Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


(PREPARASI OOSIT)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Teknologi Reproduksi Ternak pada Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

RAHMADANI
60700119098

LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oosit adalah sel gamet ternak betina yang jika telah mengalami

pematangan akan terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan (spermatozoa) dimana

akan berkembang menjadi embrio.

Oosit adalah ovarium ternak betina yang masih hidup ataupun dari

ovarium ternak betina yang telah di potong. fertilisasi oosit dengan spermatozoa

serta perkembangan embrio dapat dilakukan pada lingkungan buatan di luar tubuh

dalam suatu sistem biakan sel (Syaiful et al., 2011).

Oosit adalah yang terjadi di dalam folikel dan selama perkembangannya

folikel juga akan mengalami perkembangan yang dikenal dengan folikulogenesis.

Dimana terbentuk folikel matang dan oosit ini yang akan memasuki tahap ovulasi

(Li & Chian 2017)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara mengenal dan

menjelaskan proses preparasi oosit dan morfologi dari oosit.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengenal dan

menjelaskan proses preparasi oosit dan morfologi dari oosit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Oosit

Oosit adalah sel telur yang digunakan untuk fertilisasi in vitro yang

biasanya berasal dari ovarium ternak betina yang dipotong dirumah potong

hewan, dimana pematangan oosit mempunyai hubungan dengan perubahan dari

sel cumulus.

Fertilisasi oosit dengan spermatozoa serta perkembangan embrio dapat

dilakukan pada lingkungan buatan di luar tubuh dalam suatu sistem biakan sel

(Syaiful et al., 2011). Karena oosit ini adalah tujuan utama dari pemanfaatan

ovarium dari RPH oleh karena itu kualitas serta kompetensi oosit perlu untuk

diperhatikan karena hal ini merupakan parameter penting dalam proses maturasi

in vitro serta akan menentukan tingkat keberhasilan perkembangan embrio

(Raharjo et al, 2020).

Pada hakikatnya oosit yang terdapat pada lingkungan folikel yang berada

pada ovarium pertumbuhannya mengikuti siklus tertentu (Parera dan Lenda,

2019).

Bahwa adanya hormon progesteron memungkinkan pertumbuhan folikel

menghasilkan oosit dengan kualitas yang baik dan selanjutnya akan berpengaruh

terhadap perkembangan oosit dan embrio yang dihasilkan untuk pengaruh

keberadaan corpus (Penitente Filho et al.2015).


Bahwa CL yang terdapat pada ovarium akan meningkatkan jumlah oosit

yang mencapai tingkat kematangan setelah proses maturasi oosit secara in vitro

(Raharjo et al. 2020).

B. Kelas-kelas oosit

Terdapat beberapa kelas (Grade) pada oosit yaitu:

1. Grade A

Adalah oosit yang memiliki kumulus yang seragam dan kompak dengan

dikelilingi oleh lima lapisan atau lebih sel kumulus.

2. Grade B

oosit yang memiliki sitoplasma yang gelap dengan komplemen dari

korona radiata yang lengkap tetapi dikelilingi tidak lebih dari lima lapis sel

kumulus.

3. Grade C

oosit yang ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna

sitoplasma lebih transparan dan tidak merata serta terlihat tidak kompak.

4. Grade D

Mempunyai sitoplasma yang transparan bahkan terdapat fragmentasi pada

sitoplasma. Sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit terlihat sangat jarang dan

bahkan beberapa oosit tidak memiliki sel cumulus.


C. Metode-metode Oosit

Adapun beberapa Metode-metode oosit yaitu:

1. Tehnik Aspirasi

Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada

ternak. Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan folikel.

Teknik aspirasi menggunakan syringe steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22 gauge

dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot cairan

folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Dimana Hasil

sedotan di evaluasi di bawah mikroskop (Febretrisiana dan Pamungkas, 2017).

2. Tehnik Slicing

Teknik penyayatan (slicing), dimana Ovarium ditempatkan pada

cawan petri yang telah diberi 5 ml medium koleksi dan ovarium ditahan

menggunakan pinset. Kemudian folikel yang tampak pada permukaan ovarium

disayat dengan menggunakan bantuan pisau scalpel (scalpel blade). Cairan folikel

akan mengalir dan bersamaan dengan cairan tersebut oosit juga akan keluar dan

dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah mikroskop (Hoque et al. 2011).

3. Tehnik Puncture (Tusuk)

Teknik puncture dilakukan dengan menusuk bagian folikel yang

terlihat pada permukaan ovarium dengan bantuan jarum berukuran 18 gauge

(Hoque et al. 2011).


Adapun ayat dari surah Al-Mu’minun ayat 12-14 tentang oosiit

sebagaimana firman-Nya:

         
        
      
         
 
Terjemahnya:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal

darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal

daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus

dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka

Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Dapat disimpulkan bahwa ayat ini memiliki makna yang terkandung

adalah Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah

itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami

jadikan dia janin yang berbentuk sempurna yaitu berupa makhluk dengan bentuk

lain. Kemudian Kami tiuapkan ruh ke dalamnya sehingga lahir dalam keadaan

hidup. Maka Agung dan Maha Suci Allah dalam kekuasaan dan hikmah-Nya.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari jumat 03

Desember 2021 pukul 13:30 sampai dengan 15:00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Spoid, Scalpel,

Cawan Petri, Gelas Kimia, dan Mikroskop.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ovarium sapi

dan larutan Natrium Clorida (Nacl).

C. Prosedur Kerja

1. Metode Aspirasi

a) Siapkan alat dan bahan

b) Masukkan larutan Nacl sebanyak 1 ml ke dalam spoid

c) Sedot oosit menggunakan spoid yang memiliki larutan Nacl

didalamnya.

d) Simpan oosit yang telah di sedot ke dalam wadah Cawan Petri

e) Amati oosit menggunakan mikroskop dengan ukuran lensa sebesar

4 x 0, 10.

2. Metode Slicing

a) Siapkan alat dan bahan

b) Tuang larutan Nacl ke dalam cawan petri


c) Masukkan ovarium ke dalam cawan petri yang telah dituangkan

larutan Nacl

d) Sayat-sayat ovarium menggunakan Scalpel hingga oosit tercampur

dengan larutan Nacl

e) Ambil larutan yang telah dicampur dengan oosit kemudian simpan

pada cawan petri kecil

f) Amati oosit dengan menggunakan lensa mikroskop ukuran 4 x 0,

10.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Gambar Oosit

Gambar Keterangan

Sumber: Budiyanto.2013. Kualitas Morfologi Oosit Sapi Peranakan Ongole yang Dikoleksi
secara in vitro menggunakan Variasi Waktu Transportasi. Vol.1,No.1:15-19, Yogyakarta.

Tabel 2. Gambar Asli


Gambar
Keterangan
Sumber: Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.

Tabel 3. Gambar Manual

Gambar Keterangan

Sumber: Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.

B. Pembahasan
Oosit adalah ovarium ternak betina yang masih hidup ataupun dari ovarium

ternak betina yang telah di potong. Fertilisasi oosit dengan spermatozoa serta

perkembangan embrio dapat dilakukan pada lingkungan buatan di luar tubuh

dalam suatu sistem biakan sel (Syaiful et al., 2011).

1. Metode Aspirasi

a) Siapkan alat dan bahan

b) Masukkan larutan Nacl sebanyak 1 ml ke dalam spoid

c) Sedot oosit menggunakan spoid yang memiliki larutan Nacl

didalamnya.

d) Simpan oosit yang telah di sedot ke dalam wadah Cawan Petri

e) Amati oosit menggunakan mikroskop dengan ukuran lensa sebesar 4 x

0, 10.

2. Metode Slicing

a) Siapkan alat dan bahan

b) Tuang larutan Nacl ke dalam cawan petri

c) Masukkan ovarium ke dalam cawan petri yang telah dituangkan larutan

Nacl

d) Sayat-sayat ovarium menggunakan Scalpel hingga oosit tercampur

dengan larutan Nacl

e) Ambil larutan yang telah dicampur dengan oosit kemudian simpan pada

cawan petri kecil

f) Amati oosit dengan menggunakan lensa mikroskop ukuran 4 x 0, 10

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam praktikum kali ini yaitu:

Oosit adalah sel telur yang digunakan untuk fertilisasi in vitro yang

biasanya berasal dari ovarium ternak betina yang dipotong dirumah potong

hewan, dimana pematangan oosit mempunyai hubungan dengan perubahan dari

sel cumulus.

Terdapat beberapa kelas (Grade) pada oosit yaitu adalah Grade A,B,C dan

D. Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada ternak,

Teknik penyayatan (slicing), dimana Ovarium ditempatkan pada cawan petri yang

telah diberi 5 ml medium koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu kiranya menambah fasilitas yang

masih kurang didalam laboratorium seperti mikroskop yang ukuran besar serta

fasilitas yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, A., Gustari, S., Anggoro, D., Jatmoko, D., Nugraheni, S., Nugraha, E.
W., & Asta, D. (2013). Kualitas morfologi oosit sapi peranakan
ongole yang dikoleksi secara in vitro menggunakan variasi waktu
transportasi. Acta VETERINARIA Indonesiana, 1(1), 15-19.
Yogyakarta.

Febretrisiana, Arie, and F. A. Pamungkas. Pemanfaatan Ovarium yang Berasal


dari Rumah Potong Hewan sebagai Sumber Materi Genetik.
Sumatera utara.

Raharjo, R. T., Udin, Z., & Hendri, H. (2020). Pengaruh Keberadaan Corpus
Luteum Terhadap Kualitas Oosit dan Tingkat Maturasi Oosit
Kerbau Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian
Journal of Animal Science), 22(3), 353-359. Padang.

Hardiansyah, R. (2017). Kualitas Oosit Dari Ovarium Sapi Peranakan Ongole


(Po) Pada Fase Folikuler Dan Luteal The Quality Of Oocytes From
Ovaries Of Ongole Crossbreed On Follicular And Luteal
Phases. Jurnal Pertanian, 5(2), 89-94. Bogor.

Iskandar, H., & Damayanti, E. Teknik Koleksi Oosit Dalam Produksi Embrio
Secara In Vitro Pada Ternak Ruminansia. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai