Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM KE 1

SISTEM UROGENITALIA

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui anatomi sistem urin pada hewan tingkat tinggi
2. Mengetahui anatomi organ reproduksi hewan jantan dan betina
3. Menentukan bagian-bagian organ reproduksi hewan jantan dan betina

B. Landasan Teori
a. Sistem Ekskretoria (Urinaria)
Organ-organ yang menyusun sistem ekskretoria terdiri dari:
1. Ginjal, sepasang berbentuk kacang yang berwarna kemerahan
2. Ureter, terdapat sepasang yang terpancar dari hilus ginjal, dan berakhir pada
vesika urinaria. Bagian yang melebar dari ureter yang berhubungan dengan
hilus disebut pelvis.
3. Vesika urinaria, kantung tempat menampung urin sebelum dikeluarkan.
4. Uretra, saluran tunggal yang keluar dari vesika urinaria untuk mengeluarkan
urin. Pada hewan jantan, uretra terdapat di dalam penis.

b. Sistem reproduksi hewan jantan


Sistem reproduksi hewan jantan terdiri dari
Kelenjar genitalia jantan, adalah testis sepasang, berbentuk lonjong, dan terletak
di dalam kantung kulit (skrotum). Saluran genitalia, terdiri atas:
i. Duktus epididimis jumlahnya sepasang, saluran yang berliku-liku yang
terdiri atas:
- kaput epididimis
- korpus epididimis, bagian badan
- kauda epididimis, bagian posterior
ii. Duktus deferens, terdapat sepasang saluran yang tidak berliku berhubungan
dengan kauda epididimis dan bermuara di uretra.
ii. Uretra, saluran tunggal yang terentang di antara vesika urinaria dan jujung
penis.
Kelenjar asesori (kelenjar tambahan)
- Kelenjar vesikulosa, bentuknya menyerupai cacing
- Kelenjar prostata, bentuk tidak teratur, bermuara di uretra.
- Kelenjar couper (bulbo-uretra) bentuk bulat dan ukurannya kecil.

c. Sistem reproduksi hewan betina


Terdiri dari melenjar genital dan saluran genital
Kelenjar genitalia betina adalah ovarium sepasang, bentuk lonjong dan ukuran
kecil, terletak di sebelah posterior ginjal.
Saluran genitaliabetina terdiri atas:

1
i. Oviduk (sepasang), saluran berliku, pada ujung anteriornya terdapat
lobang yang disebut ostium, tempat masuknya sel telur.
ii. Uterus (sepasang), tempat berkembangnya embrio
iii. Vagina, tempat masuknya penis pada waktu kopulasi terjadi dan
merupakan jalannya embrio saat dilahirkan.
iv. Klitoris, berupa tonjolan kecil di sebelah vagina. Klitoris ini identik
dengan struktur penis pada jantan.

C. Alat dan Bahan


- Mencit 1 pasang (satu kelas)
- Ikan 1 pasang (per kelompok)
- Katak 1 pasang (per kelompok)
- Burung 1 pasang (satu kelas)
- kloroform/eter, pisau bedah, jarum pentul, kapas/tisu, dan bak parafin

D. Cara Kerja Praktikum


1. Masukkan hewan uji yang akan diamati ke dalam toples berisi kapas yang sudah
ditetesi dengan Kloroform. Pastikan hewan uji benar-benar sudah mati.
2. Letakkan hewan uji pada bak parafin
3. Lakukan pembedahan hewan uji pada posisi telungkup.
4. Tancapkan jarum pentul pada kulit hewan yang telah dibedah untuk memudahkan
pengamatan.
5. Lakukan pengamatan terhadap sistem urogenital hewan uji tersebut dan bandingkan
dengan gambar.

PRAKTIKUM KE 2

SEL KELAMIN PADA HEWAN

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui bentuk sel kelamin hewan jantan dan betina
2. Untuk mengetahui perbedaan bentuk sel kelamin beberapa jenis hewan

B. Landasan Teori

Sel kelamin atau gamet merupakan sel yang berfungsi untuk bereproduksi secara
seksual pada makhluk hidup. Proses pembentukan gamet disebut juga gametogenesis.
Struktur yang dapat menghasilkan gamet adalah gonad.

