Anda di halaman 1dari 14

RENCANA PROJECT PENGAMATAN

PENGAMATAN PERKEMBANGAN KATAK


Rencana Project Pengamatan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum
Embriologi Hewan
Dosen Pengampu: Meiry Fadilah Noor, M.Si

Disusun Oleh:
Muhammad Hisan A. M 11180161000031
Hanna Aminah 11180161000033
Nabilla Fathimatuzzahra 11180161000039
Nadia Nurul Fajrin 11180161000043
Reihan Nazila 11180161000044
Rifa Maulidia 11180161000050

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
A. Tujuan
1. Mengamati proses perkembangan embrio
2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang terbentuk pada proses perkembangan
embrio

B. Tinjauan Pustaka
Istilah embriologi berasal dari dua kata yaitu “embrio” dan “logos”.
Embrio sendiri dapat diartikan sebagai buah yang belum dilahirkan dan logos
berarti ilmu. Embriologi adalah ilmu yang mempelajari perkembangan makhluk
hidup sebelum dilahirkan (Pratiwi., dkk, 2019).
Embriologi adalah ilmu atau kajian yang mempelajari proses dinamis pada
kehidupan awal suatu pada hewan dan manusia. Embriologi mempelajari dari
awal mula terbentuknya sel kelamin, fertilisasi, segmentasi, blastulasi, gastrulasi,
narulasi, organogenesis, morfogenesis sampai terbentuknya individu baru yang
mana struktur dan bentuknya seperti tetuanya (Kaspul, 2020)
Periode embrio didefinisikan sebagai waktu dimulai dari terjadinya
fertilisasi sampai fase awal dari perkembangan organ. Periode embrio pada
masing-masing hewan berbeda, pada anjing, kucing, kambing, domba, dan babi
sekitar 30 hari sedangkan pada kuda dan sapi sekitar 60 hari. Periode embrio ini
kemudian dilanjutkan dengan periode fetus, periode fetus didefinisikan sebagai
waktu antara setelah periode embrio dan kelahiran, di mana selama waktu tersebut
terjadi perkembangan organ (organogenesis) dan organ tersebut mulai berfungsi
(Pratiwi., dkk, 2019).
Fertilisasi yaitu penyatuan sperma dan sel telur bisa berlangsung secara
eksternal dan internal. Pada spesiaes yang dengan fertilisasi eksternal, betina
melepaskan sel-sel telur ke lingkungan, tempat jantan kemudian
memfertilisasinya. Spesies yang lain melaksanakan fertilisasi internal yaitu
sperma diletakkan di dalam atau di dekat saluran reproduktif betina, dan fertilisasi
terjadi di dalam saluran tersebut (Campbell., dkk, 2010).
Fertilisasi berlangsung secara eksternal pada sebagian besar amfibia;
jantan memegang erat-erat betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur
yang sedang dikeluarkan oleh betina. Amfibia biasanya bertelur di dalam air atau
di lingkungan darat yang lembab. Telur tidak memiliki cangkang dan cepat
mengering di dalam udara kering (Campbel., dkk, 2012).
Kodok mungkin menghabiskan banyak waktu di darat, namun bertelur
dalam air. Sel telur berkembang menjadi larva yang disebut kecebong, yang tidak
berkaki, hidup di air, memakan alga, dan memiliki insang, sistem gurat sisi yang
menyerupai milik ikan, dan ekor bersirip Panjang. Kecebong mengalami
metamorphosis radikal ketika berubah menjadi kodok (Simon., dkk, 2017).
Proses-proses penting yang meregulasi perkembangan terjadi selama
fertilisasi dan ketiga tahap yang mulai membangun tubuh Sebagian besar hewan.
Selama tahap pertama, disebut penyibakan (cleavage), pembelahan sel
menghasilkan bola sel berongga, disebut blastula, dari zigot. Tahap kedua,
gastrulasi (gastrulation), Menyusun Kembali blastula menjadi embrio berlapis
tiga, gastrula. Selama tahap ketiga, organogenesis, interaksi dan pergerakan
ketiga lapisan menghasilkan organ-organ rudimenter yang akan tumbuh menjadi
struktur-struktur dewasa (Campbell., dkk, 2010).
Perkembangan embrio kodok meliputi stadium perkembangan fertilisasi,
segmentasi atau pembelahan, blastula, gastrula, neurula, tubula, dan
organogenesis yang meliputi juga stadium penetas atau prameramorfosis dan
metamorphosis. Istilah pembelahan mengacu pada serangkaian proses mitosis di
mana zigot mengalami pembelahan menjadi banyak sel. Setiap sel anak dari
