Diajukan oleh :
Rozano Fikri Andana
NPM : 143060020208
Tahun 2017
ii
TANGERANG SELATAN
TANDA PERSETUJUAN
1. Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi Dosen Pembimbing
2.
ii
iii
TANGERANG SELATAN
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama mahasiswa
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah Allah berikan. Dengan segala kuasa
dan kehendaknya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir tepat waktu
untuk memenuhi salah satu dari syarat-syarat dinyatakan lulus Program Diploma III
Program Studi Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN. Sholawat serta Salam
beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang berpeguh teguh dijalan-Nya sampai
hari akhir.
bahwa karya tulis ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak.
Sehingga, Dalam proses penyelesaian Karya Tulis ini, penulis tidak lupa
dukungan, motivasi, semangat dan dukungan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-satu.
1. Ayah dan Ibu tersayang. Terimakasih atas segala cinta, kasih dan sayangnya.
Terima kasih atas segala dukungan dan doa yang selalu kalian berikan kepada
emas.
2. Kepada adikku tercinta Raisa Alda Hairiah yang selalu ada untuk mewarnai
kehidupan ini.
v
3. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Akuntansi
5. Bapak Totong Sutama yang telah memberikan perbaikan dan bimbingan terhadap
KTTA kami.
6. Seluruh guru dan dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, terima
kasih atas ilmu yang telah disampaikan dan selalu bermanfaat kepada penulis.
7. Mas Doni Fitriandy yang selalu membantu dan memberikan arahan juga saran
jika penulis menemui kesulitan. Terimakasih juga atas segala data-data untuk
8. Mbak Deasy yang selalu siap untu membantu apabila terdapat kesulitan dalam
9. Terimakasih kepada Dimas, Hary dan Rizki yang telah bersama sama menjadi
teman hidup selama kuliah di kampus kita ini. Bersama kita selalu memberikan
tawa, canda, cinta dan kasih sayang serta semangat untuk berjuang bersama.
10. Teman-teman kelas 2AJ, 4M, dan 6Y yang telah bersama-sama merasakan suka
11. Teman-teman dan kerabat lainnya yang telah memberikan berbagai memori dan
12. Dan semua orang yang mau dan bersedia membantu penulis selama penulisan
vi
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna serta terdapat
pengetahuan yang penulis miliki. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran
Akhir kata, penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca bagi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Gambaran Umum Sistem Akuntansi Aset Tetap pada Biro Keuangan Sekretariat
1. Klasifikasi Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .........12
3. Pengukuran Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .......15
4. Penyusutan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK ........15
5. Penghapusan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .....18
A. Landasan Teori....................................................................................................20
B. Pembahasan.........................................................................................................29
ix
6.Tinjauan atas Penyajian dan Pengungkapan ....................................................42
A. Simpulan .............................................................................................................44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Buku Besar Peralatan dan Mesin Belum Diregister .................................. 32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2003, terjadi sebuah reformasi keuangan negara di Indonesia. Pada
ditetapkannya paket tersebut, telah terjadi reformasi besar dan perubahan yang
untuk menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, baik pusat maupun
daerah. SAP pertama yang ditetapkan adalah SAP dengan basis kas menuju akrual
yang ditetapkan melalui PP 24 tahun 2005. Setelah itu, muncul SAP dengan basis
akrual penuh yang ditetapkan melalui PP 71 tahun 2010. Setelah PP 71 Tahun 2010
1
2
terbit, basis akrual penuh baru digunakan. Namun, apabila entitas belum dapat
menerapkan PSAP ini, entitas dapat menerapkan PSAP basis kas menuju akrual
dalam Laporan Keuangan seperti pos Kas, pos Piutang, pos Aset Tetap dan pos-pos
lainnya. Karya tulis ini akan mengambil contoh dan meneliti lebih dalam mengenai
Aset Tetap adalah salah satu komponen utama dalam sebuah organisasi untuk
diperoleh dan digunakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat
apapun program kerja dan pelayanan publik yang direncanakan dan dijalankan oleh
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap merupakan salah satu
aset yang cukup penting bagi setiap entitas pelaporan pemerintah. Aset Tetap di
dalam laporan keuangan sering kali menjadi perhatian utama bagi setiap pengguna
dengan baik atau masih perlu diperbaiki. Oleh karena beberapa hal yang disampaikan
di atas, karya tulis ini akan mengkaji lebih dalam tentang Aset Tetap. Dalam Karya
Tulis Tugas Akhir ini, penulis mengambil Laporan Keuangan Biro Keuangan
Oleh karena itu, penulis mengajukan judul untuk Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah “Tinjauan Atas Penerapan PSAP Nomor 07 Tentang Aset Tetap Pada
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:
Kehutanan.
