Anda di halaman 1dari 9

1.

PENDAHULUAN ILMU TILIK TERNAK

A. Pengertian Ilmu Tilik Ternak

Ilmu tilik ternak merupakan ilmu pengetahuan untuk memberi pertimbangan


dalam menentukan sesuatu tipe dan kapasitas ternak sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dalam waktu yang sangat singkat. Ilmu tilik ternak sangat dibutuhkan karena
dipasar atau ditempat pemasaran hewan, recording atau catatan tidak tersedia. Penilaian
ternak secara eksterior merupakan ilmu pengetahuan yang memberi pertimbangan untuk
memilih suatu ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

Ilmu tilik ternak secara umum yaitu memilih ternak. Tipe ternak yang sehat dapat
dilihat dari mata, rambut/bulu, kulit, sikap berdiri, gerak, nafsu makan dan lain- lain.
Sebagai contoh memilih ternak potong/pedaging dengan melihat bagaimana ternak
tersebut memproduksi daging (kemampuan untuk memproduksi daging), efisiensi
pemeliharaan, serta peningkatan ekonomi.

Untuk mendapatkan bibit sapi potong yang bermutu perlu di lakukan pengawasan
mutu bibit sesuai dengan standar, salah satu langkah pengawasan adalah perlunya di
lakukan pemilihan/ penilaian sapi potong. Seleksi atau pemilihan sapi yang akan
dipelihara merupakan salah satu faktor penentu dan mempunyai nilai strategis dalam
upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya
pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.

Pengamatan dilakukan pada saat ternak sedang berdiri tegak di atas tanah/lantai
yang datar, ke empat kaki dalam posisi tegak serta kuku berada pada ke empat titik sudut
empat persegi panjang (parallelogram), selain itu pengamatan juga dilakukan pada saat
ternak sedang berjalan lurus, membelok untuk mengenali apakah terdapat kelainan-
kelainan pada tubuhnya (cacat-cacat) tubuh.
Cacat tubuh yang dapat muncul antara lain :

a. Pincang salah satu anggota gerak.

b. Terdapat luka-luka badan/kulit.

c. Terdapat cacat-cacat warna standar tertentu.

Dalam posisi berdiri ternak sedapat mungkin berada dalam posisi normal, yaitu
jarak antara kuku kaki depan kanan-kiri harus sejauh 1 kuku. Sedang apabila posisi tidak
normal maka dapat disebut :

1. Posisi kaki huruf O (pengkor luar).

2. Posisi kaki huruf X (pengkor dalam).

Bersamaan pengamatan keadaan tubuh ternak, sekaligus diperiksa pada cara


pernafasan, dilakukan palpasi (rabaan) pada kulit, dicari luka-luka badan/kulit. Cacat-
cacat warna standard pada seluruh tubuh akan dapat memberi kesimpulan bahwa ternak
tersebut dalam kondisi tergolong bukan bangsa/breed murni, bangsa silangan ataupun
justru bangsa lokal.

B. Kegunaan/aplikasi tilik ternak

1. Untuk menyeleksi/memilih ternak yang tergolong superior (unggul) atau baik,

sebagai ternak calon pengganti induk/pejantan atau replacement.

2. Untuk melakukan pendugaan umur, sehubungan kebutuhan seleksi ternak

maupun keperluan menentukan/dosis obat dalam menangani ternak yang sedang

sakit.

3. Untuk sedapat mungkin mencegah penipuan dalam transaksi jual beli ternak,

sebab banyak terjadi usaha-usaha melakukan pemalsuan umur ternak demi


mengejar tingginya harga ternak.

4. Untuk menemukan terdapat tidaknya cacat-cacat tersembunyi pada tubuh ternak.

Apabila terdapat cacat tersembunyi hal ini dapat mengakhibatkan batalnya proses

jual beli ternak.

5. Untuk prasyarat pelaksanaan kontes ternak/domba, dalam hal mempersiapkan

dan melengkapi data ukuran bagian-bagian tubuh yang vital seekor ternak.

6. Khusus untuk ternak/hewan yang dipelihara sebagai hoby/kesayangan, tilik

ternak akan dapat mempengaruhi harga ternak.

Pada dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari
segi penampilannya saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak
dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut
sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi.
Oleh karena itu, dalam penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian
digunakan. Jadi selalu ternak ternak tersebut mempunyai kedudukan urut atau rangking
tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan
secara fisik.

Untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi
serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai
dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu
dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat
menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan
kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang
produksi yang akan dihasilkannya.

Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat
yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama dengan seleksi untuk tujuan
produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Judging pada
ternak dalam arti yang luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak
yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes
(santoso, 2004). Kapasitas badan diperhatikan dalam ukuran perut yang dalam, lebar dan
panjang yang ditopang dengan kuat oleh tulang rusuk yang tangguh dengan lingkar dada
yang besar. Sistem mamae harus besar, melekat dengan mantap sehingga dapat bertahan
lama waktu diperah. Ambingnya besar, lunak dan lentur yang menunjukkan kelenjar susu
yang aktif dan jumlahnya banyak disamping besarnya penampungan susu. Pembuluh
vena darah harus menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi susu
sangat besar (Blakely dan Bade, 1994). Penilaian sapi perah dilakukan dengan
menggunakan kartu penilaian universal yang berisi aspek general appeareance, dairy
character, body capacity dan mammary system dengan total nilai sebesar 100 (santoso,
2011).

