Anda di halaman 1dari 67

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Tinjauan Atas Penerapan PSAP Nomor 07 Tentang Aset Tetap Pada

Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Tahun 2016

Diajukan oleh :
Rozano Fikri Andana
NPM : 143060020208

Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Akuntansi

Tahun 2017
ii

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

TANDA PERSETUJUAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : ROZANO FIKRI ANDANA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 143060020208
PROGRAM STUDI : DIPLOMAIII AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AKUNTANSI PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS
AKHIR : TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAP
NOMOR 07 PADA BIRO KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDRAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN TAHUN 2015

1. Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi Dosen Pembimbing

2.

3. Yuniarto Hadiwibowo, M.A., Ph.D. Widhayat Rudhi Windarta, A.k,M.Ak,


NIP 19740609 199502 1 001 NIP 19720525 199302 1 001

ii
iii

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : ROZANO FIKRI ANDANA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 143060020208
PROGRAM STUDI : DIPLOMAIII AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AKUNTANSI PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS
AKHIR : TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAP
NOMOR 07 PADA BIRO KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDRAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN TAHUN 2016
Tangerang Selatan, _____________ 2017

1. ............................................. (Dosen Penilai I/Pembimbing)

Widhayat Rudhi Windarta, A.k,M.Ak,

NIP 19720525 199302 1 001

2. ............................................ (Dosen Penilai II)

Drs. Totong Sutama, Ak.

iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : ROZANO FIKRI ANDANA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 143060020208
PROGRAM STUDI : DIPLOMAIII AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AKUNTANSI PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAP
NOMOR 07 PADA BIRO KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDRAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN TAHUN 2016
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya KARYA TULIS TUGAS
AKHIR ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada
penulis aslinya.Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap
dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.

Tangerang Selatan, _____________ 2017


Yang memberikan pernyatan,
PAKAI MATERAI 6000 

Nama mahasiswa

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah Allah berikan. Dengan segala kuasa

dan kehendaknya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir tepat waktu

untuk memenuhi salah satu dari syarat-syarat dinyatakan lulus Program Diploma III

Program Studi Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN. Sholawat serta Salam

semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W.,

beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang berpeguh teguh dijalan-Nya sampai

hari akhir.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis ini penulis mendapatkan banyak sekali

pengalaman berharga, berbagai macam kendala dan masalah. Penulis menyadari

bahwa karya tulis ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak.

Sehingga, Dalam proses penyelesaian Karya Tulis ini, penulis tidak lupa

mengucapkan segala terima kasih kepada pihak-pihak yang selalu memberikan

dukungan, motivasi, semangat dan dukungan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-satu.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Ibu tersayang. Terimakasih atas segala cinta, kasih dan sayangnya.

Terima kasih atas segala dukungan dan doa yang selalu kalian berikan kepada

emas.

2. Kepada adikku tercinta Raisa Alda Hairiah yang selalu ada untuk mewarnai

kehidupan ini.

v
3. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Politeknik Keuangan Negara STAN.

4. Bapak Widhayat Rudhi Windarta, A.k,M.Ak, CA selaku dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk membimbing penulis

dalam penyusunan karya tulis ini.

5. Bapak Totong Sutama yang telah memberikan perbaikan dan bimbingan terhadap

KTTA kami.

6. Seluruh guru dan dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, terima

kasih atas ilmu yang telah disampaikan dan selalu bermanfaat kepada penulis.

7. Mas Doni Fitriandy yang selalu membantu dan memberikan arahan juga saran

jika penulis menemui kesulitan. Terimakasih juga atas segala data-data untuk

Karya Tulis yang telah diberikan kepada penulis.

8. Mbak Deasy yang selalu siap untu membantu apabila terdapat kesulitan dalam

pembuatan Karya tulis ini.

9. Terimakasih kepada Dimas, Hary dan Rizki yang telah bersama sama menjadi

teman hidup selama kuliah di kampus kita ini. Bersama kita selalu memberikan

tawa, canda, cinta dan kasih sayang serta semangat untuk berjuang bersama.

