : memilih spesies rumput yang
paling disukai
b) Kebijakan nutrisi
 Tingkah laku khas dari hewan yang kekurangan salah
satu zat nutrisi.
 Rangsangan dari dalam tubuh untuk memilih apa
yang diperlukan oleh tubuh, dalam usahanya menjaga
keseimbangan mineral dalam tubuhnya.

Rangsangan yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain :

 Rangsangan terhadap indera perasa sapi akan memberikan


reaksi terhadap rasa pahit
 Rangsangan terhadap penciuman dan perabaan bau suatu
spesies rumput dapat mempengaruhi selektivitas merumput.

Gambar sapi merumput Gambar sapi merumput


berdiri duduk

2. Makan (Feeding)
makan disini adalah proses makan di dalam kandang atau makan
rumput segar dan konsentrat (di Indonesia) atau hay, silage (di daerah
bermusim empat/temperate/sub-tropis). Untuk ruminansia yang memiliki
empat kompartemen lambung dikenal istilah ruminasi yaitu dimana hewan
golongan tersebut setelah memakan rumput akan memuntahkan
(regurgitasi) kembali rumput dari rumen dan reticulum tersebut, setelah itu
akan mengunyah (mastikasi) kembali makanan yang telah dimuntahkan
tersebut yang dilakukan sambil istirahat, dan menelan kembali makanan
yang sudah halus dikunyah tersebut. Kelebihan dari ruminansia adalah
bisa makan lebih banyak dalam waktu singkat.
Untuk minum sendiri, perilaku ini dipengaruhi oleh dua daktor,
yaitu faktor dalam berupa rasa haus dan faktor luar yaitu karena melihat
air. Adapun jumlah air yang diminum tergantung pada :
 Temperature lingkungan
 Kondisi makanan : kadar air kurang (kering), kadar protein,
kadar garam, dan komposisi ransum.
 Umur kebuntingan
 Bangsa
 Tingkat laktasi

Keseimbangan NaCl (garam dapur) dalam tubuh harus diimbangi


dengan banyak minum sehingga jumlah air disekitar lingkungan sapi
harus berlebih atau lebih dikenal dengan istilah ad-libitum.

G G
ambar sapi makan hijauan ambar sapi makan konsentrat
Gambar sapi sedang minum

3. Perilaku seksual
 Pada sapi jantan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual sapi
jantan, antara lain ; penciuman, penglihatan, dan
pendengaran.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi libido pada sapi jantan,
antara lain:
 Ada tidaknya betina birahi
 Seks rasio, dan
 Dominan/subordinan
c. Factor-faktor yang menurunkan libido seksual jantan,
antara lain:
 Gangguan psikologis,
 Penyakit,
 Kekurangan nutrisi, dan
 Perubahan iklim
 Pada sapi betina
a. Tanda-tanda umum saat estrus, antara lain:
 Sangat reaktif,
 Nafsu makan turun/terganggu,
 Produksi susu turun,
 Tidak tenang/gelisah,
 Ingin dinaiki dan menaiki
 Sering melenguh,
 Mengibas-ibaskan ekornya,
 Frekuensi urinasi meningkat, dan
 Keluar lender berahi dari vulva: liat, bening, dan
transparan.

Gambar sapi sedang Gambar sapi betina birahi


kawin

4. Perilaku menyusu
a. Anak sapi mulai menyusu 2-5 jam setelah kelahiran, yang dimana
harus diberikan colostrums.
b. Posisi badan pedet saat menyusu harus sejajar badan induk disebelah
kiri atau kanan, tegak lurus dari samping, dan bisa dari belakang.
c. Proses : putting susu dijepit diantara lidah dan langit-langit atas
(pallatum) sampai rapat sehingga tidak tembus udara yang
menyebabkan terjadi tekanan dalam mulut sehingga air susu masuk ke
mulut, kemudian ditelan.
d. Lama menyusui antara 10-15 menit
e. Frekuensi menyusui antara 5-8 kali per 24 jam
f. Umumnya makin tua umur anak, maka frekuensi menyusu mulai
berkurang karena sudah mulai makan rumput dan konsentrat.
Gambar anak sapi lagi minum susu

Anda mungkin juga menyukai