Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA


Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah

Nutrisi Ternak Unggas dan Non-Ruminansia

Kelompok 12

Kelas B

Disusun oleh :

Veby Oktaviany 200110210015

Ayu Aksari Ritonga 200110210020

Muhamad Ikram Dani 200110210144

Sandi Nugraha 200110210018

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt/Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
serta Hidayah-Nya makalah Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda dapat dibuat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Dr. Ir. Abun, M.P. dan Bapak Dr. Andi Mushawwir, S.Pt.,
M.P..Selaku dosen pengampu pada mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas dan Non-
Ruminansia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kebutuhan Energi dan Nutrien Ternak Kuda bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, November 2022

Tim Penyusun Makalah

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 3

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Kuda dan Peran Kuda di Bidang Peternakan ......................... 3

2.2 Proses Pencernaan .................................................................................... 4

BAB III.................................................................................................................... 8

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8

3.1 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Energi ................................................. 8

3.1.1 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Protein ......................................... 8

3.1.2 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Mineral ........................................ 8

3.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Ternak Kuda ........................................................... 9

3.2.1 Air ........................................................................................................... 9

3.2.2 Karbohidrat ............................................................................................. 9

3.2.3 Lemak ................................................................................................... 10

3.2.4 Protein ................................................................................................... 10

3.2.5 Mineral .................................................................................................. 11

3.2.6 Vitamin ................................................................................................. 13

3.3 Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Pengelompokan .............................. 13

3.3.1 Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Aktivitas .................................. 13

iii
3.3.2 Kebutuhan Energi dan Nutrisi Kuda Berdasarkan Umur dan Kelamin 14

BAB IV 18

KESIMPULAN ..................................................................................................... 18

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18

4.2 Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuda merupakan salah satu spesies modern mamalia dari genus equus.
Hewan ini sejak lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis. Tak heran
bila kuda dianggap sebagai hewan ternak yang banyak mengubah kehidupan
manusia. Awalnya, kuda memang memegang peranan penting dalam pengangkutan
orang dan barang selama ribuan tahun. Namun, seiring dengan perkembangan
zaman, pemanfaatan kuda tidak hanya sebatas sebagai pengangkutan ataupun
penarik. Hewan ini pun mulai diminati dalam beberapa bidang olahraga,
diantaranya pacuan kuda, ketangkasan berkuda, dan polo.

Sistem pencernaan kuda sedikit unik karena pencernaan kuda terdiri dari
kombinasi fungsi pencernaan ruminan dan nonruminan, yaitu mempunyai lambung
relatif kecil tetapi efisien menggunakan biji-bijian seperti pada babi, dan
mempunyai sekum dan kolon besar untuk mencerna pakan kasar (roughage)
dibantu mikroorganisme untuk produksi energi dan vitamin B, jadi fungsinya mirip
rumen pada sapi (Bradley, 1981). Selanjutnya, mitokondria yang ada di semua sel
menghasilkan energi dari gula sederhana sebagai hasil akhir pencernaan biji-bijian,
rumput, atau bahkan kulit kayu.

Dalam pengertian sederhana energi adalah kemampuan untuk melakukan


kerja. Energi merupakan zat gizi yang banyak dibutuhkan ternak ruminansia
setelah air. Banyaknya energi yang ada dalam pakan dapat dinyatakan dalam
berbagai cara,seperti energi metabolis dan TDN (Total Digestible Nutrient). Kuda
dalam memenuhi nutrisinya, yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan energi.
Menurut Gibs et al (2009) dikatakan bahwa kuda membutuhkan banyak energi
untuk mempertahankan kondisi tubuh yang optimal saat melakukan aktivitas.
Menurut Lawrence (2004), kuda menggunakan 80—90% dari pakan dengan
memanfaatkan

1
karbohidrat dan lemak dalam kandungan pakan. Pada makalah ini akan membahas
tentang kebutuhan nutrien dan energi untuk kuda agar dapat memaksimalkan
metabolisme dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh kuda?


2. Bagaimana kebutuhan energi pada kuda ?
3. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada kuda laktasi dan bunting ?
4. Apakah ada perbedaan antara kebutuhan kuda jantan dan betina ?

I.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui kandungan nutrisi yang dibutuhkan untuk kuda.


2. Mampu mengetahui kecukupan energi untuk ternak kuda.
3. Mengetahui sistem pencernaan kuda.
4. Mampu merancang pakan demi tercukupinya kandungan nutrien dan
energi pada kuda.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kuda dan Peran Kuda di Bidang Peternakan


Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) merupakan salah satu dari
sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini merupakan salah
satu hewan ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan
penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat
ditunggangi oleh manusia dan juga dapat digunakan untuk menarik sesuatu, seperti
kendaraan beroda, atau bajak. Di beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai
sumber makanan. Meskipun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak
tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru
ditemukan terjadi sejak 2000 SM.

