Oleh :
Oleh :
MAHESYA IKA NINGRUM
D0A017036
KELOMPOK 02
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Ilmu Bahan
Pakan dengan lancar. Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyusunan laporan akhir praktikum Ilmu Bahan Pakan.
Laporan akhir praktikum Ilmu Bahan Pakan merupakan hasil praktikum
yang telah dilaksanakan sebelumnya untuk menambah wawasan tentang bahan
pakan ternak dan sebagai salah satu syarat dalam penilaian praktikum. Dalam
buku ini terdapat hasil praktikum dilengkapi cara kerja beserta penjelasannya.
Meskipun telah disusun dengan cermat, tidak tertutup kemungkinan
bahwa didalam laporan akhir Ilmu Bahan Pakan ini masih terdapat sejumlah
kekeliruan. Untuk itu, segala kritik dan saran diperlukan demi terwujudnya
laporan akhir praktikum Ilmu Bahan Pakan yang lebih baik diwaktu mendatang.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Pengenalan Alat ............................................................................................ 17
2. Nomenklatur Hijauan .................................................................................... 19
3. Nomenklatur Konsentrat ............................................................................... 22
4. Evaluasi Silase .............................................................................................. 26
5. Evaluasi Jerami Amoniasi ............................................................................. 26
1
I. PENDAHULUAN
kemampuan pelet untuk tetap mempertahankan bentuknya yang utuh, baik saat
pengangkutan maupun pemberian pakan.
1.3.1 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pakan konsentrat berdasarkan
nomenklatur bahan pakan.
2. Mahasisawa mampu mengetahui alat dan fungsinya yang ada di dalam
laboratorium.
4
3. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai macam sifat fisik suatu bahan pakan
ternak.
4. Mahasiswa mengetahui tahapan pembuatan dan mampu mengevaluasi jerami
amoniasi dan silase hijauan yang baik.
5. Mahasiswa mengetahui tahapan pembuatan pakan komplit berupa wafer dan
pellet.
1.3.2 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui tata cara pemberian nama atau nomenklatur pada
bahan pakan dan mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk
nomenklatur bahan pakan.
2. Mahasiswa mengetahui pemanfaatan limbah pertanian dengan cara
pembuatan silase dan jerami amoniasi.
3. Mahasiswa mengetahui proses yang dilkukan dalam pembuatan silase dan
jrami amoniasi.
4. Mahasiswa mengetahui proses pembuatan tepung hijauan sebagai pakan
ternak.
5. Mahasiswa mengetahui cara pengujian fisik tepung hijauan.
6. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan pellet.
7. Mahasiswa mengetahui manfaat pembuatan pellet.
8. Mahasiswa mngetahui proses pembuatan pellet.
9. Mahasiswa mengetahui kualitas silase rumput gajah..
10. Mahasiswa mengetahui kualitas jerami amoniasi.
11. Mahasiswa mengetahui kualitas pellet yang baik.
12. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan wafer pakan ternak.
5
yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan mempunyai sifat fisik yaitu sudut
tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas permukaaan spesifik, kerapatan
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil, 1999). Pengujian bahan
pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat dalam penyusunan ransum.
Hal ini dikarenakan bahan pakan sendiri sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel,
jumlah partikel, bentuk partikel, densitas, kemampuan elektrolisis, sifat
hidroskopis dan florvabillitas (Sutardi, 2008).
Salah satu uji fisik menurut Sutardi (2008), diantaranya density dan Luas
permukaan spesifik. Density merupakan perbandingan antara masa bahan
terhadap volume dan memegang peranan penting dalam berbagai proses
pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Density mempengaruhi kerapatan
tumpukan dengan daya imbang homogenitas dan stabilitas kecepatan. Selain itu
peran density suatu bahan yaitu menentukan kerapatan bahan, besarnya ukuran
partikel, kecepatan penaharan. Luas permukaan spesifik merupakan bahan pakan
pada suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Luas
permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada berat tertentu. Peran
luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan dan bahan pakan
tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara keseluruhan.
Daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh oleh suatu partikel
bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu. Daya
ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang
menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor), pengisian silo menggunakan
gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan terjadi
pemisahan partikel (Khalil, 1999). Sudut tumpukan merupakan sudut yang
dibentuk oleh bahan pakan yang diarahkan pada bidang datar. Sudut tumpukan
merupakan criteria kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan
dimana semakin tinggi sudut tumpukan kebebasan bergerak suatu partikel
semakin berkurang (Khalil, 1999).
dan 250 ml, dan yang mempunyai bentuk griffin sangatlah berguna dalam analisis
kuantitatif. Bom kalorimeter merupakan alat untuk mengukur besarnya energi
yang terdapat dalam bahan pakan, bom kalorimeter memiliki bagian-bagian
seperti bom, statif, adigator, bucket, jucket dan lubang oksigen (Jacob, 1962).
Peralatan tersebut mempunyai fungsi masing-masing antara lain bom
kalorimeter yang terdiri dari beberapa bagian pembentuk bom kalorimeter
tersebut berfungsi untuk menguji total energi suatu bahan pakan. Alat untuk
penetapan kadar lemak antara lain oven, waterbath, soxhlet dan labu penampung.
Sampel tidak boleh melebihi batas bagian bawahnya. Analisis serat kasar
menggunakan kondensor, kertas saring, corong buchner dan alat destilasi
(Hendrayono, 1994).
Cara penggunaan alat harus diketahui sebelum digunakan agar lebih
mudah dalam penggunaannya dan mencegah akibat yang diinginkan. Sebagian
besar alat praktikum analisis bahan pakan terbuat dari porselin, gelas, besi, dan
karet. Pemeliharaan bukan berarti alat disimpan dengan baik sehingga alatnya
selalu utuh, akan tetapi alat tetap dipergunakan dan agar tahan lama, tentunya
perlu dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet. Jadi
yang dimaksud dengan penelitian atau perawatan alat-alat adalah menyimpan
pada tempat yang aman, perawatan termasuk menjaga kebersihan, penyusunan
penyimpanan alat-alat yang berbentuk set, dan menghindari pengaruh luar
(lingkungan terhadap alat) (Anwar, 1996).
2.3 Silase
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat
dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan
lain-lain, dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam
suatu tempat yang kedap udara. Dalam tempat tersebut, bakteri anaerob akan
menggunakan gula pada bah an material dan akan terjadi proses fermentasi
dengan memproduksi asam-asam lemak terbang terutama asam laktat dan sedikit
asam asetat, propionat, dan butirat (Salim dkk., 2002). Selama ensilase, sebagian
protein bahan akan mengalami fermentasi menjadi asam-asam amino, non
protein nitrogen, dan amonia (Hernaman dkk., 2007).
8
2.4 Amoniasi
Penggunaan urea pada jerami padi akan meningkatkan pH jerami
amoniasi dan peningkatan ini tidak hanya menyebabkan Nitrogen (N) lepas
ke lingkungan tetapi juga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan
N dan energi pada rumen sekitar 60 hingga 70% NH3 yang berasal dari
amoniasi. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan
dengan penambahan asam organik, namun demikian tidak menguntungkan
karena asam organik mahal. Alternatif lain adalah menggunakan bahan
pakan sumber karbohidrat fermentable, bahan pakan tersebut diharapkan
sebagai media atau sumber energi bagi mikroba asam laktat. Salah satu jenis
bahan karbohidrat fermentable tinggi dan mudah diperoleh yaitu molases
(Bata, 2008).
2.5 Complete Feed
Pelet dikenal sebagai bentuk massa dari bahan pakan atau ransum yang
dipadatkan sedemikian rupa dengan cara menekan melalui lubang cetakan secara
mekanis dengan tujuan untuk meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi
keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi,
memudahkan penanganan dan penyajian pakan. Kualitas pelet yang baik dapat
dilihat dari kekerasan pelet, sedikitnya jumlah pelet yang hancur dan kemampuan
pelet untuk tetap mempertahankan bentuknya yang utuh, baik saat pengangkutan
maupun pemberian pakan (Hartadi dkk., 1997)
9
3.1 Materi
meal), Molases, Urea, CuSo4, Kapur Dolomid, EM4, Gayemi, Fitachi, Egg
Stimulane.
rumput gajah sebanyak 30% dan konsentrat 70 %, air 150 ml, dan molasses
2,5%.
3.1.6.1 Pelleting
Alat yang digunakan dalam pembuatan pellet adalah yaitu mesin
penggiling pellet, nampan, dan aqua botol, sedangkan bahan yang digunakan
adalah tepung rumput lapang, tepung lamtoro, tepung nupia, tepung ikan, tepung
telur itik, dedak 100 gr dan molases 15 ml, dan air 500 ml.
3.1.6.2 Wafer
Alat yang digunakan dalam pembuatan wafer adalah mesin press, nampan,
dan aqua botol, sedangkan bahan yang digunakan adalah jerami amoniasi, dedak
dan air.
Mencatat Fungsinya
Mendokumentasikan
3.2.2.1 Nomanklatur
Menyiapkan bahan hijauan dan konsentrat
Mendokumentasikan
Mencatat Fungsinya
Mendokumentasikan
Catat waktu jatuhnya bahan pada wadah hingga seluruh bahan jatuh kedalam
wadah
Menimbang kembali
14
Ratakan bahan pada kertas mili meter blok hingga membentuk tertentu
3.2.4 Silase
Siapkan daun lamtoro segar sebanyak 1 kg
Daun di cacah
3.2.5 Amoniasi
Menyiapkan tebon jagung sebanyak 1 kg
Tiap lapisan dicipretkan campuran air 350 ml, urea 15 gram, dan molasses 2%
Menambahkan molasses 2,5 % yang telah diencerkan dengan air sebanyak 150
ml sedikit demi sedikit
16
Mencairkan mollases dalam aqua botol sebanyak 15 ml, dengan air 150 ml
kemudian dikocok hingga tercampur
keringkan
17
NAMA
FUNGSI GAMBAR
ALAT
Cawan
Tempat atau wadah sampel
porselin
Bomb
Menganalisis gross energi
kalorimeter
19
Nama Tingkat
Bagia Prose Defoli
No Hijauan/ Kedewa Grade Sumber Gambar
n s asi
Ilmiah/Asal saan
Nama Tingkat
Bagia Prose Defoli
No Hijauan/ Kedewa Grade Sumber Gambar
n s asi
Ilmiah/Asal saan
Nama Tingkat
Bagia Prose Defoli
No Hijauan/ Kedewa Grade Sumber Gambar
n s asi
Ilmiah/Asal saan
14 EM4 - - - - Feed
Additiv
24
15 Gayemi - - - - Additiv
Sedangkan tinggi tepung daun singkong yang terbentuk yaitu 8 cm. Setelah itu,
langkah selanjutnya mencari sudut yang terbentuk.
