REPRODUKSI TERNAK
Oleh :
Nama : Ira Rahayu
NIM : D0A020030
REPRODUKSI TERNAK
Oleh:
IRA RAHAYU
D0A020030
I. PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Anatomi Organa Genitalia Maskulina
Unggas
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Anatomi Organa Genitalia Femina
Unggas
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Fisiologi Organa Genitalia Maskulina
Unggas
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Fisiologi Organa Genitalia Femina
Unggas
II. ISI
II.1 Anatomi Organa Genetalia
II.1.1 Anatomi Organa Genetalia Maskulina Unggas
Alat reproduksi unggas jantan terdiri dari dua bagian yaitu, alat reproduksi
primer dan alat reproduksi sekunder. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilowati (2014)
Alat reproduksi primer merupakan alat reproduksi utama karena tanpa adanya alat ini
dengan cara apapun ayam tidak mungkin menghasilkan keturunan. Alat tersebut
dinamakan testis sedangkan alat reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas
deferens dan penis. Ayam jantan berperan sebagai pejantan yang dalam perkawinan
bertugas menyampaikan sperma kedalam alat reproduksi betina, agar telur yang
dihasilkan oleh ayam betina tersebut menjadi telur yang fertil sehingga dapat
menghasilkan generasi baru apabila ditetaskan. Organ reproduksi ayam jantan terdiri
dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada
kloaka (Cl).
Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan
berwarna terang. Menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah
saluran sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara
dari sistem reproduksi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2017) Alat
reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok dan alat kelamin pelengkap.
Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis.
Alat kelamin pelengkap terdiri atas saluran yang menuju kloaka yaitu epididimis, vas
defferens, dan papillae.
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus
anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat
musim kawin. Hal ini sesuai dengan pendapat Ihsan (2010) Bagian kiri sering lebih besar
dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil
pipih yang dianggap sama seperti epididimis. Dari situlah keluar saluran vas defferens
yang secara bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam kloaka.
5
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun
dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk
membuahi telur yang berasal dari hewan betina. yang berbentuk bulat kacang tersebut
besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hijriyanto (2017) Permukaan diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat
yang diteruskan kedalam membentuk kerangka penunjang tenunan .
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah
punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Berbeda
dengan hewan lainnya, testis unggas tidak terletak di dalam skrotum. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hakim (2020) Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan
disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma. Berat dari pasangan sekitar 14
gram, dan masing – masing memiliki berat 7 gram. Testis ayam jantan terletak di rongga
badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan
dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cavar, atau di
belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara,
temperatur testis selalu 410 C sampai 43O C karena spermatogenesis (pembentukan
sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis
terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Akmal (2014) Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli seminiferi
(85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya
spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig)
tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis
tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
Pada organa genetalia maskulina unggas terdapat testis yang dibungkus oleh
lapisan yang disebut dengan skrotum. Skrotum atau pembungkus testis pada organa
genetalia maskulina jantan terletak diantara penis dan anus. Skrotum atau pembungkus
penis memiliki beberapa lapisan, yang terdiri dari 5 lapisan. Lapisan-lapisan tersebut
diantaranya yaitu lapisan tunika dartos, tunika albuginea, tunika vaginalis, tunika
pembuluh darah, dan jaringan parenkim. Pernyataan tersebut sebanding dengan
pernyataan (M. Haviz, 2013), bahwa testis memiliki struktur dari luar yang terdiri dari
6
beberapa lapsan. Pertama, yaitu tunika vaginalis yang merupakan membrane serum luar
berlapis dua yang mengelilingi setiap lapis. Kedua, tunika albugenia teedapat didalam
tunika vaginalis dan menonjol kedalam, membagi setiap testis menjadi beberapa ruang
yang disebut lobulus. Ketiga, tubulus seminiferus yang terdapat didalam lobulus.
II.1.2 Anatomi Organa Genetalia Femina Unggas
Organ reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan oviduk atau saluran
reproduksi yang terdiri atas infundibulum, magnum, uterus, ithmus dan vagina. Ovarium
terletak pada rongga badan sebelah kiri. Saat perkembangan embrio, terdapat dua
ovarium dan pada perkembangan selanjutnya hanya ovarium sebelah kiri yang
berkembang, sedangkan bagian kanan rudimenter. Hal ini sesuai dengan pendapat Rafli
(2018) Ovarium betina biasanya terdiri dari 5 sampai 6 folikel yang sedang berkembang
berwarna kuning besar (yolk) dan terdapat banyak folikel kecil berwarna putih (folikel
belum dewasa).