Kuda merupakan salah satu komoditas peternakan yang telah lama


dikembangkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Selain
sebagai alat transportasi, pada saat ini kuda digunakan oleh manusia untuk olahraga,
pertanian, pendukung pertahanan, bahkan menjadi konsumsi pangan (daging dan
susu). Beberapa dekade akhir ini di negara maju peternakan kuda telah menjadi
industri peternakan untuk kesenangan seperti ketangkasan, pacuan dan hewan
kesayangan (Dominguez et al., 2015). Negara-negara di Afrika memelihara kuda
untuk tenaga kerja (Guyo et al., 2015). Negara Italia mengembangka nternak kuda
untuk pangan berupa daging dan susu (Miraglia et al., 2020). Di Indonesia, kota
urban memelihara kuda untuk kesenangan sedangkan di daerah pedesaan,
pemeliharaan untuk kepentingan transportasi terutama di daerah yang sulit
dijangkau dengan kendaraan. Penduduk asli Indonesia sudah beternak kuda di
daerah yang padang rumputnya luas dan pada umumnya banyak ditemui di daerah
timur Indonesia.

3
2.2 Proses Pencernaan
Proses pemecahan pakan yang terjadi di mulut sampai lambung serupa
dengan proses pemecahan pakan pada babi. Perbedaannya terdapat pada bagian
sekum. Pada kuda sekum memiliki ukuran besar yang panjangnya mencapai sekitar
120 cm. Di bagian ini terjadi proses fermentasi atau pemecahan serat kasar yang
cukup efisien sehingga kuda dapat mencerna pakan hijauan seperti rumput.

Sistem pencernaan pada kuda terdiri dari tujuh bagian, yaitu:

1. Mulut

2. Kerongkongan (Esofagus)

3. Lambung

4. Usus halus

5. Usus buntu (sekum)

6. Rektum

7. Kloaka

Gambar 1. Bagian-bagian dari sistem pencernaan kuda

4
1. Mulut

Mulut kuda dilengkapi dengan gigi sebanyak 36 dan 40. Mulut yang bagian atasnya
menonjol keluar atau menjorok masuk dapat mengganggu proses mengunyah
pakan. Saliva disekresikan dan bercampur dengan pakan, sehingga membentuk
bolus yang lembab dan mudah ditelan. Terdapat 3 kelenjar yang mensekresikan
saliva, yaitu parotid, submaxillari, dan sublingual. Kuda menghasilkan sekitar 45
liter saliva sehari.

2. Esofagus

Esofagus membawa pakan dari mulut ke lambung. Letak esofagus membentuk


sudut curam, sehingga membentuk katup satu arah dengan mekanisme menutup
sangat kuat, sehingga kuda tidak dapat memuntahkan kembali pakan yang telah
masuk lambung.

3. Lambung

Lambung kuda memiliki ukuran kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya,
sehingga jumlah pakan yang dapat ditampung terbatas. Oleh karena itu, lebih baik
memberikan pakan beberapa kali dalam sehari dengan jumlah sedikit, dibandingkan
satu atau dua kali pemberian pakan dalam jumlah banyak.

4. Usus halus

Usus halus kuda memiliki panjang mencapai 21 meter, sehingga dapat menampung
banyak digesta dari lambung (68 liter). Berbagai enzim disekresikan oleh pankreas
ke dalam usus halus, karbohidrase memecah pati menjadi gula

5. Sekum

Sekum merupakan usus atau kantung buntu yang memiliki panjang sekitar 1,2
meter dan dapat menampung pakan dan cairan dengan kapasitas 28-36 liter. Sekum
menjadi tempat terjadinya fermentasi pakan oleh mikroba, mirip seperti fungsi
rumen pada sapi. Di bagian ini terjadi pemecahan pakan yang tidak tercerna di usus
halus (berbagai jenis pakan hijauan seperti rumput). Populasi mikroba dalam sekum

5
dipengaruhi oleh jenis pakan yang masuk. Jika terjadi perubahan pakan, maka
dibutuhkan waktu beberapa minggu agar populasi mikroba yang dapat memecah
jenis pakan tersebut berkembang baik. Oleh karena itu, jika hendak mengubah jenis
pakan, maka harus dilakukan secara bertahap dengan mencampurkan jenis pakan
sebelumnya yang akan digantikan. Pakan berada di dalam sekum selama sekitar 7
jam, sehingga cukup waktu untuk mikroba dapat memecah pakan. Mikroba di
sekum juga menghasilkan vitamin K, vitamin B kompleks, protein, dan asam
lemak. Vitamin dan asam lemak dapat diserap di sekum, namun protein yang
diserap sangat sedikit.

6. Kolon

Kolon atau usus besar terdiri dari kolon besar dan kolon kecil, masing-masing
memiliki panjang mencapai 3,6 meter dan kapasitas 86 liter dan 16 liter. Pakan
berada di dalam kolon selama kurang lebih 48 - 65 jam, dan pencernaan oleh
mikroba juga berlangsung di sini. Hasil-hasil pemecahan oleh mikroba selanjutnya
diserap, demikian pula air, sehingga sisa pakan yang tidak tercerna akan menjadi
butiran feses. Feses didorong ke rektum untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh
kuda. Ukuran kolon yang besar memungkinkan terjadinya penyerapan nutrien dan
air dalam jumlah yang cukup banyak setelah pakan melewati usus halus dan sekum.
Kapasitas usus besar pada kuda jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan ayam
dan babi. Pada setiap bagian dari sistem pencernaan kuda, berlangsung proses
pemecahan makan secara enzimatis atau alloenzimatis dan diringkas dalam tabel di
bawah.

Tabel 1. Proses Pencernaan yang berlangsung pada bagian-bagian dari sistem


pencernaan kuda

Proses Persentase dari


Bagian
pencernaan yang Panjang Kapasitas seluruh sistem
pencernaan
berlangsung pencernaan
Lambung - 8 – 15 liter 8%
Secara enzimatis
Usus halus 21 meter 65 liter 30%

6
Sekum 1,2 meter 28 – 36 liter 15%
3 - 3,6
Pemecahan oleh Kolon besar 86 liter 38%
meter
mikroba
3 - 3,6
Kolon kecil 16 liter 9%
meter

2.3 Metabolisme Energi

Dalam nutrisi kuda, yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan energinya.


Dalam menyusun ransum pakan kuda tidak perlu menggunakan pendekatan
metabolizable energy (ME) seperti pada ruminansia, tetapi menggunakan
digestible energy karena kuda termasuk hewan monogastrik. Begitu juga dengan
proteinnya, yaitu menggunakan digestible protein (DP), bukan crude protein (CP)
seperti padaternak ruminansia.

Menurut Gibs et al. (2009), kuda membutuhkan banyak energi untuk


mencapai prestasi dan mempertahankan kondisi tubuh yang optimal saat mengikuti
pelatihan dan perlombaan. Menurut Lawrence (2004), kuda menggunakan 80 - 90
persen dari pakan untuk metabolisme energi dengan memanfaatkan karbohidrat
dan lemak dalam pakan. Selama mengikuti pelatihan rutin, kuda memanfaatkan
pasokan energi dari lemak dalam tubuh. Menurut Potter et al. (1990), kuda mampu
memperoleh oksigen yang cukup ke jaringan untuk membakar lemak sebagai
sumber energi selama pelatihan. Sedangkan selama mengikuti pacuan, kuda tidak
dapat mengandalkan lemak sepenuhnya, tetapi kuda memperoleh pasokan energi
utama yang disimpan dalam glukosa darah serta glikogen hati dan otot yang
diproduksi dari karbohidrat makanan..

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Energi


Energi merupakan unsur esensial dalam memenuhi hidup pokok. Sumber
energi pada ternak kuda berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein (Parakkasi,
1998 dalam Destiawan, 2010). Kebutuhan energi yang diperlukan ternak kuda
dipengaruhi oleh komposisi tubuh ternak, berat badan, berat tumpangan, intensitas
bekerja, tingkat kelelahan, serta kondisi lingkungan. Oleh karena faktor-faktor
tersebut, maka pemberian pakan pada kuda berbeda-beda. Besar kebutuhan energi
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup ternak dapat dihitung menggunakan
persamaan: DE (Mkal/hari) = 0,975 + 0,021 W (kg) dengan W adalah bobot badan
ternak (NRC, 1989 dalam Destiawan, 2010).

3.1.1 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Protein


Protein sebagai salah satu sumber energi bagi ternak termasuk zat makanan
yang perlu diperhatikan. Kuda merupakan ternak pseudoruminansia (non
ruminansia herbivora) sehingga lebih diperhatikan kuantitas daripada kualitas
protein (Parakkasi, 1988 dalam Destiawan, 2010). Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan, hidup pokok, bekerja, dan proses reproduksi. Menurut NRC 1989,
kebutuhan protein kasar untuk hidup pokok kuda sebesar 40 gPK/Mkal DE.

3.1.2 Deskripsi dan Penentuan Kebutuhan Mineral


Mineral adalah bahan anorganik penting yang harus hadir dalam jumlah
yang cukup untuk fungsi tubuh dengan benar. Mineral yang diperlukan untuk
pemeliharaan dan fungsi kerangka, saraf, dan otot. Ini termasuk kalsium, fosfor,
natrium, kalium, dan klorida, dan biasanya ditemukan makanan yang
berkualitas. Mineral seperti magnesium, selenium, tembaga, seng, dan yodium
juga dibutuhkan. Biasanya, jika kuda dewasa pada pemeliharaan sehari-hari
memakan hijauan segar seperti rumput. Mereka akan menerima sejumlah mineral
yang cukup dalam ransum mereka, dengan pengecualian natrium klorida (garam).
Masalah kesehatan, termasuk penyakit dapat terjadi jika asupan mineral kuda tidak

8
dilengkapi dengan benar. Namun, jika jumlah mineral berlebihan, dapat
menyebabkan toksisitas, kondisi kesehatan yang serius atau mengganggu
penyerapan mineral lainnya (Frape, 2004).

3.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Ternak Kuda


3.2.1 Air
Air memainkan peran penting dalam pencernaan, termasuk pencernaan
kuda. Hijauan dan biji-bijian yang dikonsumsi kuda biasanya dilumatkan dengan
air liur agar makanan menjadi lembab dan mudah tertelan. Berat kandungan air
dalam tubuh kuda mencapai 62-68% dari bobot badan kuda. Pasokan air bersih dan
segar merupakan hal terpenting bagi kuda karena apabila kuda kehilangan 8-10%
cairan alami tubuh, maka kuda sudah berada di tahap dehidrasi, yang mana itu
dapat mengancam kehidupan ternak. Kuda dengan rata-rata bobot badan 450 kg
mengonsumsi air 10-12 galon (12-45 liter) per hari. Jumlah ini akan lebih banyak
apabila kuda mengkonsumsi jerami/ hijauan kering dan pakan dengan kadar garam
yang tinggi serta apabila kuda dalam keadaan suhu tinggi. Sebaliknya, kuda
mengkonsumsi air lebih sedikit bila beraktivitas di suhu rendah atau ketika berada
di padang rumput yang hijauannya kaya air. Kebutuhan kuda akan air juga dapat
mencapai empat kali lipat apabila tingkat aktivitasnya tinggi atau sedang
menyusui.

3.2.2 Karbohidrat

Karbohidrat dikenal sebagai sumber energi utama yang ada pada ransum.
Karbohidrat dalam ransum kuda biasanya dalam bentuk jerami, rumput, dan biji-bijian.
Pati dan gula sebagai karbohidrat larut mudah dicerna untuk diubah menjadi glukosa
dan diserap usus, sedangkan karbohidrat tidak larut seperti selulosa tidak dicerna oleh
enzim kuda sendiri, tetapi difermentasi oleh mikroba dalam sekum dan usus besar untuk
dipecah menjadi sumber energi (asam lemak terbang). Contoh pakan dengan
karbohidrat larut dapat ditemukan pada pakan jagung, gandum, dan hijauan

9
(Tulung, 2012 dalam Kustiantari). Selulosa dalam pakan hanya dapat dicerna oleh
kuda sebanyak 30%. Serat ini diperlukan oleh kuda untuk digunakan sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme pada sekum dan usus besar. Serat jugadicerna
dengan tujuan untuk mengisi usus sehingga asupan karbohidtat tidak terlalu cepat
sehingga menyebabkan kolik, diare, ataupun lamtitis akut.

3.2.3 Lemak
Lemak sebagai sumber energi yang diberikan secara terukur pada kuda
lewat pakan buatan dapat meningkatkan kepadatan energi dari kebutuhan kuda.
Lemak yang dibutuhkan kuda sampai dengan 8% dari jumlah ransum. Namun
demikian, kuda dapat mentolerir kandungan lemak dalam ransum sampai 15-20%
tanpa terkena diare. Kuda tidak memiliki kandung empedu untuk menyimpan
sejumlah besar cairan sehingga lemak pada kuda harus terus mengalir dari hati
langsung ke usus kecil. Pemberian lemak sebagai tambahan energi untuk kuda
diperlukan guna memasok energi untuk kinerja tambahan tanpa disimpan sebagai
lemak tubuh. Pemberian lemak pada kuda dalam keadaan diet akan mengurangi
konsumsi pakan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan bobot badannya, pakan
kuda tidak diberi tambahan lemak (Burba, 2008 dalam Kustiantari).

3.2.4 Protein
Protein dalam tubuh digunakan untuk pembentukan otot, darah, hormon,
kuku, dan sel-sel rambut. Fungsi protein secara umum digunakan untuk
reproduksi, namun pada kuda dengan tujuan pemeliharaan sebagai kuda pacu,
protein digunakan untuk menjaga keseimbangan otot, rangka, dan sistem saraf
untuk pembentukan kulit dan rambut. Kebutuhan protein tercerna untuk hidup
pokok kuda bervariasi, yaitu dari 0,49-0,68 g/kg bobot/hari (Slade et al., 1970
dalam Kustiantari). Kuda ponies dengan bobot 500 kg membutuhkan pakan 7,45
kg/ekor/hari dengan kandungan protein 8,5% (Maynard et al., 1979 dalam
Kustiantari). Kuda dengan umur 3-4 tahun yang dipacu jarak 1207-1210
memerlukan protein sebanyak 1000 g (Glade, 1983 dalam Kustiantari). Kuda yang
dipacu dan digunakan untuk berburu memerlukan protein 1000-1400 g/hari (Frape,
2004 dalam Kustiantari). Sementara itu, kuda membutuhkan 8-10% protein dalam
dietnya.

10
Dalam memastikan kuda memperoleh kecukupan protein, peternak dapat
memeriksa jenis jerami yang dikonsumsi. Secara umum, kuda fase pertumbuhan
memerlukan protein 12-18% dari ransumnya (melebihi persentase kebutuhan
protein pada kuda dewasa) untuk pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Kuda dewasa kemungkinan dapat menyesuaikan kebutuhan terhadap persentase
protein rendah 8-12%, bergantung pada aktivitas atau beban kerja yang dilakukan.
Sementara itu, kuda dengan pelatihan intensif memerlukan lebih banyak protein
untuk perkembangan jaringan otot, meskipun sebagian besar masih dapat
beradaptasi dengan baik pada pakan dengan kandungan protein 12%. Pakan kuda
dengan kadar protein melebihi dari kebutuhannya akan dipecah dan dikeluarkan
sebagai urea dalam urin dan dengan cepat dikonversikan menjadi amonia. Hal ini
berbahaya karena amonia dapat mengakibatkan gangguan pernapasan pada kuda
yang dikandangkan.

3.2.5 Mineral
Kalsium dan fosfor yang dibutuhkan dalam rasio tertentu antara 1:1 dan
2:1. Kuda dewasa dapat mentolerir hingga 5:1 rasio, anak kuda tidak lebih dari 3:1.
Sebuah ransum penuh dengan rasio yang lebih tinggi fosfor dari kalsium yang
harus dihindari. Jika tingkat fosfor yang tinggi dalam hubungannya dengan
kalsium, kalsium akan ditarik dari tulangke dalam aliran darah untuk
menyeimbangkan rasio kalsium: fosfor. Hal ini biasanya tidak menjadi masalah
bagi binatang pemakan rumput karena rumput cukup rendah fosfor, tapi biji-
bijian sangat tinggi fosfor dan pakan komersial umumnya dilengkapi dengan
beberapa bentuk kalsium. Makanan tunggal, seperti gandum, dapat menyebabkan
rasio kalsium, fosfor terbalik jika tidak dilengkapi dalam beberapa jenis pakan.
Kekurangan fosfor adalah suatu kejadian yang sangat jarang terjadi pada kuda.
Hintz dan Schryver (1972) melaporkan ketersediaan fosfor tinggi biasanya berasal
dari bahan pakan tulang yang dikukus, di-kalsium- fosfat dan sodium mono-fosfat.
Lebih lanjut Hintz et al (1973.) mengemukakan, fosfor dari dedak gandum
tampaknya menjadi sekitar setengah tersedia sebagai sumber anorganik. Kecernaan
semu fosfor lebih rendah pada ransum dengan persentase yang tinggi serat
(Meyeretal.1982).

11
Serat disekresikan ke dalam saluran pencernaan dengan cairan
pencernaan. Akibatnya fosfor lebih banyak dikeluarkan oleh tinja. Rasio kalsium
dan fosfor serta fitat tidak muncul untuk memainkan peran utama dalam penyerapan
fosfor (Meyer dan Coenen 2002, van Doorn et al. 2004).Seiring waktu, akhirnya
ketidakseimbangan akan menyebabkan sejumlah masalah yang mungkin terkait
dengan tulang, seperti osteoporosis.Anak kuda dan kuda tumbuh muda melalui
masa pertumbuhan awal mereka mereka di tiga sampai empat tahun. Memiliki
kebutuhan gizi khusus dan memerlukan makanan khusus dengan kandungan
kalsium yang tepatjuga rasio fosfor dan mineral lainnya. Sejumlah masalah tulang
pada hewan muda dapat terjadi dengan diet yang tidak seimbang. Saat kuda bekerja
keras meningkatkan kebutuhan mineral, berkeringat menghabiskannya natrium,
kalium, dan klorida. Oleh karena itu, suplementasi dengan elektrolit mungkin
diperlukan untuk kuda dalam pelatihan intensif, terutama dalam cuaca
panas.Sebuah campuran elektrolit seimbang dapat ditambahkan ke dalam
campuran ransum kuda.

Lebih lanjut Clayton, (1991), mengemukakan, karena kuda yang bekerja


banyak mengeluarkan keringat maka banyak kerugian akibat keringat
tersebut,untuk itu suplemen elektrolit diperlukan, tiga bagian klorida, natrium
klorida, kalium satu bagian ditambahkan saat memberi makan pada kuda (1-4
sendok makan sehari), bergantung pada kuda dan iklim. Penambahan dalam air
minum,merupakan suatu metode yang baik yang harus diberikan

12
3.2.6 Vitamin
Untuk kuda yang tidak bekerja keras atau kondisi tidak ekstrim biasanya
memiliki lebih dari cukup kebutuhan vitamin dalam diet mereka, jika mereka
sudah menerima hijauan segar, hijau/daun. Kadang-kadang suplemen vitamin yang
dibutuhkan sudah tercukupi dari makanan mereka, namun jika kuda berada di
bawah stres (sakit, bepergian, kontes, balap, dan sebagainya), atau tidak makan
dengan baik,akan terjadi ketidakseimbangan nutrisi karena makanan yang biasa
mereka makan saja tidak mencukupi, di saat itulah mereka membutuhkan
suplemen khusus untuk mencegah ketidakseimbangan vitamin dan mineral.
Vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan siklus
reproduksi sangat penting agar terhindar dari infertilitas. Vitamin-vitamin ini dapat
ditambahkan melalui pakan, misalnya vitamin A, D, E, K, B dan lain-lain.

3.3 Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Pengelompokan


3.3.1 Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Aktivitas
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi kuda dapat ditentukan dari
tingkat aktivitas. Tingkat aktivitas kuda dibedakan berdasarkan aktivitas yang
sedang dijalankan, baik itu aktivitas ringan, sedang, dan berat. Contohnya yaitu
kebutuhan nutrisi kuda dengan bobot badan 200, 400, dan 500 kg berdasarkan
aktivitas yang sedang dijalankan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitas

Aktivitas Bobot DE Protein Lisin Ca P Mg K Vit A


badan (Mcal) kasar (g) (g) (g) (g) (g) (103
(kg) (g) IU)
Ringan 200 9,3 370 13 11 8 4,3 14,1 9
Sedang 200 11,1 444 16 14 10 5,1 16,9 9
Berat 200 14,8 592 21 18 13 6,8 22,5 9

13
Ringan 400 16,8 670 23 20 15 7,7 25,5 18
Sedang 400 20,1 804 28 25 17 9,2 30,6 18
Berat 400 26,8 1079 38 33 23 12,3 40,7 18
Ringan 500 20,5 820 29 25 18 9,4 31,2 22
Sedang 500 24,6 984 34 30 21 11,3 37,4 22
Berat 500 32,8 1312 46 40 29 15,1 49,9 22
Sumber: NRC, 1989

Menurut Blakely dan Bade (1991), pemberian pakan kuda berdasarkan aktivitasnya
sebagai berikut:
1. Kuda dengan tingkat aktivitas ringan (di bawah 3 jam) diberi pakan konsentrat 0,5%
dan hijauan 1-1,25% bobot badan.
2. Kuda dengan tingkat aktivitas sedang (3-5 jam) diberi pakan konsentrat 1% dan
hijauan 1-1,25% bobot badan.
3. Kuda dengan tingkat aktivitas berat (di atas 5 jam) diberi pakan konsentrat 1,25% dan
hijauan 1% bobot badan.
Frekuensi dan jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu pagi,
siang, dan sore hari tergantung umur dan fungsi kuda (Jacoebs, 1994 dalam
Destiawan, 2010).

3.3.2 Kebutuhan Energi dan Nutrisi Kuda Berdasarkan Umur dan Kelamin
3.3.2.1 Kebutuhan Energi dan Nutrisi Anak Kuda
Pakan pertama yang dibutuhkan sejak belo lahir adalah kolostrum. Fungsi
kolostrum yaitu untuk memenuhi kebutuhan immunoglobulin (antibodi), vitamin,
dan energi yang diperlukan sehingga belo dapat memulai dan mempertahankan
hidupnya. Ketika baru lahir, belo harus menerima kolostrum dengan menyusu
sendiri secara normal dari induknya dengan jumlah yang cukup. Saat menginjak
umur 10-21 hari, belo sudah dapat dikenalkan dengan hijauan dan konsentrat,
namun tetap memerhatikan jumlah dan kualitas hijauan karena pada usia 1-30 hari
dinding usus belo yang tipis dapat berpotensi mengalami pengelupasan karena
bahan pakan (Pilliner, 1992 dalam Destiawan, 2010).

14
Belo yang mendapatkan susu normal dari induknya selama 3-4 bulan akan
mengalami perkembangan yang baik. Namun, pertumbuhan belo akan lebih baik
apabila diberi pakan creep feed dengan kandungan pakan sesuai dengan tabel NRC
dan jumlah pemberian 1,5% bobot badan. Formula creep feed terdiri dari 25% oats,
20,5% jagung giling, 10 % tepung kedelai, 10 % tepung biji rami, 5% susu skim
kering, 10 % tepung alfafa, 7 % molases, 0,5% DCP, 1% kapur, 1% mineral, dan
vitamin premix. (Blakely dan Bade, 1991 dalam Destiawan, 2010).

