Genetika adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari hal-ihwal tentang gen
mulai dari susunan kimia gen, peranan gen dalam penentuan sifat atau performans suatu
individu dan cara penurunan sifat-sifat individu yang ditentukan oleh gen itu sendiri.
Kalau kita pelajari, maka semua sifat-sifat individu mulai dari amuba, bakteri, virus,
tanaman, hewan, sampai pada manusia ditentukan oleh gen yang ada pada mahluk
tersebut. Sifat-sifat tersebut akan muncul dengan dukungan lingkungan yang cocok atau
sesuai dengan diharapkan oleh mahluk yang bersangkutan. Suatu sifat akan muncul atau
ditunjukkan oleh individu sesuai dengan potensi genetik yang menentukan sifat tersebut
apabila mendapat lingkungan yang cocok. Apabila lingkungan tidak mendukung, maka
fenotip yang muncul atau diperlihatkan oleh individu yang bersangkutan tidak sesuai
Pada individu khususnya ternak sifat-sifat yang dimiliki dapat digolongkan atas
dua macam yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif seperti warna bulu,
ada tidaknya tanduk, dan sebagainya ditentukan oleh satu atau dua pasang gen,
sedangkan sifat kuantitatif seperti produksi daging, produksi telur, produksi susu, dan
kebutuhan daging di Indonesia. Ternak kelinci dapat menjadi salah satu pilihan karena
memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dengan interval kelahiran yang pendek,
serta tidak membutuhkan lahan luas dalam pemeliharaannya. Populasi ternak kelinci di
Indonesia tahun 2014 sudah mencapai 1.104.283 ekor dengan persentase peningkatan
produksi daging antara tahun 2014 dan 2015 mencapai 16.26% (Kementan 2015).
Daging kelinci juga dikenal sebagai daging sehat karena memiliki kadar protein yang
tinggi dengan kadar lemak yang rendah jika dibandingkan dengan ternak lainnya. Kadar
protein daging kelinci 21.9% dengan kadar lemak 5.5% (Suradi 2005).
dan produktivitas tinggi. Kelinci Hyla jantan mampu mencapai bobot tubuh 2160 g dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kelinci merupakan ternak yang memiliki potensi tinggi sebagai hewan peliharaan atau
Kelinci merupakan ternak yang memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan daging,
(Raharjo et al. 2001). Daging kelinci memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 21.9%
(Suradi 2005). Selain kaya akan protein, daging kelinci juga mengandung kadar asam amino
yang tinggi (Zolte dan Szendro 2011). Jika dibandingkan dengan daging ternak lainnya, daging
kelinci lebih kaya akan asam amino lisin, treonin, leusin, fenilalanin dan asam amino bersulfur
pertumbuhan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 2010 dan
2014 mencapai 1.40% (BPS 2016). Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat indonesia,
seperti daging sapi dan ayam belum mampu menunjukkan pertumbuhan produksi daging yang
signifikan tiap tahunnya. Produksi daging sapi hanya mampu mengalami peningkatan sebesar
5.28% antara tahun 2014 dan 2015, demikian juga daging ayam yang hanya mengalami
cukup baik dalam menanggulangi masalah kekurangan daging sebagai sumber protein secara
terus menerus guna menjamin ketersediaan pangan di tingkat masyarakat (Farrell & Raharjo
1984)
BAB III
PEMBAHASAN
Hyla adalah jenis kelinci pedaging hibrida yang bisa dikatakan salah satu
terbaik di dunia. Kelinci Hyla dapat dikatakan sempurna untuk jenis kelinci
pedaging karena memiliki bentuk tubuh yang panjang dengan bokong yang
membulat penuh dan ukuran tulang medium. Kelinci ini diciptakan (dikembangkan)
melalui kerjasama antara pemerintah Cina yang diwakili oleh Qingdau Kangda
Food ltd. dengan Eurolap yang berada di Perancis. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan bibit kelinci pedaging yang dapat dikatakan super atau memiliki