Ayam betina yang belum dewasa terdapat ovarium dan oviduk yang masih kecil
(belum berkembang). Pada perkembangan folikel-folikel ovarium dirangsang oleh
Hormon FSH (folicle stimulating hormone) dari pituitari anterior. Meningkatnya Hormon
FSH ovarium berkembang dan volume folikel bertambah besar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Salang (2015) Ovarium yang mulai berkembang mensekresikan Hormon
Estrogen dan Hormon Progesteron. Meningkatnya Hormon Estrogen menyebabkan
oviduk berkembang, meningkatnya kalsium darah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-
bahanlain yang dibutuhkan dalam pembentukan telur.
Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus serta
jumlahnya yang sepasang. Pada unggas, oviduk hanya terdapat satu yang berkembang
baik dan yang satunya mengalami rudimeter (tak berkembang). Bentuknya yaitu panjang
dan berkelok 5 kelok serta merupakan bagian dari ductus muller. Oviduk tersebut terdiri
dari Infundibulum, Magnum, dan Isthmus. Pernyataan tersebut sebanding dengan
pernyataan (Lim, 2013), bahwa secara anatomis, oviduk ayam terdiri dari empat segmen;
Infundibulum (tempat fertilisasi), Magnum (produksi komponen putih telur), Isthmus
(pembentukan shell membran) dan shell gland (pembentukan kulit telur).
Oviduk yaitu saluran tempat disekresikannya albumen (putih telur), membran
kerabang, dan pembentukan kerabang telur. Oviduk memiliki dinding-dinding otot yang
7
hampir selalu bergerak selama pembentukan telur berlangsung dan memilikisistem aliran
darah yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhana (2017) Ukuran oviduk
bervariasi tergantung pada tingkat daur reproduksi setiap individu unggas. Perubahan
ukuran ini dipengaruhi oleh tingkat Hormon Gonadotropin yang dikeluarkan oleh pituitari
anterior serta produksi Hormon Estrogen oleh ovarium Oviduk dibagi menjadi 5 bagian
yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus (kelenjar kerabang), dan vagina.
ledyg yang terdiri dari 5-15% yang berfungsi sebagai penghasil hormone estrogen dan
testosterone. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pernyataan (Farida Hayati et
al.,2012), yang menyatakan bahwa sel ledyg merupakan sel yang berperan dalam sekresi
hormone steroid.
Organ genetalia maskulina pada mamalia juga memiliki beberapa organ, salah
satunya adalah penis. Penis merupakan alat reproduksi pada organ genetalia maskulina
yang berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat keluarnya sperma. Selain berfungsi
sebagai tempat pengeluaran sperma, penis juga berfungsi sebagai tempat saluran kencing
atau urine. Penis juga dibagi menjadi empat bagian, diantaranya yaitu batang penis,
uretra, preputium, dang lend penis. Pernyataan tersebut sebanding dengan pernyataan
(Sanger, 2005), bahwa penis merupakan alat kopulasi hewan jantan yang berfungsi untuk
menyalurkan semen dalam saluran reproduksi betina dan sebagai tempat pengeluaran
urine.
Pada organa genetalia maskulina mamalia juga memeiliki organ yang dinamakan
dengan epididimis. Epididimis merupakan salah satu organ sekunder paa organa genetalia
maskulina mamalia jantan yang memiliki fungsi yang juga sangat penting. Epidididmis
dikatakan merupakan salah satu organ penting, karena epididimis memiliki beberapa
fungsi, diantaranya yaitu sebagai tempat transportasi, konsentrasi, maturasi atau
pendewasaan, serta penyimpanan spermatozoa. Pernyataan tersebut sebanding dengan
pernyataan (Muslim Akmal ett al., 2015), bahwa epididimis merupakan organ yang
berperan penting dalam sistem reproduksi pria dan berfungsi sebagai tempat
transportasi,
pematangan, dan penyimpanan spermatozoa. Spermatozoa yang berasal dari testis
merupakan spermatozoa yang belum matang. Pematangan spermatozoa di dalam
epididimis dibantu dengan adanya sejumlah protein yang disintesis dan disekresikan oleh
epithel epididimis.
Epididimis merupakan salah satu organ pada organa genetalia maskulina mamalia
jantan yang termasuk kedalam golongan organ sekunder. Epididimis tersebut juga dibagi
menjadi beberapa golongan atau bagian, diantaranya yaitu kaput (kepala), korpus
(badan), dan cauda (ekor). Kaput berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi,
korpus berfungsi sebagai alat transportasi spermatozoa, dan kauda yang merupakan
9
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Anatomi merupakan suatu cabang biologi yang mempelajari bagian-bagian tubuh dan
fungsinya.
2. Fisiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi dari setiap bagian
tubuh makhluk hidup.
3. Organa genetalia maskulina pada unggas jantan terdiri beberapa organ, diantaranya
yaitu testis, epididimis, vas deferens, dan papillae.
4. Organa genetalia femina pada unggas betina terdiri dari beberapa organ, diantaranya
yaitu ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, dan kloaka.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Y., & Novelina, S. (2014). Anatomi organ reproduksi jantan. Acta Veterinaria
Indonesiana, 2(2), 74-81.
Cornwall, G.A. (2019). New insights into epididymal biology and function. Human
Reproduction Update, 15(2) pp. 213±227.
Farida Hayati, Sitarina Widyarini, Lukman Hakim, Mgatidjan, dan Mustofa., 2012.
Pengaruh emberian Ekstrak Akar Pasak Bumi Terstandar Terhadap Gambaran
Histopatologik Testis dan Konsentrasi Testosteron Pada Tikus. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol.10, No.1.
Hakim, L., Nova, K., Santosa, P. E., & Riyanti, R. R. (2020). PENGARUH PERBEDAAN JENIS
KELAMIN TERHADAP FREKUENSI NAFAS, DENYUT JANTUNG, SUHU SHANK, DAN
SUHU REKTAL AYAM KUB. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan (Journal of
Research and Innovation of Animals), 5(2), 94-98.
Irawan, A. R., Sabdoningrum, E. K., Hidanah, S., Chusniati, S., Madyawati, S. P., &
Tehupuring, B. C. (2019). PEMBERIAN EKSTRAK MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI INFUNDIBULUM AYAM PETELUR YANG
DIINFEKSI Escherichia coli. Journal of Basic Medical Veteriner, 8(1), 53-60.
Isnaeni, W., Fitriyah, A., & Setyani, N. (2017). STUDI PENGGUNAAN PREKURSOR HORMON
STEROID DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS REPRODUKSI BURUNG PUYUH
JANTAN (COTURNIX COTURNIX JAPONICA). Sainteknol: Jurnal Sains dan
Teknologi, 8(2).
Kasiyati, K. (2018). Peran Cahaya bagi Kehidupan Unggas: Respons Pertumbuhan dan
Reproduksi. Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and
Physiology), 3(1), 116-125.
Lim, C. H., et al. 2013 Avian WNT4 in the Female Reproductive Tracts: Potential Role of
Oviduct Development and Ovarian Carcinogenesist. Plos One, 8(7) : 1-9.
M. Haviz., 2013. Dua Sistem Tubuh; Reproduksi dan Endokrin. Jurnal Sainstek, Vol. V,
No.2.
Muslim Akmal, Dian Masyitah, Hafizuddin, dan Fitriani,. 2015. Epiddimis dan Perannya
Pada Pematangan Spermatozoa. JESBIO,Vol.IV, No.2.
Saleh, D. M., & Mugiyono, S. (2017). Kualitas Spermatozoa Ayam Sentul. In PROSIDING
SEMINAR TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN (STAP) FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN (Vol. 5, pp. 109-117).
Senger PL. 2005. Pathways to pregnancy and parturition. 2th ed. Washington. Current
Conception.
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ira Rahayu
NIM : D0A020030
Kelompok : 2G
Asistensi : Farashyella Lumintang Ragazasusilo
IV. PENDAHULUAN
demoptera, ordo chiroptera, ordo primate, ordo rodenita, ordo carnivore, ordo
laghomorpha, ordo cetacea, ordo proboscidea, ordo perissodactyla, dan ordo
arcyodactyla.
Reproduksi pada hewan mamalia merupakan suatu cara atau proses yang
dilakukan hewan mamalia untuk mempertahankan diri agar tidak punah. Proses
mempertahankan atau pengembangbiakkan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa
organ reproduksi. Proses reproduksi terjadi melalui proses bertemunya gamet jantan
(sperma) dengan gamet betina (ovum), kemudian membentuk individu baru yang
disebut dengan fertilisasi yang nantinya akan menghasilkan zigot. Setelah zigot
berkembang menjadi embrio hingga lahir menjadi anakan.
Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan
merupakan ciri khas dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan
untuk kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Untuk
terjadinya proses reproduksi seksual, hewan perlu memiliki organ reproduksi yang mampu
menghasilkan gamet.
Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin
jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara
sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan
hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-
proses fisiologi dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi
pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu
sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen: (a) organ kelamin primer yaitu gonad jantan (b) sekelompok kelenjar-
kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar vesikulares, prostat dan
Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididylis dan vas deferen dan (c)
alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis. Semua proses fisiologis dalam tubuh
ternak jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi
dan kelangsungan hidup spermatozoa.
3
IV.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Anatomi Organa Genitalia Maskulina
Mamalia.
2. Mahasiswa dapat menegetahui dan memahami Fisiologi Organa Genitalia Maskulina
Mamalia.
V. ISI
Testis pada oragana genetalia maskulina mamalia jantan memiliki beberapa sel-sel.
Sel-sel tersebut diantaranya yaitu tubulus seminiferus, sel setroli, sel germinal, dan sel
ledyg. Sel-sel tersebut juga memiliki beberapa peranan atau fungi pada masing-masing
sel. Tubulus seminiferus memiliki 85-95%, sel setroli berfungsi untuk memberikan nutrisi
pada spermatozoa, sel germinal berfungsi untuk pembentukkan spermatozoa, dan sel
ledyg yang terdiri dari 5-15% yang berfungsi sebagai penghasil hormone estrogen dan
testosterone. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat (Farida Hayati et al.,
2012), yang menyatakan bahwa sel ledyg merupakan sel yang berperan dalam sekresi
hormone steroid.
Organ genetalia maskulina pada mamalia juga memiliki beberapa organ, salah
satunya adalah penis. Penis merupakan alat reproduksi pada organ genetalia maskulina
yang berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat keluarnya sperma. Selain berfungsi
sebagai tempat pengeluaran sperma, penis juga berfungsi sebagai tempat saluran kencing
atau urine. Penis juga dibagi menjadi empat bagian, diantaranya yaitu batang penis,
uretra, preputium, dang lend penis. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Sanger, 2015), bahwa penis merupakan alat kopulasi hewan jantan yang berfungsi untuk
menyalurkan semen dalam saluran reproduksi betina dan sebagai tempat pengeluaran
urine.
Tubulus seminiferus, merupakan bagian testis yang berisi sel berlapis kompleks,
bergaris tengah sekitar 150-250 um dan panjang 30-70 cm. Tubulus seminiferus dapat
bercabang berujung buntu. Pada ujung-ujung apikal tiap tubulus, lumen menyempit dan
epitel yang membatasi dengan segera berubah menjadi lapisan selapis kubis yang
mempunyai satu flagela. Segmen yang pendek ini dikenal sebagai tubulus rectus,
menghubungkan tubulus seminiferus dengan saluran-saluran anastomose yang dibatasi
oleh epitel labirin, rete testis. Rete testis yang terdapat daalam jaringan penyambung
mediastinum dihubungkan dengan bagian sefalik epididimis oleh 10-20 ductus efferen,
yang nantinya didistal menyatu pada duktus epididimis.
Epididimis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi
spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi
dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari.
Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam epididymis, yaitu
8
VI. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
1. Anatomi adalah suatu cabang biologi yang berhubungan dengan struktur tubuh pada
makhluk hidup. Anatomi pada organa genetalia maskulina mamalia adalah bagian-
bagian atau struktur organ reproduksi yang ada pada hewan mamalia jantan.
2. Fisiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang secara umum dapat
didefinisikan sebagai kajian tentang fungsi normal dari tubuh yang mencakup kajian
mengenai susunan tubuh, molekul, sel, jaringan, organ maupun sistem organ serta
hubungan di antara sistem-sistem yang terdapat di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, E., & Nurliani, A. (2016). Efek antioksidan ekstrak etanol bulbus bawang dayak
(Eleutherine Americana Merr.) terhadap struktur mikroanatomi tubulus
seminiferus testis tikus yang dipapar asap rokok. Jurnal Sains dan Terapan
Kimia, 6(2), 93-100.
Farida Hayati, Sitarina Widyarini, Lukman Hakim, Mgatidjan, dan Mustofa., 2012.
Pengaruh pemberian Ekstrak Akar Pasak Bumi Terstandar Terhadap Gambaran
Histopatologik Testis dan Konsentrasi Testosteron Pada Tikus. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia,Vol.10, No.1.
Feradis, 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.
Herdis, H., Darmawan, I. W. A., & Rizal, M. (2016). PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS GULA
DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA BEKU ASAL EPIDIDIMIS TERNAK
DOMBA (Addition of Various Sugars in Improving Quality of Frozen Thawed
Epididymal Spermatozoa of Ram). Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of
Veterinary Sciences, 10(2), 200-204.
Keber, R., D. Rozman and S. Horvat. (2013). Sterols in spermatogenesis and sperm
maturation. Journal of Lipid Research, 54:20-33.
M. Haviz., 2013. Dua Sistem Tubuh; Reproduksi dan Endokrin. Jurnal Sainstek, Vol. V, No.2
Labetubun, J., & Siwa, I. P. (2011). Kualitas spermatozoa kauda epididimis sapi Bali
dengan penambahan laktosa atau maltosa yang dipreservasi pada suhu 3-
5oC. Jurnal Veteriner, 12(3), 200-207.
Senger PL. 2005. Pathways to pregnancy and parturition. 2th ed. Washington. Current
Conception.
Suciati, T. (2012). Pengaruh likopen terhadap gambaran tubulus seminiferus dan kualitas
sperma mencit (Mus musculus L) yang terpapar asap rokok. Proceeding Book:
Pertemuan Ilmiah Nasional Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia XIV: Anatomy for
Better quality Life FK Universitas Udayana Denpasar Bali 12-13 Oktober 2012, 1, 1-
695.
Susilowati, T. (2014). Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya Press.
Wahyuni, S. (2021). Anatomi Veteriner I: Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Jantan
dan Ranggah Muncak (Cervidae). Syiah Kuala University Press.
Weinbauer GF, Luetjens CM, Simoni M, Nieschlag E. 2010. Physiology of testicular
function. Di dalam: Nieschlag E, Behre HM, Nieschlag M, editor. Andrology male
reproductive health and dysfunction. 3rd ed. Berlin Springer-Verlag.
REPRODUKSI TERNAK
“Anatomi dan Fisiologi Organa Genitalia Femina Mamalia”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ira Rahayu
NIM : D0A020030
Kelompok : 2G
Asistensi : Farashyella Lumintang Ragazasusilo
VII. PENDAHULUAN
(sperma) dengan gamet betina (ovum), kemudian membentuk individu baru yang
disebut dengan fertilisasi yang nantinya akan menghasilkan zigot. Setelah zigot
berkembang menjadi embrio hingga lahir menjadi anakan.
Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan
merupakan ciri khas dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan
untuk kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Untuk
terjadinya proses reproduksi seksual, hewan perlu memiliki organ reproduksi yang mampu
menghasilkan gamet.
3
VII.2 Tujuan
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Anatomi Organa Genitalia Femina
Mamalia.
4. Mahasiswa dapat menegetahui dan memahami Fisiologi Organa Genitalia Femina
Mamalia.
VIII. ISI
dengan pernyataan Wibawan (2017), bahwa ovarium terdiri dari lapisan korteks
dan medulla. Pada lapisan korteks ditemukan perkembangan folikel dan pada lapisan
medulla terdapat pembuluh darah, jaringan ikat longgar dan saraf.
Estrus merupakan suatu proses perubahan fisiologis yang terjadi secara berkala
pada kebanyakan mamalia betina dari ordo Theria akibat hormon-hormon reproduksi.
Sikluas estrus ini dapat terjadi setelah betina mengalami pematangan seksual dan siap
dikawini oleh ternak jantan. Ketetapan waktu pada saat siklus estrus merupakan hal
yang sangat penting dan sangat mempengaruhi persentase kebuntingan ternak tersebut.
Adapaun siklus estrus pada mamalia betina terbagi menjadi beberapa fase, diantaranya
yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan disestrus. Pernyataan tersebut sebanding
dengan pernyataan (Indri N, et al.,2015), yang menyatakan bahwa periode estrus
merupakan suatu kondisi saat ternak betina bersedia dikawini ternak jantan. Periode
estrus tersebut merupakan periode yang paling penting dari siklus estrus atau periode
estrus sebagai patokan waktu dalam proses perkawinan terutama yang dilakukan
melalui inseminasi buatan. Ketepatan waktu kawin ini akan mempengaruhi persentase
kebuntingan ternak tersebut. Jika waktu kawin atau periode estrus ini terlewat maka
peternak harus menunggu periode estrus berikutnya. Kondisi tersebut menyebabkan
nilai lambing interval dan days open semakin panjang sehingga efisiensi reproduksi
menjadi rendah.
Siklus estrus pada hewan mamalia seperti sapi juga memiliki tanda-tanda/ciri fisik
yang dialaminya pada saat siklus estrus tersebut. Tanda-tanda tersebut sering dikenal
atau disingkat dengan sebutan 3ABCD. Tanda-tanda tersebut diantaranya yaitu : (1)
Abang, abuh, anget (2) Bengak, bengok (3) Clingkrak, clingkrik (4) Diam ketika dinaiki.
Pernyataan tersebut cukup sebanding dengan pernyataan (Pudji Astuti, 2016), bahwa
Gejala estrus yang dapat diamati pada sapi-sapi betina meliputi perilaku menaiki dan
diam saat dinaiki sesama sapi dara lainnya, sapigelisah, nafsu makan turun, dan
perubahan kondisi vulva meliputi; adanya mukosa vulvamerah (3A: abang, abuh, anget),
keluar leleranlendir jernih, kental, menggantungdari vulva.
Hormon LH juga termasuk kedalam salah satu hormon pada ovarium. Homon LH
memiliki peran dalam proses ovulasi dan perkembangan korpus luteum. Selain hormone
LH, di ovarium juga terdapat hormone yang disebut sebagai hormone FSH. Hormon FSH
6
dengan
prnyataan (Hamny, 2016) bahwa ovarium mengalamiserangkaian perubahan
morfologi dan fisiologi selamasiklus estrus dan proses reproduksi. Ovarium
mempunyai fungsi
ganda, yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan oosit (sel telur) dan
sebagai
organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid (estrogen dan progesteron).
Ovarium terletak di dalam kavum abdominalis, menggantung, dan bertaut melalui
mesovarium ke uterus.
Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sistem endokrin dalam tubuh
dan berfungsi untuk membantu mengendalikan hampir semua fungsi tubuh, seperti
pertumbuhan, metabolisme, hingga kerja berbagai sistem organ, termasuk organ
reproduksi. Hormon pada organa genetalia femina mamalia terdiri dari hormone GnRH,
LH, FSH, estrogen, progesterone, dan hormone prostaglandin. Salah satu diantara hormo
tersebut yaitu hormone estrogen, yang berfungsi sebagai perkembangan organ
seksekunder, perkembangan kelenjar mamae, serta menimbulkan kontraksi uterus saat
partus. Hormon estrogen dikatakan memiliki peran penting dalam organa genetalia
femina mamalia, karena hormone tersebut juga dapat berpengaruh dalam siklus estrus.
Penyataan tersebut cukup sesuai dengan pernyataan (Tongku N. Siregar, 2019), bahwa
fungsi utama hormon estrogen adalah untuk merangsang berahi, merangsang timbulnya
sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem saluran ambing betina dan
pertumbuhan ambing.
Vagina merupakan salah satu alat reproduksi paa hewan mamalia betina. Vagina
memiliki beberapa fungsi yang penting dalam sistem reproduksi. Fungsi vagina
diantaranya yaitu untuk menerima alat kopulasi jantan, transport spermatozoa, serta
sebagai tempat penampung spermatozoa pada kawin alam. Pernyataan tersebut cukup
sebanding dengan pernyataan Fauziyah (2018) bahwa vagina adalah bagian saluran
peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal).
Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis hewan jantan pada saat
kopulasi.
Membran mukosa dari vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak berkelenjar.