Creep feed diberikan pada anak kuda yang ingin mempercepat


penyapihan, dapat mulai diberikan setelah belo berumur 2 minggu sampai minggu
ke-8. Pemberiannya dapat dilakukan dengan memberikan ransum konsentrat
berbahan dasar skim milk dengan kandungan protein kasar 18 %. Setelah berumur
10-14 minggu, belo diberikan pakan dengan kadar protein kasar 14-16% (Pilliner,
1992 dalam Destiawan, 2010).

3.3.2.2 Kebutuhan Energi dan Nutrisi pada Anak Kuda Masa Pertumbuhan
Pada masa pertumbuhan, anak kuda yang sudah disapih memerlukan sejumlah
protein dengan asam amino seimbang di dalamnya yang digunakan untuk
pertumbuhan otot tubuh, membantu proses metabolisme, dan menyumbang energi
bagi kuda. Kuda lepas sapih dapat mengonsumsi konsentrat hingga 3,5 kg dengan
rasio hijauan dan konsentrat adalah 30:70 berdasarkan bahan kering. Ketika
memasuki umur 12 bulan, kuda membutuhkan kadar protein kasar 13,5% dengan
rasio hijauan dan konsentrat menjadi 40:60 dari bahan kering ransum total. Ketika
berumur 18 bulan, kebutuhan kadar protein berkurang menjadi 11,5% dengan rasio
hijauan dan konsentrat menjadi 55:45 dari bahan kering ransum. Ketika berumur
24 bulan, kebutuhan protein kasar menurun menjadi 10% dengan rasio hijauan dan
konsentrat menjadi 65:35 dari bahan kering ransum. Pakan hijauan yang diberikan
bisa didapatkan dengan cara melepaskan kuda ke lapang hijauan sehingga kuda
dapat bebas mengonsumsi pakan.

3.3.2.3 Kebutuhan Energi dan Nutrisi pada Kuda Jantan Dewasa


Kuda jantan mengonsumsi pakan konsentrat sekitar 0,75-1,5 kg dengan kualitas
baik setiap 100 kg bobot badannya. Kuda jantan mengonsumsi ransum

15
dengan perbandingan konsentrat dan hijauan 50:50 berdasarkan bahan kering
ransum. Ketika sedang melakukan aktivitas berat, kuda jantan membutuhkan
pakan dengan palatabilitas tinggi dengan bantuan suplemen vitamin dan mineral.
Vitamin yang kerap mengalami defisiensi dalam tubuh kuda jantan adalah vitamin
E, yang berhubungan langsung dengan fertilitas (Pilliner, 1992 dalam Destiawan,
2010). Pada musim kawin, kuda jantan berbobot badan 500 kg membutuhkan 820 g
protein kasar dan 20,5 Mkal DE (Digestible energi) per ekor per hari (NRC, 1989
dalam Destiawan, 2010), sedangkan ketika tidak musim kawin, zat makanan
yang dibutuhkan kuda jantan sama dengan kebutuhan hidup pokoknya. Kebutuhan
protein kuda pejantan sebesar 40 g/Mkal DE/hari.

3.3.2.4 Kebutuhan Energi dan Nutrisi pada Kuda Betina


Pemberian pakan pada kuda betina yang tidak bunting berdasarkan pada
aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas yang dilakukan lebih memengaruhi kadar
protein kasar yang diperlukan oleh kuda betina. Semakin berat tingkat aktivitasnya,
maka kebutuhan protein kasar semakin meningkat. Kuda betina dengan tingkat
aktivitas berat membutuhkan 9,5-10% protein kasar, sedangkan kuda betina
dengan tingkat aktivitas ringan membutuhkan 7,5-8% protein kasar (Pilliner, 1992
dalam Destiawan, 2010). Kebutuhan protein kuda betina tidak bunting sebesar 40
g/Mkal DE/hari. Selain protein, diperlukan suplemen garam dan mineral yang
dikonsumsi oleh kuda betina. Mineral yang kerap mengalami defisiensi adalah
Kalsium (Perry et al., 2003 dalam Destiawan, 2010).

3.3.2.5 Kebutuhan Energi dan Nutrisi pada Kuda Bunting


Pada awal kebuntingan sampai umur bunting 8 bulan, pakan yang diterima
kuda bunting sama dengan pakan kuda sebelum bunting. Saat tiga bulan terakhir
menjelang beranak, jumlah energi ransum ditingkatkan menjadi 5-10% dari energi
awal dan jumlah protein kasar meningkat menjadi 20-25%. Kebutuhan protein
kuda betina bunting sebesar 44 g/Mkal DE/hari.