proses pembelahan disebut dengan blastomer. Pembelahan dimulai dengan zigot,
berkembang melalui pemadatan ke tahap morula dan berakhir pada awal tahap
blastokista (blastula). Pembelahan pertama terjadi pada hari pertama sampai
kelima setelah ovulasi (tergantung spesies), setelah itu sel membelah sekitar sekali
tiap 12 jam. Delapan blastomer pertama tidak berdiferensiasi dan memiliki
potensi yang sama; setelah itu blastomer berdiferensiasi menjadi sel dalam dan
luar dengan misi berbeda. Morula adalah bola padat terdiri atas blastomer yang
berada di dalam zona pellucida. Sebuah morula biasanya terdiri dari 6 sampai 16
blastomer. Blastula berkembang selama dua minggu setelah pecahnya zona
pellucida. Blastula terdiri dari sejumlah besar blastomer yang tersusun
membentuk bola berongga yang mengandung inner cell mass (embrioblast),
kupulan sel yang terlokalisasi di dalam satu kutub di ujung dari blastula.
Gastrulasi adalah proses morfogenik yang menimbulkan tiga lapisan: ectoderm,
mesoderm, dan endoderm. Neurulasi adalah proses pembentukan sistem saraf
pusat terjadi dari induksi ectoderm oleh notochord (Pratiwi, dkk, 2019).
Mempelajari perkembangan embrio kodok atau kodok dapat dilakukan
dengan cara inseminasi buatan dengan cara mempersiapkan induk betina yang
memiliki telur matang dan induk jantan yang sedang birahi. Kemudian
mengeluarkan telur pada induk kodok, telur yang keluar ditampung dalam cawan
petri. Lalu membuat suspense sprema dari testis kodok betina yang dihancurkan
dan dicampur dengan larutan Holfreter. Setelah itu mencampur telur kodok dan
suspense sperma kodok dalam cawan petri. Amati perubahan yang terjadi pada
perkembangan embrio kodok menggunakan mikroskop (Kaspul, 2020).
C. Prosedur Kegiatan
1. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan praktikum ini akan dilaksanakan pada bulan September-Oktober
2021. Berlokasi di Ciputat-Tangerang Selatan.
2. Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1 Seperangkat peralatan bedah. Kodok ( Rana cancrivora) jantan
dan betina.
2 Gelas benda Akuadestilata
3 Kapas steril Larutan Ringer
4 Kipas angin Larutan formalin 10%
5 Bak preparat Alkohol 75%
6 Jarum pentul Pewarna eosin red
7 Mikroskop cahaya tembus
8 Mangkuk/cawan petri
9 Jarum preparat
D. Prosedur Kegiatan
a. Tahap memisahkan telur kodok betina dan sperma kodok jantan
1. Bius katak dengan menggunakan alcohol
2. Letakkan katak pada bak preparate dengan sisi ventralnya menghadap
praktikan.
3. Bedah perut katak untuk melihat organ reproduksinya
4. Amati topografi ovarium di dalam rongga perut, proporsi rongga perut yang
diduduki ovarium, warna ovarium dan butiran-butiran telur yang ada pada
ovarium
5. Lakukan hal yang sama pada katak jantan, sisihkan sistem pencernaan,
maka pada bagian dorsal dinding tubuh sebelah dalam akan terlihat
sepasang testis berwarna keputihan dan berbentuk oval.
6. Dengan hati-hati angkat ovarium beserta saluran telur pada katak betina dan
testis pada katak jantan, beserta saliuran spermatozoanya dari rongga perut
katak.
b. Tahap inseminasi buatan
7. Letakkan ovarium dalam cawan petri, bersihkan dengan cara menetesi
dengan larutan garam fisiologis dengan pipet tetes dan menyedot Kembali
latrutan tersebut.
8. Buat suspense testis untuk memperoleh spermatozoa.
9. Masukkan testis ke dalam larutan ringer atau akuades 20 ml di dalam
mangkuk. Iris testis tersebut di dalam mangkuk atau tusuk- tusuk dengan
jarum preparate.
10. Larutan atau suspense yang diperoleh disaring agar zarah-zarah jaringan
testis dapat dipisahkan dari suspensinya
11. Ambil 1 ml dan encerkan dengan 9 ml larutan ringer.
c. Tahap pengamatan
12. Sediakan 2 kaca preparat yang telah diusap dengan alcohol 75% dan telah
kering.
13. Ambil satu tetes suspense yang telah diencerkan tadi dan teteskan pada kaca
preparat.
14. Teteskan pewarna eosin red pada kaca preparate. Lalu tunggu hingga kering.
15. Setelah kering amati dibawah mikroskop.