10. Teman-teman kelas 2AJ, 4M, dan 6Y yang telah bersama-sama merasakan suka

dan dukanya bersama-sama kuliah di STAN.

11. Teman-teman dan kerabat lainnya yang telah memberikan berbagai memori dan

pengalaman selama ini.

12. Dan semua orang yang mau dan bersedia membantu penulis selama penulisan

KTTA ini. Semuanya terima kasih banyak.

vi
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna serta terdapat

kekurangan, kelemahan dan kesalahan dikarenakan keterbatasan tenaga, waktu, dan

pengetahuan yang penulis miliki. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan yang diinginkan.

Akhir kata, penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca bagi

kalangan akademik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tanggerang Selatan, Agustus 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


TANDA PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ............................................................... ii
PERNYATAAN LULUS TUGAS AKHIR................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................3

C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ............................................................4

D. Metode Penelitian .................................................................................................4

E. Sistematika Penulisan ...........................................................................................5

BAB II DATA DAN FAKTA ......................................................................................7

A. Gambaran Umum Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan ...........................................................................................7

1.Struktur Organisasi Kementerian LHK .............................................................7

2.Tugas dan Fungsi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK ............................8

3.Struktur Organisasi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .........................9

4.Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan ...................................................11

viii
B. Gambaran Umum Sistem Akuntansi Aset Tetap pada Biro Keuangan Sekretariat

Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan .................................12

1. Klasifikasi Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .........12

2. Pengakuan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK.........14

3. Pengukuran Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .......15

4. Penyusutan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK ........15

5. Penghapusan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK .....18

6. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK ...........................................................................................19

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN .............................................20

A. Landasan Teori....................................................................................................20

1.Pengertian dan Klasifikasi Aset Tetap .............................................................20

2.Pengakuan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07 ...........................................22

3.Pengukuran Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07 .........................................23

4.Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07 ..........................................26

5.Penghapusan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07 .......................................27

6.Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07 .............28

B. Pembahasan.........................................................................................................29

1.Klasifikasi Aset Tetap ......................................................................................29

2.Tinjauan atas Pengakuan Aset Tetap ...............................................................31

3.Tinjauan atas Pengukuran Aset Tetap..............................................................34

4.Tinjauan atas Penyusutan Aset Tetap ..............................................................36

5.Tinjauan atas Pelepasan dan Penghentian Aset Tetap .....................................40

ix
6.Tinjauan atas Penyajian dan Pengungkapan ....................................................42

BAB IV SIMPULAN ..................................................................................................44

A. Simpulan .............................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................47

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Laporan Barang Milik Negara .................................................................... 14

Tabel II.2 Kelompok Aset Tetap ................................................................................. 16

Tabel III.1 Buku Besar Peralatan dan Mesin Belum Diregister .................................. 32

Tabel III.2 Saldo Transfer ............................................................................................ 42

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi

Lampiran 2 Laporan Keuangan

Lampiran 3 Buku Besar

Lampiran 4 Laporan Penyusutan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Intrakomptabel

Lampiran 5 Dokumen Sumber

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2003, terjadi sebuah reformasi keuangan negara di Indonesia. Pada

tahun itu ditetapkan paket undang-undang di bidang keuangan negara. Penyusunan

Laporan Keuangan Pemerintah diharuskan berpedoman pada Standar Akuntansi

Pemerintah. Paket undang-undang tersebut meliputi, Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

Tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

Tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dengan

ditetapkannya paket tersebut, telah terjadi reformasi besar dan perubahan yang

mendasar dalam pengelolaan keuangan negara di Indonesia.

Dalam penyusunan Laporan Keuangan, pemerintah berpedoman pada Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP). SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan

untuk menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, baik pusat maupun

daerah. SAP pertama yang ditetapkan adalah SAP dengan basis kas menuju akrual

yang ditetapkan melalui PP 24 tahun 2005. Setelah itu, muncul SAP dengan basis

akrual penuh yang ditetapkan melalui PP 71 tahun 2010. Setelah PP 71 Tahun 2010

1
2

terbit, basis akrual penuh baru digunakan. Namun, apabila entitas belum dapat

menerapkan PSAP ini, entitas dapat menerapkan PSAP basis kas menuju akrual

paling lambat sampai tahun 2014.

Standar Akuntansi Pemerintah mengatur penyajian pos-pos yang harus disajikan

dalam Laporan Keuangan seperti pos Kas, pos Piutang, pos Aset Tetap dan pos-pos

lainnya. Karya tulis ini akan mengambil contoh dan meneliti lebih dalam mengenai

permasalahan pada akuntansi Aset Tetap.

Aset Tetap adalah salah satu komponen utama dalam sebuah organisasi untuk

menjalankan operasional organisasi tersebut. Pada entitas pemerintah, Aset Tetap

diperoleh dan digunakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat

ekonomis dan manfaat sosial dari penyelenggaraan pelayanan publik kepada

masyarakat. Tanpa Aset Tetap (infrastruktur pemerintah) yang memadai, sebaik

apapun program kerja dan pelayanan publik yang direncanakan dan dijalankan oleh

pemerintah, tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap merupakan salah satu

aset yang cukup penting bagi setiap entitas pelaporan pemerintah. Aset Tetap di

dalam laporan keuangan sering kali menjadi perhatian utama bagi setiap pengguna

Laporan Keuangan untuk menentukan apakah manajemen organisasi telah dijalankan

dengan baik atau masih perlu diperbaiki. Oleh karena beberapa hal yang disampaikan

di atas, karya tulis ini akan mengkaji lebih dalam tentang Aset Tetap. Dalam Karya

Tulis Tugas Akhir ini, penulis mengambil Laporan Keuangan Biro Keuangan

Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015.


3

Oleh karena itu, penulis mengajukan judul untuk Karya Tulis Tugas Akhir ini

adalah “Tinjauan Atas Penerapan PSAP Nomor 07 Tentang Aset Tetap Pada

Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Tahun 2015”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:

1. Untuk meninjau penerapan pengklasifikasian Aset Tetap menurut PSAP Nomor

07 pada Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

2. Untuk meninjau penerapan pengakuan Aset Tetap menurut PSAP Nomor 07 pada

Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

3. Untuk meninjau penerapan pengukuran Aset Tetap menurut PSAP Nomor 07

pada Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

4. Untuk meninjau penerapan penyusutan Aset Tetap menurut PSAP Nomor 07

pada Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

5. Untuk meninjau penerapan penghapusan Aset Tetap menurut PSAP Nomor 07

pada Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.
4

6. Untuk meninjau penerapan penyajian dan pengungkapan Aset Tetap menurut

PSAP Nomor 07 pada Biro Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

7. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan program diploma 3 PKN-

STAN.

C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Pembahasan yang dilakukan oleh penulis dibatasi hanya pada pengklasifikasian,

pengakuan perolehan, pengukuran, penyajian, penyusutan, penghapusan serta melihat

kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip dasar akuntansi pemerintahan pada praktik yang

dilakukan oleh Biro Keungan Sekretariat Jenderal Lingkungan Hidup dan Kehutanan

yang dalam karya tulis ini akan disingkat menjadi Biro Keungan Setjen Kementerian

LHK.

Data CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK tahun 2015 Tidak dapat

diperoleh. Namun, CaLK pada tahun 2016 berhasil didapatkan dan menurut pejabat

yang berwenang, Kebijakan yang diterapkan pada tahun 2015 dan 2016 adalah sama.

Oleh karena itu, CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK tahun 2016 menjadi

referensi pada KTTA ini.

D. Metode Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis, akan digunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode penelitian kepustakaan

Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan data maupun teori yang

berkaitan dengan topik bahasan pada karya tulis yang bersumber dari literatur, artikel,
5

undang-undang, makalah, maupun karya tulis lain, baik berupa hard copy maupun

soft copy.

2. Metode Studi Lapangan

Metode ini dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atau wawancara

langsung kepada pejabat atau petugas yang berwenang mengenai objek yang diteliti

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

E. Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bagian ini berisi latar belakang atau alasan menulis tema Tinjauan Atas

Penerapan PSAP Nomor 07 Tentang Aset Tetap Pada Biro Keuangan Sekretariat

Jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015, tujuan penulis

menulis tema tersebut, pembatasan ruang lingkup penulisan, metode penulisan serta

sistematika penyajian karya tulis tugas akhir ini.

BAB 2 : DATA DAN FAKTA

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan sedikit mengenai latar belakang Biro

Keuangan Setjen LHK dimulai dari profil umum, struktur organisasi permerintahan

yang sedang berjalan dan Struktur organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, tugas dan fungsi Biro Keungan Setjen LHK, dan struktur organisasi Biro

Keungan Setjen LHK. Selanjutnya penulis akan memaparkan sedikit tentang

Kebijakan Akuntansi berbasis akrual yang digunakan oleh Biro Keuangan Setjen

LHK. Terakhir, penulis ingin menjelaskan data-data yang disajikan dalam tahun 2015

terkait Aset Tetap.


6

BAB 3 : PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan untuk

membahas masalah terkait dan evaluasi kesesuaian antara perlakuan akuntansi atas

Aset Tetap pada tahun 2015 terhadap penerapan PSAP.

BAB 4 : SIMPULAN

Bab ini berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya

yang bisa ditindak lanjuti oleh pihak Biro Keungan Setjen LHK.
BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

1. Struktur Organisasi Kementerian LHK

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dipimpin oleh Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditunjuk oleh Presiden. Organisasi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdiri dari Sekretariat Jenderal,

Inspektorat Jenderal, 9 (sembilan) Direktorat Jenderal, 2 (dua) Badan, serta beberapa

staf ahli. Direktorat Jenderal yang dimaksud antara lain,

a. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan;

b. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem;

c. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung;

d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari;

e. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;

f. Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun

Berbahaya;

g. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim;

7
8

h. Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan;

i. Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Badan-badan yang berada dibawah struktur Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan adalah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta

Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi. Dalam membantu menjalankan tugas

pokok dan fungsinya, staf-staf ahli bidang tertentu juga dilibatkan. Seperti staf ahli

bidang hubungan antar lembaga pusat dan daerah, staf ahli bidang industri dan

perdagangan internasional, staf ahli bidang energi, staf ahli bidang ekonomi sumber

daya alam, dan staf ahli bidang pangan.

2. Tugas dan Fungsi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan berlokasi di gedung Manggala Wanabakti yang terletak di Jalan Jendral

Gatot Subroto, RT.5/RW.3, Senayan, Kebayoran Baru, RT.1/RW.3, Gelora, Kota

Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12190, Indonesia.

Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

yang selanjutnya disebut Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mempunyai

beberapa tugas pokok antara lain:

a. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi teknis urusan keuangan;

b. Melaksanakan pengelolaan investasi pemerintah;

c. Melaksanakan penerimaaan negara bukan pajak;

d. Melakukan koordinasi penyusunan pedoman pengelolaan keuangan dan

pembinaan;
9

e. Melaksanakan akuntansi dan pelaporan di lingkup kementerian.

Dalam menyelenggarakan tugas-tugas tersebut, Biro Keuangan

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan koordinasi tata laksana pengelolaan keuangan, perbendaharaan,

penyelesaian ganti kerugian negara, tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan/audit,

dan investasi pemerintah termasuk pembinaan instansi yang menerapkan pola

pengelolaan keuangan badan layanan umum;

b. Penatausahaan penerimaan negara bukan pajak dan dana bagi hasil, akuntansi,

pelaporan keuangan termasuk hibah, pengurusan piutang penerimaan negara

bukan pajak, penatausahaan revisi daftar isian pelaksanaan anggaran, dan

pengurusan rekening di lingkungan kementerian; dan

c. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.