C, Judging sapi perah

Judging adalah penilaian maupun seleksi sapi perah menyangkut pengamatan guna
menghubungkan antara tipe sebagai sapi perah yang baik dengan fungsi produksi susunya
(Blakely dan Bade, 1998). Penilaian judging menggunakan kartu skor yang disebut The
Dairy Cow Unified Score Card, dimana kartu ini dibagi menjadi empat bagian utama,
yaitu penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan, dan sistem mamae (Williamson
dan Payne, 1993).

. Sapi perah yang bentuk luarnya bagus adalah pada bagian tubuh berbentuk segitiga
yang menunjukan memproduksi susu yang tinggi, kepala yang panjang, sempit dan tak
banyak daging, mata yang besar dan bersinar, sedangkan pada leher panjang, tipis dengan
lipatan kulit yang halus dan gelambir kecil (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Penampilan umum memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat
kebetinaan yang dimiliki oleh sapi perah (Williamson dan Payne, 1993).Klasifikasi
penilaian tipe bangsa yaitu : sangat bagus (85 - 90), agak bagus (80 - 84), bagus (75 - 79),
sedang (65 - 74), buruk (<65), klasifikasi ini dapat bervariasi menurut bangsa (Blakely
dan Bade, 1995). Sapi termasuk kategori exellent dengan nilai lebih dari 90, good plus
dengan nilai 85 – 90, good dengan nilai 75 – 85 dan poor jika nilainya dibawah 75
(Bligh dan Johnson, 1973.

Sapi perah yang baik perlu memiliki alat-alat tubuh yang besar termasuk perut guna
mencernakan makanan yang banyak yang diperlukan untuk menghasilkan susu yang
banyak (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penilaian judjing sapi perah ada empat,
antara lain General Appearance, Dairy Character, Body Cappacity, dan Mammary
System (Blakely dan Bade, 1998).

a. Penampilan Umum Sapi Perah (General Appearance)

Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak, dengan cara


membandingkan bentuk-bentuk dari suatu bagian, letak bagian tersebut dibandingakan
dengan bentuk yang umum. Penampilan umum ini memberikan gambaran tentang
karakteristik bangsa serta sifat kebetinaannya. Seekor sapi perah betina yang sedang
berproduksi harus memperlihatkan penampilan secara umum yang serasi / harmonis,
diantaranya memiliki simetri, badan dan system mamae yang berimbang, kapasitas perut
yang besar, serta garis atas badan yang lurus dan panjang sebagai gambaran kemampuan
menyusui dalam jangka panjang serta sebagai gambaran prestasi produksi yang tinggi.
Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang
akan dihasilkannya.

· Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat
menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa
dihirup melalui nafasnya.

· Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus
halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.

· Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan
tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga
bagian tubuh depan sapi.
· Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah
menandakan lemahnya tubuh secara umum.

· Bokong / Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus
panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing.

· Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk
kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak.

· Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada
bokong.

· Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang
lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah.

· Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini
menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu
yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.

b. Kapasitas Badan (Body Capacity)

mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan
body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat
menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan
dalam dada sapi.

c. Sifat Perah (Dairy Character)

Merupakan bentuk badan sapi perah yang ideal yang menggambarkan kemampuan
produksi susu yang tinggi, Gambaran tentang sifat perah tersebut diantaranya memiliki
badan yang menyudut (anguler, dengan perdagingan yang tipis). Hal ini memberikan
gambaran kemampuan sapi perah untuk mengubah pakan menjadi susu bukan menjadi
lemak. Sapi perah harus memiliki daging yang cukup, tidak terlalu kurus, tetapi juga
tidak terlalu gemuk. Secara singkat sapi perah memiliki ciri-ciri tubuh sebagai berikut:
a) Tubuhnya luas ke belakang seperti baji atau gergaji

b) Sistem dan bentuk perambingannya baik dan bentuk puting simetris

c) Efisiensi pakan yang dialihkan untuk produksi susu tinggi

d) Sifatnya baik dan jinak

d. Sistem Mamae

System mamae adalah system mamae yang besar, melekat dengan mantap sehingga
bisa bertahan lama ketika disusui. Ambingnya besar, lunak dan lentur yang menunjukkan
kelenjar susu aktif dan jumlahnya banyak. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan
yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk
memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk
ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi
dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang. Putting harus seragam
ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.

Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun
sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang
jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan
melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus
baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar
mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear
udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang,
panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat
pada ambing sehingga memudahkan pemerahan (Masyadi, 2010)

Syarat-syarat Bibit Sapi Perah Yang Baik

A. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

· produksi susu tinggi,

· umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,


· berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu
tinggi,

· bentuk tubuhnya seperti baji,

· matanya bercahaya

· punggung lurus,

· bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki
kuat,

· ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak,
kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4,
terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,

· tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun
beranak.

B. Sementara calon induk yang baik antara lain:

· berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,

· kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang,
punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,

· jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,

· pertumbuhan ambing dan puting baik,

· jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta

· sehat dan tidak cacat.


C. Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

· umur sekitar 4- 5 tahun,

· memiliki kesuburan tinggi,

· daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,

· berasal dari induk dan pejantan yang baik,

· besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan
yang baik,

· kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,

· muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,

· paha rata dan cukup terpisah,

· dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,

· badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta

· sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada

keturunannya (Anonim, 2010.).

Anda mungkin juga menyukai