Anda di halaman 1dari 15

I.

Pendahuluan
Latar belakang
Hewan vertabrata terdiri dari berbagai macam golongan misalnya bangsa pisces,
bangsa amphibia, bangsa reptilia,bangsa aves, dan bangsa mammalia. Masing-masing
golongan vertabrata tersebut berkembang biak dengan cara yang berbeda, ada yang
ovipar(bertelur), vivipar(beranak), ovovivipar(bertelur dan beranak).
Vertabrata yang berkembang biak dengan cara ovipar(bertelur) akan berbeda sistem
reproduksi betinanya dengan vertabrta yang berkembang biak dengan vivipar(beranak),
begitu pula sebaliknya. Vertabrata yang berkembang biak dengan cara ovipar(bertelur) pada
waktu masih embrio didalam tubuh induk akan diselubungi zat kapur yang akan membentuk
cangkang pada waktu keluarnya.sedangkan pada vertabrata yang berkembang biak dengan
cara vivipar(beranak) pada waktu embrio tidak diselubungi oleh zat kapur yang membentuk
cangkang. Maka dari itu, terdapat perbedaan pada organ reproduksi pada masing-masing
vertabrata dan juga perbedaan saluran pada masing-masing vertabrata yang harus diketahui
sehingga bisa menjelaskan bagaimana terjadinya perbedaan cara berkembang biak dan
reproduksi pada hewan vertabrata.
Rumusan masalah
1. Apa saja sistem reproduksi betina pada vertabrata?
2. Bagaimana perbedaan saluran reproduksi betina pada masing-masing vertabrata
(pisces,amphibia,reptilia, aves,mammalia)?
3. Bagaimana proses terjadinya oogenesis pada hewan betina?
Tujuan
1. Mengetahui sistem reproduksi betina pada vertabrata.
2. Mampu mengetahui dan membedakan saluran reproduksi betina pada masing-masing
vertabrata.
3. Mengetahui dan memahami proses terjadinya oogenesis.

1
II. Pembahasan
A. SISTEM REPRODUKSI VERTEBRATA BETINA
Sistem reproduksi disebut juga sistem perkembangbiakan atau sistem genitalia.
Sistem ini berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin (gamet), menyalurkan gamet jantan
ddan betina, dan pada kelompok hewan tertentu berungsi juga untuk memelihara embrio
yang berkembang di dalamnya. Sistem reproduksi vertebrata betina terdiri atas gonade
berupa ovarium dan saluran reproduksi betina yang meliputi oviduk, uterus, serviks, vagina,
dan vulva. Sistem reproduksi pada pisces, amphibi, reptil, aves, dan mammalia berbeda.
Pada pisces, amphibi, reptil, dan aves saluran muara terdapat pada kloaka. Pada Mammalia
dilengkapi pula dengan organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer dkk, 2014).
(b) (c)

(a)

(d) (e)
Gambar 1 Sistem Reproduksi Vertebrata Betina (a) Pisces, (b) Reptile, (c) Amphibi,
(d) Aves, (e) Mammalia
Sumber: (a) ilmudasar.com, (b) Slideplayer.info, (c,d,e) SlideShare