2. Untuk meninjau penerapan pengakuan Aset Tetap menurut PSAP Nomor 07 pada
Kehutanan.
Kehutanan.
Kehutanan.
Kehutanan.
4
STAN.
dilakukan oleh Biro Keungan Sekretariat Jenderal Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang dalam karya tulis ini akan disingkat menjadi Biro Keungan Setjen Kementerian
LHK.
Data CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK tahun 2015 Tidak dapat
diperoleh. Namun, CaLK pada tahun 2016 berhasil didapatkan dan menurut pejabat
yang berwenang, Kebijakan yang diterapkan pada tahun 2015 dan 2016 adalah sama.
Oleh karena itu, CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK tahun 2016 menjadi
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis, akan digunakan beberapa metode sebagai berikut:
Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan data maupun teori yang
berkaitan dengan topik bahasan pada karya tulis yang bersumber dari literatur, artikel,
5
undang-undang, makalah, maupun karya tulis lain, baik berupa hard copy maupun
soft copy.
langsung kepada pejabat atau petugas yang berwenang mengenai objek yang diteliti
E. Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bagian ini berisi latar belakang atau alasan menulis tema Tinjauan Atas
Penerapan PSAP Nomor 07 Tentang Aset Tetap Pada Biro Keuangan Sekretariat
Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015, tujuan penulis
menulis tema tersebut, pembatasan ruang lingkup penulisan, metode penulisan serta
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan sedikit mengenai latar belakang Biro
Keuangan Setjen LHK dimulai dari profil umum, struktur organisasi permerintahan
yang sedang berjalan dan Struktur organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, tugas dan fungsi Biro Keungan Setjen LHK, dan struktur organisasi Biro
Kebijakan Akuntansi berbasis akrual yang digunakan oleh Biro Keuangan Setjen
LHK. Terakhir, penulis ingin menjelaskan data-data yang disajikan dalam tahun 2015
BAB 3 : PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan untuk
membahas masalah terkait dan evaluasi kesesuaian antara perlakuan akuntansi atas
BAB 4 : SIMPULAN
Bab ini berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya
yang bisa ditindak lanjuti oleh pihak Biro Keungan Setjen LHK.
BAB II
Berbahaya;
7
8
Kehutanan adalah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta
pokok dan fungsinya, staf-staf ahli bidang tertentu juga dilibatkan. Seperti staf ahli
bidang hubungan antar lembaga pusat dan daerah, staf ahli bidang industri dan
perdagangan internasional, staf ahli bidang energi, staf ahli bidang ekonomi sumber
pembinaan;
9
menyelenggarakan fungsi:
b. Penatausahaan penerimaan negara bukan pajak dan dana bagi hasil, akuntansi,
Biro Keuangan merupakan salah satu unit akuntansi eselon II dibawah eselon I
a. Bagian Perbendaharaan
di lingkup kementerian dan penyelesaian tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan serta
layanan umum serta pembinaan penatausahaan penerimaan negara bukan pajak dan
pajak lainnya, dan penatausahaan dana bagi hasil penerimaan negara bukan pajak dan
Kementerian, serta rencana anggaran pendapatan dan belanja negara lingkup Biro.
Laporan Keuangan Tahun 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh
aspek keuangan yang dikelola oleh Biro Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan
melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian
Negara/Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem
dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari
Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem
yang menghasilkan laporan barang milik negara berupa Aset Tetap, Persediaan, dan
Aset Lainnya untuk penyusunan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan pada Peraturan Menteri Keuangan
yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan.
Pemerintahan.
Aset Tetap yang dikuasai pada Neraca di Biro Keuangan Setjen Kementerian
Aset Tetap yang tersedia pada Laporan Barang Milik Negara yang setelah ini
disebut laporan BMN pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK terdiri dari:
b. Jaringan;
Laporan BMN disajikan berdasarkan rincian objek yang meliputi Barang Bukan
Aset Tetap dan Barang Aset Tetap. Dalam Laporan BMN juga ditampilkan
Laporan BMN di bawah ini adalah Laporan Barang Intrakomtabel, dalam laporan
tersebut telah termasuk Aset Tetap yang disajikan di Neraca. Angka Aset Tetap yang
disajikan di Neraca tersebut telah sesuai dengan angka Aset Tetap dalam Laporan
Laporan BMN pada Biro Keuangan Setjen LHK seperti disajikan berikut ini :
14
Realisasi Aset Tetap dari pengakuan Belanja Modal pada Biro Keuangan
terdiri dari Belanja Modal untuk Peralatan dan Mesin, belanja untuk menambah nilai
Di dalam total rincian contoh pengakuan Aset Tetap dapat digambarkan sebagai
15
pengadaan Peralatan dan Mesin. Di dalam rincian ini, terdapat sebuah transaksi
dengan Surat Pesanan pada tanggal 19 Oktober 2015. Barang diterima dengan
membuat Berita Acara Serah Terima Barang (BAST) yang terbit pada tanggal 26
Oktober 2015. Surat Perintah Membayar (SPM) terbit pada tanggal 24 November
2015. Selanjutnya, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) terbit pada tanggal 25
diaplikasi SAIBA yang merupakan pengakuan Aset Tetap pada saat SP2D terbit.
penetapan nilai untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam Laporan
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015 terukur
Rp195.777.589,00.
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu Aset Tetap. Penghitungan dan
pencatatan Penyusutan Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK
Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus tanpa
nilai sisa yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap
secara merata setiap semester selama Masa Manfaat dan tanpa menggunakan nilai sisa
pada akhir masa manfaat. Hal ini berdasarkan PMK Nomor 1/PMK.06/2013 Tentang
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
Secara umum tabel masa manfaat yang berlaku pada entitas pemerintah adalah
sebagai berikut:
Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 adalah sebesar
Contoh Beban Penyusutan yang terjadi adalah Beban Penyusutan yang terjadi
pada dua unit lori yang bisa dilihat pada Laporan Penyusutan Kuasa Pengguna
3.01.01.05.005 (alat besar darat) yang memiliki nilai perolehan Rp7.040.000,00 dan
masa manfaat 10 tahun memiliki Beban Penyusutan selama tahun 2015 sebesar
Rp704.000,00.
Contoh lain dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada A.C.
Split dengan kode Aset Tetap 3.05.02.04.004 (alat rumah tangga) yang memiliki nilai
Contoh selanjutnya dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada
alat perekam suara dengan kode Aset Tetap. 3.05.01.05.052 Peralatan kantor yang
memiliki nilai perolehan Rp5.500.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban
Melihat pada Buku Besar yang bisa dilihat pada lampiran 3, terdapat saldo debit
terdapat saldo Akumulasi Penyusutan sebesar Rp47.160.000,00. Hal ini dapat dibuat
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan kontra akun Aset Tetap yang
penurunan kapasitas dan manfaat Aset Tetap selain untuk Tanah dan Konstruksi
Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Biro Umum Setjen
Kementerian LHK yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai
dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir
Neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan Perundang-
Selama tahun 2015 Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melakukan
penghapusan terhadap Aset Tetap miliknya. Hal itu termasuk kepada Aset Tetap yang
nilai manfaatnya telah berakhir di periode tahun 2015 ataupun periode tahun
sebelumnya. Pengurangan saldo nilai buku Aset Tetap yang terjadi selama tahun 2015
terjadi karena terjadi penyusutan, dan bukan dari penghapusan. Biro Keuangan Setjen
Kementerian LHK juga tidak memiliki Aset Tetap yang dalam kondisi rusak berat
yang secara teknis bisa dihapuskan karena tidak memiliki manfaat lagi.
Terdapat beberapa Aset Tetap yang sudah habis masa manfaatnya di tahun 2015
diantaranya adalah dua unit mobil jeep, lemari besi dan jaringan. Meski masa manfaat
dari Aset Tetap tersebut sudah habis, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK belum
melakukan pengusulan penghapusan Aset Tetap selama tahun 2015. Hal itu
Kementerian LHK
Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah disajikan di dalam
Neraca sesuai dengan klasifiksasi Aset Tetap tersebut. Adalah sebagai berikut:
A. Landasan Teori
Aset Tetap menurut PSAP 07 adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap memiliki karakteristik
berupa aset berwujud, memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan (satu periode
a. Tanah
20
21
didalamnya suatu aset lain yang tidak disebutkan diatas yaitu Aset Bersejarah.
Namun, Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP) diatur tersendiri di dalam PSAP nomor
elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Apabila
Pemerintah membeli Peralatan dan Mesin dengan niat untuk dihibahkan atau
diberikan kepada pihak lain, maka Tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset
Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
Aset Tetap lainnya mencakup Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Aset Tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
pengadaan Aset Tetap baik itu swakelola maupun menggunakan pihak ketiga. KDP
22
ditujukan untuk aktivitas operasional yang pada akhir tahun anggaran belum selesai
seluruhnya.
Aset Tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak
memenuhi definisi Aset Tetap dan harus disajikan di pos Aset Lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
Menurut PSAP Nomor 07, Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa
Pengakuan Aset Tetap yang didasarkan pada perolehan awal adalah sebagai
berikut:
b. Memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan terhitung sejak tanggal perolehannya,
e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dan tidak untuk dijual,
Pengakuan Aset Tetap dikatakan handal apabila dalam perolehannya, Aset Tetap
tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
dan lainnya. Perolehan melalui pengadaan dapat dilakukan dengan cara membeli dari
kontrak kontruksi dengan pihak ketiga ataupun dengan cara swakelola. Pembelian
Apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau
penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan
bermotor, saat itulah pengakuan aset tetap akan dapat diandalkan. Tapi, perolehan
Aset Tetap yang belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian Tanah yang
masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di
instansi berwenang, maka Aset Tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti
bahwa penguasaan atas Aset Tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi
pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.
dilakukan pemerintah setelah Aset Tetap dimiliki atau ada. Ada dua jenis tipe
untuk memperbaiki kondisi Aset Tetap ada. Biaya jenis ini diakui apabila
Aset Tetap diukur sebesar nilai perolehannya. Nilai perolehan yang dimaksud
tersebut adalah nilai beli ditambah biaya-biaya terkait lainnya hingga Aset Tetap
tersebut siap digunakan oleh pemerintah misalnya biaya pengiriman, biaya persiapan
tempat, biaya pemasangan, biaya pegawai pengadaan, biaya untuk menguji dan lain
24
sebagainya. Apabila nilai perolehan Aset Tetap tersebut tidak dapat atau tidak
memungkinkan untuk diketahui, maka Aset Tetap diukur sesuai dengan nilai wajar
Aset Tetap yang dibangun dengan cara swakelola diukur dengan menghitung
seluruh biaya terkaitnya yang meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan
baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
nilainya. Apabila nilai Aset Tetap tersebut tidak diketahui, maka akan diukur dengan
nilai wajar. Nilai wajar yang dimaksud adalah nilai tukar aset antar pihak yang ingin
Aset Tetap yang diperoleh dari pertukaran dapat dilakukan pemerintah baik itu
kepada sesama pemerintah maupun dengan pihak lain. Apabila Aset Tetap yang
ditukar sejenis, maka yang nilai yang diukur berdasarkan nilai bukunya. Tapi, apabila
pertukaran yang terjadi tidak sejenis, maka yang diukur adalah nilai wajarnya.
biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat
25
diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas
tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan
Jurnal Untuk mencatat Transaksi pembelian aset dari L/K (langsung) pada saat
Jurnal Untuk mencatat Transaksi pembelian aset dari L/K (langsung) pada saat
Jika dieliminasi antara jurnal SAIBA dan SIMAK-BMN, akan terbentuk jurnal
berikut:
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat
disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat Aset Tetap dalam
Nomor 1/PMK.06/2013 Tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap
Pada Entitas Pemerintah Pusat, penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap
dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu serta
Masa manfaat Aset Tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik
dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode
sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian. Selain Tanah dan KDP,
seluruh Aset Tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Hal
Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset
Pada suatu kondisi tertentu diperlukan suatu penghentian Aset Tetap. Suatu Aset
Tetap dieliminasi dari Neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang.