Gamet memiliki jumlah kromosom setengah dari induknya (n). Gamet dibentuk dari
pembelahan meiosis sel-sel pada gonad. Mayoritas gamet makhluk hidup telah

2
mengalami rekombinasi genetik melalui proses pindah silang pada meiosis. Berikut ini
adalah beberapa contoh gamet makhluk hidup.

1. Sperma
Sperma adalah gamet jantan pada hewan. Sperma dibentuk pada testis, tepatnya
pada Tubulus seminiferous. Struktur dari sel sperma meliputi kepala, badan atau
bagian tengah, ekor atau flagellum. Bagian kepala pada sperma terdapat acrosome
yang mengandung enzim untuk membantu proses fertilisasi. Bagian tengah terdiri dari
organela mitokondria sebagai penghasil energi. Bagian ekor atau flagellum berfungsi
sebagai alat pergerakan sperma.

Pembentukan sperma atau spermatogenesis meliputi :


spermatogonium spermatid primer (2) spermatid sekunder (4) spermatosit

2. Sel Telur
Sel telur atau ovum adalah gamet betina pada hewan. Ovum dibentuk pada
ovarium dan memiliki ukuran sel yang lebih besar dari sel sperma. Sitoplasma dari
ovum terdiri dari yolk yang kaya akan nutrisi. Nutrisi ini digunakan apabila sel telur
mengalami peleburan dengan sel sperma dan berkembang menjadi zigot serta
pertumbuhan embrio.

Pembentukan ovum atau oogenesis meliputi :


oogonium oosit primer (1) oosit sekunder, (1) polar body (1) ovum, (3) polar
body

C. Alat dan Bahan


- Preparat sel kelamin jantan dan betina
- Mikroskop

D. Cara Kerja Praktikum


Sel kelamin jantan
1. Sediakan preparat sayatan tubulus seminiferus testis
2. Letakkan di bawah mikroskop
3. Amati bagian-bagian dan letak dari
a. berbagai tahap perkembangan sel kelamin di dalam tubulus seminiferus
yakni, spermatogenesis, spermatida dan sel sperma
b. sel sertoli (leydig), yang memberi nutrisi kepada sel kelamin (nurse cell)
3
c. Sel interstisial, yang terletak di antara tubulus seminiferus

Sel kelamin betina


1. Sediakan preparat sayatan tubulus seminiferus testis
2. Letakkan di bawah mikroskop
3. Amati bagian-bagian dan letak dari
a. Letak folikel
b. Korpus luteum
c. Sel telur
d. Dan bagian lainnya yang terlihat

PRAKTIKUM KE 3

SIKLUS ESTRUS DAN APUSAN VAGINA

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan siklus estrus pada hewan mamalia (mencit)

B. Landasan Teori

Siklus estrus adalah suatu siklus reproduksi yang ditemui pada hewan betina
yang tidak hamil. Siklus ini pada primata disebut siklus menstruasi, yang mempunyai
hubungan erat dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada organ reproduksi.
Siklus estrus pada mencit biasanya dimulai pada umur 6-7 minggu. Pada siklus ini
dikenal adanya masa proestrus estrus, metestrus, dan diestrus. Semua tingkatan ini
dapat ditentukan dengan membuat apusan vagina.

C. Alat dan Bahan


1. Mencit
2. Akuades
3. Mikroskop
4. Cotton bud
5. Gelas objek dan penutup
6. Pewarna metilen blue atau giemsa

D. Cara Kerja Praktikum


1. Pegang mencit dengan memposisikan bagian ventral menghadap praktikan,
kemudian usap vagina mencit dengan memakai ujung cotton bud yang telah
dibasahi dengan akuades sedalam 0,5-1 cm.
4
2. Oleskan pada permukaan kaca objek
3. Tunggu sampai mengering, Lalu diteteskan larutan metilen blue sebanyak 1 tetes
pada objek dan tunggu selama 5 menit
4. Cuci dengan air mengalir (air ledeng), lalu kering anginkan kaca objek tersebut.
5. Amati di bawah mikroskop. Tentukan pada tahap apa objek yang sedang diamati
disesuaikan dengan ciri dari masing-masing tahapannya pada siklus estrus.

PRAKTIKUM KE 4

TIPE-TIPE TELUR

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui tipe-tipe sel telur beberapa jenis hewan

B. Landasan Teori
Sel telur selama masa perkembangannya di dalam ovarium mengalami
penimbunan deutoplasma atau yolk di dalam ooplasmanya. Hal ini diperlukan sebagai
makanan cadangan untuk pertumbuhan embrionya di kemudian hari. Penyebaran Yolk
di dalam ooplasma berbeda-beda sehingga dengan demikian didapat beberapa tipe
telur berdasarkan penyebaran dan jumlah yolk.

Tipe-tipe telur berdasarkan penyebaran dan jumlah yolk.


1. Telur Isolesitasl. Jumlah yolknya sedikit dan tersebar merata. Misalnya pada
bintang laut (diameternya 0,1 mm)

2. Telur Telolesital, jumlah yolk banyak, penyebarannya tidak merata terutama


terhimpun di satu daerah yaitu kutup vegetatif. Umumnya memiliki ukuran yang
lebih besar dari telur isolesital. Contoh : Telur katak (diameternya 1,5-3,0 mm)
Pada daerah anima telur katak terdapat suatu lapisan pigmen dan mengelilingi
seluruh telur terdapat 2 lapisan selaput lendir. Setelah telur dilepaskan dan masuk
ke dalam air, selaput telur akan menyerap air dan kemudian akan mengembang,
dengan demikian telur akan tetap terapung di dalam air.

3. Telur megalesital, yolknya sangat banyak dan tersebar merata sehingga nukleus
dengan sedikit ooplasma di sekelilingnya terdesak ke permukaan sel telur dan
disebut keping lembaga. Tipe telur ini umumnya berukuran besar. Contoh telur
ayam dan telur insekta
Telur ayam dikelilingi selaput telur yang dikenal dengan albumen atau putih telur.
Mengelilingi sel telur dan yang mengelilingi albumen pekat ialah albumen cair.

5
Telur ayam juga dilapisi oleh cangkang yang terdiri dari zat kapur, ini berfungsi
untuk melindungi telur. Cangkang tidak dapat ditembus air tetapi dapat dilalui
udara.

C. Alat dan Bahan


1. Telur beberapa jenis hewan (Ayam, Penyu, Katak, Keong mas)
2. Pisau bedah
3. Bak parafin
4. Panci pemanas air
5. Kompor mini

D. Cara Kerja Praktikum


1. Siapkan macam-macam telur yang akan diamati
2. Rebus telur- telur tersebut di dalam panci pemanas air
3. Lakukan pembelahan pada telur yang telah direbus tersebut.
4. Amati struktur telur di mulai dari bagian terluar hingga bagian dalam
5. Tentukan tipe masing-masing telur yang diamati.

PRAKTIKUM KE 5

PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO

A. Tujuan Praktikum
6
1. Untuk mengetahui bagian-bagian yang muncul pada tahap awal perkembangan
embrio ayam

B. Landasan Teori

Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan


somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh
embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai
batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan.
Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh
sehingga tubuh embrio hampir terpisah dari yolk.
Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra
embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio mengalami pelipatan yang
disebut dengan lipatan kepala dan meisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio.
Lipatan kepala membentuk sub sephal. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk
lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian posterior
mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor membentuk kantung sub
kaudal.
Lipatan-lipatan tersebut membentuk dinding saluran percernaan primitive.
Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini,
dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun
kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak
diambil embrio melalui tangkai yolk.

Pembelahan lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima,
disini berlangsung pembelahan partial atau meroblastis. Sel-sel yang membelah itu
membentuk cangkang bentuk cakram yang disebut sebagai blastodis yang merupakan
blastomer sentral yang melepasan diri dari detoplasma di bawahnya dan terbentuk
rongga sempit yang merupakan bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah dari
detoplasma dan ia terus menerus dalam detoplasma.
Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan
kembali sel-sel blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu
kelompok hewan dengan kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan
perubahan seluler yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini.
Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel,
perubahan dalam bentuk sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel
7
lain dan ke molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah
beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal
ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula
(Campbell, 1987).

Menurut anonim (2008), berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan


dikelompokkan menjadi:
1. Hewan diploblastik : Memilki 2 lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.
2. Hewan triploblastik : Memilki tiga lapisan embrional yakni:
Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh.
Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu.
Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu
basil pelipatan mesoderm

Blastulasi pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau cakram
(diskoblastik) yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas hipoblas dan
juga sentoblas. Gastrulasi pada ayam merupaan proses dari pembentukan stria primitif
yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa garis dilinea mediana, Stria
primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18 jam.
Tahap neurula ayam nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping
neural, lipatan neural, dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut
setelah terbentuk neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan
ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai umur
inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis.

C. Alat dan Bahan


1. Telur ayam fertil
2. Inkubator
3. Gelas arloji
4. Petri dish dan botol spesimen
5. Gelas objek dan kaca penutup
6. Pipet tetes
7. Larutan fisiologis
8. Vaselin
9. Larutan fiksatif
10. Pewarna picro carmine, yang dibuat dari : cramine 0,5 gr, amoniak 0,5 mL; asam
pikrat 0,005 gr; aquades 100 ml
11. Alkohol dengan konsentrasi berseri
12. Xylol
8
13. Albumen meyer dan canada balsem
14. Kertas saring
15. Seperangkat alat bedah

D. Cara Kerja Praktikum

1. Masukkan telur ke dalam inkubator sesuai dengan waktu inkubasi pada suhu
lebih kurang 38o C.

2. Beri tanda pada telur untuk menentukan bagian atas dan bagian bawah

3. Telur dibalik dalam waktu 1x12 jam

4. Setelah sampai waktu sesuai dengan umur embrio yang akan diamati,lakukan
pembedahan dan pembuatan sediaan utuh embrio sebagai berikut:

a. Ambil telur dari inkubator dengan tetap mempertahankan posisi telur (jangan
dibalik)

b. Buka cangkang telur menggunakan gunting yang tajam, kemudian masukkan


embrio ke dalam larutan fisiologis pada kaca arloji yang sudah diolesi vaselin
setipis mungkin

c. Pisahkan embrio dari kuning telur dengan cara menggunting membran vitelin
di luar pinggir teriman pembuluh darah (sinus terminalis)

d. Buang kuning telur dengan menggunakan pipet tetes, dan cuci embrio dengan
hati-hati menggunakan larutan fisiologis sampai tidak ada lagi kuning telur
yang melekat pada embrio.

e. Rentangkan embrio pada kaca arloji sambil mengurangi larutan fisiologis


dengan bantuan kertas saring yang dipotong kecil, dan siapkan kertas saring
yang dengan lobang lingkaran di tengahnya lebih besar dari ukuran embrio,
selanjutnya dipasangkan pada embrio dengan hati-hati agar embrio tepat
berada di tengah lingkaran dan tidak menempel pada bagian kertas saring.

f. Amati embrio di bawah mikroskop.

g. Gambar dan tentukan bagian-bagian yang teramati.

9
PRAKTIKUM KE 6

PERKEMBANGAN EMBRIO LANJUT

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui bagian-bagian yang terbentuk pada tahap lanjut perkembangan
embrio ayam

B. Landasan Teori

C. Alat dan Bahan


1. Telur ayam fertil
2. Inkubator
3. Gelas arloji
4. Petri dish dan botol spesimen
5. Gelas objek dan kaca penutup

10
6. Pipet tetes
7. Larutan fisiologis
8. Vaselin
9. Larutan fiksatif
10. Pewarna picro carmine, yang dibuat dari : cramine 0,5 gr, amoniak 0,5 mL;
asam pikrat 0,005 gr; aquades 100 ml
11. Alkohol dengan konsentrasi berseri
12. Xylol
13. Albumen meyer dan canada balsem
14. Kertas saring
15. Seperangkat alat bedah

D. Cara Kerja Praktikum

1. Masukkan telur ke dalam inkubator sesuai dengan waktu inkubasi pada suhu
lebih kurang 38o C.

2. Beri tanda pada telur untuk menentukan bagian atas dan bagian bawah

3. Telur dibalik dalam waktu 1x12 jam

4. Setelah sampai waktu sesuai dengan umur embrio yang akan diamati,lakukan
pembedahan dan pembuatan sediaan utuh embrio sebagai berikut:

a. Ambil telur dari inkubator dengan tetap mempertahankan posisi telur (jangan
dibalik)

b. Buka cangkang telur menggunakan gunting yang tajam, kemudian masukkan


embrio ke dalam larutan fisiologis pada kaca arloji yang sudah diolesi vaselin
setipis mungkin

c. Pisahkan embrio dari kuning telur dengan cara menggunting membran vitelin
di luar pinggir teriman pembuluh darah (sinus terminalis)

d. Buang kuning telur dengan menggunakan pipet tetes, dan cuci embrio dengan
hati-hati menggunakan larutan fisiologis sampai tidak ada lagi kuning telur
yang melekat pada embrio.

e. Rentangkan embrio pada kaca arloji sambil mengurangi larutan fisiologis


dengan bantuan kertas saring yang dipotong kecil, dan siapkan kertas saring
yang dengan lobang lingkaran di tengahnya lebih besar dari ukuran embrio,
selanjutnya dipasangkan pada embrio dengan hati-hati agar embrio tepat
berada di tengah lingkaran dan tidak menempel pada bagian kertas saring.

f. Amati embrio di bawah mikroskop.

g. Gambar dan tentukan bagian-bagian yang teramati.

11
PRAKTIKUM KE 7

REGENERASI AMFIBI

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui proses regenerasi yang terjadi pada amfibi (katak)

B. Landasan Teori
Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang
rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan
platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu
baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit
dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu
paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka.

Reptil dan amfibi tertentu memiliki kemampuan untuk regenerasi sel yang
kompleks, yang memungkinkan seluruh struktur jaringan untuk tumbuh kembali
setelah kerusakan melalui proses yang dikenal sebagai autotomy. Ketika cedera terjadi
atau makhluk seperti berada dalam bahaya dari predator, sel-sel dewasa dalam ekor,
sirip, dan pelengkap lainnya dapat terpisah dari tubuh utama, meninggalkan embel di
belakang. Sebagai bagian dari proses biokimia alami makhluk itu, sel-sel di tepi

12
cedera seperti berubah kembali ke sel induk, memungkinkan untuk proses regenerasi
sel identik dengan pertumbuhan awal dan perkembangan embel yang hilang.

Pada manusia, regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda. Sel
induk, bahan bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk akhirnya
membentuk organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir hanya dalam vitro.
Setelah sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak dapat kembali lagi ke sel
induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi tertentu. Sebaliknya, sel-sel otak
dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi selular lain hanya dapat membagi dan
bereproduksi seperti sel-sel, sehingga membatasi regenerasi sel pada manusia.

Sementara terbatas, regenerasi sel pada manusia memainkan peran penting


dalam pembangunan, penyembuhan, dan perbaikan jaringan. Sel-sel pada manusia
secara alami meninggal pada tingkat miliaran per hari karena baik nekrosis, kematian
sel akibat kerusakan atau cedera, atau melalui apoptosis. Apoptosis adalah suatu
bentuk kematian sel terprogram yang memungkinkan sel untuk fragmen atau mati
sebagai bagian dari proses biokimia yang normal yang terlibat dalam pengembangan,
pertumbuhan, dan penuaan. Tanpa beberapa bentuk regenerasi sel, nekrosis dan
apoptosis pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran seluruh organ dan daerah
jaringan. Sebaliknya, regenerasi sel memungkinkan tubuh untuk menumbuhkan sel-
sel baru untuk menggantikan yang mati, sekarat, atau ada kerusakan sel dengan
memisahkan sel sehat tunggal menjadi dua sel terpisah.

Meskipun manusia mempertahankan kemampuan untuk meregenerasi sel


berdasarkan kondisi tertentu, kemampuan untuk sepenuhnya meregenerasi seluruh
struktur terbatas ke jaringan dan organ-organ tertentu seperti hati dan kulit. Sel-sel
otak, misalnya, perlahan-lahan beregenerasi dari waktu ke waktu, tapi manusia tidak
bisa tumbuh otak baru melalui regenerasi sel. Atau, tubuh manusia dapat regenerasi
hati, asalkan setidaknya seperempat dari organ tetap utuh. Demikian juga, kulit dapat
tumbuh kembali untuk menutupi area yang luas kerusakan, asalkan ada persentase
yang cukup dari sisa kulit untuk mereplikasi sel-sel baru.