2
B. OVARIUM
Ovarium berfungsi sebagai penghasil gamet betina atau sel telur dan sebagai
penghasil kelenjar kelamin betina seperti menghasilkan hormon-hormon kelamin yaitu
estrogen dan progesteron. Estrogen berperan dalam perkembanngan saluran reproduksi
betina, dan dalam menumbuhkan sifat-sifat sekunder. Progesteron berperan dalam
membantu pertumbuhan kelenjar susu (mammae) dan mempersiapkan endometrium uterus
untuk implantasi zigot pada mammalia (Tenzer dkk, 2014).
Ovarium vertebrata umumnya berjumlah sepasang. pada kebanyakan vertebrata,
ovarium terletak di rongga perut. Pada mammalia ovarium terlatak di rongga pelvis.
Ovarium diikatkan pada dinding tubuh bagian dorsal oleh selaput jaringan ikat yang disebut
mesovarium. Pada hewan-hewan yang memiliki musim kawin, ovariumnya memiliki
ukuran yang sangat besar (Tenzer dkk, 2014).
Ovarium pada beberapa jenis pisces berfusi antara ovarium kanan dan kiri. Pada
beberapa ikan tertentu ovarium bertipe sakuler yaitu berbentuk kantung dengan rongga yang
kosong. Ovarium pada amphibi bertipe sakuler berbentuk kantung dengan rongga yang
berisi limfe. Ovarium pada reptil, ular dan kadal juga bertipe sakuler berbentuk kantung
dengan rongga yang berisi limfe. Ovarium pada aves hanya ovarium kiri saja yang
berkembang. Ovarium pada aves merupakan organ yang padat tanpa ada rongga di bagian
tengahnya (Tenzer dkk, 2014).
Ovarium pada mammalia berukuran relatif kecil bila dibandingkan dengan ukuran
tubuhnya. Ovarium diselaputi oleh selapis sel yang berasal dari peritoneum, yang disebut
epitel germinal, disebelah dalam epitel terdapat yunika albugenia yiatu jaringan ikat padat
yang menyebabkan ovarium berwarna putih. Jaringan dasar ovarium disebut stroma,
mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe, otot polos, dan serabut saraf
(Tenzer dkk, 2014).
Badan ovarium terdiri atas 2 daerah, yaitu korteks dan medula tetapi batas kedua
daerah tersebut tidak jelas. Bagian kortkes ovarium mengandung banyak folikel telur
(Tenzer dkk, 2014). Folikel-folikel tersebut mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan oosit. Berdasarkan tingkat perkembangannya folikel dibagi menjadi tiga
tingkatan, yang meliputi folikel muda (folikel primordial), folikel tumbuh (terdiri atas
folikel primer, sekunder, dan tersier), dan folikel matang (folikel graaf) (Sumarmin, 2016).

3
Gambar 2 Tahapan Perkembangan Folikel pada Ovarium
Sumber: Sumarmin, 2016

Folikel primordial merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir. Terdiri atas
sebuah oosit primer yang dilapisi oleh selapis sel folikel berbetuk pipih. Folikel primer
terdiri atas oosit primer yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel granulosa) berbentuk
kubus. Terjadi pembentukan zona pelusida, yaitu suatu lapisan glikoprotein yang terdapat
diantara oosit dan banyak lapisan sel-sel granulosa. Folikel sekunder terdiri atas oosit
primer yang dilapisi stratum granulosa yaitu beberapa lapis sel granulosa berbentuk kubus.
Folikel tersier memiliki oosit berupa oosit primer. Voulme stratum granulosa bertambah
besar. Terdapat beberapa celah (antrum) di antara sel-sel granulosa dan celah tersebut berisi
cairan. Jaringan ikat stroma yang terdapat di luar stratum granulosa menyusun diri
membentuk teka interna dan teka eskterna (Tenzer dkk, 2014).

Gambar 3 Folikel Primordial


Sumber: Sumarmin, 2016

4
Folikel graaf disebut folikel matang karena oositnya siap diovulasikan. Oosit
sekunder yang dilapisi oleh beberapa lapis sel granulosa berada dalam suatu jorokan ke
dalam antrum yang disebut jumulus ooforus. Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit
disebut korona radiata. Antrum berupa sebuah rongga yang besar, berisi liquor follicuti
(cairan folikel yang mengandung hormon estrogen) (Tenzer dkk, 2014). Proses
perkembangan dan pematangan folikel diatur oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh
sel-sel granulosa dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari (Sumarmin, 2016).

