Anda di halaman 1dari 10

12.

BELAJAR PADA HEWAN

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus.


Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme
yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan
merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu
interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa
mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara
antropomorfik.

Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku


bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman
yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai
hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya,
yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan
sifat.

Innate

Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di
dalam suatu individu. Perilaku yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara
tetap/pasti. Perilaku ini tidak memerlukan adanya pengalaman atau memerlukan
proses belajar, seringkali terjadi pada saat baru lahir, dan perilaku ini bersifat genetis
(diturunkan).

Insting

Adalah perilaku innate klasis yang sulit dijelaskan, walaupun demikian


terdapat beberapa perilaku insting yang merupakan hasil pengalaman, belajar dan
adapula yang merupakan factor keturunan. Semua maklhuk hidup memiliki beberapa
insting dasar.

Pola Aksi Tetap (FAP = Fixed Action Pattern )

FAP adalah suatu perilaku steretipik yang disebabkan oleh adanya stimulus
yang spesifik. Contoh:

ü Saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya, kemudian
induknya akan menaruh makanan di dalam mulut anak burung tersebut.
ü Anak bebek yang baru menetas akan masuk ke dalam air. Perilaku ini telah
“diprogram sebelumnya”, dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar.

ü Pada perilaku kawin pada burung merak (Pavo muticus), burung jantan akan
menunjukkan keindahan warna ekor bulunya.

ü Induk burung tidak perlu belajar untuk memberi makan anaknya yang baru
menetas, anak bebek tidak perlu belajar berenang.

Perilaku Akibat Proses Belajar

Proses belajar seringkali didefinisikan sebagai suatu upaya untuk


mendapatkan informasi dari adanya interaksi, atau suatu perilaku yang memang telah
ada pada organisme (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu upaya
coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku dipengaruhi oleh factor genetic, sehingga
organisme (hewan)

JENIS-JENIS PERILAKU

Jenis – jenis perilaku dapat dibagi menjadi :

Perilaku tanpa mencakup susunan saraf

Kinesis: yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak diarahkan
dalam tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini masih terkontrol.

Tropisme: yaitu orientasi dalam suatu arah yang ditentukan oleh arah datangnya
rangsangan yang mengenai organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan.
Meskipun tropisme menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi tidak mutlak.
Tetapi tanggapan yang terjadi dapat berbeda terhadap intensitas rangsang yang tidak
sama. Misalnya : pada cahaya lemah terjadi fototropisme (+), tetapi pada cahaya kuat
yang terjadi fototropisme (-)

Taksis : yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu organisme motil (mempunyai
kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu rangsangan.

Perbedaan antara tropisme dengan taksis adalah pada taksis seluruh organisme
bergerak menuju atau menjauhi suatu sumber rangsang, tetapi pada tropisme hanya
bagian organisme yang bergerak..
Perilaku yang mencakup susunan saraf.

ü Perilaku bawaan atau naluri atau insting (instinct)

Perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada suatu spesies,


biarpun perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu, dan perilaku ini
bersifat menurun. Hal ini dapat diuji dengan menetaskan hewan ditempat terpencil,
sehingga apapun yang dilakukan hewan-hewan tersebut berlangsung tanpa mengikuti
contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi hal tersebut tidak dapat terjadi pada
hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-hewan menyusui selalu ada kesempatan
pada anaknya untuk belajar dari induknya. Contoh:

Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang kompleks,


tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya. Dan bentuk
sarang ini adalah khas untuk setiap spesies, walaupun sebelumnya tidak pernah
dihadapkan pada pola khusus tersebut.

Pada pembuatan sarang burung, misalnya sarang burung manyar (Ploceus


manyar). Meskipun burung tersebut belum pernah melihat model sarangnya, burung
manyar secara naluriah akan membuat sarang yang sama.

Untuk melakukan perilaku bawaan kadang-kadang diperlukan suatu isyarat


tertentu, isyarat tersebut disebut release atau pelepas. Release (pelepas) ini dapat
berupa warna, zat kimia dll.

Release berupa warna, misalnya pada ikan berduri punggung tiga. Selama
musim berbiak biasanya ikan betina akan mengikuti ikan jantan yang perutnya
berwarna merah ke sarang yang telah disiapkannya. Tetapi ternyata ikan betina akan
mengikuti setiap benda yang berwarna merah yang diberikan kepadanya. Dan benda
apapun yang menyentuh dasar ekornya, akan menyebabkan ikan betina tersebut
bertelur.

Release berupa zat kimia misalnya feromon. Feromon berfungsi sebagai


release pada berbagai serangga sosial seperti semut, lebah dan rayap. Hewan-hewan
tersebut mempunyai berbagai feromon untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk
perilaku kawin, perilaku mencari makan, perilaku adanya bahaya dll.

Release berupa bintang, Sauer seorang ornitolog dari Jerman mencoba sejenis
burung di Eropa (burung siul). Burung tersebut yang masih muda pada musim gugur
akan bermigrasi ke Afrika terpisah dari induknya. Migrasi tersebut dilakukan pada
malam hari dengan bantuan navigasi bintang-bintang. Sauer memelihara burung siul
yang masih muda, pemeliharaannya tidak mudah karena burung tersebut hanya
memakan serangga yang masih hidup dalam jumlah banyak. Bila musim gugur tiba,
burung-burung tersebut menjadi tidak tenang. Bila burung tersebut dibawa ke dalam
planetarium, melihat bintang-bintang maka burung tersebut akan terbang ke arah
tenggara, sepertinya bila di alam benas burung tersebut menuju ke Afrika.

Dorongan berpindah pada musim gugur merupakan contoh perilaku bawaan


pada burung burung yang berulang-ulang pada interval tertentu. Perilaku demikian
disebut ritme atau periode, dan dapat berlangsung setiap 2 jam, 24 jam atau bahkan
satu tahun. Banyak hewan yang mempunyai ritme harian, seperti hewan nocturnal
yang aktif setiap 12 jam sekali. Ritme tersebut tidak akan persis sama, dapat bergeser
satu jam kedepan atau satu jam mundur. ritme yang demikian disebut circadian.
Perilaku yang dapat membedakan panjang relatif siang dan malam diatur oleh
perubahan dalam fotoperiode. Kemampuan bereaksi terhadap fotoperiode
menunjukkan bahwa hewan mempunyai mekanisme mengukur jumlah jam siang dan
jumlah jam malam atau salah satu diantaranya. Atau dengan perkataan lain hewan
tersebut mempunyai jam biologis.

ü Perilaku Yang Diperoleh Dengan Belajar (Animal reasoning and learning)

Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh atau sudah
dimodifikasi karena pengalaman hewan yang bersangkutan yang mengakibatkan
suatu perubahan yang tahan lama dan dapat juga bersifat permanen.

Kebiasaan (habituation); Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi
terhadap stimulus berulang yang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Mis:
membuat suara aneh dekat anjing, pertama-tama hewan tersebut akan terkejut dan
mungkin juga takut, tetapi setelah lama dan merasa bahwa suara tersebut tidak
berbahaya, maka bila ada suara tersebut hewan tersebut tidak akan berreaksi lagi.

Perekaman (imprinting); Lorenz (1930) menemukan semacam cara belajar pada


burung yang bergantung pada satu pengalaman saja. Hanya pengalaman ini harus
berlangsung tepat setelah telur burung tersebut menetas. Mis: Angsa akan mengikuti
benda bergerak pertama yang dilihatnya dan benda tersebut dianggap sebagai
induknya. Karena yang pertama dilihat adalah Lorenz, maka dia dianggap sebagai
induknya.

Reflex bersyarat; Pavlov (seorang ahli fisiologi) mempelajari sistem syaraf hewan
menyusui. Yaitu mempelajari reflex yang menyebabkan anjing memproduksi air liur,
dan menemukan bahwa melihat atau mencium bau daging saja sudah menyebabkan
anjing mengeluarkan air liur. Pavlov mencoba rangsangan lain yang dapat
menghasilkan tanggapan mengeluarkan air liur, yaitu dengan bunyi bel. Pavlov
menemukan bahwa rangsangan pengganti harus datang sebelum rangsangan asli,
supaya tanggapannya berhasil dipindahkan. Juga semakin pendek jangka waktu
antara kedua rangsangan, semakin cepat reaksi itu melekat pada rangsangan
pengganti. Hal tersebut dapat juga terjadi pada ayam atau merpati dengan tanda bunyi
kentongan (kul-kul).

ü Metode coba-coba (trial & error learning)

Misalnya yang dilakukan Skinner dengan membuat sekat dalam kotak yang akan
mengeluarkan makanan bila ditekan. Tikus yang lapar dimasukan ke dalam kotak.
Dalam waktu singkat tikus dapat mengetahui cara mendapatkan makanan tersebut.

Dalam suatu kotak ada dua titik cahaya, yang satu lebih terang dari yang lain. Bila
yang terang dipatuk pada bagian bawahnya akan keluar makanan. Merpati dengan
cepat akan mematuk cahaya yang lebih terang.

ü Perilaku dengan menggunakan akal

Pada umumnya dianggap bahwa suatu ciri yang membedakan hewan dengan manusia
adalah dari bahasanya. Banyak hewan yang memiliki mekanisme pemberian isyarat
yang mendekati ciri bahasa, misalnya pada lebah dengan tariannya. Sedangkan Ann
dan David meneliti simpanse betina bernama Sarah dengan menggunakan simbol-
simbol dari plastik sebagai bahasa. Setelah 6 tahun, Sarah mempunyai
perbendaharaan kata sekitar 130 buah. Penggunaan simbol-simbol yang dapat
dimanipulasi sebagai pengganti bahasa lisan itu, merupakan bukti kecakapan
simpanse tetapi tidak mampu mengeluarkannya. Sedangkan Garner menyelidiki
kemampuan simpanse betina bernama Washoe dengan menggunakan bahasa isyarat
orang tuli di Amerika Utara. Setelah 22 bulan, Washoe sudah memahami lebih dari
30 bahasa isyarat tersebut. Walaupun kemampuan Sarah dan Washoe belum
sempurna, tetapi kemampuannya sama baiknya dengan kemampuan seorang anak
berumur 2 tahun.

PERILAKU SOSIAL

Perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau lebih yang menyebabkan terjadinya
interaksi antar individu dan antar kelompok. Perilaku Sosial bisa dibagi menjadi :

Perilaku Affiliative; adalah perilaku yang dilakukan bertujuan untuk mempererat


ikatan social, koordinasi antar individu dan kebersamaan antar atau di dalam
kelompok

Perilaku Agonistic

Perilaku aggressive: Perilaku yang bersifat mengancam atau menyerang.

Perilaku submissive: Perilaku yang menunjukkan ketakutan atau kalah.


Vokalisasi; Adalah suara yang dikeluarkan oleh satu atau lebih individu untuk
berkomunikasi dan koordinasi diantara anggota kelompoknya

Perilaku maternal / mothering; Perilaku induk yang bertujuan melindungi dan


memelihara anaknya

MENGHINDARI PREDATOR

Ada sekelompok kecil hewan yang termasuk super predator yang tidak takut pada
predator yang lain, tetapi pada akhirnya musuhnya adalah manusia. Pada umumnya
cara utama hewan menghindari musuh adalah dengan berlari atau terbang. Pada
hewan tingkat tinggi, melarikan diri dari predator adalah merupakan perilaku belajar,
mis : kucing dengan anjing. Tetapi pada lalat rumah merupakan perilaku bawaan, mis
: bila lalat akan dipukul dapat menghindar, karena adanya perubahan udara di
sekitarnya.

Tanda adanya bahaya itu diterima berbeda antara satu spesies dengan spesies yang
lain. Pada sejenis burung gelatik mempunyai naluri takut terhadap burung hantu
tetapi tidak takut terhadap ular, tetapi pada spesies burung yang lain sejak lahir sudah
takut terhadap ular, tetapi tidak takut terhadap predator yang lain. Juga respon
terhadap predator bervariasi, karena meskipun predatornya sama akan memberikan
tanda yang berbeda pada waktu yang tidak sama. Misalnya antelop tidak akan
melarikan diri bila melihat singa yang berjalan ke arahnya, tetapi antelop baru
bereaksi kalau singa mengendap-endap pada semak-semak.

CARA MENGHINDARI PREDATOR

1. Perilaku Altruistik

Perilaku ini lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada dirinya sendiri.

Rusa (Muskoxen) di daerah tundra di Antartika, bila tidak bisa melarikan diri dari
predator (serigala) akan mengirimkan bau dari jari kakinya yang disebut karre.

Kera (Baboon) di Afrika bila ada bahaya misalnya dengan datangnya singa atau
leopard, maka akan membentuk formasi kera yang yang tua, betina dan anak-anak
ditengah dikelilingi oleh kera-kera muda jantan. Sedangkan kera jantan yang menjadi
raja akan berusaha mengusir atau menyerang predator tersebut.

Induk ayam akan bersuara ribut sebagai tanda bahaya bila dilihat ada burung elang
yang datang, anaknya dipanggil untuk disembunyikan.

Semut yang sarangnya terganggu akan mengeluarkan feromon (asam formiat) dari
taringnya, untuk memberi tanda kepada semut-semut yang lain, bila keadaan sudah
reda asam formiat tidak dikeluarkan lagi dan kembali lagi ke sarang.
2. Kamuflase (penyamaran)

Yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan pada musim panas bulunya
berbintik membuat tidak menarik perhatian karena warnanya sangat sesuai dengan
lingkungan.

Kupu-kupu daun mati (Kallima) dari Amerika Selatan sayapnya sangat mirip dengan
daun yang dihinggapi sehingga dapat terhindar dari burung pemangsanya, tetapi
karena sangat mirip dengan daun maka kadang-kadang ada insekta lain yang bertelur
di atas sayapnya.

3. Mimikri

Yaitu menyerupai hewan yang lain, dapat dibagi menjadi mimikri Miller, mimikri
Bates dan mimikri agresif.

Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan hewan yang
tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam
tubuhnya dan enak dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja
yang mempunyai racun dalam tubuhnya.

Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan lain yang
berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki warna
seperti ular tanah yang sangat berbisa.

Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya. Ikan


anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang mirip ikan kecil
untuk memikat mangsanya, pemikat tersebut adalah perkembangan dari duri pada
sirip punggung pertama. Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan
cahaya kelap-kelipnya, pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada
suatu spesies kunang-kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain,
bila jantan spesies yang lain itu datang akan dimakan.

Banyak hewan yang mempunyai adaptasi melindungi dirinya terhadap serangan


pemangsa, misalnya :

Duri pada landak

Bau pada celurut

Spirobolus (kaki seribu) mensekresi asam hidrosianat yang beracun jika diganggu.

Bila hewan telah mempunyai senjata tetapi tidak ada pemangsa yang tahu, maka
hewan tersebut berevolusi sehingga mempunyai warna yang mencolok tanpa
penyamaran sedikitpun, disebut aposematik. Misalnya pada larva kupu-kupu raja
berwarna mencolok tanpa penyamaran sedikitpun, dan di dalam badannya terdapat
zat kimia yang beracun untuk predator yang memangsanya. Zat beracun tersebut
berasal dari tumbuhan (milkweed) yang biasa dimakan. Racun tersebut tetap
disimpan sampai larva mengalami metamorfosis. Maka burung yang memakan kupu-
kupu raja akan memuntahkannya dan tidak akan makan lagi.

Wilayah Jelajah (Home Range)

Adalah wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai
makanan, minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau
bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin. Tempat-tempat minum dan tempat-
tempat mencari makanan pada umumnya lebih longgar dipertahankan dalam
pemanfaatannya, sehingga satu tempat minum dan tempat makan seringkali
dimanfaatkan secara bergantian ataupun bersama-sama.

Teritori

Beberapa spesies mempunyai tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan
aktif, misalnya tempat tidur (primata), tempat istirahat (binatang pengerat), tempat
bersarang (burung), tempat bercumbu (courtship territories).

Batas-batas teritori ini dikenali dengan jelas oleh pemiliknya, biasanya ditandai
dengan urine, feses dan sekresi lainnya. Pertahanan teritori ini dilakukan dengan
perilaku yang agresif, misalnya dengan mengeluarkan suara ataupun dengan
perlakuan fisik. Pada umumnya lokasi teritori lebih sempit daripada wilayah jelajah.

Batas wilayah jelajah dan teritori kadang-kadang tidak jelas, misalnya terjadi pada
beberapa primata, seperti Trachypithecus, Gorilla, Pan dan berbagai jenis karnivora
seperti anjing (Canis lupus). Pada burung batas wilayah jelajah tidak jelas, Elliot
Howard menemukan pada burung pipit hanya dipertahankan beberapa jam. Tetapi
ada juga yang jelas batas-batasnya, terutama bagi satwa liar yang mempunyai wilayah
jelajah yang tidak tumpang tindih di antara individu atau kelompok individu, seperti
dijumpai pada wau-wau (Hylobates), teritori kawin beberapa kelompok Artiodaktila
dan pada anjing liar. Kesimpulannya adalah jika individu tidak mempunyai teritori,
maka wilayah jelajahnya dapat tumpang tindih. Misalnya terjadi pada kelompok
famili rusa merah (Cervus elaphus), Gajah Afrika (Loxodonta), dan kera barbari
(Macaca sylvanus).

Untuk mempertahankan teritorinya satwa liar menunjukan perilaku conflict


behaviour.
Aktivitasnya dengan menunjukkan aggressive display dan triumph ceremony (pada
angsa).

Luas wilayah jelajah semakin luas sesuai dengan ukuran tubuh satwa liar baik dari
golongan herbivora maupun karnivora. Wilayah jelajah juga bervariasi sesuai dengan
keadaan sumber daya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin
sempit ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan
oleh aktivitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim
reproduksi.

Untuk mengetahui luas wilayah jelajah satwaliar diperlukan penelitian yang


berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil penelitian Douglas-
Hamilton di TN Lake Manyara (Afrika), yang dilakukan lebih dari 15.000 ulangan
untuk 48 unit keluarga gajah dan 80 ekor jantan soliter, mendapatkan luas wilayah
jelajah yang bervariasi antara 14-52 km2. Luas ini mungkin terlalu kecil jika
dibandingkan dengan ukuran tubuh gajah yang besar.

Penelitian Leuthold dan Sale di TN Tsavo, Kenya mendapatkan angka wilayah


jelajah rata-rata dari 4 ekor gajah sekitar 350 km2. Olivier di Malaysia wilayah
jelajahnya antara 32,4-166,9 km2.

Wilayah jelajah unit-unit keluarga gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran


luas dua kali dari wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder. Perbedaan ini tentunya
disebabkan karena adanya perbedaan produktivitas makanan pada kedua kondisi
hutan yang berbeda.

Ukuran wilayah jelajah bagi jenis primata ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu jarak
perjalanan yang ditempuh setiap hari oleh setiap anggota kelompok, dan pemencaran
dari kelompoknya. Ukuran wilayah jelajah dari siamang, wau-wau lar dan wau-wau
agile berbeda, lihat table di bawah.

Whitten menunjukkan bahwa faktor persaingan dan aktivitas manusia dapat


berpengaruh terhadap luas wilayah jelajah bilou (Hylobates klossii). Menurut Van
Schaik penggunaan wilayah jelajah kera ekor panjang di Ketambe (TN. G. Leuser),
ada beberapa faktor ekologis yang potensial mempengaruhi penggunaan wilayah
jelajah, baik ditinjau dari pengaruh jangka panjang maupun jangka pendek. Pola
penggunaan jangka panjang pada umumnya disesuaikan dengan pemanfaatan buah,
sedang pencarian serangga disesuaikan dengan keadaannya yang menguntungkan.
Penyimpangan dari pola ini dapat saja terjadi karena berbagai faktor, seperti adanya
lereng-lereng terjal, dan wilayah yang tumpang tindih dengan kelompok lainnya.
Kera ekor panjang menghindari lereng-lereng terjal, terutama untuk menghindari
resiko adanya pemangsa dan untuk menghemat tenaga. Wilayah yang tumpang tindih
dengan kelompok tetangga juga dihindari, sehingga tidak terjadi pertemuan dengan
kelompok lainnya. Pergerakan adalah usaha individu ataupun populasi untuk
mendapatkan sumberdaya yang diperlukan agar dapat bertahan hidup dan
menurunkan keturunan sesuai dengan tetuanya. Ada berbagai cara pergerakan, pada
umumnya dapat dibedakan kedalam: invasi, pemencaran , nomaden dan migrasi.
Pergerakan ini dilakukan di wilayah jelajahnya, yang luasnya bervariasi, tergantung
pada jenis satwaliar, serta kualitas dan kuantitas habitatnya. Di dalam wilayah
jelajahnya, ada suatu tempat yang dipertahankan secara intensif, disebut teritori,
seperti tempat bersarang atapun tempat makan. Pada kondisi habitat yang kaya akan
sumberdaya yang diperlukan satwaliar, ukuran teritori mereka lebih sempit (kecil)
jika dibandingkan dengan habitat yang miskin.

Anda mungkin juga menyukai