E. Jadwal Kegiatan

Bulan Minggu ke- 1 Minggu ke- 2 Minggu ke-3 Minggu ke- 4


September Pembuatan Alat Pengamatan

Oktober Pengamatan Pengamatan Pengamatan


DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., dkk. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., dkk. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kaspul. 2020. Embriologi Teratologi Teori dan Praktek. Yogyakarta: 2020.
Pratiwi, Herlina., dkk. 2019. Embriologi Hewan. Malang: UB Press.
Simon, Eric J., dkk. 2017. Intisari Biologi. Jakarta: Erlangga.
Suminto. 2008. Praktikum Embriologi Hewan. In: Embriologi Hewan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
RENCANA PROJECT PENGAMATAN

PENGAMATAN PERKEMBANGAN LALAT HIJAU

Rencana Project Pengamatan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum


Embriologi Hewan

Dosen Pengampu: Meiry Fadilah Noor, M.Si.

Disusun Oleh

Muhammad Hisan A M 11180161000031


Hanna Aminah 11180161000033
Nabilla Fathimatuzzahra 11180161000039
Nadia Nurul Fajrin 11180161000043
Reihan Nazila 11180161000044
Rifa Maulidia 11180161000050

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
A. TUJUAN
1. Mengamati proses perkembangan telur pada lalat
2. Mengidentifikasi tahapan-tahapan perkembangan pada telur lalat
B. TINJAUAN PUSTAKA
Lalat termasuk dalam filum Arthopoda, kelas Hexapoda dan ordo Diptera.
Serangga dalam ordo Diptera memiliki dua sayap dan pada bagian belakang
terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat keseimbangan. Lalat
mempunyai sepasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian,
yaitu kepala dengan sepasang antena, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai
metamorfosis yang sempurna, yaitu telur, larva, pupa dan dewasa (Mosokuli,
2001). Beberapa spesies lalat yang sering mempunyai kontak dengan manusia
adalah famili Calliphoridae yang terutama jenis lalat hijau atau Chrysomia
megachepala dan famili Muscidae dengan jenis Musca domestica L. atau lalat
rumah, Calliphora vomituria atau lalat biru, dan Fannia canicularis atau lalat
rumah kecil (Suraini, 2013).
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur,
larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih
dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan
menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu
rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12–13 º C). Telur yang menetas akan
menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Telur lalat
berbentuk seperti pisang dengan panjang 1 – 1,2 mm dan berwarna putih
kekuningan. Dari satu ekor lalat betina dewasa dapat dihasilkan telur sebanyak
120 - 150 butir setiap peneluran. Selama hidupnya lalat bertelur minimal enam
kali dengan selang waktu tiga atau empat hari. Penetasan telur menjadi larva
terjadi sekitar 2-3 hari, kisaran waktu ini hampir sama dengan proses moulting
setiap stadium.7 Waktu yang diperlukan untuk 10 perkembangbiakan telur mulai
oviposisi sampai menetas dipengaruhi oleh suhu (Astuti, dkk., 2010).
Dalam perkembangan embrio lalat, telur matang berovulasi satu persatu dan
masuk ke dalam uterus. Setelah dikawinkan, betina dapat melepaskan sperma
yang disimpan dalam seminal reseptal. Sperma memasuki mikropil saat sel telur
masih berada di dalam uterus. Pembelahan meiosis pertama telah dimulai dan
masih berlangsung saat pembuahan dan ovulasi terjadi. Betina bertelur sekitar 400