Gambar 4 Folikel Matang


Sumber: Sumarmin, 2016

Setelah terjadi ovulasi, sisa folikel graaf berubah menjadi korpus luteum, yang
berfungsi untuk menghasilkan progesteron. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum
hanya bekerja dalam waktu singkat (pada manusia ± 14 hari), lalu akan berdegenerasi
menjadi suatu massa jaringan ikat yang disebut korpus albikans. Jika terjadi kehamilan,
korpus luteum mempunyai massa fungsional yang lama (pada manusia ± 6 hari) (Tenzer
dkk, 2014). Ovulasi dipengaruhi oleh adanya lonjakan yang tinggi dari LH dalam darah. LH
juga berfungsi mengendalikan produksi progesteron dari sel-sel teka dan sel-sel granulosa
(Sumarmin, 2016).
C. Saluran Reproduksi Betina
Saluran Reproduksi Betina merupakan perkembangan dari Duktus Muller, yaitu sepasang
Perkembangan dari duktus muller yaitu sepasang saluran panjang yang terletak
berdampingan dengan duktus mesonefros, yang terbentuk pada waktu embrio (Tenzer dkk,
2014).
Fungsi saluran reproduksi betina pada vertabrata :
• Menerima dan menyalurkan telur yang ovulasikan oleh ovarium
• Melengkapi sel telur dengan cangkang kapur sebelum dikeluarkan ( reptil dan aves)

5
• Menerima dan menyalurkan spermatozoa ke tempat terjadinya fertilisasi (fertilisasi
internal)
• Tempat perkembangan embrio (vivipar dan ovovivipar)
Saluran reproduksi betina terpisah dari saluran ekskresi (Tenzer dkk, 2014).

Sumber : Dosen Biologi


Pisces, saluran reproduksi betina pada pisces berupa sepasang oviduk, yag strukturnya
sangat bervariasi. Pada teleostei, oviduk berhubunga langsung dengan ovarium yang bertipe
sakuler, untuk menyalurkan telur-telur yang telah diovulasikan dari rongga ovarium dan
mengeluarkannya melalui porus genetalis (Tenzer dkk, 2014).
Pada Elasmobrachia ( misalnya ikah hiu ), kedua oviduk bersatu dibagian anterior,
membentuk lubang(ostium) bersama, untuk menerima sel telur yang diovulasikan ovarium
(ke selom). Oviduk dilengkapi dengan shell gland( kelenjar cangkang)untuk mensekresikan
albumen dan cangkang telur. Bagian posterior oviduk ikan hiu membesar, membentuk
uterus, untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi (Tenzer dkk, 2014).

6
Sumber : pembahasansoal.web.id
Amphibia, Duktus Muller pada amphibia berkembang menjadi sepasang oviduk yang
berupa saluran panjang dan berkelok-kelok, serta tidak berhubungan langsung dengan
ovarium. Ujung anterior oviduk terbentuk corong yang disebut infundibulum, dengan
lubangnya yang disebut ostium, unutuk menangkap sel-sel telur yang diovulasikan oleh
ovarium. Oviduk mengandung banyak kelenjar untuk mensekresikan lendir(jelly) sebagai
selubung telur. Bagian posterior oviduk membesar membentuk uterus atau kantung telur
untuk menyimpang telur sebelum terjadi pemijahan. Saluran reproduksi bermuara dikloaka
dorsal (Tenzer dkk, 2014).

sumber : pintar biologi.com


Reptilia, saluran reproduksi pada reptilia betina adalah sepasang oviduk yang terbuka
ke arah selom dengan perantaraan ostium. Pada kura-kura dan buaya, oviduk bagian
anterior mengandung kelenjar uuntuk mensekresikan albumen telur. Telur ular dan kadal
tidak mengandung albumen. Fertilisas internal terjadi di oviduk anterior(ampula). Bagian
posterior oviduk berupa shell gland untuk menghasilkan cangkang telur. Ukuran oviduk
membesar pada musim kawin. Saluran reproduksi bermuara pada kloaka (Tenzer dkk,
2014).

7
sumber : redsearch.org
Aves, seperti halnya ovarium, saluran reproduksi aves hanya sebelah kiri yang
berkembang. Oviduk panjang berkelok-kelok, bergantung pada ddinding tubuh bagian
dorsal oleh selaput mesosalfing, infundibulum mengandung rumbai-rumbai yang disebut
fimbria. Di posterior infundibulum, bagian oviduk berupa bagian glandular yang
mensekresikan albumen telur, dilanjutkan dengan istimus yang membentuk membran
cangkang kapur bagi telur dalam dan luar, dan uterus atau shell gland yang berdinding tebal
untuk membentuk cangkang kapur dari telur (Tenzer dkk, 2014). Bagian ujung posterior
saluran reproduksi berupa vagina yang pendek dan bermuara ke kloaka. Vagina
mensekresikan mukus untuk menutup lubang cangkang. Fertilisasi internal, terjadi dioviduk
anterior (ampula) (Tenzer dkk, 2014).