Suatu Aset Tetap dapat dihapus apabila Aset Tetap tersebut hilang, rusak berat,
ataupun apabila masa manfaatnya telah berakhir. Aset Tetap yang secara permanen
dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi
definisi Aset Tetap dan harus dipindahkan ke pos Aset Lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya. Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah karena
Satker terdiri dari Laporan Pelaksanaan Anggaran (budgetary reports) dan Laporan
b. Neraca;
c. Laporan Operasional;
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
1) Penambahan;
2) Pelepasan;
1) Nilai penyusutan;
4) Nilai tercatat bruto dan Akumulasi Penyusutan pada awal dan akhir periode.
e. Jika Aset Tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal berikut
harus diungkapkan:
ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap yang terdapat pada PMK
suatu aset di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi tidak disajikan di Neraca
sebagai Aset Tetap, namun disajikan pada Laporan Ekstrakomptabel serta disajikan
B. Pembahasan
Penyajian akun Aset Tetap milik Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK, secara
penyajiannya Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah memenuhi kriteria yang
30
disyaratkan oleh PSAP Nomor 7 terkait Aset Tetap. PSAP 7 mensyaratkan bahwa
a. Tanah
yang tersaji pada tahun berjalan di dalam Neraca dengan nilai yang tersaji tahun
berikutnya. Adapun klasifikasi Aset Tetap pada Neraca Biro Keuangan Setjen
Dilihat dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyajian akun Aset Tetap pada
Neraca Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah sesuai dengan yang
disyaratkan oleh PSAP. Untuk tahun 2015, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK
telah menyajikan Aset Tetap tersebut dengan membandingkannya dengan saldo tahun
Nilai-nilai Aset Tetap yang tersaji di Neraca tahun 2015, setelah ditelusuri
dengan data yang ada di Catatan atas Laporan Keuangan, semua pengungkapan terkait
akun Aset Tetap yang dibutuhkan sudah tersaji di Catatan atas Laporan Keuangan,
31
telah sesuai dengan PSAP 07 yang menyatakan bahwa Aset Tetap diklasifikasikan
berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.
pemerintah tersebut. Hal ini diatur lebih jauh oleh PMK nomor 225/PMK.05/2016
bahwa Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa depan dapat diukur secara
handal.
Aset Tetap yang diakui oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK adalah
Peralatan dan Mesin, Jaringan, Aset Tetap lainnya yang berwujud yang memiliki
umur manfaat lebih dari 12 bulan dan tidak untuk dijual, digunakan untuk
kepentingan operasi dan dapat diukur secara andal. Hal tersebut sudah sesuai dengan
Pemerintah Pusat.
Pada dasarnya suatu Aset Tetap diakui ketika barang sudah diterima oleh suatu
entitas. Dalam praktiknya, Biro Keuangan Kementerian LHK seharusnya sudah bisa
mengakui barang pada saat diterima oleh panitia penerima barang. Hal tersebut karena
aplikasi SAIBA yang digunakan oleh entitas akuntansi tersebut berpedoman kepada
Pemerintah Pusat.
Penerapan akrual dengan pengakuan pada saat timbul kejadian belum sepenuhnya
32
dapat diimplementasikan yaitu pengakuan aset atau beban, baru bisa diinput ketika
terjadi atau sudah terjadi pengeluaran dari kas negara. Modifikasi aplikasi baru dapat
dilakukan pada level proses dan output yaitu berbentuk Buku Besar akrual dan buku
besar kas pada saat bersamaan atau aktivitas timbulnya beban/aset/kewajiban yang
berdasarkan dokumen BAST, SPP/SPM belum dapat dicatat dalam jurnal akrual.
Meski demikian hal diatas masih dapat dibantu jurnal penyesuaian setiap Periode
Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin. Dalam transaksi ini, terbit Surat
Pesanan pada tanggal 19 Oktober 2015. Barang diterima pada saat BAST terbit pada
tanggal 26 Oktober 2015. SPM terbit pada tanggal 24 November 2015. SP2D terbit
pada tanggal 25 November 2015. Transaksi dalam SPM terdiri dari pengeluaran
Tabel diatas merupakan Buku Besar yang dicatat pada aplikasi SAIBA. Transaksi
diakui di Buku Besar pada tanggal 25 November 2015. Hal ini berarti Biro Keuangan
Setjen Kementerian LHK baru mengakui Aset Tetap dalam transaksi tersebut pada
Dari segi kapitalisasi Aset Tetap, Transaksi yang dibahas memiliki klasifikasi
Peralatan dan Mesin. Harga satuan nilainya lebih tinggi dari Rp300.000,00. Hal ini
berarti, kapitalisasi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK dalam prakteknya telah
Menurut PSAP 07, Pengakuan Aset Tetap dikatakan handal apabila dalam
perolehannya, Aset Tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya
dan atau pada saat penguasaannya berpindah kepada pemerintah. Hal ini berarti
seharusnya Aset Tetap diakui pada saat aset tetap tadi diterima oleh suatu entitas
pemerintah.
Saat suatu entitas pemerimah menerima suatu barang, maka akan diterbitkan
dokumen BAST. Apabila disandingkan dengan ketentuan di PSAP 07, suatu entitas
pemerintah seharusnya mengakui suatu Aset Tetap pada saat BAST terbit.
Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK baru mengakui Aset Tetap dalam
peraturan, Aset Tetap harus diakui pada saat BAST terbit. BAST transaksi tersebut
terbit pada tanggal 26 Oktober 2015. Sedangkan Biro Keuangan Setjen Kementerian
LHK baru mengakui Aset Tetap pada tanggal 25 November 2015 bersamaan dengan
terbitnya SP2D. Hal ini berarti, pengakuan Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen
Kementerian LHK tidak sesuai dengan PSAP 07. Namun ketidaksesuaian masih dapat
Tetap diukur sebesar nilai perolehannya sampai Aset Tetap tersebut siap digunakan
ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan
Kementerian LHK telah sesuai dengan PSAP 07 yang menyatakan bahwa Aset Tetap
dinilai dengan biaya perolehan atau juga bisa disebut nilai peolehan historis. Apabila
maka nilai Aset Tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Jadi, dilihat
LHK sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.
Pada contoh praktiknya, pada suatu transaksi terbit Surat Pesanan pada tanggal 19
Oktober 2015. Barang diterima pada saat BAST terbit pada tanggal 26 Oktober 2015.
SPM terbit pada tanggal 24 November 2015. SP2D terbit pada tanggal 25 November
2015. Transaksi dalam SPM terdiri dari pengeluaran sebesar Rp195.777.589,00 dan
sebesar Rp195.777.589,00 dan potongan sebesar Rp20.467.656,00. Dari SPM ini nilai
Menurut PSAP 07 Tahun 2010, Aset Tetap diukur sebesar nilai perolehannya.
adalah biaya perolehan enam jenis Aset Tetap peralatan. Sedangkan nilai potongan
karena itu adalah potongan pajak dan lain-lain yang tidak mengurangi biaya
perolehan.
Kementerian LHK dijadikan sebagai dasar nilai pengukuran. Transaksi ini dicatat di
36
dalam Buku Besar dengan nilai sebesar nilai pengeluaran SPM yaitu
Dari data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran yang
dilakukan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah sesuai dengan PSAP
Sesuai PSAP Nomor 07 Tahun 2010 penyusutan adalah alokasi yang sistematis
atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat disusutkan selama masa manfaat aset yang
pengurang nilai tercatat Aset Tetap dalam Neraca dan Beban Penyusutan dalam
Laporan Operasional.
Garis Lurus (Straight Line Method) tanpa nilai sisa. Metode garis lurus menyusutkan
dengan cara membagi nilai perolehan awal dengan masa manfaat dari suatu Aset
Tetap. Entitas pemerintah tidak diperkenankan untuk memberikan nilai sisa pada
adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode
garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap
secara merata setiap semester selama masa manfaat. Berdasarkan pernyataan ini dapat
Kementerian LHK sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.
