OLEH :
GALIH AJENG REGITA N.
D0A016090
KELOMPOK 7
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
OLEH:
GALIH AJENG REGITA NUGRAHAENI
D0A016090
KELOMPOK 7
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
III. METODE ........................................................................................................................ 7
3.1 Materi ........................................................................................................................... 7
3.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat.............................................................. 7
3.1.2 Pembuatan Tepung Hijauan, Konsentrat, Uji Fisik dan Pengenalan Alat .. 7
3.1.3 Pembuatan Jerami, Silase dan Evaluasi ........................................................... 7
3.1.4 Pembuatan Pellet dan Waffer ............................................................................ 8
3.2 Cara Kerja .................................................................................................................... 8
3.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat.............................................................. 8
3.2.2 Pembuatan Tepung Hijauan, Tepung Konsentrat, Uji Fisik dan Pengenalan
Alat 8
3.2.3 Pembuatan Jerami, Silase, dan Evaluasi .......................................................... 9
3.2.4 Pembuatan Pellet dan Waffer .......................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 12
4.1 Hasil ............................................................................................................................ 12
4.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat............................................................ 12
4.1.2 Pengenalan Alat dan Uji Fisik ......................... Error! Bookmark not defined.
4.1.3 Pembuatan Jerami Amoniasi, Silase, dan Evaluasi ...................................... 23
iii
iv
iv
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan .................................................................................... 14
Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat ............................................................................... 17
Tabel 3. Pengenalan Alat ............................................................................................ 22
Tabel 4. Uji Fisik ........................................................................................................ 23
Tabel 5. Jerami Amoniasi ........................................................................................... 23
Tabel 6. Evaluasi Silase .............................................................................................. 24
Tabel 7. Evaluasi Jerami Amoniasi............................................................................. 25
Tabel 8. Pembuatan Pellet........................................................................................... 25
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Silase ......................................................................................................... 29
Gambar 2. Jerami Amoniasi ........................................................................................ 29
vi
i
i
i
i
1
I. PENDAHULUAN
1
2
hewan ternak, namun juga kadar nutrisi yang nantinya merugikan bagi ternak itu
sendiri.
2
3
2.1. Tujuan
1. Memahami penamaan berbagai macam bahan pakan ternak.
2. Mengenal alat-alat yang ada di laboratorium dan mengetahui kegunaannya.
3. Mengetahui cara membuat jerami amoniasi dan silase
4. Mengetahui cara membuat Wafer dan Pellet
2.2. Manfaat
1. Praktikan dapat memanfaatkan tanaman dan limbah pertanian di sekitar sebagai
bahan pakan tenak.
2. Mengetahui nomenklatur bahan pakan beserta pengelompokan dan kandungan
nutriennya.
3. Mengetahui alat yang digunakan dalam berbagai analisis bahan pakan.
4. Memahami pengujian secara fisik.
5. Praktikan dapat mengetahui jumlah kadar air, bahan kering, kadar abu, bahan
organic, lemak kasar, protein kasar dan serat kasar pada suatu bahan pakan.
3
4
Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat serta dapat
digolongkan kedalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvesional dan bahan
pakan inkonvesional. bahan pakan konvesional adalah bahan pakan yang lazim
digunakan bahan pakan ternak, seperti hijauan, leguminosa, butiran dan feed
addictive, sedangkan bahan pakan inkonvesional adalah bahan pakan yang tidak
lazim diberikan pada ternak, seperti limbah industri kue dan roti, bulu darah dan kulit
nanas (Tillman, 1993)
Sering perkembangan zaman yang semakin modern banyak produk
sampingan dan bahan makanan manusia dapat digunakan untuk bahan pakan ternak.
Sehingga apabila tidak diberikan pedoman dalam pemberian nama bahan pakan,
maka dapat menimbulkan keraguan. Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk
pencirian atau tatanama bahan pakan. Setiap ciri atau nama internasional dari suatu
bahan pakan ditentukan dengan menggunakan pedoman pencirian dari satu tau lebih
dari enam fase (Sutardi, 2012)
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tata nama bahan
pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan.
Setiap pemberian tata nama bahan pakan terdiri dari enam segi atau faset (Prasetyo,
2002). Menurut Jaelani (2007), sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang penting untuk
diketahui. Keefisienan suatu penanganan, pengolahan, dan penyimpnan, dalam
industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai
nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan
penanganan bahan pakan dapat dihindari.
Pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok hewan memerlukan zat
gizi. Makanan ternak berisi zat gizi. Fungsi-fungsi zat gizi memungkinkan bahan
pakan digunakan dalam penyusunan ransum secara sederhana (Jaelani, 2007).
Berdasarkan ukuran dan berat partikel. Partikel mempunyai daya ambang besar akan
lebih dahulu terhisap, sehingga bahan dengan daya ambang kecil akan jatuh lebih
cepat dan cenderung bertumpuk pada bagian bawah (Khalil, 1999 dalam Putri, 2010).
4
5
Menurut Khalil (1997) Sudut Tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh
bahan pakan yang diarahkan pada bidang datar.Sudut tumpukan merupakan kriteria
kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan. Semakin tinggi
tumpukan, kebebasan bergerak suatu partikel semakin berkurang. Sudut tumpukan
berfungsi dalam pembentukan kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi
pengangkutan secara mekanik.
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku
yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami
lainnya, dengan jumlah kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan ke
dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut “silo”
selama 30 hari. Jerami padi adalah bagian batang tubuh tanaman padi yang telah
dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan
bagian yang tertinggal setelah disabit (Komar, 2007).
Saat pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama: hijauan yang
cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman jerami, tongkol gandum, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Kedua : penambahan zat aditif untuk
meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure ayam
dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau
karbohidrat pada material pakan.
Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga : kadar air yang tinggi berpengaruh dalam
pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan
akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang
rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang
tinggi terhadap kebakaran (Murni,2008)
Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan
dipanaskan dalam oven pada temperature 105o C. pemanasan berjalan hingga sampel
sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel makanan
ddisebut “sampel bahan kering” dan pengurangannya dengan sampel makanan
disebut persen air atau kadar airnya (Tilman, 1989). Dari sampel bahan kering tadi
5
6
lalu diekstraksi dengan dietil eter selama beberapa jam, maka bahan yang didapat
adalah lemak, dan eter akan menguap. Setelah fase kedua dilalui, selanjutnya sampel
dianalisis dengan alat Kjedahl. Analisis ini menggunakan asam sulfat dengan suatu
katalisator dan pemanasan.
6
7
4.1 Materi
7
8
Bahan pakan diamati, bentuk, warna dan tekstur serta kandungan gizinya
8
9
3. Pengenalan Alat
Siapkan alat
Diambil gambarnya
9
10
2. Pembuatan Jerami
4. Evaluasi Silase
10
11
2. Pembuatan Waffer
11
12
5.1 Hasil
5.1.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat
1. Nomenklatur Hijauan
Nama bahan Bagian Proses Tingkat Defoliasi Sumber & Gambar
(Nama Kedewasaan Grade
Ilmiah)
Rumput raja Aerial Segar Dewasa 40-60 Energi
(Pennisetum hari PK:12,47%
purpuroides) SK:30,47%
Rumput gajah Aerial Segar Dewasa 40-60 Energi
(Pennisetum hari PK:12,52%
purpureum) SK:32%
Rumput Aerial Segar Muda-tua - Energi
benggala PK:49%
(Pannicum SK:40%
maximum)
Setaria ancep Aerial Segar Dewasa - Energi
(Setaria PK:5,2%
spachelata) SK:39,5%
12
13
13
14
2. Nomenklatur Konsentrat
No Nama Asal Bagian Proses Sumber & Gambar
. Bahan Grade
1. Bungkil Cocos Daging kelapa Dikeringkan, Protein
Kelapa nucifera digiling, dipres, PK: 8,8%
SK: 6%
14
15
15
16
16
17
17
18
2. Oven Memanaskan
4. Destilator Mendestilasi
5. Destruktor Mendestruksi
18
19
8. Kondensor Mendinginkan
19
20
20
21
21
22
22
23
2. Uji Fisik
23
24
2. Pengamatan Silase
3. Evaluasi Silase
NO Karakreristik Faridatul Wiji Arif Sendi Rata2
Wijaksono Irwansyah
1. Warna 2 3 3 2 2
2. Bau 2 3 3 3 3
3. Tekstur 3 3 3 3 3
4. Jamur 2 2 2 2 2
Keterangan :
Penilaian hasil silase ini berdasarkan beberapa beberapa indicator yaitu warna
(poin 3 = Hijau alami atau hijau kuningan, poin 2 = Hijau gelap atau kuning
24
25
kecoklatan, poin 1 = coklat sampai hitam), bau (poin 3 = asam, poin 2 = tidak asam
atau tidak busuk, poin 1 = busuk), tekstur (poin 3 = padat, poin 2 = agak lembek, 1 =
lembek), jamur 9 poin 3 = tidak ada atau sedikit, poin 2 = cukup, poin 1 = banyak)
4. Evaluasi Jerami Tebu Amoniasi
NO Karakteristik Penilaian
1. Warna Kuning kecoklatan
2. Bau Asam
3. Tekstur Padat
4. Jamur Tidak ada/ sedikit
Tabel 7. Evaluasi Jerami Amoniasi
25
26
5.2 Pembahasan
5.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat
Pemberian nama (nomenklatur) bahan pakan internasional untuk mengulangi
ketidaktepatan dalam pemberian nama bahan pakan. Pemberian nama setiap bahan
pakan setepat dan selengkap mungkin sehingga dihindari adanya duplikasi nama yang
ditentukan oleh enam faset yaitu asal mula, bagian, proses, tingkat kedewasaan,
defoliasi dan grade atau tanggungan (Sutardi, 2003). Hijauan pakan merupakan
bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Porsi hijauan pakan dalam ransum ruminansia mencapai 40 – 80 % dari total bahan
kering ransum atau sekitar 1.5 – 3 % dari bobot hidup ternak (Abdullah, 2010).
Beberapa bahan pakan yang dianalisis nomenklaturnya berasal dari berbagai
jenis seperti rerumputan (graminae) dan leguminosa (kacang-kacangan). Hal ini
sependapat dengan pernyataan dari Tuti (2009) yang menyatakan bahan pakan
hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dan dimakan ternak tanpa
mengganggu kesehatan ternak. Secara garis besar bahan pakan hijauan digolongkan
kedalam lima kelompok bahan pakan, yaitu graminae (rumput-rumputan),
cyperaceae (teki-tekian), leguminosa (kacang-kacangan), browse (ramban) dan
limbah pertanian.
Hijauan banyak jenis-jenisnya, untuk membedakannya maka diperlukan
pemberian nama pada bahan pakan hijauan tersebut. Salah satu tanaman hijauan yaitu
lamtoro. Lamtoro meruapakan leguminosa yang berasal dari Meksiko. Tanaman ini
berkembang biak pada dataran dengan ketinggian 700-1200 m pertahun, serta suhu
20-30’c. Tanaman ini merupakan sumber protein dimana pada daun lamtoro terdapat
asam amino esensial lisin yang sangat tinggi (Trisnatasari, 2007)
26
27
memperoleh hasil analisa yang benar, antara lain dilakukan pengenalan mengenai
alat-alat laboratorium dan cara penggunanannya (Sudarmadji, 2007)
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan
dilaboratorium yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Contoh alat
laboratorium yaitu : thermometer, tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur,
dan lainnya. Alat tersebut mudah terbakar apabila tidak berhati-hati dalam
penggunannya (Widhy, 2009).
Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diketahui.
Sifat fisik digunakan untuk proses penanganan, pengolahan, dan penyimpanan.
Indrustri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan
nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat
kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari. Pengetahuan sifat fisik dan
termal butiran penting dalam masalah panas dan pemindahan masa bahan, termasuk
penyimpanan butiran, pengeringan, aerosi, pendinginan, dan pengolahan. Sifat fisik
bahan pakan tergantung dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya
ada enam sifat fisik pakan yang penting yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan dan tumpukan, sudut tumpukan, daya ambang dan faktor
higroskopis (Jaelani dan Firahmi, 2007).
Sifat fisik (keambanan, daya serap air, dan kelarutan) sangat erat
hubungannya dengan fermentabilitas bahan pakan tersebut didalam rumen.
Keambanan merupakan sifat dimiliki pakan berserat. Ternak yang mengkonsumsi
ransum dengan keambanan tinggi akan cepat merasa kenyang. Kebutuhan nutrisinya
belum dapat tercukupi atau terpenuhi secara optimal, karena hanya merasa kenyang
saja (Siregar, 2005).
5.2.3 Pembuatan Jerami Tebu Amoniasi, Silase dan Evaluasi
Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian atau
bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat
kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi kedap
udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase. Tempat
penyimpanannya disebut silo. Silo bisa berbentuk horizontal ataupun vertikal. Silo
27
28
yang digunakan pada peternakan skala besar adalah silo yang permanen, bisa
berbahan logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam beton). Silo
juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik. Prinsipnya, silo memungkinkan
untuk memberikan kondisi anaerob pada bahan agar terjadi proses fermentasi. Bahan
untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian-bagian lain dari tumbuhan
yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan lain-lain. Kadar air bahan yang optimal untuk dibuat
silase adalah 65-75% . Kadar air tinggi menyebabkan pembusukan dan kadar air
terlalu rendah sering menyebabkan terbentuknya jamur. Kadar air yang rendah juga
meningkatkan suhu silo dan meningkatkan resiko kebakaran (Heinritz, 2011).
Teknologi silase adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan
menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak
karena rasanya relatif manis. Silase merupakan proses mempertahankan kesegaran
bahan pakan dengan kandungan bahan kering 30 – 35% dan proses ensilase ini
biasanya dalam silo atau dalam lobang tanah, atau wadah lain yang prinsifnya harus
pada kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba anaerob dapat melakukan reaksi
fermentasi. Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan kandungan
nutrien yang dapat diawetkan. Selain bahan kering, kandunganm gula bahan juga
merupakan faktor penting bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat selama
proses fermentasi (Khan et al., 2004).
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya,
dengan jumlah kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan ke dalam
sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut “silo” selama 30
hari. Silase dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan dengan kandungan uap air
yang tinggi. Pembuatan silase tidak tergantung kepada musim jika dibandingkan
dengan pembuatan hay yang tergantung pada musim (Sapienza dan Bolsen, 1993).
28
29
Gambar 1. Silase
Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau yang khahs amonia, berwarna
kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering.
Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak berjamur atau
menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8 (Sumarsih,
2003). Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relative mahal, selain harganya
relatif mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum
(minimum 10 bar). Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain sederhana
cara pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan mudah dikerjakan
dibanding dengan NaOH, cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin khususnya
pada jerami, meningkatkan kandungan protein kasar dan tidak menimbulkan polusi
dalam tanah (Siregar, 1996).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3,
ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi, sehingga
fungsi urea ialah tidak sebagai penambah nutrisi pakan melainkan berfungsi sebagai
katalisator dalam proses fermentasi (Zaman dan Sutrisno, 2010).
29
30
30
31
limbah pabrik pangan, (3) tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai
kadar air kurang dari 14%, (4) ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya
yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan
pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan pada saat
hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah, (5) memudahkan
dalam penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam
penyimpanan dan transportasi.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. Hijauauan memiliki 4 sumber yaitu graminae, cyperaceae, leguminosa dan
ramban. Biasanya untuk jenis graminae diambil bagian aerialnya, dan untuk
leguminosa diambil bagian daunnya.
31
32
6.2 Saran
Asisten harus terus mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung agar
praktikan mengerti dan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum,
hendaknya semua praktikan harus lebih teliti, guna hasil yang akurat.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Hartati dan Jaelani. 2002. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung beberapa
Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schoot). Jurnal Natur
Indonesia. Vol 6 (1) : 29 -33.
Higroskopis. Media Peternakan. 22(1): 33-41.
Iwan. 2009. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum. Jakarta: Dwi Pustaka.
Jaelani, Achmad dan Noordiansyah Firahmi. 2007. Kualitas Sifat Fisik dan
Jaelani, Achmad dan Noordiansyah Firahmi. 2007. Kualitas Sifat Fisik dan
Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari Berbagai Proses
pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Jurnal Al’Ulum. Vol 33 (3) : 1 -7.
Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari berbagai proses
Khalil. 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Sifat Fisik
Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan
lokal : sudut tumpukan, daya ambang, faktor higroskopis. Media
Peternakan. 22 (1) : 33-41.
Murni. 2008. Teknik Analisis Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi Energi
pada Ternak.Jurusan Pendidikan Biologii, FPMPA UPI: Bandung.
Pakan Lokal : Sudut Tumpukan, Daya Ambang, Faktor Pasca Sarjana.
IPB : Bogor pengolahan Crode Palm Oil (CPO). Jurnal Al’ulum. Vol
33 (3): 1-
Putri. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan
lokal : sudut tumpukan, daya ambang, faktor higroskopis. Media
Peternakan. 22 (1) : 33-41.
Rasyaf, M.1 Tillman. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Retnani, Yuli, Dimar Wigati, dan Abdul Djamil Harjmy. 2011. Uji Fisik Ransum
33
34
Sumarsih, Tyas, dkk. 2003. Eksterifikasi Asam Lemak Bebeas Dalam Minyak
Jelantah Menggunakan Katalis H-2SM-5 Mesopori Dengan Variasi
Waktu Aging. Surabaya: Intitus Teknologi Sepuluh Nopember.
Sutardi, Tri Rahardjo, dkk. 2012. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Tillman, A. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fapet UGM Press: Yogyakarta.
Tim Penyusun Buku Fisika. 2008.Fisika. IPB:Bogor.
Titi, Siti, Eny Yulianti, dan A. Ghanaim Fasya. 2009. Penurunan Angka Peroksida
dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleoching Minyak
Goreng bekas oleh karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moringo
olietera)dengan Aktivitas NaCl. Jurnal Alchemi. Vol 1 (2) : 53 – 103.
34