8
Sumber : slideshare.net, go lifestock
Mammalia, Duktus Muller pada mammalia berkembang menjadi saluran reproduksi
yang terdiri atas: oviduk,uterus, dan vagina. Oviduk atau tuba fallopi, merupakan sepasang
saluran pendek yang terbuka ke selom melalui infundibulum yang mempunyai fibria.
Fertilisasi terjadi di oviduk anterior. Waktu terjadi ovulasi, fimbria membesar dan
melingkupi ovarium untuk menangkap sel telur yang dilepaskan. Sel epitel yang membatasi
lumen oviduk mengandung silia dan menghasilkan lendir, untuk melancarkan pergerakan
sperma menemui sel telur (Tenzer dkk, 2014). Oviduk diikatkan pada dinding tubuh bagian
dosal oleh selaput jaringan ikat yang disebut mesosalfing. Oviduk berlanjut dengan sebuah
uterus yag besar dan berdinding tebal yang berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat
fertilisasi dan sebagai tempat terjadinya implantasi dan perkembangan embrio (Tenzer dkk,
2014).

Sumber : Slideshare.net

9
Pada mammalia terdapat empat tipe uterus, yaitu : 1. Dupleks, 2. Bipartit, 3. Bikornat
Simpleks.
1. Uterus Dupleks: mempunyai 2 tanduk uterus, 2 serviks(leher uterus) tanpa badan
uterus. Terdapat pada : banyak rodentia, gajah, beberapa jenis kelelawar dan lain-lain.
2. Uterus Bipartit : mempunyai 2 tanduk uterus, 1 serviks uterus, badan uterus(hasil fusi
bagian bawah tanduk uterus) kecil. Terdapat pada : karnivora, babi, sapi, dan beberapa
rodentia.
3. Uterus Bikornat : mempunyai 2 tanduk uterus, 1 serviks uterus, badan uterus lebih
besar. Terdapat pada : domba, paus, kuda, beberapa jenis kelelawar, dan beberapa jenis
karnivora.
4. Uterus Simpleks : Tidak mempunyai tanduk uterus, badan uterus sangat besar dan 1
serviks uterus. Terdapat pada : primata (manusia dan bangsa kera) (Tenzer dkk, 2014).

Secara histologis, dinding uterus terbagi menjadi tiga bagian yaitu (dari dalam ke
luar): endometrium(lapisan mukosa, terdiri atas sel epitel, jaringan ikat longgar, dan
kelenjar uterus),miometrium(lapisan otot polos), perimetrium(lapisan serosa, kelanjutan dari
peritoneum). Endometrium berperan dalam proses implantasi dan pembentukan plasenta
(Tenzer dkk, 2014).
Bagian terakhir dari saluran reproduksi mammalia adalah vagina, merupakan suatu
tabung berotot untuk menerima penis pada waktu kopulasi, dan sebagai saluran kelahiran
bayi dari uterus. Muara uterus kedalam vagina disebut serviks uterus. Epitel vagina berupa
jaringan epitel pipih berlapis banyak. Pada rodentia epitel ini bersifat menanduk dan
mengalami perubahan berkala sesuai daur estrusnya. Muara vagina(orifisium vagina)
terletak disebelah posterior muara uretra. Diameter orifisium vagina tereduksi oleh adanya

10
himen (selaput dara), yatu suatu membran tipis dari lipatan kulit yang menutupi sebagian
lubang tersebut. Himen akan robek ketika terjadi kopulasi pertama (Tenzer dkk, 2014).

