Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM VII

Nama dan stambuk : Auliya Zamzam (F1A120022)

Topik percobaan : Organ reproduksi Hewan

Tujuan : Mengamati struktur organ reproduksi hewan

jantan dan betina.

Tanggal percobaan : Jum’at, 09 April 2021

Jurusan : Matematika

Asisten pembimbing : Ani Astuti

A. Pendahuluan

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi).


Reproduksi secera fisiologi tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh
hewan yang diambil organ reproduksinya (testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati
(Nuryadi, 2016).

Vivipharous: yaitu perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina melepaskan


sel telurnya di dalam saluran reproduksinya, terjadi kopulasi, fertilisasi terjadi di dalam
saluran kelamin betina. Individu yang terbentuk mengandakan perkembangan dan
pertumbuhan di dalam saluran reproduksi betina sampai dilahirkan. Contoh : golongan
primata dan amamalia (Lestari dan Ismudiono, 2020).

Sebagaian besar mamalia dan vertebrata lainnya secara definitif organ reproduksinya
dapat dibedakan antara hewan jantan dan betina, namun beberapa spesies (invertebrata)
misalnya cacing tanah dalam satu individu mempunyai kedua macam gonad ( jantan dan
betina). Organ reproduksi cacing tanah dapat dijumpai pada bagian anterior tubuhnya,
berturut-turut mulai dari bagian mulut (prostomium), organ reproduksi jantan , organ
reproduksi betina, dan klitelum. Individu demikian disebut hermafrodit, yaitu individu yang
mempunyai dua macam gonad atau seks (Hayati, 2020).

Umumnya organ-organ dan sistem reproduksi hewan vetebrata adalah sama , namun
karena faktor lain seperti jenis ras, tempat hidup menyebabkan perbedaan pada organ
reproduksinya. Kelinci jantan akan memiliki organ-organ reproduksi internal dan eksternal
yang sama begitu juga dengan fungsinya, namun karena perbedaan jenis , ras aakn memiliki
gambaran organ reproduksi yang berbeda baik dari segi ukuran maupun bobotnya
(Susetyarini dkk, 2017).

Organ reproduksi pada mamalia jantan memiliki beberapa variasi sesuai dengan
karakteristik reproduksi dan jenis hewan. Variasi tersebut mencakup variasi bentuk, lokasi,
dan kebedaraan/jumlah kelenjar asesorius dari organ reproduksi jantan (Novelina dkk, 2019).
B. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan alat reproduksi Cicak (Reptil)

2. Pengamatan alat reproduksi Katak (Amphibi)


3. Pengamatan alat reproduksi Ikan (Pisces)

4. Pengamatan alat reproduksi Burung (Aves)


5. Pengamatan alat reproduksi Kucing (Mamalia)
C. Pembahasan

Sistem reproduksi adalah proses alami yang terjadi pada makhluk hidup yang bertujuan
untuk memperbaiki dan melanjutkan keturunan dengan cara berkembang biak. Sedangkan
reproduksi hewan adalah kemampuan hewan untuk menghasilkan keturunan yang baru guna
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenisnya agar tidak punah. Reproduksi hewan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu secara generative (seksual) dan vegetative
(aseksual). Perkembangan generative umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan
bertulang belakang. Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan betina.
Perkembangbiakan vegetative adalah perkembangbiakan yang tidak melibatkan gen dan
biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah atau avertebrata. Alat reproduksi pada hewan
antara lain testis yang berfungsi sebagai organ yang menghasilkan sperma, penis berfungsi
untuk memasukan sperma ke dalam tubuh betina dan vas deferens yaitu saluran yang
menghubungkan antara testis dan penis. Lubang kelamin betina atau vagina, yaitu tempat
masuknya sperma ke dalam tubuh betina. Indung telur berfungsi memproduksi sel telur dan
rahim tempat embrio dan sel telur yang dibuahi berkembang. Namun setiap hewan memiliki
struktur organ reproduksi yang berbeda. Misalnya pada cicak, katak, ikan, burung dan
kucing. Pada praktikum kali ini kita akan mengamati struktur organ reproduksi hewan baik
pada jantan dan betina dari hewan-hewan tersebut.

Pertama, perbedaan cicak dapat dilihat dari jenis kelaminnya baik organ kelaminnya dan
segi pemampakan fisik. Struktur organ reproduksi pada cicak (reptil) yaitu testis, epidermis,
ginjal, ureter, saluran vas deferens, papilla urogenetalla dan kloaka pada jantan. Dan pada
betina terdapat corong, oviduk, ovarium, epididimis terudimenter, kantung kemih, papilla
urogenenital dan kloaka. Testis pada reptil jantan berfungsi untuk menghasilkan sel sperma
berbentuk oval, berwarna putih, berjumlah sepasang, dan terletak pada dorsal
abdomen.Epididimis berfungsi sebagai saluran yang keluar dari testis dan tempat
penyimpanan sperma sementara. Reptil jantan memiliki vas deferens untuk mengangkut
sperma dari epididimis menuju kantong sperma dan duktus meronefrus berfungsi sebagai
saluran reproduksi yang akan menuju kloaka. Sedangkan pada betina, ovarium berfungsi
untuk membentuk ovum atau sel telur yang berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan ciri
adanya benjolan-benjolan pada bagian permukaan. Oviduk berfungsi sebagai saluran
reproduksi reptil betina yang berbentuk panjang dan menggelembung. Bagian anteriornya
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedangkan bagian posterior bermuara ke kloaka.
Saat kawin cicak jantan akan berada di atas cicak betina dan penis keluar dari kloaka dan
menempelkannya pada kloaka betina. Reproduksi pada cicak dilakukan secara generative
yaitu pembuahan di dalam tubuh.

Kedua reproduksi pada katak (amfibi), yaitu dengan cara generative yakni fertilisasi
eksternal atau pembuahan diluar tubuh. Struktur organ reproduksinya meliputi testis, vas
deferens, ureter dan kloaka untuk jantan dan betina yaitu ovarium, oviduk, ureter dan kloaka.
Testis katak berfungsi untuk menghasilkan sperma yang berbentuk oval , berwarna kuning,
dan terletak di atas ginjal. Sel sperma yang dihasilkan melalui testis disalurkan pada vas
deferens menuju ke ginjal. Sel sperma ini nantinya akan dikeluarkan bersama urine melalui
kloaka. Ovarium pada katak betina berfungsi untuk menghasikan ovum yang terletak pada
bagian belakang rongga tubuh dan diikat oleh penggantung yang disebut mesovarium.
Oviduk pada katak betina terpisah dengan ureter dan bermuara pada kantong kloaka. Setiap
ovum yang keluar dari dalam tubuh induk betina akan dilapisi selaput telur atau membran
vitalin. Kelompok hewan amfibi misalnya katak adalah hewan ovipar, Katak jantan dan
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pada saat kawin, katak jantan dan betina akan
melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menekan betina. Kemudian katak betina akan
mengeluarkan ovum dari ovarium ke dalam air dan setiap telur yang dikeluarkan diselimuti
oleh selaput telur.

Ketiga organ reproduksi pada pisces atau ikan. Pisces termasuk hewan yang ovipar,
reproduksinya dilakukan secara generative, pada umumnya ikan bertelur dan terjadi di luar
tubuh induknya. Struktur organ reproduksinya berupa testis, epidermis, vas deferens, saluran
kencing, kloaka dan lubang urogenital untuk jantan. Dan untuk betina berupa corong, oviduk,
ovarium, saluran kencing, dan kloaka. Testis jantan berwarna putih, menggantung pada
dinding tengah rongga perut (abdomen) yang berfungsi menghasilkan spermatozoa. Sperma
dialirkan melalui saluran vas deferens yang bermuara di urogenital. Lubang urogenital
merupakan lubang yang dipakai untuk keluarnya air seni dan sperma, yang letaknya
berdekatan dengan anus. Alat kelamin betina terdiri dari ovarium yang berwarna kuning
kemerahan yang terletak di dekat usus mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir
menutupi organ-organ tubuh. Ovarium mengahasilkan sel telur. Sel telur dikeluarkan
melewati saluran telur dan dialirkan ke lubang urogenital. Dari lubang urogenital inilah ovum
yang telah siap dibuahi akan keluar. Dalam sekali bertelur, ikan mampu menghasilkan telur
yang tidak terlindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi kemudian ada yang terapung
dan ada juga yang disimpan dalam rongga mulut ikan.
Keempat burung (aves) juga bereproduksi secara generative (seksual), struktur organ
reproduksi berupa adrenal, testis, ureter, lubang ureter, kloaka, duktus deferens, dan lubang
duktus deferens pada burung jantan. Dan pada betina berupa ovari, oviduk, uterus, kloaka,
lubang bursa, oviduk kanan rudimenter dan ureter. Testis burung berbentuk oval, terletak
pada sebelah ventral lobus penis.Testis inilah yang akan dijadikan tempat penyimpanan
spermatozoa. Dan organ reproduksi betina adalah ovarium. Ovarium burung yang
berkembang hanya bagian kiri terletak di bagian dersal rongga abdomen, ovarium kanan
tidak tumbuh sempurnah dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Saluran akan bermuara di
kloaka, ovarium burung ketika matang akan tampak seperti sekelompok anggur. Pada saat
bereproduksi, burung jantan dan betina akan saling menempelkan kloaka ketika kawin. Pada
burung jantan, terdapat saluran dan penis yang mengalirkan sperma dan testis ke ovarium
burung betina. Burung yang telah matang telurnya dan dibuahi akan satu persatu membentuk
cangkang telur, putih telur dan kuning telur.

Kelima kucing (mamalia), struktur organ reproduksinya pada jantan berupa penis,
testis, vas deferens dan kelenjar prostat. Dan pada betina berupa serviks, tanduk rahim,
ovarium, vagina, vulva, dan kantung embrio . Mamalia jantan yang memiliki testis yang
berfungsi untuk menghasilkan sperma yang berbentuk seperti dua buah kelereng yang
terletak di antara anus dan penis. Dibawah testis terdapat lingkaran kecil yang merupakan
lubang tempat keluarnya penis . Sperma yang dikeluarkan melalui saluran vas deferens dan
untuk memasukan sperma ke dalam tubuh betina yang digunakan penis. Pada betina terdapat
pasangan ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur atau ovum. Ovarium yang
dikeluarkan melalui saluran telur dan ke rahim. Kucing betina dewasa memiliki vulva di
bawah lubang anus yang berbentuk seperti garis. Jika sel telur ini dibuahi oleh sperma, akan
terbentuk zigot yang akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Kucing (mamalia) juga
bereproduksi secara generative yaitu pembuahan di dalam tubuh (vivipar).
D. Kesimpulan dan Saran
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap hewan memiliki
struktur organ yang berbeda-beda berdasarkan spesies dan jenis kelaminnya. Misalnya
pertama pada cicak (reptil) testis, epidermis, ginjal, ureter, saluran vas deferens, papilla
urogenetalla dan kloaka pada jantan. Dan pada betina terdapat corong, oviduk, ovarium,
epididimis terudimenter, kantung kemih, papilla urogenenital dan kloaka. Kedua pada katak
(amphibi) struktur organ reproduksinya meliputi testis, vas deferens, ureter dan kloaka untuk
jantan dan betina yaitu ovarium, oviduct,ureter dan kloaka. Ketiga pada ikan (pisces) testis,
epidermis, vas deferens, saluran kencing, kloaka dan lubang urogenital untuk jantan. Dan
untuk betina berupa corong, oviduk, ovarium, saluran kencing, dan kloaka. Keempat burung
(aves) adrenal, testis, ureter, lubang ureter, kloaka, duktus deferens, dan lubang duktus
deferens pada burung jantan. Dan pada betina berupa ovari, oviduk, uterus, kloaka, lubang
bursa, oviduk kanan rudimenter dan ureter. Serta kelima yaitu ikan (mamalia) pada jantan
berupa penis, testis, vas deferens dan kelenjar prostat. Dan pada betina berupa serviks, tanduk
rahim, ovarium, vagina, vulva, dan kantung embrio. Namun dari kelima hewan tersebut
melakukan proses reproduksi secara generative (seksual)
2. SARAN
Adapun saran yang dapat saya ajukan pada laporan ini yaitu, praktikan harus berhati-hati
dalam membeda sampel penelitian yang menggunakan benda tajam, untuk menghindari
kecelakaan saat berkerja. Serta harus fokus dan teliti dalam membedakan organ reproduksi
jantan dan betina pada sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Susetyarini dkk, 2017, Gambaran organ reproduksi jantan dan spermatozoa kelinci New

Zealand Rabbit and Local Rabbit, Jurnal proceeding biology education

conference,16(1), 151-157.

Novelina dkk, 2019, Tinjauan makroskopik organ reproduksi jantan musang luak

(paradoxurus hermaphrodites), Jurnal Acta veterinaria indonesiana, 2(1), 26-30.

Nuryadi, 2016, Ilmu reproduksi ternak, Malang : UB Press.

Lestari dan Ismudiono, 2020, Ilmu reproduksi ternak, Surabaya : Airlangga University Press.

Hayati, 2020, Biologi reproduksi ikan, Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai