Anda di halaman 1dari 42

i

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK

OLEH :
GALIH AJENG REGITA N.
D0A016090
KELOMPOK 7

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2018

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK

OLEH:
GALIH AJENG REGITA NUGRAHAENI
D0A016090
KELOMPOK 7

Diterima dan disetujui


Pada tanggal……………

Koordinator Asisten, Asisten Pendamping,

Muh. Mahardika Muh. Mahardika


NIM. D1E014077 NIM. D1E014077

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
III. METODE ........................................................................................................................ 7
3.1 Materi ........................................................................................................................... 7
3.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat.............................................................. 7
3.1.2 Pembuatan Tepung Hijauan, Konsentrat, Uji Fisik dan Pengenalan Alat .. 7
3.1.3 Pembuatan Jerami, Silase dan Evaluasi ........................................................... 7
3.1.4 Pembuatan Pellet dan Waffer ............................................................................ 8
3.2 Cara Kerja .................................................................................................................... 8
3.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat.............................................................. 8
3.2.2 Pembuatan Tepung Hijauan, Tepung Konsentrat, Uji Fisik dan Pengenalan
Alat 8
3.2.3 Pembuatan Jerami, Silase, dan Evaluasi .......................................................... 9
3.2.4 Pembuatan Pellet dan Waffer .......................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 12
4.1 Hasil ............................................................................................................................ 12
4.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat............................................................ 12
4.1.2 Pengenalan Alat dan Uji Fisik ......................... Error! Bookmark not defined.
4.1.3 Pembuatan Jerami Amoniasi, Silase, dan Evaluasi ...................................... 23

iii
iv

4.1.4 Pembuatan Pellet dan Waffer .......................................................................... 25


4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 26
4.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat............................................................ 26
4.2.2 Pembuatan Tepung Hijauan, Konsentrat, Pengenalan Alat, dan Uji Fisik 26
4.2.3 Pembuatan Jerami Amoniasi, Silase dan Evaluasi ....................................... 27
4.2.4 Pembuatan Pellet dan Waffer .......................................................................... 30
V. PENUTUP ..................................................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 31
5.2 Saran ........................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 33

iv
v

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan .................................................................................... 14
Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat ............................................................................... 17
Tabel 3. Pengenalan Alat ............................................................................................ 22
Tabel 4. Uji Fisik ........................................................................................................ 23
Tabel 5. Jerami Amoniasi ........................................................................................... 23
Tabel 6. Evaluasi Silase .............................................................................................. 24
Tabel 7. Evaluasi Jerami Amoniasi............................................................................. 25
Tabel 8. Pembuatan Pellet........................................................................................... 25

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Silase ......................................................................................................... 29
Gambar 2. Jerami Amoniasi ........................................................................................ 29

vi
i

i
i

i
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai jenis tumbuhan mulai dari hijauan segar seperti rerumputan


(graminae) dapat hidup didaerah tropis seperti Indonesia. Belum lagi limbah
pertanian yang jika dimanfaatan dengan baik dapat membantu membantu proses
pemberian pakan ternak dalam menganggulangi musim kemarau yang datang setahun
sekali di Indonesia. Bahan pakan ternak merupakan bahan yang sudah dapat dimakan,
dicerna dan digunakan oleh ternak itu sendiri. Ada beberapa macam jenis pakan,
seperti bahan pakan atau sering disebut dengan hijauan dan ada juga yang berasal dari
hewan dan campuran berbagai macam jenis bahan pakan atau lebih dikenal dengan
konsentrat.
Nomenklatur atau pemberian nama bahan pakan mempunyai maksud untuk
mengoreksi ketidaktepatan dalam pemberian nama bahan pakan, selain itu juga untuk
menyatukan nama bahan pakan secara internasional karena diduga setiap daerah atau
Negara mempunyai beragam sebutan untuk suatu bahan pakan yang sama.
Nomenklatur juga perlu diketahui untuk mengidentifikasi suatu bahan pakan.
Mengidentifikasi berarti dapat mengetahui secara rinci dari bahan pakan tersebut.
Laboratorium adalah suatu tempat untuk melakukan percobaan baik untuk
mahasiswa maupun dosen. Alat kimia merupakan benda yang digunakan dalam
kegiatan di laboratorium yang dapat digunakan berulang-ulang. Macam alat kimia
meliputi peralatan dasar dan peralatan pendukung. Alat-alat yang digunakan untuk
analisis kimia terbuat dari bahan yang bermacam-macam. Sebagian besar alat-alat
kimia terbuat dari gelas. Alat-alat kimia harus berkualitas baik, tahan panas, dan
tahan korosi atau kawat. Selain terbuat dari gelas, alat-alat kimia juga ada yang
terbuat dari porselin, logam, dan juga karet.
Bahan pakan selain memiliki kandungan-kandungan yang beraneka ragam juga
memiliki karakteristik yang berbeda. Maka dari itu perlu sekiranya analisis terkait hal
tersebut. Analisis disini berarti bukan hanya menemukan zat nutrisi yang baik bagi

1
2

hewan ternak, namun juga kadar nutrisi yang nantinya merugikan bagi ternak itu
sendiri.

1.2 Waktu dan Tempat


Praktikum “Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat” dilaksanakan pada hari
Jumat, 23 Maret 2018 pukul 07.30-09.00 untuk shift pertama, bertempat di
Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Jenderal Soedirman.
Praktikum “Uji Fisik dan Pengenalan Alat” dilaksanakan pada hari Jumat, 30
Maret 2018 pukul 08.30-11.00 untuk shift kedua, bertempat di Laboratorium Ilmu
Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.
Praktikum “Pembuatan Silase dan Jerami Amoniasi” dilaksanakan pada hari
Jumat, 6 April 2018 pukul 09.00-selesai untuk shift kedua, bertempat di Green
House, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman
Pembuatan Wafer, Complete Feed dan Pellet” dilaksanakan pada hari Minggu,
04 Mei 2018 pukul 10.30-selesai untuk shift kedua, bertempat di Green House,
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman

2
3

II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan
1. Memahami penamaan berbagai macam bahan pakan ternak.
2. Mengenal alat-alat yang ada di laboratorium dan mengetahui kegunaannya.
3. Mengetahui cara membuat jerami amoniasi dan silase
4. Mengetahui cara membuat Wafer dan Pellet

2.2. Manfaat
1. Praktikan dapat memanfaatkan tanaman dan limbah pertanian di sekitar sebagai
bahan pakan tenak.
2. Mengetahui nomenklatur bahan pakan beserta pengelompokan dan kandungan
nutriennya.
3. Mengetahui alat yang digunakan dalam berbagai analisis bahan pakan.
4. Memahami pengujian secara fisik.
5. Praktikan dapat mengetahui jumlah kadar air, bahan kering, kadar abu, bahan
organic, lemak kasar, protein kasar dan serat kasar pada suatu bahan pakan.

3
4

III. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat serta dapat
digolongkan kedalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvesional dan bahan
pakan inkonvesional. bahan pakan konvesional adalah bahan pakan yang lazim
digunakan bahan pakan ternak, seperti hijauan, leguminosa, butiran dan feed
addictive, sedangkan bahan pakan inkonvesional adalah bahan pakan yang tidak
lazim diberikan pada ternak, seperti limbah industri kue dan roti, bulu darah dan kulit
nanas (Tillman, 1993)
Sering perkembangan zaman yang semakin modern banyak produk
sampingan dan bahan makanan manusia dapat digunakan untuk bahan pakan ternak.
Sehingga apabila tidak diberikan pedoman dalam pemberian nama bahan pakan,
maka dapat menimbulkan keraguan. Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk
pencirian atau tatanama bahan pakan. Setiap ciri atau nama internasional dari suatu
bahan pakan ditentukan dengan menggunakan pedoman pencirian dari satu tau lebih
dari enam fase (Sutardi, 2012)
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tata nama bahan
pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan.
Setiap pemberian tata nama bahan pakan terdiri dari enam segi atau faset (Prasetyo,
2002). Menurut Jaelani (2007), sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang penting untuk
diketahui. Keefisienan suatu penanganan, pengolahan, dan penyimpnan, dalam
industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai
nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan
penanganan bahan pakan dapat dihindari.
Pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok hewan memerlukan zat
gizi. Makanan ternak berisi zat gizi. Fungsi-fungsi zat gizi memungkinkan bahan
pakan digunakan dalam penyusunan ransum secara sederhana (Jaelani, 2007).
Berdasarkan ukuran dan berat partikel. Partikel mempunyai daya ambang besar akan
lebih dahulu terhisap, sehingga bahan dengan daya ambang kecil akan jatuh lebih
cepat dan cenderung bertumpuk pada bagian bawah (Khalil, 1999 dalam Putri, 2010).

4
5

Menurut Khalil (1997) Sudut Tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh
bahan pakan yang diarahkan pada bidang datar.Sudut tumpukan merupakan kriteria
kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan. Semakin tinggi
tumpukan, kebebasan bergerak suatu partikel semakin berkurang. Sudut tumpukan
berfungsi dalam pembentukan kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi
pengangkutan secara mekanik.
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku
yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami
lainnya, dengan jumlah kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan ke
dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut “silo”
selama 30 hari. Jerami padi adalah bagian batang tubuh tanaman padi yang telah
dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan
bagian yang tertinggal setelah disabit (Komar, 2007).
Saat pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama: hijauan yang
cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman jerami, tongkol gandum, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Kedua : penambahan zat aditif untuk
meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure ayam
dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau
karbohidrat pada material pakan.
Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga : kadar air yang tinggi berpengaruh dalam
pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan
akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang
rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang
tinggi terhadap kebakaran (Murni,2008)
Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan
dipanaskan dalam oven pada temperature 105o C. pemanasan berjalan hingga sampel
sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel makanan
ddisebut “sampel bahan kering” dan pengurangannya dengan sampel makanan
disebut persen air atau kadar airnya (Tilman, 1989). Dari sampel bahan kering tadi

5
6

lalu diekstraksi dengan dietil eter selama beberapa jam, maka bahan yang didapat
adalah lemak, dan eter akan menguap. Setelah fase kedua dilalui, selanjutnya sampel
dianalisis dengan alat Kjedahl. Analisis ini menggunakan asam sulfat dengan suatu
katalisator dan pemanasan.

6
7

IV. MATERI DAN CARA KERJA

4.1 Materi

4.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat


Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai Nomenklatur Hijauan dan
Konsentrat yaitu Rumput gajah, Rumput raja, Rumput benggala, Jagung, Daun
nangka, Setaria Ancep, Setaria lampung, Daun pisang, Jerami padi, Daun murbey,
Daun rami, Daun waru, Daun kaliandra, Daun papaya, Daun lamtoro, Daun gamal,
Daun dadap, Daun singkong.
Bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai Nomenklatur konsentrat
yaitu Full Fat, SBM, Tepung jagung, Jagung giling, Urea, Tepung udang, Bungkil
kelapa, Onggok, CGF, CGM, Tepung Ikan, Tepung limbah soun, MBM, Millet,
Tepung cangkang telur, Tepung kapur, Molase, EM4.
4.1.2 Uji Fisik dan Pengenalan Alat
Praktikum uji fisik dan pengenalan alat, alat-alat yang digunakan adalah oven,
timbangan, palu, alat penggiling, stopwatch, nampan, penggaris, alat tulis, gelas ukur,
kertas arsir 1 𝑐𝑚2 , corong dan alat uji sudut tumpukan, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, erlenmeyer, becker glass, gelas ukur, cawan porselin, labu seukuran, labu
didih dan soxhlet, penjepit, cawan petri, corong, pengaduk, scapula, pipet tetes, pipet
seukuran, filler, inkubator, oven, water bath, condenser, statif, buret, desikator, bomb
calori meter, timbangan ohaus, destructor, seperangkat alat destilasi, soxhlet, pompa
vakum, dan tanur. Praktikum pembuatan tepung hijauan, tepung konsentrat dan uji
fisik bahan-bahan yang digunakan adalah kulit ari kacang hijau, tepung daun bunga
sepatu.
4.1.3 Pembuatan Jerami Tebu, Silase dan Evaluasi
Praktikum pembuatan, evaluasi silase dan amoniasi jerami bahan-bahan yang
digunakan adalah hijauan (rumput gajah), jerami tebu dan molases.
Praktikum pembuatan, evaluasi silase dan amoniasi jerami alat alat yang
digunakan adalah kantong plastik, tali pengikat, timbangan, PH meter, toples,
gunting, baskom/nampan, saringan, hardness, penghancur Pellet.

7
8

4.1.4 Pembuatan Pellet dan Waffer


Alat yang digunakan dalam pembuatan Pellet dan wafer adalah penggiling dan
Oven. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Pellet yaitu bahan yang sudah diolah
dalam Complete Feed dan bahan yang digunakan dalam pembuatan Wafer adalah
jerami, konsentrat dan air secukupnya.

4.2 Cara Kerja


4.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat

Sediakan bahan pakan

Nama umum dan nama ilimiah hijauan dicatat

Bahan pakan diambil gambarnya

Bahan pakan diamati, bentuk, warna dan tekstur serta kandungan gizinya

Hasil pengamatan dicatat

4.2.2 Uji Fisik dan Pengenalan Alat


1. Uji Sudut Tumpukan

Bahan dan alat disiapkan

Bahan ditimbang sebanyak 200 gr


Bahan dituang melalui corong

Diameterdan tingga bahan diukur

Dicatat dan dihitung sudut tumpukannya dengan rumus: Tgα = 2t/d

8
9

2. Uji Berat Jenis

Gelas ukur ditimbang

Bahan pakan dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 ml

Gelas ukur yang berisi sampel ditimbang

Dihitung berat jenis sampel tersebut dengan rumus:


(berat gelas ukur berisi sampel)− (berat gelas ukur)
BJ =
Volume

3. Pengenalan Alat

Siapkan alat

Alat-alat diamati dan dicacat fungsinya

Diambil gambarnya

Dicatat nama dan fungsinya

4.2.3 Pembuatan Jerami, Silase, dan Evaluasi


1. Pembuatan Silase

Hijauan disiapkan dan dicacah

Dicampur sumber karbohidrat

Simpan pada silo/plastik hampa udara (21 Hari)

9
10

2. Pembuatan Jerami

Jerami Padi disiapkan

Diberi urea sebanyak 2-4% dari berat bahan kering jerami

Dicampur secara merata

Disimpan dalam plastik selama 14 hari

3. Evaluasi Jerami Amoniasi

Amoniasi jerami disiapkan lalu dibuka

Amoniasi jerami diamati: aroma,warna,adanya jamur atau tidak dan tekstur

Amoniasi jerami diberi penilaian

4. Evaluasi Silase

Silase disiapkan lalu dibuka

Silase diamati kualitasnya meliputi aroma,rasa,warna dan tektur

Silase diberi penilaian

4.2.4 Pembuatan Pellet dan Wafer


1. Pembuatan Pellet

Formula pakan yang akan dibuat digiling halus

Bahan baku ditimbang sesuai formula

10
11

Steam campuran pakan sampai gel keluar

Dimasukan kedalam alat pencetak Pellet/feed block

2. Pembuatan Waffer

Jerami amoniasi yang dipotong kecil ditimbang sebanyak 300gr

Ditimbang konsentrat sebanyak 700gr

Semua bahan dicampur sambil diaduk berurutan dari yang berat

Diaduk rata,dicampur air 250 ml,dikukus 30 menit

Dipress menggunakan alat pengepresan

11
12

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat
1. Nomenklatur Hijauan
Nama bahan Bagian Proses Tingkat Defoliasi Sumber & Gambar
(Nama Kedewasaan Grade
Ilmiah)
Rumput raja Aerial Segar Dewasa 40-60 Energi
(Pennisetum hari PK:12,47%
purpuroides) SK:30,47%
Rumput gajah Aerial Segar Dewasa 40-60 Energi
(Pennisetum hari PK:12,52%
purpureum) SK:32%
Rumput Aerial Segar Muda-tua - Energi
benggala PK:49%
(Pannicum SK:40%
maximum)
Setaria ancep Aerial Segar Dewasa - Energi
(Setaria PK:5,2%
spachelata) SK:39,5%

Setaria Aerial Segar Dewasa - Energi


lampung PK:6-7%
(Setaria SK:42%
splendida) BETN:36,1%
Padi Aerial Dikerin Tua 100 hari Energi
(Oryza gkan – PK:3,7%
sativa) diamoni SK:35,9%
asi

12
13

Daun nangka Daun Segar Muda - Energi


(Artocarpus PK:5%
integra) SK:16%

Daun jagung Daun Segar Tua 100 hari Energi


(Zea mays) SK:5-17%
PK:56%

Daun papaya Daun Dilayuk Muda - Energi


(Carica an PK:20,88%
papaya) Ca:0,99%

Daun pisang Daun Dilayuk Muda - Energi


(Morus an PK:16,6%
indica L.) SK:23%

Daun dadap Daun Segar Dewasa - Energi


(Eritrina PK:24%
lithospermae) SK:12-14%

Daun waru Daun Segar Dewasa - Energi


(Hibiscus PK:7%
tileateus) SK:16-17%

Daun rami Daun Segar Dewasa - Energi


(Boehmeria PK:22-24%
nivea)

13
14

Daun murbei Daun Segar Dewasa - Energi


(Morus PK:8-12%
indica L.) SK:10-13%

Daun gamal Daun Segar Dewasa - Protein


(Glirisidiav PK:25,7%
maculate) SK:13,3%
Daun Daun Dilayuk Dewasa - Protein
lamptoro an PK:28,6%
(Leucaena SK:14,6%
glauca)
Daun Daun Dilayuk Dewasa - Protein
kaliandra an PK:22,4%
Calliandra
callothirsus
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan

2. Nomenklatur Konsentrat
No Nama Asal Bagian Proses Sumber & Gambar
. Bahan Grade
1. Bungkil Cocos Daging kelapa Dikeringkan, Protein
Kelapa nucifera digiling, dipres, PK: 8,8%
SK: 6%

2. Tepung Animal Ikan utuh Dikeringkan Protein


Ikan dan digiling PK:50%
halus SK: 2%

14
15

3. Bungkil Glycine Biji Dikeringkan, Protein


kedelai max digiling, dipres PK:44,6%
SK:4,4%

4. Tepung Crustacea Udang utuh Dikeringkan, Protein


Udang e spp. digiling PK:45,29%
SK:17,69%

5. Corn Zea mays Biji Dikeringkan, Protein


Gluten digiling, dipres PK:10%
Feed SK:2,6%
(CGF)

6. Corn Zea mays Biji+menir Dikeringkan, Protein


Gluten digiling, dipres PK:10,3%
Meal SK:2,5%
(CGM)

7. Tepung Gallus sp. Kerabang telur Digiling Mineral


Cangkan PK:5,6%
g Telur SK:8,47%
Ayam Ca:19,2%
P:0,39%
8. CuSO4 Batuan Batu CuSO4 Digiling Mineral
CuSO4 Cu:18%

15
16

9. Urea - - - Feed aditif


N:46%

10 Tepung Animal Kepala udang Dikeringkan, Mineral


. Kepala digiling Ca:7,05%
Udang

11 Tepung Animal Cangkang udang Dikeringkan, Mineral


. Cangkan digiling Ca:85%
g udang

12 Tepung Batuan Batu Dihancurkan, Mineral


. Kapur dihaluskan Ca:38,4%

13 Pollard Tritium Kulit Dikeringkan, Energi


. sativum digiling PK:16,1%
SK:6,6%

16
17

14 Tepung Zea mays Biji Dipipilin, Energi


. Jagung dikeringkan, PK:11,3%
digiling SK:5%

15 Milet Echinochl Biji milet Dipipil Energi


. oa PK:9,5%
frumentac SK:31,7%
ea L.

16 Dedak Oryza Kulit Dikeringkan, Energi


. sativa digiling PK:9,9%
SK:19,8%

17 Onggok Manihot Daging Digiling, dipres, Energi


. utillisima dikeringkan SK:12,8%
PK:2%

18 Tepung Daging Digiling, dipres, Energi


. Limbah dikeringkan SK:3,7%
Soun PK:4,6%

19 Molasses Saccharu Limbah tetes Dipres, disaring Energi


. m tebu SK:10%
officinale PK:5,4%

Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat

17
18

5.1.2 Pengenalan Alat, dan Uji Fisik


1. Pengenalan Alat

No. Nama Alat Fungsi Gambar


1. Biuret dan statis Menitrasi

2. Oven Memanaskan

3. Pompa vacuum Menyedot pada saat perlakuan


serat kasar

4. Destilator Mendestilasi

5. Destruktor Mendestruksi

18
19

6. Waterbath Memanaskan dan merefluk

7. Neraca ohaus Menimbang sampel

8. Kondensor Mendinginkan

9. Timbangan Menimbang sampel dengan


analitik ketelitian tinggi

10. Kompor listrik Memanaskan

11. Oven Menguapkan kadar air

12. Tanur Mengabukan dengan suhu 600oC

19
20

13. Filler Menyedot larutan dengan pipet

14. Filler roll Menghisap dan mengeluarkan


sampel

15. Pipet seukuran Mengambil larutan dengan volume


tertentu sesuai dengan pipet

16. Spatula Mengambil sampel

17. Tang penjepit Menjepit alat

18. Pipet biasa Mengambil larutan

20
21

19. Labu djedahl Analisis protein kasar

20. Gelas ukur Mengukur volume larutan

21. Becker glass Menampung larutan

22. Cawan Porselen Tempat menyimpan sampel

23. Labu soxhlet Ekstraksi lemak kasar

21
22

24. Labu didih Mendidihkan larutan

25. Labu Menampung larutan


Erlenmeyer

26. Corong butchner Menyaring

27. Bom calorimeter Membakar sampel pada analisis


GE

28. Desikator Menstabilkan suhu

Tabel 3. Pengenalan Alat

22
23

2. Uji Fisik

No Nama Bahan BJ STL DA (m/s) LPS (cm/g)


1. Tepung Cangkang Telur 0,92 16,64 0,41 0,287
2. Tep. Rumput Raja 0,04 25,17 0,16 0,287
3. Tep. Kulit Singkong 0,36 36,86 0,48 0,477
Tabel 4. Uji Fisik

5.1.3 Pembuatan Jerami Tebu Amoniasi, Silase, dan Evaluasi


1. Pengamatan Jerami Tebu Amoniasi

No Hari Karakteristik Gambar

1 4 Warna = Putih kemerahan


Bau = Tidak Ada
Jamur = Tidak Ada

2 7 Warna = Kuning Kecoklatan


Bau = Agak Asam
Jamur = Tidak Ada

3 14 Warna = Kuning Kecoklatan


Bau = Asam
Jamur = Tidak Ada

4 21 Warna = Kuning Kecoklatan


Bau = Asam
Jamur = Sedikit

Tabel 5. Jerami Amoniasi

23
24

2. Pengamatan Silase

No Hari Karakteristik Gambar

1 4 Warna = Hijau alami


Bau = Tidak ada
Jamur = Tidak ada

2 7 Warna = Hijau agak kekuningan


Bau = Agak keasaman
Jamur = Tidak ada

3 14 Warna = Hijau kekuningan


Bau = Asam
Jamur = Tidak ada

4 21 Warna = Hijau gelap/kuning


kecoklatan
Bau = Asam
Jamur = Sedikit

3. Evaluasi Silase
NO Karakreristik Faridatul Wiji Arif Sendi Rata2
Wijaksono Irwansyah
1. Warna 2 3 3 2 2

2. Bau 2 3 3 3 3

3. Tekstur 3 3 3 3 3

4. Jamur 2 2 2 2 2

Tabel 6. Evaluasi Silase

Keterangan :
Penilaian hasil silase ini berdasarkan beberapa beberapa indicator yaitu warna
(poin 3 = Hijau alami atau hijau kuningan, poin 2 = Hijau gelap atau kuning

24
25

kecoklatan, poin 1 = coklat sampai hitam), bau (poin 3 = asam, poin 2 = tidak asam
atau tidak busuk, poin 1 = busuk), tekstur (poin 3 = padat, poin 2 = agak lembek, 1 =
lembek), jamur 9 poin 3 = tidak ada atau sedikit, poin 2 = cukup, poin 1 = banyak)
4. Evaluasi Jerami Tebu Amoniasi
NO Karakteristik Penilaian
1. Warna Kuning kecoklatan
2. Bau Asam
3. Tekstur Padat
4. Jamur Tidak ada/ sedikit
Tabel 7. Evaluasi Jerami Amoniasi

5.1.4 Pembuatan Pellet dan Wafer


1. Pembuatan Pellet

Bahan Jumlah (gram)


Tp. Ketela rambat 200
Dedak 200
Tp. Kulit Nopia 100
Tp. Kulit singkong 300
Molasses 25
Tp. Kanji 200
Tp. Cangkang Telur 25
Tp. Visera Ikan 150
Tabel 8. Pembuatan Pellet
2. Wafer
Proses pembuatan wafer dengan menambahkan air 300 mL ke dalam 700 gram
konsentrat. Kemudian di-steam selama ± 30 menit hingga mengeluarkan gel. Setelah
itu, susun tumpukan di alat press dengan susunan susun tumpukan konsentrat – silase
– konsentrat hingga bahan-bahannya habis. Lalu press susunan tersebut
menggunakan alat press pembuat wafer pakan ternak. Kemudian, keluarkan dan
jemur wafer yang telah tercetak.

25
26

5.2 Pembahasan
5.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat
Pemberian nama (nomenklatur) bahan pakan internasional untuk mengulangi
ketidaktepatan dalam pemberian nama bahan pakan. Pemberian nama setiap bahan
pakan setepat dan selengkap mungkin sehingga dihindari adanya duplikasi nama yang
ditentukan oleh enam faset yaitu asal mula, bagian, proses, tingkat kedewasaan,
defoliasi dan grade atau tanggungan (Sutardi, 2003). Hijauan pakan merupakan
bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Porsi hijauan pakan dalam ransum ruminansia mencapai 40 – 80 % dari total bahan
kering ransum atau sekitar 1.5 – 3 % dari bobot hidup ternak (Abdullah, 2010).
Beberapa bahan pakan yang dianalisis nomenklaturnya berasal dari berbagai
jenis seperti rerumputan (graminae) dan leguminosa (kacang-kacangan). Hal ini
sependapat dengan pernyataan dari Tuti (2009) yang menyatakan bahan pakan
hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dan dimakan ternak tanpa
mengganggu kesehatan ternak. Secara garis besar bahan pakan hijauan digolongkan
kedalam lima kelompok bahan pakan, yaitu graminae (rumput-rumputan),
cyperaceae (teki-tekian), leguminosa (kacang-kacangan), browse (ramban) dan
limbah pertanian.
Hijauan banyak jenis-jenisnya, untuk membedakannya maka diperlukan
pemberian nama pada bahan pakan hijauan tersebut. Salah satu tanaman hijauan yaitu
lamtoro. Lamtoro meruapakan leguminosa yang berasal dari Meksiko. Tanaman ini
berkembang biak pada dataran dengan ketinggian 700-1200 m pertahun, serta suhu
20-30’c. Tanaman ini merupakan sumber protein dimana pada daun lamtoro terdapat
asam amino esensial lisin yang sangat tinggi (Trisnatasari, 2007)

5.2.2 Pengenalan Alat, dan Uji Fisik


Pengenalan alat dan nomenklatur bahan pakan merupakan hal yang paling
mendasar sebelum melakukan analisis kimia terhadap pakan . Pengenalan alat dan
pengetahuan cara pemakaian harus dipahami agar diperoleh hasil yang tepat. Cara
pokok dalam perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium agar