D. Organ Reproduksi Eksterna


Organ reproduksi eksterna betina terdapat pada mammalia, disebut vulva, yang terdiri
atas sepasang lipatan kulit (labia mayora/mayus dan labia minora/minus) dan sebuah oragn
erektil yang homolog dengan penis disebut klitoris. Daerah diantara kedua labia minora
disebut vestibulum. Pada kedua sisi vestibulum terdapat kelenjar seks aksesori yaitu
kelenjar bartholin, untuk mensekesikan cairan pelumas vulva selama kopulasi. Organ
genetalia eksterna mengandung banyak ujung saraf sensoris peraba, yaitu badan meissner
dan paccini yang berperanan membangun rangsangan seksual secara fisiologis (Tenzer dkk,
2014).
E. Kelenjar Susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya terdapat pada mammalia, juga merupakan
cirinya. Kelenjar ini merupakan hasil modifikasi dari kelenjar keringat, dan bertipe
tubuloalveolar. Kelenjar susu dimasukkan sebagai bagian sistem reproduksi, karena kelenjar
ini mengalami perubahan-perubahan yang berhubungan dengan keadaan fungsional sistem
reproduksi betina. Kelenjar susu ini hanya aktif menghasilkan susu saat masa
laktasi(menyusui).
Ditribusi kelenjar susu pada mammalia berbeda-beda menurut speciesnya. Pada babi,
rodentia, dan karnivora pasangan kelenjar susu terdapat disepanjang garis susu ventralateral
yaitu anta ketiak dan lipatan paha. Pada kuda dan sapi, di daerah antara kaki belakang. Pada
gajah, diantara kaki depan, pada primata dan kelelawar di sepasang dada(Tenzer dkk, 2014).
Pada kelenjar susu yang aktif tersusun atas lubulus-lobulus, yang masing-masing
terdiri atas sejumlah alveoli, berupa kumpulan sel sekretori. Dari alveoli keluar saluran kecil
yang nantinya bermuara ke saluran yang lebih besar. Saluran dari lobulus-lobulus(duktus
laktiferus) ini bermuara pada puting susu. Di depat muaranya, duktus laktiferus
menggembung yang disebut “ampula”. Diatara lobulus-lobulus terdapat banyakjaringan ikat
dan jaringan adiposa yang berperan dalam menentukanbesar kelenjar susu (Indriatmoko, D.
D., & Kumala, S. 2017).
Pada perkembangannya, kelenjar susu dikontrol oleh hormon esterogen dan
progesteron yang dihasilkan ovarium. Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin yang
dihasilkan hipofisis anterior, untukpengeluaran susunya terjadi oleh adanya rangsangan

11
hormon oksitosis yang dihasilkan hipofisis posterior pada saat bayi menyusu (Suradi, R.
(2016).

Diagram penampang sagital kelenjar susu manusia


F. Oogenesis

Gambar dari Campbell, N.A,et al., 2002

12
Oogenesis sendiri dapat diartikan proses pembentukan sel telur dari oogonia di dalam
ovarium hewan betina. Perbedaan oogenesis dan spermatogenesis ada pada tahap
perbanyakan oogonia, yang terjadi melalui pembelahan mitosis terjadi pada masa embrio.
Oogenesis dimulai di dalam embrio perempuan dengan produksioogonium dari sel-sel
punca primodial. Dari masing-masing oogonium tumbuh menjadi oosit primer. Dalam
perkembangannya, oosit primer (I) akan mengalami pembelahan meiosis I yang akan
menghasilkan oosit sekunder (II) dan sebuah polosit I (badan polar I). Pada tahap
selanjutnya oosit sekunder (II) mengalami meiosis II menghasilkan sebuah ootid(ovum) dan
1 polosit II (badan polar II), polosit I yang terbentuk juga ikut membelah menjadi polosit II.
Jadi pada tahap pemasakan, dari satu oosit I melalui pembelahan meiosis, menghasilkan
satu sel telur yang fungsional (Sieber, dkk., 2016)
Pada ovarium embrio manusia berumur 8 minggu, terdapat kurang lebih 600.000
oogonia kemudian melakukan perbanyakan hingga pada usia 5 bulan jumlahnya menjadi
7000.000. Oogonia selanjutnya tumbuh menjadi oosit I, namun banyak yang mengalami
degenerasi. Menjelang kelahiran, oosit I masuk tahap pemasakan. Pemkembangan oosit
I(dalam folikel primer) terhenti pada tahap diploten profase meiosis I(perkembangan terjadi
pada masa puber, setelah hipofisis aktif menghasilkan FSH dan merangsang perkembangan
folikel telur). Folikel yang tidak melanjutkan perkembangan disebut “folikel atresia”, yang
akan terdegradasi (Campbell, N.A,et al., 2002).
Pada masa puber, oosit I yang terdapat dalam ovarium hanya sekitar 300.000. sejak
saat itu, perkembangan dan pematangan folikel (fol. Primer  fol. Sekunder  fol. Tersier
 fol. graff) terjadi secara berkala, yang dikenal sebagai siklus reproduksi. Lamanya siklus
reproduksi manusiakurang lebih 28 hari (24-34 hari). Masa produktifnya dari
menarche(haid pertama) hingga menopause(haid terakhir). Pada meiosis ke II tahapan
berhenti pada tahap metafase, dan oosit sekunder (II) diovulasikan dari folikel graff. Dari
sekitar 20 folikel primer yang berkembang, hanya ada satuyang berhasil matang (folikel
graff) dan mengovulasikan sebuah oosit II, kemudian oosit II ditangkap oleh infundibulum
dan dibawa ke dalam ampula(oviduk anterior) (Campbell, N.A,et al., 2002).
Penuntasan meiosis II akan berlangsung jika terjadi penetrasi sperma ke dalam sel
telur(tahap awal fertilisasi) didalam oviduk anterior. Berakhirnya meiosis II ini, oosit II
berkembang menjadi satu ootid(ovum) dan 3 polosit. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit II
akan berdegradasi 24 jam setelah diovulasikan. Fertilisasi sendiri adalah penyatuan nukleus

13
haploid sperma dan oosit sekunde. Folikel pecah, yang tersisa setelah ovulasi berkembang
adalah korpus luteum. Jika oosit yang dilepas tidak difertilisasi dan tidak menyelesaikan
oogenesis, korpus luteum akan hancur. Jadi perbedaannya dengan spermatogenesis,
oogenesis yang terjadi di dalam ovarium belum tuntas, jika spermatogenesis seluruh tahap
terjadi di testis hingga tuntas. Hewan yang melakukan fertilisasi eksterna, umumnya
melepaskan telur yang banyak dalam ovulasi, sedangkan jika fertilisasi interna jumlah telur
yang dilepaskan relatif sedikit (Campbell, N.A,et al., 2002).

Kesimpulan

Secara umum sistem reproduksi vertabrata terdiri atas kelenjar kelamin(gonad) yang
merupakan organ utama dalam sistem reproduksi , saluran reproduksi, dan kelnjar seks
asesori atau kelenjar tambahan (pada mammalia). Dapat diketahui bahwa, Terdapat
beberapa macam perbedaan pada masing-masing kelompok vertabrata pada sistem
reproduksi betina maupun saluran reproduksi betina. Dan juga, proses oogenesis yang
terjadi di ovarium hewan betina

14
Daftar Rujukan

Tenzer, Amy., Lestari, Ummie., Gofur, Abdul., Rahayu, S.E., Masjhudi, Masjhudi.,
Handayani, N., Wulandari, N., & Maslikah, S.I. 2016. Struktur Perkembangan Hewan
(SPH 1) Bagian 2. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana,
(Online), (https://books.google.co.id/books?
id=CeVNDwAAQBAJ&pg=PA22&dq=folikel+ovarium&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwiGnJiB1bjhAhUK7XMBHUcnB2IQ6AEILTAB#v=onepage&q=folikel
%20graaf&f=false), diakses pada 5 April 2019.
Sieber, M. H., Thomsen, M. B., & Spradling, A. C. (2016). Electron transport chain
remodeling by GSK3 during oogenesis connects nutrient state to
reproduction. Cell, 164(3), 420-432.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2002). Biologi edisi kelima jilid
1. Erlangga. Jakarta, 433.
Indriatmoko, D. D., & Kumala, S. (2017). Aktivitas Ekstrak Biji Buah Merah (Pandanus
Conoideus Lam.) Terhadap Proliferasi Limfosit Dan Sel Tumor Kelenjar Susu Mencit C3h
Secara In Vitro. Jurnal Farmagazine, 4(2), 1-13.
Suradi, R. (2016). Spesifitas Biologis Air Susu Ibu. Sari pediatri, 3(3), 134-40.

15

Anda mungkin juga menyukai