37
Masa Manfaat Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK
Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Aturan ini berisi
mengenai masa manfaat dari suatu Aset Tetap. Aturan ini akan menjadi dasar untuk
Kementerian LHK.
penyusutan Aset Tetap yang dilakukan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK.
Berikut adalah jurnal perhitungan Beban Penyusutan pada tanggal 31 Desember 2015.
Melihat pada Buku Besar, terdapat saldo debit Beban Penyusutan pada Aset
Penyusutan sebesar Rp47.160.000,00. Hal ini dapat dibuat jurnal tehadap Beban
Contoh dari Beban Penyusutan adalah Beban Penyusutan yang terjadi pada dua
unit lori dengan kode Aset Tetap 3.01.01.05.005 (alat besar darat) yang memiliki nilai
*Rp7.040.000,00/10
Melalui perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan Beban
Penyusutan untuk Aset Tetap berupa lori adalah sudah benar. Dilihat dari segi
penggunaan metode garis lurus, Beban Penyusutan yang terjadi adalah Rp704.000,00
dan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencatat Beban Penyusutan dengan
nilai serupa.
Jurnal:
Contoh lain dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada A.C.
Split dengan kode Aset Tetap 3.05.02.04.004 (alat rumah tangga) yang memiliki nilai
*Rp31.240.000/5
Penyusutan untuk Aset Tetap berupa A.C. Split adalah tidak benar. Dilihat dari segi
Penyusutan dengan besar Rp2.200.000. nilai ini tidak sesuai dengan Beban
Jurnal:
Contoh selanjutnya dari Beban Penyusutan adalah Penyusutan yang terjadi pada
alat perekam suara dengan kode Aset Tetap. 3.05.01.05.052 Peralatan kantor yang
memiliki nilai perolehan Rp5.500.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban
*Rp5.500.000,00/5
Melalui perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan Beban
40
Penyusutan untuk Aset Tetap berupa alat perekam suara adalah sudah benar. Dilihat
dari segi penggunaan metode garis lurus, Beban Penyusutan yang terjadi adalah
Jurnal:
penghitungan Beban Penyusutan aset tidak semuanya benar. Jadi, perhitungan Beban
Penyusutan pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK masih belum sesuai
secara otomatis oleh aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN yang digunakan oleh objek
sesuai dengan data yang diinput. Aplikasi tersebut telah di kembangkan sesuai dengan
seharusnya memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Namun kenyataannya masih ada
Suatu Aset Tetap dieliminasi dari Neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
41
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan
datang.
Suatu Aset Tetap dapat dihapus apabila Aset Tetap tersebut hilang, rusak berat,
ataupun apabila masa manfaatnya telah berakhir. Aset Tetap yang secara permanen
dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK yang tidak digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan
jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak
berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya
Neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan Perundang-
bahwa kebijakan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan yang
Seperti yang sudah diungkapkan pada bab dua. Selama tahun 2016 Biro
Tetap miliknya. hal itu termasuk kepada Aset Tetap yang nilai manfaatnya telah
berakhir di periode tahun 2016 ataupun periode tahun sebelumnya. Pengurangan saldo
nilai buku Aset Tetap yang terjadi selama tahun 2016 terjadi karena terjadi
penyusutan, dan bukan dari penghapusan. Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK
42
juga tidak memiliki Aset Tetap yang dalam kondisi rusak berat yang secara teknis
Alasan untuk tidak menghapuskan Aset Tetap yang masa manfaatnya habis
adalah karena Aset Tetap tersebut masih memiliki manfaat atau masih digunakan oleh
Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK. PSAP 07 tahun 2010 tidak melarang hal
ini. Jadi, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melanggar ketentuan yang
Beberapa Aset Tetap yang habis masa manfaatnya diantaranya adalah dua unit
mobil jeep, lemari besi dan jaringan. Meski masa manfaat dari Aset Tetap tersebut
sudah habis, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melakukan penghapusan
Sesuai dengan PSAP Nomor 07 Tahun 2010, Aset Tetap harus disajikan di dalam
Dalam Neraca Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK, Aset Tetap disajikan
Kementerian LHK didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sesuai dengan
a. Pengeluaran untuk per satuan Peralatan dan Mesin yang nilainya sama dengan
b. Pengeluaran untuk Gedung dan Bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010.
Tinjauan atas pengungkapan pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak
dapat dilakukan. Karena penulis tidak memperoleh Calk Biro Keuangan Setjen
SIMPULAN
A. Simpulan
bidang keuangan negara, maka setiap entitas Pemerintah baik pusat maupun
sekali yang paling sedikit terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
2. Klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah
disajikan dengan benar sesuai PSAP 07 tahun 2010. Menurut PSAP 07, Aset
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen
Kementerian LHK terdiri dari Peralatan dan Mesin, Jalan, Irigasi dan Jaringan
klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah
sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010. Pengakuan Aset Tetap pada Biro Keuangan
Setjen Kementerian LHK belum sesuai dengan PSAP 07. Menurut PSAP 07,
44
45
Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa depan dapat diukur secara
saat SP2D terbit. Pengakuan ini tidak tepat karena seharusnya suatu Aset Tetap
diakui ketika Aset Tetap tersebut diterima oleh petugas yang berwenang. Dengan
kata lain pengakuan dilakukan ketika BAST terbit. Meski begitu, aplikasi SAIBA
3. Pengukuran Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah
sesuai dengan PSAP 07. Menurut PSAP 07, Aset Tetap diukur sebesar nilai
perolehannya sampai Aset Tetap tersebut siap digunakan oleh entitas pemerintah.
pengukuran menggunakan nilai yang dicantumkan dalam SP2D yang terbit. Hal
Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP
07.
sudah sesuai dengan PSAP nomor 07. Tapi, dalam prakteknya masih ditemui
antara nilai perolehan dengan masa manfaat. Dalam praktiknya, sebagian besar
Aset Tetap disusutkan dengan nilai yang tepat oleh Biro Keuangan Setjen
46
Kementerian LHK. Tapi ada beberapa Aset Tetap yang memiliki nilai Beban
5. Tidak ada penghapusan Aset Tetap yang terjadi pada Biro Keuangan Setjen
Kementerian LHK di tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 belum
ada penyajian dan pengungkapan Aset Tetap oleh Biro Keuangan Setjen
Kementerian LHK. Tapi, kebijakan penghapusan Aset Tetap pada Biro Keuangan
Tetap yang disajikan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencakup
Kementerian LHK tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena data berupa
CaLK tahun 2015 tidak dapat diberikan oleh Biro Keuangan Setjen Kmenterian
LHK.
.
47
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hamzah, Andy P. Nur Aisyah Kustiani 2014. Dasar Dasar Akuntansi Pemerintah.
Jakarta:Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Peraturan Pemerintah
dan Kehutanan
Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada
EntitasPemerintah Pusat
Akuntansi
Widyo Haryono,SE Ir. Sri Ulina Manik, Ir. Siswarno Kustiyana, SE. Akt.
MM. Msi.
Kepala Bag. Kepala Bag.
Perbendaharaan Kepala Bag. Verifikasi dan Kepala Bag.
Investasi dan Piutang Akuntansi dan
Penerimaan Negara Pelaporan
Budi Irianti, Ssos. Melani Setiawati, Dra. Nataliana Sri Dra. Sukemi
Msi. SE. Msi. Setono, Msi.
Kepala Sub. Bag.
Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Akuntansi dan
Bimbingan Penerimaan Negara Piutang Pelaporan II
Perbendaharaan Bukan Pajak I
Dra. A.Indra Karsidi, SE. MM. Haswadi, SE. Msi Drs. Nadiful Alim,
Dewanti, MM. Ak. Msi.
Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag.
Kepala Sub. Bag. Penerimaan Negara Tata Usaha Biro Kepala Sub. Bag.
Penyelesaian Bukan Pajak II Akuntansi dan
Kerugian Negara Pelaporan III
Lampiran 2 Laporan Keuangan
Lampiran 3 Buku Besar
Lampiran 4 Laporan Penyusutan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Intrakomptabel
Lampiran 5 Dokumen Sumber