2×𝑡
tan 𝛼 =
𝑑
2 ×8
Tepung Daun Singkong : tan α = 22
16
tan α = 22
tan α = 0,77
ST = 36,03˚
= 0,247 gram/mL
4 Jamur - - -
4.2 Pembahsaan
4.2.1 Nomanklatur
Nomenklatur bahan pakan makanan internasional menurut peraturan-
peraturan untuk dapat digunakan oleh pemberi nama dalam memberi istilah atau
nama suatu bahan makanan selengkap mungkin. Ciri atau nama internasional dari
suatu bahan makanan ditentukan dengan menggunakan pendoman perincian dari
keenam faset seperti yang dikemukakan oleh (Sutardi, 2010), sebagai berikut:
1. Asal mula
Meliputi nama ilmiah, nama umum dari rumus kimia yang benar dan
merupakan sumber mineral induk (asalnya). Origin yaitu dari tanaman, hewan
27
atau alam. Tanaman baik hijauan dalam bentuk segar maupun kering. Hijauan
ditandai dengan sejumlah serat kasar yang dikandung relative banyak pada bahan
keringnya
2. Bagian
Suatu bahan pakan yang diberikan kepada ternak sebagaimana proses
dialami, yaitu bagian yang sebelah mananya yang nantinya akan digunakan
sebagai bahan baku pakan. Misalnya, bagian batang, daun maupun akar nyayang
akan digunakan pada tanaman. Bagian kepala, badan, daging ataupun bulunya
yang akan digunakan pada hewan
3. Proses
Proses apa saja yang dialami oleh bahan pakan tersebut sebelum diberikan
pada ternak. Misalnya, dikeringkan, digiling, ditumbuk, difermentasi, disterilkan,
dipanaskan dll
4. Tingkat kedewasaan
Tingkat kedewasaan adalah faktor terpenting yang mempengaruhi nilai gizi
dari hijauan, silase dan beberapa produk hewan ternak. Bila mana tanaman-
tanaman yang berguna dan gugur sesuai musimnya. Tingkat kedewasaan
dijelaskan atau diterangkan dengan panjang masa tumbuh tanaman tersebut
5. Defoliasi
Diperuntukan bahan pakan hijauan. Karena defoliasi dapat mencerminkan
nutrisi. Setiap potongan mempunyai kandungan gizi yang khusus maupun ciri-ciri
fisiknya. Keterangan untuk potongan didasari pada saat dan cara pemotong dari
pertama sampai pemotong terakhir dalam satu tahun.
6. Grade
Kadar gizi yang terkandung dalam suatu bahan pakan. Beberapa bahan
pakan yang diperdagangkan dari bahan makanan ternak berdasarkan komposisi,
kualitas, dan ciri-cirinya. Jadi grade dan kualitas yang ditentukan harus disertakan
sebagai keterangan dari bahan makanan tersebut. Grade adalah jaminan mutu
yang dikeluarkan dengan istilah lebih dari (minimum) x %, protein, lemak dan
serat <2 % serat kasar dan > 14 %.
28
sebesar 1 gram, kemudian bahan tersebut dijatuhkan dari ketinggian 1 meter dan
dicatat waktunya. Hasil perhitungan hasil daya ambang sebesar 0,5 m/s. Daya
ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan
karena dibutuhkan waktu yang lebih lama (Jaelani, 2011).
Pengamatan fisik sebaiknya ditunjukan pada aspek warna, bau, keasaman,
benda asing dan lainnya. Sebaiknya pengamatan parameter tersebut mendapatkan
hasil yang normal atau bahan baku tidak menunjukan penyimpangan warna, bau,
rasa dan keasaman (Alamsyah,2009).
Fungsi dari daya ambang yaitu efisiensi waktu cepat kemas saat
pengepakan, efisiensi dalam pencampuran pakan dan sebagai tempat
penyimpanan pakan sementara. Daya ambang mempunyai peranan penting dalam
efisiensi pengangkutan bahan pakan. Pengujian fisik bahan pakan memudahkan
dalam pengepakan.
turut berpengaruh nyata terhadap nilai rataan sudut tumpukan pakan, yaitu
semakin tinggi kadar air maka semakin tinggi sudut tumpukan. Menurut Khalil
(2009) bahwa besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk,
berat jenis, kerapatan tumpukan dan kandungan air (kadar air) serta sudut
tumpukan berpengaruh pada proses penakaran.
Luas permukaan spesifik (LPS) merupakan bahan pakan pada suatu berat
tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula yang berperan untuk
mengetahui tingkat kehalusan dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi, ukuran
komposisi partikel secara keseluruhan(Sutardi ,2012). Sedangkan menurut Khalil
(2009), luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada berat
tertentu. Luas permukaan spesifik dari sampel tepung daun singkong 39 cm2/gr
Tujuan reduksi ukuran dalam pengolahan hasil pertanian yaitu untuk
menghancurkan bahan sampai ukuran tertentu, reduksi ukuran mengakibatkan
peningkatan luas permukaan spesifik bahan sehingga dapat mempermudah proses
pencampuran, meningkatkan palatabilitas pakan, meningkatkan daya cerna ternak,
menghilangkan benda-benda asing dan memperkecil resiko adanya bahan-bahan
yang terbuang percuma (Syarief dan Nugroho,2011).
Semakin tinggi nilai kadar air, menyebabkan penurunan nilai berat jenis.
Praktikum berat jenis menggunakan bahan sampel yaitu daun singkong. Hasil
praktikum menunjukkan bahwa berat jenis daun singkong sebesar 0,247 gr/ml
yang menunjukkan bahawa bahan pakan kurang baik karena akan sulit dicerna
didalam rumen. Berat jenis kurang dari 1 gr/ml akan sulit dicerna karena mikroba
dalam rumen akan membutuhkan waktu yang lama.
4.2.4 Silase
Pembuatan silase hijauan bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi
hijauan. Seperti yang diungkapkan oleh Salim dkk,(2012) bahwa, kurangnya
ketersediaan hijauan dan rendahnya kualitas jerami padi melatarbelakangi
peningkatan ketersediaan dan kualitas dengan cara pembuatan silase dan amoniasi
jerami. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat
dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan
lain-lain, dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam
suatu tempat yang kedap udara.
Proses pembuatan silase pada praktikum kali ini menggunakan formulasi:
molases 2%. Penambahan molases dan dedak ini bertujuan sebagai sumber
makanan bakteri asam laktat yang akan bekerja pada saat proses ensilase. Molases
ini merupakan salah satu bahan karbohidrat fermentable yang dapat digunakan
pada saat pembuatan silase dengan biaya yang murah. Bata (2009)
mengungkapkan bahwa, salah satu jenis bahan karbohidrat fermentable tinggi
dan mudah diperoleh yaitu molases.
Evaluasi silase bertujuan untuk menilai kualitas silase yang sudah dibuat.
Pada evaluasi tersebut ada beberapa aspek yang dinilai, diantaranya: warna, bau,
rasa, aroma dan tekstur. Warna silase yang baik yaitu hijau kekuningan atau
coklat terang. Hasil silase yang sudah dibuat pada saat praktikum menunjukan
warna yang baik yaitu hijau kekuningan. Silase memiliki warna yang terang
yakni dari coklat hingga coklat kemerahan. Hal ini mengindikasikan bahwa
penguraian hijauan pakan oleh mikroba anaerobik berlangsung optimal. Jika
silase berwarna coklat muda mengindikasikan bahwa penguraian dalam proses
pengawetan oleh mikroba anaerobik tidak optimal karena keterbatasan unsur
33
nutrien pada bahan silase. Namun, apabila silase kehitaman atau bahkan
membusuk hal ini disebabkan oleh panas yang dihasilkan mengakibatkan
peningkatan temperatur di dalam silo (Munier,2011).
Bau silase yang baik yaitu seperti bau buah-buahan sedikit asam dan tidak
berbau asam menyengat. Proses pengawetan menghasilkan silase yang
berkualitas ditandai dengan warna coklat kemerahan, aroma dengan bau asam
yang lembut dan tekstur sangat bagus (Munier,2011). Bau silase yang ada pada
saat praktikum yaitu bau buah-buahan namun dengan aroma asam yang kuat.
Tekstur silase yang baik adalah sedikit basah dan remah. Pada saat
pembuatan silase, ada penambahan karbohidrat seperti molases. Hal ini bertujuan
untuk memberikan asupan makanan bagi bakteri anaerob berkembang. Hasil
silase yang dibuat pada saat praktikum terdapat jamur. Menurut Lado (2009),
penambahan karbohidrat mudah larut yang menyebabkan penurunan pH dan
menghambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan tekstur menjadi padat, tidak
berlendir. Adanya jamur ini bisa saja disebabkan karena saat proses pemadatan
hijauan tidak sempurna, sehingga ada udara yang masuk kedalam drum/toples dan
menyebabkan terganggunya proses ensilase.
4.2.5 Amoniasi
Tebon jagung yang digunakan dalam pembuatan amoniasi yaitu 315 gram.
Tebon jagung tersebut dicampur dengan 1 % urea dari bobot jerami padi. Jadi,
urea yang dibutuhkan yaitu sebanyak 3,15 gram. Amoniasi jerami merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi yang ada pada jerami. Sperti yang
dikatakan oleh Marjuki (2010) bahwa, perlakuan urea amoniasi pada jerami padi
bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak
ruminansia yang meliputi peningkatan kandungan protein, konsumsi dan daya
cerna sehingga dapat lebih efisien dimanfaatkan oleh ternak dan dapat
memasok zat makanan khususnya energi lebih banyak pada ternak.
Keberhasilan proses urea amoniasi setelah proses tersebut selesai (paling
cepat 14 hari) dapat diamati secara fisik, kimia maupun biologis. Secara
fisik keberhasilan proses urea amoniasi dapat dilihat berdasarkan :
a. Bau
34
Ciri khas proses urea amoniasi yang baik adalah timbulnya bau amonia yang
kuat pada saat tempat pemeraman (silo) dibuka. Pada saat praktikum, bau jerami
amoniasinya adalah bau amonia yang sangat kuat. Menurut Marjuki (2010), bau
amonia yang kuat menunjukkan bahwa urea telah terhidrolisis secara
maksimal menjadi amonia. Amonia hasil hidrolisis urea terikat/terserap oleh
jerami padi dan bertindak sebagai penyebab meningkatnya kualitas jerami
padi. Bau amonia yang kurang kuat/lemah menunjukkan bahwa proses
amoniasi tidak berlangsung dengan baik, tidak efisien atau bahkan gagal.
Menurut Rahardi (2010), penyebab hal tersebut antara lain : 1) jumlah urea
yang digunakan terlalu sedikit, 2) silo tidak tertutup rapat sehingga sebagian besar
amonia yang terbentuk menguap dan tidak terikat oleh jerami padi, 3) urea belum
atau tidak terhidrolisis secara sempurna, 4) kurangnya jumlah air yang digunakan
atau kelembaban dalam silo, 5) kurangnya bakteri ureolitik atau sumber
urease dalam jerami padi yang digunakan. Bau amonia yang kurang kuat atau
lemah biasanya diikuti dengan bau tidak enak (busuk) dan tumbuhnya jamur.
b. Warna
Warna jerami padi yang diamoniasi dengan baik akan berubah dari
coklat muda kekuningan menjadi coklat tua dan merata. Warna coklat yang
kurang kuat pada jerami padi amoniasi menunjukkan bahwa proses amoniasi
tidak berlangsung dengan baik. Jerami amoniasi hasil praktikum menunjukan
warna cokelat merata namun, bukan cokelat kehitaman.
c. Tekstur
Hasil jerami amoniasi yang telah dibuat pada saat praktikum memiliki
tekstur yang lembut, remah dan lunak. Tekstur jerami padi yang tidak diamoniasi
keras dan kaku. Semakin lama pemeraman maka tekstur jerami padi amoniasi
akan semakin lembut dan lunak.
d. Tidak berjamur
Amonia dalam proses urea amoniasi dapat mencegah tumbuhnya
jamur, sehingga tidak terdapat jamur pada jerami padi amoniasi walaupun
diperam dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sangat berbeda jika jerami
35
disimpan tanpa proses amoniasi yang akan timbul jamur atau bau busuk adanya
jamur.
yang digunakan untuk perekat adalah molases. Menurut Maryati (2012), molases
digunakan sebagai bahan pakan yang mengandung karbohidrat sebagai sumber
energi dan mineral. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1%, serat kasar
0,6%, BETN 83,5%, lemak kasar 0,9%, dan abu 11,9%.
Uji gesekan atau durability dilakukan dengan memasukan 300 gram pelet
ke dalam durability tester selama 1 menit. Alat tersebut bekerja dengan
memutarbalikan pelet selama 5menit. Setelah waktu tersebut selesai, maka pelet
yang utuh di saring dan dipisahkan dari pelet yang hancur. Untuk mengetahui
seberapa besar % durability pelet tersebut, maka banyaknya pelet yang utuh
dibandingkan dengan berat pelet awal kemudian dikalikan 100%. Data hasil uji
durability pada saat praktikum sebesar 16,6%
Uji hardness atau kekerasan pellet juga dilakukan untuk mengetahui
seberapa keras pelet dan seberapa lama daya simpan dari pelet tersebut. Test ini
dengan menekan pellet menggunakan alat yang bernama hardness tester yang
sudah ada angka pada bagian badannya. Hasil dari uji kekerasan inidengan 3
sampel sebesar 15 lbs, 12 lbs, dan 15 lbs.kemudian rata-ratanya 14 lbs. Idealnya
untuk uji ketahanan ini berada pada angka 12lbs hingga 14lbs. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil pelet yang dibuat pada saat praktikum memiliki tingkat
kekerasan yang ideal.
37
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Masing-masing bahan pakan baik hijauan maupun konsentrat memiliki
kandungan nutrisi dan penamaan yang berbeda
2. Alat-alat yang ada didalam laboratorium memiliki fungsinya masing-masing
sehingga memiliki bentuk, nama, dan spesifikasi yang berbeda
3. Silse hijauan dan amoniasi jerami terbukti dapat meningkatkan kualitas
nutrisi bahan pakan
4. Pembuatan silase memiliki beberapa tahapan, yaitu pengeringan bahan pakan,
penimbangan, formulasi bahan pakan dan pencampuran
5. Hasil silase hijauan dan amoniasi jerami pada pada saat praktikum masih
memiliki beberapa kekurangan
6. Proses pembuatan pelet mengalami beberapa proses, yaitu pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan
pendinginan (cooling)
7. Wafer complete feed yang dibuat pada saat praktikum memiliki tekstur yang
mudah hancur dan masih memiliki kadar air yang tinggi. Sehingga, berakibat
pada daya simpan wafer yang semakin singkat
5.2 Saran
Terimakasih atas ilmu yang diberikan selama praktikum kepada asisten, saran
saya kelengkepan sarana untuk praktikum tolong lebih diperhatikan jujur saja
kami sebagai praktikan mengalami kendala terutama dalam pembuatan tepung
hijauan dan konsentrat dimana kita kesulitan dalam melakukan pengeringan bahan
dan penggilingan bahan dimana saat kita praktikum saat musim hujan dan
penggilingan hanya menerima bahan tertentu saja padahal setahu kami sebagai
praktikan di fakultas peternakan UNSOED tersedia sarana dan prasarana yang
memadai untuk praktikum. Jika memang sarana dan prasarana tidak memadai
tolong bantu kami beri kami solusi terimakasih.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Anwar, Chairil, Hadi, M., Fadhilah, Risnawan, E. 1996. Pengantar Praktikum
Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. DIKTI. Jakarta.
Askar. 1985. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, sumber mineral dan hijauan
pada kadar air dan ukuran partikel yang berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Axe, D. E. 1995. Factors Affecting Uniformity of a Milk. Mailinkrodt Feed
Ingredients. Mundelain.
Bata, Muhammad. 2008. Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi
Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
In Vitro. Jurnal Agribisnis Peternakan. Vol 8.No. 2.
Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Hartadi. 2013 . Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal :sudut tumpukan, daya ambang, faktor higroskopis. Media
Peternakan. 22 (1) : 33-41.