Tahun 2012, Balai Penelitian Ternak (Balitnak) telah melakukan importasi kelinci
hycole dan hyla yang terdiri atas 40 ekor induk betina dan 17 pejantan hycole serta 40 induk
betina dan 20 penjantan hyla. Kelinci hycole yang berasal dari Perancis dan kelinci hyla
yang berasal dari Cina yang diimpor, telah dicoba dipelihara di Indonesia untuk dievaluasi
adaptasinya di daerah tropis. Berdasarkan litter size lahir, litter size sapih, mortalitas dan
pertumbuhannya, kelinci hycole dan hyla dapat dikembangkan sebagai kelinci pedaging di
Kelinci hyla memiliki litter size lahir 8,1 ekor dan litter size sapih 5,8 ekor. Bobot
potong kelinci hyla setara dengan standar bobot kelinci potong di Indonesia yaitu 2111,9 g
pada umur potong 14 minggu (Brahmantiyo et al. 2015). Kelinci ini memiliki ciri-ciri antara
lain yaitu tingkat produktivitas yang tinggi, laju pertumbuhan yang cepat, ketahanan
terhadap penyakit, serta tingkat kelangsungan hidup pada masa pertumbuhan yang lebih
dari 96% (Yamani 1994). Kelinci hyla memiliki sifat keindukan yang baik. Penamaan
3.2 Karakteristik Kualitatif Kelinci Hyla
1) Tipe Kepala
Kelinci memiliki 2 tipe kepala yaitu bulat seimbang (round) dan oval menyerupai
2) Tipe Badan
Kelinci memiliki 5 tipe badan yang berbeda yaitu kompak, busur, semi-busur,
silinder, dan komersial. Kelinci hyla memiliki tipe tubuh komersial. Biniok (2009)
menyatakan bahwa tipe badan komersial dimiliki oleh kelinci tipe pedaging yang
3) Warna Mata
Warna mata kelinci bervariasi mulai dari kehitaman atau cokelat tua hingga
cokelat kekuningan dan kuning. Seperti halnya rambut, warna mata ditentukan
oleh distribusi dan kandungan pigmen dari melanosit dan melanosom pada iris
mata (Lumpkin dan Seidensticker 2011). Kelinci hyla seluruhnya memiliki mata
berwarna merah. Covrig et al. (2013) menyatakan bahwa mata merah yang
menyebabkan albino pada permukaan tubuh dan merah pada mata. Selain itu,
Covrig et al. (2013) juga menyatakan bahwa karena tidak adanya pigment pada
kulit, kelinci yang berambut putih biasanya memiliki mata berwarna merah.
Tipe rambut kelinci yang utama terbagi menjadi 4 yaitu normal, angora, rex dan
satin. Kelinci hyla memiliki tipe rambut normal. Tipe rambut normal yaitu tipe
rambut yang paling umum dimiliki oleh kebanyakan galur kelinci. Menurut
Bennett (2014), tipe rambut normal dimiliki oleh banyak galur kelinci dengan
berbagai ukuran tubuh. Rambut normal memiliki ukuran sekitar 2,5 cm dengan
Warna rambut yang paling umum dimiliki kelinci yaitu warna rambut tunggal,
agouti, broken, pionted white, shaded, tan, dan ticked (Biniok 2009). Warna
rambut dominan dari ketiga galur kelinci hyla yaitu putih. Sebagian besar
(92.3%) kelinci hyla memiliki variasi warna rambut tunggal yaitu seluruh
lainnya memiliki variasi warna rambut pointed white. Selain warna putih, warna
tubuh dominan kelinci berpola pointed white juga dapat berwarna lain (Biniok
2009). Varisai pola pointed white pada sebagian kecil (7.7%) kelinci hyla yaitu
sebagian besar warna tubuhnya berwarna putih dan bagian hidung, telinga,
Sifat kuantitatif adalah sifat-sifat produksi dan reproduksi atau sifat yang dapat diukur,
seperti bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh atau karakteristik morfologi. Karakteristik
morfologi merupakan tanda structural dari satu makhluk hidup yang merupakan sumber utama
karakteristik kebanyakan kelompok makhluk hidup. Ukuran dan bentuk tubuh merupakan
penduga yang menyeluruh dari bentuk dan deskripsi khas dari berbagai gambaran tubuh yang
terbukti bermanfaat dalam menganalisa banyak makhluk hidup. Ukuran tubuh dengan
keragaman yang tinggi memberikan petunjuk bahwa ukuran tubuh dapat digunakan sebagai
kriteria seleksi untuk meningkatkan produksi di masa yang akan datang (Mulliadi 1996).
Kelinci hyla betina unggul pada ukuran lingkar dada (33.24 cm), dalam dada (10.92
cm), dan panjang kaki depan bawah (11.17 cm). Kelinci hyla jantan unggul pada ukuran
panjang kepala (13.77 cm), panjang kaki depan atas (10.16 cm), dan panjang kaki belakang
bawah (15.58 cm). Lingkar dada dan panjang tulang punggung merupakan cerminan
produktivitas kelinci (Brahmantiyo et al. 2007). Panjang tulang punggung merupakan salah satu
Adaptasi di daerah tropis, baik dengan klimat yang ada maupun pakan yang tersedia,
ditambah dengan pola perkawinan yang kurang terencana menyebabkan perubahan kinerja
yang semakin besar pada ternak-ternak tersebut dan dapat menyebabkan inkonsistensi kinerja
dari turunannya, yang sangat berbeda dengan kinerja galur murni di negara asalnya
(Brahmantiyo et al. 2007). Raharjo et al. (2004) juga menyatakan bahwa kelinci impor yang
dibudidayakan di Indonesia akan mengalami adaptasi dengan iklim yang berbeda sehingga
terjadi perubahan pada tubuh kelinci baik bentuk maupun kinerja tubuh jika dibandingkan saat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Kelinci hyla adalah jenis kelinci pedaging hibrida. kelinci pedaging karena
memiliki bentuk tubuh yang panjang dengan bokong yang membulat penuh
dan ukuran tulang medium.
2) Kelinci hyla memiliki bentuk kepala oval, betipe badan komersial, bermata
3) Kelinci hyla betina unggul pada ukuran lingkar dada (33.24 cm), dalam dada
(10.92 cm), dan panjang kaki depan bawah (11.17 cm). Kelinci hyla jantan unggul
pada ukuran panjang kepala (13.77 cm), panjang kaki depan atas (10.16 cm), dan
DAFTAR PUSTAKA
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Populasi dan produksi daging ternak [Internet].
http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak.
Suradi K. 2005. Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat Melalui Teknologi Pengolahan Daging
Kelinci. Lokakarya Nasional Potensi dan Pengembangan Usaha Kelinci. [internet]. [30
September 2005 di Bandung]. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 1-5; [diunduh 2016 Jul
Raharjo YC, Gultom D, Iskandar S, Prasetyo LH. 2001. Peningkatan produktivitas, mutu
produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan nutrisi. Laporan Hasil
Zolte AD. Szendro Z. 2011. The role of rabbit meat as functional food. Meat Science
88(2011)319-331.doi:10.1016/j.meatsci.2011.02.017.
Blas C, Wiseman J. 2010. Nutrition of The Rabbit. Ed ke-2. London (GB): CAB International.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia [Internet]. [diunduh
Farrell DJ, Raharjo YC. 1984. Potensi ternak kelinci sebagai penghasil daging. Laporan Hasil
Brahmantiyo B, Priyono, Rosartio R. 2016. Pendugaan jarak genetik kelinci (hyla, hycole,
hycole x nzw, nzw, rex dan satin) melalui analisis morfometrik. Jurnal Veteriner. 17(2):226-
234.doi:10.19087/jveteriner.2016.17.2.226.
Brahmantiyo B, Fafarita L, Mansjoer SS. 2015. Fenotip kelinci flemish giant, english spot dan
rex di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Yamani KA. 1994. Rabbits meat production situation in Egypt. 1st International Conference
Lumpkin S, Seidensticker J. 2011. Rabbits: The Animal Answer Guide. Maryland (US): The
Covrig I, Oroian I, Pătruțoiu TC. 2013. The C locus: rabbit genetics for full color
development, chinchilla, seal, sable, pointed black and red-eyed full white. Rabbit Gen.
3(1):23-32.
Bennett B. 2014. Storey's Guide to Raising Rabbits: Breeds, Care, Housing. Ed ke4.
Mulliadi D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut
Brahmantiyo B. 2008. Kajian potensi genetik ternak kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Bogor,
Jawa Barat dan Magelang, Jawa Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana,
kelinci sebagai sumber pangan hewani dan produk lain bermutu tinggi. Laporan Akhir
sebagai sumber plasma nutfah ternak Indonesia. Pros. Seminar Nasional Teknologi