3.3.2.6 Kebutuhan Nutrisi pada Kuda Laktasi


Induk kuda laktasi memerlukan pakan dengan kandungan energi, protein
kasar, dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan pakan induk bunting, terutama

16
selama 3 bulan setelah kuda beranak. Hal ini dikarenakan kuda memerlukan nutrisi
yang cukup untuk memproduksi air susu. Kebutuhan nutrisi kuda laktasi dengan
bobot badan dewasa 200, 400, dan 500 kg dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Kuda Laktasi

Laktasi Bobot DE Protein Lisin Ca P Mg K Vit A


(bulan) badan (Mcal) kasar (g) (g) (g) (g) (g) (103
(kg) (g) IU)
lahir-3 200 13,7 688 24 27 18 4,8 21,2 12
3-sapih 200 12,2 528 18 18 11 3,7 14,8 12
lahir-3 400 22,9 1141 40 45 29 8,7 36,8 24
3-sapih 400 29,7 839 29 29 18 6,9 26,4 24
lahir-3 500 28,3 1427 50 56 36 10,9 46,0 30
3-sapih 500 24,3 1048 37 56 22 8,6 33,0 30
Sumber: NRC, 1989

Kuda laktasi perlu diberikan hijauan berdasarkan bahan kering sebesar 1%


dari bobot badan. Pemberian konsentrat dari jagung, jelai, dan oats akan membantu
suplai energi dalam tubuh. Pemberian bahan kering konsentrat sebesar 1% dari
bobot badan dan pemberian mineral khususnya Kalsium tetap dilaksanakan agar
tidak terjadi defisiensi Ca. Selain itu, diperlukan pemberian vitamin A sebanyak
10000 hingga 30000 IU (Perry et al., 2003 dalam Destiawan, 2010).

17
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Komposisi tubuh ternak, berat badan, berat tumpangan, intensitas
bekerja, tingkat kelelahan, serta kondisi lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kebutuhan energi kuda. Oleh karena itu, maka pemberian pakan pada
kuda berbeda-beda. Besar kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidup ternak dapat dihitung menggunakan persamaan: DE (Mkal/hari) = 0,975
+ 0,021 W (kg) dengan W adalah bobot badan ternak. Zat – zat yang dibutuhkan
dalam komposisi makanan kuda yaitu: karbohidrat, lemak, protein, mineral,
vitamin, dan air.

4.2 Saran
Dalam pemberian pakan untuk ternak kuda, harus disesuaikan dengan
kegiatan, kondisi lingkungan kuda tersebut serta disesuaikan dengan umur kuda
tersebut. Agar formula yang diberikan dapat bekerja secara optimal pada tubuh
kuda.

18
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J dan Bade, D.H.1991. Ilmu Peternakan Edisi Keempat.Yogyakarta:


UGM-Press.

Chekee, P.R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. Second edition.
Prentice Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

Cunha, T.J. 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press
Inc. San Diego. California.

Destiawan. Chandra. 2010. Mempelajari Kebutuhan Zat Makanan Dan Tata


Laksana Pemberian Pakan Kuda (Equus Caballus) Pada Setiap Kondisi
Fisiologis Di Pamulang Equestrian Centre. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Ensminger, M.E.1969.Horses and Horsmenship Fourth Edition. Danville:


Insterstate Printers and Publisher.

Kemendikbud. 2013. Buktu Teks Bahan Ajar Siswa: Dasar-dasar Pemeliharaan


Ternak Kelas X Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia: Jakarta.

Kustiantari. Kebutuhan Nutrien pada Ternak Kuda.


https://id.scribd.com/document/431153805/401703435-Kebutuhan-
Nutrien-pada-Ternak-Kuda-docx-docx. (diakses 7 September 2021, pukul
09.12).

Lubis, Randian. 2019. Kebutuhan Nutrien pada Kuda.


https://id.scribd.com/document/401703435/Kebutuhan-Nutrien-pada-
Ternak-Kuda-docx. (diakses 5 September 2021, pukul 21.00).

Malik, A. dan Wahyu B. P. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Peternakan


Kuda Pacu Budi Mulya Stable Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

19
Mende, Inggrit S., dkk. 2015. Kecernaan Energi, Protein, dan Mineral Kalsium dan
Fosfor Kuda Pacu Minahasa yang Diberipakan Lokal dan Impor. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

Murwani, Retno. 2009. Pokok Bahasan Sistem Pencernaan & Metabolisme Nutrien
pada Monogastrik. Semarang: Universitas Diponegoro.

Wenda, P., dkk. 2020. Profil Manajemen Kesehatan Ternak Kuda di Desa
Pinabetengan Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

20

Anda mungkin juga menyukai