8
IX. PENUTUP
IX.1 Kesimpulan
3. Organ primer merupakan organ utama yang berperan dalam proses
reproduksi hewan betina mamalia. Organ primer vagina tersebut terdiri dari suatu
organ reproduksi yang sering disebut dengan ovarium.
4. Organ sekunder pada organa fenima mamalia yaitu merupakan organ kedua dalam
proses reproduksi mamalia betina. Organ sekunder yang dimaksud dantaranya yaitu
oviduk, uterus, cerviks, dan vagina.
DAFTAR PUSTAKA
Afiati. F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar
Swadaya : Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ira Rahayu
NIM : D0A020030
Kelompok : 2G
Asistensi : Farashyella Lumintang Ragazasusilo
X. PENDAHULUAN
X.2 Tujuan
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Anatomi dan Fisiologi Uterus Bunting.
6. Mahasiswa dapat menegetahui dan memahami Menentukan Umur Kebuntingan.
7. Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Deteksi Kebuntingan.
XI. ISI
bahwa estrus atau kebuntingan ditandai dengan adanya perubahan pada organ
reproduksi bagian luar terutama pada vulva memerah dan bengkak serta adanya cairan
kental (mucus) mengalir pada vulva.
Fetus adalah janin yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Hal
ini Sesuai dengan pernyataan Prasojo (2010) bahwa pertumbuhan dan perkembangan
fetus juga dipengaruhi oleh faktor genetik (spesies, bangsa, ukuran tubuh, dan genotip),
faktor lingkungan (induk dan plasenta) serta faktor hormonal. Dalam bahasa Latin, fetus
secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda, mengandung". Pada manusia, janin
berkembang pada akhir minggu kedelapan kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem
organ terbentuk, hingga kelahiran. Pertumbuhan dan perkembangan fetus terdapat tiga
periode, yaitu periode ovum, periode embrio, dan periode fetus. Periode ovum terjadi
selama 10-15 hari. Periode ovum terbentuk dari tiga lapisan yaitu ectoterm,mesoderm,
dan indoderm. Periode embrio terjadi selama 15-45 hari.
Periode embrio mulai terjadi dari implementasi sampai pembentukan organ dalam.
Selaput ekstra embrional pada embrio ada tiga yaitu amnion, alantois, dan chorion. Hal
tersebut sesuai dengan Yekti (2017) bahwa amnion adalah pembungkus embrio untuk
melindungi embrio dari benturan, alantois yaitu lapisan tengah yang berfungsi memberi
nutrisi dan tempat sisa metabolisme, dan chorion sebagai tempat sirkulasi darah. amnion
muncul pada hari ke 13-16 serta alantois muncul pada hari ke 14 -12 hari. Periode fetus
terjadi 45 hari-partus dan pada masa itu organ dalam dan luar lainnya akan terbentuk.
Embrio diselimuti oleh pembungkus yang terdiri dari dua dinding yaitu amnion dan
chorion. Amnion bersisi cairan bening yang berfungsi untuk melindungi embrio dari
goncangan mekanis, sedangkan allantois merupakan usus belakang embrio yang
berfungsi untuk respirasi. Regresi hormone selama kebuntingan diantaranya ada
progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan hormon steroid yang disekresikan
oleh sel korpus luteum, plasenta, dan kelenjar adrenal.
XI.2 Menentukan Umur Kebuntingan
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada
ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui
dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau
membran fetus. Hal ini sesuai dengan pendapat Tribudi (2020) Palpasi transrectal pada
6
uterus telah sejak lama dilakukan. Teknik yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga
relative murah. Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan training bagi petugas yang
melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Teknik ini baru dapat dilakukan
pada usia kebuntingan di atas 30 hari.
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lindri (2016) Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya perubahan di dalam
rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari
cornua uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang terlatih untuk
dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Ada resiko kehilangan
embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe.
Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada usia
kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas 30 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan fetus terdapat tiga periode, yaitu periode ovum,
periode embrio, dan periode fetus. Periode ovum terjadi selama 10-15 hari. Periode
ovum terbentuk dari tiga lapisan yaitu ectoterm,mesoderm, dan indoderm. Periode
embrio terjadi selama 15-45 hari. Periode embrio mulai terjadi dari implementasi sampai
pembentukan organ dalam. Selaput ekstra embrional pada embrio ada tiga yaitu amnion,
alantois, dan chorion. Hal tersebut sesuai dengan Arif (2014) bahwa amnion adalah
pembungkus embrio untuk melindungi embrio dari benturan, alantois yaitu lapisan
tengah yang berfungsi memberi nutrisi dan tempat sisa metabolisme, dan chorion sebagai
tempat sirkulasi darah. amnion muncul pada hari ke 13-16 serta alantois muncul pada
hari ke 14 -12 hari.
Periode fetus terjadi 45 hari-partus dan pada masa itu organ dalam dan luar lainnya
akan terbentuk. (Aprilia, dkk. 2013) menjelaskan bahwa embrio diselimuti oleh
pembungkus yang terdiri dari dua dinding yaitu amnion dan chorion. Amnion bersisi
cairan bening yang berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangan mekanis,
sedangkan allantois merupakan usus belakang embrio yang berfungsi untuk respirasi.
Regresi hormone selama kebuntingan diantaranya ada progesterone dan estrogen.
Progesteron merupakan hormon steroid yang disekresikan oleh sel korpus luteum,
plasenta, dan kelenjar adrenal.
7
dengan pernyataan Pemayun (2014), bahwa metode diagnosis yang populer pada sapi
adalahpalpasi rektal. Aplikasi metode ini sulit diterapkan karena butuh keahlian dan
pengalaman yang cukup serta risiko yang ditimbulkan jika dilakukan dengan penanganan
yang kurang baik.
Uji kebuntingan dapat dibagi menjadi tiga jenis, terdiri dari uji kebuntingan punyakoti,
H2SO4, dan tespek. Namun pada uji kebuntingan tespek hanya dapat dilakukan kepada
manusia. Hal tersebut karena tespek dibuat hanya untuk menguji kandungan HCG/Human
Chronik Gonadothrophin yang hanya ada pada manusia (ibu hamil). Sedangkan pada uji
kebuntingan metode punyakoti dapat dilakukan pada hewan ternak yang mengalami
kebuntingan. Metode ini dilakukan pada urine hewan ternak bunting yang didalamnya
mengandung asam absitat (Aba). Aba tersebut bertujuan untuk memperpanjang masa
dormansi inaktif atau masa tidur. Pernyataan tersebut sebanading dengan pernyataan
Fathan (2018) bahwa metode punyakoti dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
kebuntingan pada ternak sapi. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan Abscisic acid
(ABA) seperti yang dilaporkan oleh bahwa urin sapi bunting mengandung hormon
tanaman yang dikenal sebagai Abscisic acid (ABA).
Adapun hormone-hormone yang berpengaruh pada saat kebuntingan, antaralain
hormone estrogen, progesterone, dan equine chornik gonadotrophin. Hormon-hormon
tersebut tentunya akan memiliki pengaruh masing-masing terhadap kebuntingan. Salah
satu dari ketiga hormone tersebut yaitu hormone estrogen. Hormon estrogen pada saat
fertilisasi akan mengalami peningkatan, saat kebuntingan dia akan menurun. Kemudian
pada saat menjelang partus, estrogen akan kembali mengalami peningkatan. Pernyataan
tersebut sebanding dengan pernyataan Jinorati (2014), bahwa setelah ovulasi, kadar
hormone estrogen menurun drastis, sel-sel pada jaringan sisa ovulasi mengalami luteinasi
oleh LH membentuk korpus luteum yang menghasilkan hormon progesterone. Sekresi LH
yang terus menerus penting untuk mempertahankan CL dan sekresi progesteron untuk
kelanjutan kebuntingan pada sapi.
9
XII. PENUTUP
XII.1 Kesimpulan
1. Kebuntingan adalah serangkaian proses yang dimulai dari terjadinya fertilisasi dan
diakhiri dengan kelahiran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya
kebuntingan antaralain yaitu faktor umur induk, faktor fetus, faktor genetic, dan
factor lingkungan.
2. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada
usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas
30 hari.
3. Deteksi kebuntingan untuk mengetahui ternak tersebut bunting atau tidak setelah
dikawinkan. Deteksi kebuntingan bertujuan agar manajemen ternak yang diberikan
lebih ekonomis dan lebih efisien waktu.
DAFTAR PUSTAKA