Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI DAN PERKEMBANGAN GENETIKA


ORGAN REPRODUKSI JANTAN DAN BETINA

NAMA

: UMMU HANI

NIM

: O11114508

KEMOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN

: KADEK EVI DIAN PUSPITA DEWI

LABORATORIUM EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

I.

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan menyebutkan bagian-bagian alat perkembangbiakan
jantan dan betina.
2. Mengetahui hubungan bagian-bagian alat perkembangbiakan dengan
tempat produksi gamet, terjadinya fertilisasi, dan perkembangan embrio.

II.

Tinjaun Pustaka
1. Organ reproduksi jantan

Gambar 1 Organ reproduksi jantan (Eko, 2014)

Secara anatomis organ reproduksi hewan jantan (Gambar 1) dapat


dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu :
a. Testis atau Gonad (kelenjar benih)
Testis terbungkus kantong scrotum yang terdiri dari sepasang.
Letaknya

menggantung

ruminansia).

Testis

diantara

merupakan

kedua
alat

kaki

belakang

reproduksi

vital

(pada
karena

menghasilkan spermatozoa (gamet jantan) dan menghasilkan hormon


testosteron (Yulianto dan Saparinto, 2014).

Gambar 2 Testis (Eko, 2014)

Fungsi testis ada dua yaitu (Eko, 2014):

Sebagai tempat yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu


androgen (testosteron). Sel-sel intersituial dari Leydig atas
pengaruh

ICSH

(Interstitial

cell

stimulating

hormone)

menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron


(androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara

tubulus seminiferosa.
Sebagai penghasil gamet jantan disebut spermatozoa. Spermatozoa
dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH. Tubulustubulus tersebut sangat berliku-liku pada jantan yang lebih tua
spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah
pembelahan

meiosis

pertama

tumbuh menjadi

spermatosit

sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid


tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan
transformasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh menjadi
sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian tangah
(tubuh) serta sebuah bagian ekor.
b. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi terdiri atas epididymis dan vas deferens

1) Epididymis
Epididymis berupa suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal
testis. Pembuluh tersebut berfungsi menimbun spermatozoa. Di dalam
epididymis

akan

spermatozoa

dari

terjadi

pematangan

epididymis

akan

spermatozoa.
terlepas

Umumnya

sebelum

terjadi

penyemprotan sperma, saat terjadi kopulasi (Yulianto dan Saparinto,


2014).
Epididymis dapat dibagi atas kepala (caput epididymidis), badan
(corpus epididymidis), dan ekor (cauda epididymidis) (Eko, 2014).
Fungsi epididymis, yaitu caput (kepala) epididymis berfungsi
sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan)
epididymis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada
bagian ekor (cauda) epididymis berfungsi sebagai tempat penimbunan
sperma (Eko, Yuli, 2014).
Menurut Toelihere (1981), fungsi dari epididymis ada empat
macam yaitu sebagai berikut :
a) Transportasi
Transportasi adalah masa spermatozoa dialirkan dari rete testis ke
dalam ductus efferens oleh tekanan cairan dan spermatozoa dalam
testis secara tepat bertambah banyak. Perpindahan spermatozoa
dibantu oleh gerakan silia dan gerakan peristaltik dari muskulature
pada dinding ductus epididymis.
b) Konsentrasi
Konsentrasi merupakan tempat yang berada didalam ductus
epididymis cairan testis yang menjadi medium masa spermatozoa,
airnya diserap oleh epitel dinding epididymis. Sesampainya dibagian
ekor konsentrasi sperma itu menjadi sangat tinggi.
c) Maturasi
Maturasi adalah pemasakan atau pendewasaan spermatozoa.
Pemasakan ini mungkin disebabkan oleh adanya sekresi dari sel-sel
epitel di ductus epididymis.

d) Timbunan
Bagian ekor dari epididymis merupakan tempat penimbunan
sperma yang utama, karena disinilah yang cocok untuk penghidupan
spermatozoa yang masih belum bergerak. Kondisi ini di dalam cauda
epididymis adalah optimal untuk mempertahankan kehidupan sperma
yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim apabila
epididymis ini diikat sperma akan tetap hidup dan fertil di dalam
epididymis sampai 60 hari.
2) Vas Deferens
Vas deferens atau ductus deferens berupa saluran dengan diameter
2 mm dengan dinding berotot yang licin. Fungsinya untuk mengangkut
sperma dari epididymis ke saluran urethra (Yulianto dan Saparinto,
2014).
c. Alat kelamin luar
Alat kelamin bagian luar yaitu penis yang merupakan alat kopulasi
dan penyalur mani dan urin, dan alat pelindung yang terdiri dari
preputium.
1) Penis
Penis merupakan alat untuk melakukan kopulasi (perkawinan).
Penis berbentuk pipa panjang. Sifatnya dapat menegang karena
memiliki jaringan yang dapat diisi oleh darah dengan tekanan yang
tinggi sewaktu birahi. Penis inilah yang pada waktu kopulasi
dimasukka kedalam vagina hewan betina (Yulianto dan Saparinto,
2014).
Penis pada hewan ruminansia termasuk dalam tipe fibro-elastic dan
bersifat agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian
besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S
(flexura sigmoidea) yang berada disebelah dorsal caudal scrotum
(Eko, 2014).

Penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen


ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urin
(Eko, 2014).
Terdapat dua tipe penis: fibroelastis dan covernosum. Fibroelastis
terdapat pada hewan-hewan ruminansia dan babi. Pada tipe tersebut
struktur penis melekuk sperti huruf S yang disebut Flexura
sigmoidea. Pada saat terjadi ereksi flexura sigmaidea akan lurus akibat
dari

relaksasi

otot musculus

retraktor

penis sehingga

penis

memanjang. Penis tipe covernosum terdapat pada kuda, karnivora,


manusia. Pada tipe tersebut terdapat bagian yang disebut corpus
covernosum yang memilki rongga (celah)besar yang akan terisi darah
jauh lebih banyak pada saat ereksi. Oleh sebab itu pada tipe ini penis
akan mengalami pembesaran (Yatim, 2014).

Gambar 3 Tipe-tipe penis (Tipe fibroelastis pada bull, ram, dan boar.
Tipe cavernosum pada sallion) (Yatim, 2014)

2) Preputium
Preputium membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari
penis. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi

buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga


agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar
menempel pada rambut tersebut (Eko, 2014).
d. Kelenjar kelenjar pada organ reproduksi jantan
Kelenjar-kelanjar pada organ reproduksi jantan terdiri dari kelenjar
vesicularis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethralis. Kelenjar
vesicularis berfungsi mengeluarkan cairan bersifat keruh dan lengket
serta mengandung protein, asam sitrat, kalium, dan beberapa enzim
lainnya. Kelenjar vesicularis merupakan kelenjar yang berjumlah
sepasang dan dikeluarkan pada saat ejakulasi dengan jumlah separuh
dari volume ejakulasi (Yulianto dan saparinto, 2014).
Kelenjar prostat berfungsi menghasilkan cairan bermineral tinggi.
Kelenjar prostat dilapisi oleh dinding yang mengandung sel sekresi
berjajar sederhana. Bagian dalam kelenjar prostat dilalui urethra
(Yulianto dan Saparinto, 2014)
Kelenjar

cowper

atau

bulbourethralis

merupakan

kelenjar

penghasil getah yang dialirkan ke urethra, berfungsi untuk


membersihkan urethra (Sudjadi dan Laila, 2006).
2. Organ reproduksi betina

Gambar 4 Organ reproduksi betina (Eko, 2014)

a. Ovarium (gonad)

Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina.


Disebut organ primer karena ovarium menghasilkan sel garnet betina
(yaitu ovum) dan hormon kelamin betina. Hormon kelamin yang
dihasilkan oleh ovarium dibedakan dalam dua kelompok yaitu hormon
steroid dan hormon peptida. Hormon steroid terdiri dan progesteron
dan estrogen, sedangkan hormon peptida terdiri dari inhibin, activin,
relaxin, dan oxytocin (Elisa, 2012).
Ovum yang matang akan dilepas kedalam sistem saluran untuk
memungkinkan terjadinya pembuahan (Yulianto dan Saparinto, 2014).
b. Saluran reproduksi
1) Oviduk
Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling
anterior, kecil berliku-liku, dan terasa keras seperti kawat terutama
pada pangkalnya. Oviduk tergantung pada mesosalpinx. Oviduk terdiri
atas infundibulum dengan fimbriae, ampula, dan isthmus (Eko, 2014).
Ujung oviduk dekat ovarium membentang menganga membentuk
suatu struktur berupa corong (infundibulum). Muara infundibulum
(ostium abdominale) dikelilingi oleh penonjolan-penonjolan ireguler
pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluhpembuluh darah pada fimbriae penuh berisi darah yang mengakibatkan
pembesaran dan penegangan fimbriae. Penegangan ini diiringi oleh
kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii mendekati
permukaan ovarium untuk menerima ovum matang yang akan
dilepaskan (Eko, 2014).
Bagian ampulla dari tuba fallopii merupakan setengah dari panjang
tuba dan bersambung dengan daerah tuba yang sempit yaitu isthmus.
Pada saat ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang
berfimbrial. Kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio
terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan luminal tuba fallopii merupakan
lingkungan yang baik untuk terjadinya fertilisasi dan permulaan
perkembangan embrional. Cairan dihasilkan oleh lapisan epitel tuba

karena pengaruh hormon ovarial. Pertemuan utero-tubal mengatur


pengangkutan sperma dari uterus ke tuba fallopii dan transpor embrio
dari tuba ke dalam uterus (Eko, 2014).
Fungsi oviduk (Eko, 2014):

menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium.


transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan
tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi).
tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa.
memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi

spermatozoa.
transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.
2) Uterus
Uterus terdiri dari cornu, corpus, dan cervix. Proporsi relatif
masing-masing bagian berbeda-beda antar spesies.
Uterus

mempunyai

fungsi-fungsi

yang

penting

untuk

perkembangbiakan ternak. Pada waktu perkawinan, kontraksi uterus


mempermudah pengangkutan sperma ke tuba fallopii. Sebelum
implantasi, uterus mengandung cairan yang merupakan medium
bersifat suspensi bagi blastocyt, sesudah implantasi uterus merupakan
tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus (Eko, 2014).
Fungsi lain uterus adalah adanya hubungan kerja secara timbal
balik dengan ovarium. Adanya corpus luteum akan merangsang uterus
menghasilkan PGF2 yang berfungsi untuk regresi corpus luteum
secara normal. Stimulasi uterus selama fase permulaan siklus birahi
mempercepat regresi corpus luteum dan menyebabkan estrus
dipercepat (Eko, 2014).
Tipe-tipe uterus hewan ada bermacam-macam, antara lain (Eko,
2014):
a) Uterus Simplex
Uterus tipe simplex ini dimiliki oleh primata dan mamalia sejenis.
Uterus tipe ini mempunyai cervix uteri, corpus uteri nya jelas dan
tidak memiliki cornua uteri.

b) Uterus Bipartide
Uterus tipe bipartide ini dimiliki oleh sapi, domba, anjing, kucing, dan
kuda. Uterus tipe ini mempunyai satu cervix, corpus uteri jelas
terutama pada kuda, mempunyai cornua uteri, dan terdapat sebuah
septum pemisah kedua cornua uteri.

c) Uterus Bicornu
Uterus tipe bicornu ini dimiliki oleh babi. Corpus uterus sangat
pendek, sebuah cervix dan cornua uteri panjang serta berkelok-kelok.

d) Uterus Duplex
Uterus tipe duplex ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, dan marmut.
Uterus tipe ini memiliki dua corpus uteri, dan dua cervix.

e) Uterus Delphia
Uterus tipe delphia ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti
opossum, kanguru, dan platypus. Semua saluran kelaminnya terbagi
dua yaitu dua cornua uteri, dua corpus uteri, dua cervix, dan dua
vagina.

3) Cervix
Cervix memiliki dinding tebal serta penonjolan. Pada ruminansia
penonjolan-penojolan

ini

terdapat

dalam

bentuk

lereng-lereng

transversal dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler. Cincincincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) yang dapat

menutup rapat cervix. Cervix berfungsi untuk mencegah masuknya


mikroorganisme atau benda-benda asing ke lumen uterus. Pada saat
estrus, cervix akan terbuka sehingga memungkinkan sperma memasuki
uterus sehingga terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan mucus
yang keluar melalui vagina. Pada saat hewan bunting, cervix
menghasilkan sejumlah besar mucus tebal yang dapat menutup atau
menyumbat mati canalis cervicalis sehingga mencegah masuknya
materi infeksius ke dalam uterus serta mencegah fetus keluar. Sesaat
sebelum partus, penyumbat cervix mencair dan cervix mengalami
dilatasi sehingga terbuka dan memungkinkan fetus beserta selaputnya
dapat keluar (Elisa, 2012).
4) Vagina
Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung
muskuler yang terletak di dalam rongga pelvis, dorsal dari vesica
urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris (tempat deposisi
semen dan menerima penis), serta sebagai tempat berlalu bagi fetus
sewaktu partus. Legokan yang dibentuk oleh penonjolan cervix ke
dalam vagina disebut fornix (Elisa, 2012).
c. Alat kelamin luar
Alat kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva. Vulva terdiri
dari labia majora, labia minora, commisura dorsalis dan ventralis,
serta clitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh
muara uretra externa (orificium urethrae externa). Pada sapi dan babi
terdapat kantong buntu disebut diverticulum suburethrale yang terletak
pada bagian bawah dari permuaraan urethra. Selama proses partus
berlangsung, vestibulum berfungsi untuk tumpuan pertautan bagi
seluruh saluran kelamin yang berkontraksi sewaktu mengeluarkan
fetus (Eko, 2014).
Clitoris terdiri dari jaringan erektil yang diselubungi oleh epithel
squamous bersusun dan mengandung cukup banyak ujung-ujung saaraf
sensoris (Eko, 2014).

III.

Hasil
1. Organ reproduksi jantan

17. Vesica urinaria


Keterangan gambar A:
18. Urethra
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rectum
Glandula vesicularis
Glandula prostat
Glandula bulbourethralis
M. recractor penis
Penis
Flexura sygmoidea penis

Keterangan gambar B :
1. Caput epididymidis
2. Vas deferens
3. Tubulus seminiferus
4. Corpus epididymidis
5. Cauda epididymidis
6. Rete testis

8. Caput epididymidis
9. Corpus epididymidis
10. Cauda epididymidis
11. Testis
12. Scrotum
13. Glans penis
14. Preputium
15. Ductus deferens
16. Ampulla ductus deferentis
2. Organ reproduksi betina

Keterangan:
1. Ligamentum intercornuale
2. Cornu uteri
3. Isthmus
4. Ampulla
5. Infundibulum
6. Bifucartio uteri
7. Corpus uteri
8. Cervix uteri
9. Portio vaginalis
10. Fornix vaginae
11. Ostium uteri externum
12. Vagina
13. Ostium urethrae externum

14. Vestibulum
15. Diverticulum suburethrale
16. Clitoris
17. Carunculae
18. Mesometrium
19. Mesosalpinx
20. Mesovarium
IV.

Kesimpulan
Organ reproduksi terdiri atas 3 yaitu pertama, gonad yang berfungsi
sebagai penghasil sel gamet dan hormon kelamin, kedua adalah saluran
kelamin yang berfungsi menyalurkan sel kelamin, dan yang ketiga adalah alat
kelamin luar yang berfungsi sebagai alat kopulasi yaitu pemindahan sel
kelamin jantan ke saluran reproduksi betina.
Pada hewan jantan, yang berfungsi sebagai gonad adalah testis, yang
menghasilkan sperma dan hormon testosteron. Dan saluran kelaminnya adalah
ductus deferens dan epididymis. Sedangkan alat kelamin luar yaitu berupa
penis yang dibungkus oleh preputium. Selain itu, organ reproduksi jantan
dilengkapi oleh kelenjar accessories yaitu kelenjar vesicularis, kelenjar
prostat, dan kelenjar cowper (bulbourethralis).
Pada organ reproduksi betina, yang berfungsi sebagai gonad adalah
ovarium, yang menghasilkan sel ovum serta hormon progesteron dan estrogen.
Saluran kelamin organ reproduksi betina berupa tuba fallopii (oviduk), uterus
dan vagina. Dan alat kelamin luar berupa vulva dan vestibulum.
Sperma diproduksi di tubulus seminiferus, lalu disalurkan melalui rete
testis, kemudian ductus eferens dan menuju caput epididymidis. Spermatozoa
yang dihasilkan oleh tubulus seminiferus belum memiliki kemampuan
bergerak. Kemampuan bergerak diperoleh selama melewati epididymis. Dari
caput, spermatozoa selanjutnya memasuki corpus epididymidis dan akhirnya
disimpan sementara pada cauda epididymidis. Pada saat ejakulasi,
spermatozoa yang terdapat pada cauda epididymidis akan dikeluarkan dengan
cepat melalui ductus deferens dan urethra, ditumpahkan kedalam vagina
saluran kelamin betina. Pada saluran betina, spermatozoa yang diejakulasikan
harus melewati saluran cervix, yang mengandung mucus untuk penyeleksian

spermatozoa. Spermatozoa yang berhasil melewati cervix akan masuk ke


corpus uteri, lalu cornu uteri, lalu tuba fallopii sampai akhirnya bisa mencapai
tempat fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada 1/3 atas bagian tuba fallopii yaitu
pada ampulla isthmus junction.

DAFTAR PUSTAKA
Eko, Yuli. 2014. Reproduksi Hewan.
(http://bse.kemdikbud.go.id/download/fullbook/20140916165838 Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 19:35 WITA).
Elisa. 2012. Sistem Reproduksi Hewan.
(http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40851/6f0f9fbbdb8f8fa6128
baf6f5a8cf199 Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 20:15 WITA).
Sudjadi, Bagod dan Laila, Siti . 2006. Biologi Sains Dala Kehidupan. Jakarta:
Yudhistira.
Toliehere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Penerbit
Angkasa
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung. Penerbit Tarsito.
Yulianto, Purnawan dan Saparinto, Cahyo. 2014. Beternak Sapi Limousin.
Semarang: Penebar Swadaya

LAMPIRAN
1. Organ reproduksi jantan

2. Organ reproduksi betina

Anda mungkin juga menyukai