26
27

memperoleh hasil analisa yang benar, antara lain dilakukan pengenalan mengenai
alat-alat laboratorium dan cara penggunanannya (Sudarmadji, 2007)
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan
dilaboratorium yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Contoh alat
laboratorium yaitu : thermometer, tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur,
dan lainnya. Alat tersebut mudah terbakar apabila tidak berhati-hati dalam
penggunannya (Widhy, 2009).
Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diketahui.
Sifat fisik digunakan untuk proses penanganan, pengolahan, dan penyimpanan.
Indrustri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan
nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat
kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari. Pengetahuan sifat fisik dan
termal butiran penting dalam masalah panas dan pemindahan masa bahan, termasuk
penyimpanan butiran, pengeringan, aerosi, pendinginan, dan pengolahan. Sifat fisik
bahan pakan tergantung dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya
ada enam sifat fisik pakan yang penting yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan dan tumpukan, sudut tumpukan, daya ambang dan faktor
higroskopis (Jaelani dan Firahmi, 2007).
Sifat fisik (keambanan, daya serap air, dan kelarutan) sangat erat
hubungannya dengan fermentabilitas bahan pakan tersebut didalam rumen.
Keambanan merupakan sifat dimiliki pakan berserat. Ternak yang mengkonsumsi
ransum dengan keambanan tinggi akan cepat merasa kenyang. Kebutuhan nutrisinya
belum dapat tercukupi atau terpenuhi secara optimal, karena hanya merasa kenyang
saja (Siregar, 2005).
5.2.3 Pembuatan Jerami Tebu Amoniasi, Silase dan Evaluasi
Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian atau
bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat
kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi kedap
udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase. Tempat
penyimpanannya disebut silo. Silo bisa berbentuk horizontal ataupun vertikal. Silo

27
28

yang digunakan pada peternakan skala besar adalah silo yang permanen, bisa
berbahan logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam beton). Silo
juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik. Prinsipnya, silo memungkinkan
untuk memberikan kondisi anaerob pada bahan agar terjadi proses fermentasi. Bahan
untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian-bagian lain dari tumbuhan
yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan lain-lain. Kadar air bahan yang optimal untuk dibuat
silase adalah 65-75% . Kadar air tinggi menyebabkan pembusukan dan kadar air
terlalu rendah sering menyebabkan terbentuknya jamur. Kadar air yang rendah juga
meningkatkan suhu silo dan meningkatkan resiko kebakaran (Heinritz, 2011).
Teknologi silase adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan
menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak
karena rasanya relatif manis. Silase merupakan proses mempertahankan kesegaran
bahan pakan dengan kandungan bahan kering 30 – 35% dan proses ensilase ini
biasanya dalam silo atau dalam lobang tanah, atau wadah lain yang prinsifnya harus
pada kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba anaerob dapat melakukan reaksi
fermentasi. Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan kandungan
nutrien yang dapat diawetkan. Selain bahan kering, kandunganm gula bahan juga
merupakan faktor penting bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat selama
proses fermentasi (Khan et al., 2004).
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya,
dengan jumlah kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan ke dalam
sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut “silo” selama 30
hari. Silase dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan dengan kandungan uap air
yang tinggi. Pembuatan silase tidak tergantung kepada musim jika dibandingkan
dengan pembuatan hay yang tergantung pada musim (Sapienza dan Bolsen, 1993).

28
29

Gambar 1. Silase

Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau yang khahs amonia, berwarna
kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering.
Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak berjamur atau
menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8 (Sumarsih,
2003). Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relative mahal, selain harganya
relatif mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum
(minimum 10 bar). Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain sederhana
cara pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan mudah dikerjakan
dibanding dengan NaOH, cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin khususnya
pada jerami, meningkatkan kandungan protein kasar dan tidak menimbulkan polusi
dalam tanah (Siregar, 1996).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3,
ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi, sehingga
fungsi urea ialah tidak sebagai penambah nutrisi pakan melainkan berfungsi sebagai
katalisator dalam proses fermentasi (Zaman dan Sutrisno, 2010).

Gambar 2. Jerami Tebu Amoniasi

Setelah dilakukan uji fisik silase dengan masing-masing perlakuan, diperoleh


hasil secara keseluruhan silase dalam keadaan baik. Uji fisik yang dilakukan
diantaranya uji aroma/bau, warna, dan tekstur. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengujian yang sesuai dengan standar silase yang baik, yaitu bau asam seggar, warna
masih hijau kekuningan, tekstur hijauan remah, tidak berjamur (Aksi, 1983).Silase
yang dihasilkan dilihat dari warna, bau, dan rasa sudah menunjukkan bahwa silase
yang dihasilkakan sudah memenuhi syarat silase yang baik.

29
30

Kartadisastra(2004), menambahkan bahwa silase yang baik mempunyai tekstur


segar, berwarna kehijau-hijauan dan tidak menggumpal. Tetapi silase yang dihasilkan
sedikit berjamur pada bagian permukaan silase. Hal ini disebabkan karena tidak
kuatnya ikatan atau masih memungkinkan udara masuk. Sehingga perlu diperhatikan
pada saat mengikat atau menutup silase harus benar-benar dipastikan bahwa udara
tidak masuk sehingga tercipta suasana yang benar-benar hampa udara.
5.2.4 Pembuatan Pellet dan Wafer
Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari
bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan
pakan. Menurut Iwan (2009) Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dgipadatkan
sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi
sifat keambaan pakan. Keuntungan pakan bentuk Pellet adalah meningkatkan
konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi metabolis pakan,
membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer,
memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan
dan mencegah oksidasi vitamin.
Menjelaskan lebih lanjut keuntungan pakan bentuk Pellet adalah 1).
meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat
penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian
pakan; 2). densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi
pakan yang tercecer; 3). mencegah de-mixing yaitu peruraian kembali komponen
penyusun Pellet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar. Proses
pengolahan Pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu pengolahan pendahuluan, pembuatan
Pellet dan perlakuan akhir.
Menurut Retrani dkk (2009), wafer adalah pakan sumber seratalami yang
dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan
sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama. Keuntungan
wafer menurut Basymeleh (2009), adalah : (1) kualitas nutrisi lengkap (wafer ransum
komplit), (2) mempunyai bahan baku tidak saja dari hijauan makanan ternak seperti
rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau

30
31

limbah pabrik pangan, (3) tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai
kadar air kurang dari 14%, (4) ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya
yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan
pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan pada saat
hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah, (5) memudahkan
dalam penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam
penyimpanan dan transportasi.

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
a. Hijauauan memiliki 4 sumber yaitu graminae, cyperaceae, leguminosa dan
ramban. Biasanya untuk jenis graminae diambil bagian aerialnya, dan untuk
leguminosa diambil bagian daunnya.

31
32

b. Alat-alat yang digunakan adalah oven, desikator, destruktor, kjedahl, kondensor,


soxhlet, waterbath, timbangan, tanur, dll
c. Pembuatan silase memiliki beberapa tahapan, yaitu pengeringan bahan pakan,
penimbangan, formulasi bahan pakan dan pencampuran
d. Proses pembuatan Pellet mengalami beberapa proses, yaitu pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan
(cooling)

6.2 Saran
Asisten harus terus mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung agar
praktikan mengerti dan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum,
hendaknya semua praktikan harus lebih teliti, guna hasil yang akurat.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

Hartati dan Jaelani. 2002. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung beberapa
Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schoot). Jurnal Natur
Indonesia. Vol 6 (1) : 29 -33.
Higroskopis. Media Peternakan. 22(1): 33-41.

Iwan. 2009. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum. Jakarta: Dwi Pustaka.

Jaelani, Achmad dan Noordiansyah Firahmi. 2007. Kualitas Sifat Fisik dan

Jaelani, Achmad dan Noordiansyah Firahmi. 2007. Kualitas Sifat Fisik dan
Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari Berbagai Proses
pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Jurnal Al’Ulum. Vol 33 (3) : 1 -7.
Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari berbagai proses

Khalil. 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Sifat Fisik

Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan
lokal : sudut tumpukan, daya ambang, faktor higroskopis. Media
Peternakan. 22 (1) : 33-41.

Khalil.1997. Pengolahan Sumber Daya Bahan makanan Ternak. Bahan Kuliah

Komar, M. 2007. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas


Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Murni. 2008. Teknik Analisis Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi Energi
pada Ternak.Jurusan Pendidikan Biologii, FPMPA UPI: Bandung.
Pakan Lokal : Sudut Tumpukan, Daya Ambang, Faktor Pasca Sarjana.
IPB : Bogor pengolahan Crode Palm Oil (CPO). Jurnal Al’ulum. Vol
33 (3): 1-

Putri. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan
lokal : sudut tumpukan, daya ambang, faktor higroskopis. Media
Peternakan. 22 (1) : 33-41.

Rasyaf, M.1 Tillman. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Retnani, Yuli, Dimar Wigati, dan Abdul Djamil Harjmy. 2011. Uji Fisik Ransum

33
34

Siregar, Fahmi. 2005. Pengembangan Bioreaktor enzimatik untuk Produksi Asam


lemak dari Hasil Samping Penggilingan Padi Secara Insito. Seminar
Nasional.

Sudarmadji. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar

Sumarsih, Tyas, dkk. 2003. Eksterifikasi Asam Lemak Bebeas Dalam Minyak
Jelantah Menggunakan Katalis H-2SM-5 Mesopori Dengan Variasi
Waktu Aging. Surabaya: Intitus Teknologi Sepuluh Nopember.

Sutardi, Tri Rahardjo, dkk. 2012. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.

Sutardii, Slamet dan Bayu. 2003. Analisis Bahan Makanan dan


Pertanian.Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Tillman, A. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fapet UGM Press: Yogyakarta.
Tim Penyusun Buku Fisika. 2008.Fisika. IPB:Bogor.

Titi, Siti, Eny Yulianti, dan A. Ghanaim Fasya. 2009. Penurunan Angka Peroksida
dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleoching Minyak
Goreng bekas oleh karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moringo
olietera)dengan Aktivitas NaCl. Jurnal Alchemi. Vol 1 (2) : 53 – 103.

Trisnatasari, R.2007..Ilmu Makanan Ternak Umum.Yogyakarta: Gramedia.


Universitas Pangan dan Gizi UGM Liberty: Yogyakarta.

Widhy, Purnawati. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium.Yogyakarta :


FMIPA UNY.
XII (3): 93.

34

Anda mungkin juga menyukai