telur (embrio), sekitar lima telur sekaligus, ke dalam buah yang membusuk atau
bahan pembusukan lainnya.
Tahap perkembangan embrio (atau waktu dari bertelur hingga menetas)
biasanya memakan waktu 18-24 jam, meskipun jika tidak ada substrat yang cocok
untuk oviposisi, betina dapat mempertahankan telur dan meletakkannya dalam
tahap perkembangan embrio yang lebih lanjut yang mengakibatkan interval yang
lebih pendek dari bertelur hingga menetas. Tahap peleburan inti disebut dengan
tahapan Bownes yang terjadi 1,0-15 menit setelah pembuahan. Tahap pembelahan
pada Drosophila dan serangga lainnya, pembelahan melibatkan mitosis berulang
tetapi tanpa sitokinesis. Inti anak tetap tersuspensi dalam kompartemen telur
tunggal. Setelah beberapa ribu inti terbentuk, mereka bermigrasi ke tepi telur; baru
kemudian membran plasma terbentuk di sekitar setiap nukleus membentuk sel
sejati.
Terdapat tiga fase dalam proses pembelahan, yaitu preblastoderm atau
bownes tahap 2, terjadi siklus pembelahan mitosis 1-9 dengan waktu 15-70 menit
setelah pembuahan. Kemudian pembentukan bad an polar/ tunas kutub atau
bownes tahap 3, dimana terjadinya pembagian ini ke-9, terjadi selama 70-90 menit
setelah pembuahan. Tunas kutub terbentuk disekitas lokasi int pada kutub
posterior dari embrio. Akhir dari tahapan ini ditentukan dari keberadaan lingkaran
sitoplasma bening pada bagian periperal dari embrio. Tahap ketiga adalah sintesi
blastoderm atau bownes tahap 4, yaitu terjadinya siklus mitosis 10-13, terjadi
selaman 90-130 menit setelah pembuahan. Selularisasi terjadi melalui intrograsi
alur membran untuk memisahkan inti blastoderm tunggal. Sel blastoderm
disekeliling seluruh telur pada tahap ini masih berbagi sitoplasma melalui
jembatan sitoplasma yang lebar. Akhir dari tahapan blastoderm selular adalah
bownes tahap 5 yang terjadi sekitar 130-180 menit setelah pembuahan yang
ditandai dengan selesainya pembentukan blastoderm selular.
Kemudian tahap selanjutnya adalah gastrulasi yang terdiri dari 4 fase.
Tahapan awal adalah pembentukan mesoderm dan endoderm, atau bownes tahap
6 yang terjadi selama 180-195 menit setelah fertilisasi, pada tahap ini mulai
terbentuk formasi dari mesoderm dan endoderm. Tahap selanjutnya hilangnya
ikatan tunas atau bownes stage 7-11 yang terjadi selama 195-440 menit setelah
fertilisasi, pada tahapan ini organogenesis dan segmentasi dimulai. Kemudian
masuk ke dalam tahap penarikan ikatan tunas atau bownes tahapan 8-13 yang
terjadi selama 200-620 menit setelah fertilisasi. Terakhir adalah tahapan
penutupan dorsal atau bownes tahapan 14-15 yang terjadi selama 620-800 menit
setelah pembuahan, dalam tahapan ini terjadi penutuoan dorsal, invulasi kepala,
dan segmentasi dorsal epidermal. Barulah setelah tahap gastrulasi kemudian
masuk ke tahapan organogenesis atau bownes tahapan 16-17 yang terjadi selama
680-900 menit setelah pembuahan, tahapan ini merupakan tahapan akhir dari
organogenesis sebelum akhirnya masa telur berakhir dan telur siap menetas
(Harison, Klok, Joshi dan Prasad dalam Geocehmbio.com)

C. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu pelaksanaan project pengamatan perkembangan telur lalat terhitung
dari bulan Oktober-November. Tempat pengamatan kondisional sesuai dengan
domisi pengamat dan akan dilakukan juga pengamatan di Laboratorium IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarifh Hidayatullah Jakarta.

D. ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Kandang berukuran 40 x 40 x 40 cm 1 buah
2. Wadah 4 buah
3. Mikroskop 1 buah
4. Jarum Secukupnya
5. Pinset 3 buah
6. Jarum pinning 3 buah
7. Sweep net (jaring serangga) 1 buah
8. Kawat kasa 1 buah

Tabel 2. Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Lalat rumah (Musca domesticus) ± 25 ekor
2. Sekam ¼ kg
3. Pakan ayam ¼ kg
4. Air Secukupnya
5. Garam Secukupnya
6. Alkohol 70% Secukupnya

E. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Pengamatan daur hidup lalat rumah
a. Menangkap Musca domestica (lalat rumah) di sekitar tempat sampah,
kemudian memasukkan lalat ke dalam kandang berukuran 40 x 40x 40
cm yang diletakkan di ruang insectarium.
b. Mencampurkan sekam dan pakan ayam di dalam satu wadah sebagai
pakan lalat.
c. Membasahi pakan dengan air sumur yang ditambah garam.
d. Memasukkan campuran pakan ke dalam kandang perlakuan.
e. Mengamati setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan reproduksi lalat
f. Membuat pakan dalam kondisi kering sebagai perbandingan dengan
pakan dalam keadaan basah
g. Mengamati setiap hari keberadaan telur dalam perangkap pakan sampai
menjadi larva instar 1,2, dan 3.
h. Mengambil larva instar 3 dan memasukkan larva ke dalam wadah yang
kering dan ditutup kawat kasa
i. Mendiamkan larva sampai menjadi pupa
j. Memasukkan pupa ke dalam kandang baru (beda dengan induknya)
k. Mengamati pupa sampai menjadi dewasa.
2. Pengamatan morfologi lalat rumah
a. Mengambil sampel lalat pada setiap stadium
b. Mengamati morfologi tubuh lalat pada setiap stadium dan mengukur tubuh
lalat setiap stadium dengan menggunakan mikroskop
c. Memasukkan beberapa lalat ke dalam botol yang berisi alcohol 70% untuk
dijadikan koleksi spesimen
3. Pengamatan perkembangan telur lalat rumah
a. Mengambil sampel telur lalat dalam media
b. Meletakan telur lalat dalam kaca preparat
c. Telur lalat diamati dibawah mikroskop dan dicatat perubahan yang terjadi
serta waktu perkembangannya hingga ke tahap penetasan telur

F. JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan September Oktober


1 Pembuatan proposal
Penangkapan lalat
2 dan pembuatan
kandang
Pengamatan
3 pertumbuhan dan
reproduksi lalat
Pembuatan laporan
4
hasil praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Astuti EP & Praani FY. 2010. Pertumbuhan dan Reproduksi Lalat Musca domestica pada
Berbagai Media Perkembang biakan. Aspirator vol. 2 (1): 11-16.
Mosokuli, Y.S. 2001. Lalat Tungau dan Caplak Sebagai Vektor. Laboratorium
Bioaktivitas dan Biologi Molekuler. FMIPA UNIMA.
Suraini. 2013. Jenis-jenis Lalat (Diptera) dan Bakteri Enterbacteriaceae yang Terdapat di
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). 53 (9), pp.1689-1699. Avaible from:
Google Cendikian [12 Sempetember 2021).
Klok CJ, Harrison JF. Atmospheric hypoxia limits selection for large body size in
insects. PLoS One. 2009;4(1):e3876. Epub 2009 Jan 7. Dalam
http://www.geochembio.com/biology/organisms/fruitfly/
Prasad NG, Joshi A. What have two decades of laboratory life-history evolution studies
on Drosophila melanogaster taught us? J Genet. 2003 Apr-Aug;82(1-2):45-76.
Dalam http://www.geochembio.com/biology/organisms/fruitfly/

Anda mungkin juga menyukai