C. Alat dan Bahan


1. Kecebong berukuran panjang tubuh yang sama sebanyak 15 ekor. Jangan diambil
kecebong yang sudah tumbuh kakinya.

13
2. Bejana plastik
3. Air ledeng
4. Pisau silet

D. Cara Kerja Praktikum


1. Masukkan 15 ekor kecebong ke dalam 3 bejana plastik yang berbeda (masing-
masing 5 ekor setiap bejana).
2. Bejana plastik tersebut masing-masing diisi air kolam dan makanan berupa lumut
secukupnya.
3. Pada bejana plastik pertama ekor kecebong dipotong tegak lurus (1/2 panjang dari
ekornya), diukur dari pangkal sampai ke ujungnya.
4. Pada bejana plastik kedua, ekor kecebong ipotong miring.
5. Dan pada bejana plastik ke 3 tidak dipotong (sebagai kontrol)
6. Lakukan pengamatan selama dua minggu, setiap dua hari sekali sambil mengganti
air kolam dalam bejana plastik
7. Kecebong yang mati segera dibuang
8. Lakukan pengamatan panjang ekor kecebong setiap dua hari sekali dengan
menggunakan mikroskop
9. Catat setelah beberapa hari regenerasi menjadi sempurna.

14
PRAKTIKUM KE 8

PENGUKURAN TULANG EMBRIO AVES

A. Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui cara pengukuran tulang embrio aves
- Untuk mengetahui ukuran tulang embrio aves

B. Landasan Teori
Tulang merupakan rangkaian sel yang kompleks berupa tenunan. Tenunan ini
selalu dalam keadaan tumbuh dan mengurai. Proses pembentukan terjadi dalam 2
macam proses yaitu osifikasi membran. Osofikasi membran merupakan proses
pembentukan tulang yang terjadi di dalam jaringan mesenskim. Proses osifikasi
membran terjadi pada tulang tengkorak.
Sementara osifikasi endrokondral terjadi pada tulang panjang . tulang panjang
pertama kali terbentuk sebagai tulang rawan dan kemudian menjadi tulang keras oleh
osifikasi yang dimulai pada badan tulang rawan dengan terbentuknya bone kolar.
Pada daerah tersebut akan masuk pembuluh darah yang membawa sel tulang
menghasilkan matriks tulang. Waktu pertumbuhan, daerah-daerah tertentu pada ujung
tulang panjang (epifisis) dipisahkan dari batang tulang oleh suatu lempeng epifisialis.
Pertumbuhan pada tulang panjang terjadi pada lempeng ini yang meletakkan
tulang pada batang tulang. pertumbuhan linear tulang dapat terjadi selama epifisis
terpisah dari batang tulang, tetapi pertumbuhan ini berhenti setelah epifisis bersatu
dengan penutup epifisialis dari berbagai tulang menurut suatu urutan yang teratur,
penutupan epifisialis terakhir terjadi setelah pubertas.

C. Alat dan Bahan


- Botol film, jangka sorong, micrometer, kaca benda, silet, cawan petri dan kaca
pembesar
- Telur burung puyuh yang telah diinkubasi selama 8,12 dan 14 hari, alkohol 96 %,
KOH 1 %, Gliserin, Alizarin Red S.

15
D. Cara Kerja Praktikum
1. Embrio difiksasi dalam alkohol 96 % selama 10 hari.
2. Rendam dalam KOH 1 % sampai transparan selama 90 menit
3. Pewarnaan dengan Alizarin Red S dalam KOH 1 % selama 4 jam
4. Rendam ke dalam KOH 1 % sampai transparan selama 75 menit
5. Penjernihan bertingkat dengan perbandingan KOH 1 % : Gliserin = 3:1, 1:1 dan
1:3 selama 1 jam.
6. Simpan dalam gliserin
7. Ukur panjang tulang femur menggunakan jangka sorong dan diameter tulang
menggunakan micrometer skrup.
8. Ukur luas penampang tulang pada pengukuran diameter.

16

Anda mungkin juga menyukai