3. Struktur Organisasi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Biro Keuangan merupakan salah satu unit akuntansi eselon II dibawah eselon I

Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Biro Keuangan

Sekretariat Jenderal Kementerian LHK berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/MENLHK-II/2015, tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdiri atas:

a. Bagian Perbendaharaan

Bagian Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

koordinasi penyusunan peraturan dan pembinaan perbendaharaan serta tata usaha

keuangan serta administrasi pengelolaan keuangan dan menyiapkan bahan koordinasi

penyusunan laporan pertanggung jawaban serta pembinaan pengelola perbendaharaan


10

di lingkup kementerian dan penyelesaian tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan serta

penyelesaian ganti kerugian negara di lingkup kementerian. Bagian perbendaharaan

terbagi lagi menjadi Subbagian Tata Laksana Perbendaharaan; Subbagian Bimbingan

Perbendaharaan; dan Subbagian Penyelesaian Kerugian Negara.

b. Bagian Investasi dan Penerimaan Negara

Bagian Investasi dan Penerimaan Negara mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan koordinasi investasi pemerintah, kerja sama perdagangan dan badan

layanan umum serta pembinaan penatausahaan penerimaan negara bukan pajak dan

pajak lainnya, dan penatausahaan dana bagi hasil penerimaan negara bukan pajak dan

penerimaan lainnya. Bagian Investasi dan Penerimaan Negara terbagi menjadi

Subbagian Investasi, Subbagian Penerimaan Negara Bukan Pajak I, dan Subbagian

Penerimaan Negara Bukan Pajak II.

c. Bagian Verifikasi dan Piutang

Bagian Verifikasi dan Piutang mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan

piutang, penyiapan bahan koordinasi pembinaan piutang, verifikasi APBN,

penatausahaan revisi DIPA dan pelaksanaan pengurusan rekening lingkup

Kementerian, serta rencana anggaran pendapatan dan belanja negara lingkup Biro.

Bagian Verifikasi dan Piutang terbagi menjadi Subbagian Verifikasi, Subbagian

Piutang, dan Subbagian Tata Usaha Biro.

d. Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

koordinasi pembinaan, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan serta hibah di

lingkup Kementerian. Bagian Akuntansi dan Pelaporan terbagi menjadi Subbagian


11

Akuntansi dan Pelaporan I, Subbagian Akuntansi dan Pelaporan II, Subbagian

Akuntansi dan Pelaporan III.

Gambar II.1 Bagan Struktur Organisasi Biro Keuangan Setjen LHK

Sumber:Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.


18/MENLHK-II/2015
4. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Tahun 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh

aspek keuangan yang dikelola oleh Biro Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan

melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun

yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran


12

sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian

Negara/Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem

Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI

dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan

Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem

yang menghasilkan laporan barang milik negara berupa Aset Tetap, Persediaan, dan

Aset Lainnya untuk penyusunan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

B. Gambaran Umum Sistem Akuntansi Aset Tetap pada Biro Keuangan

Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkunga Hidup dan Kehutanan

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah berpedoman

pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan pada Peraturan Menteri Keuangan

Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat (PMK). Kebijakan akuntansi

merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik

yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian Laporan

Keuangan.

1. Klasifikasi Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Pengklasifikasian Aset Tetap pada Biro Keuangan Kementerian LHK didasarkan

kepada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Aset Tetap yang dikuasai pada Neraca di Biro Keuangan Setjen Kementerian

LHK terdiri dari:


13

a. Peralatan dan Mesin;

b. Jalan, Irigasi dan Jaringan;

c. Aset Tetap Lainnya.

Aset Tetap yang tersedia pada Laporan Barang Milik Negara yang setelah ini

disebut laporan BMN pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK terdiri dari:

a. Peralatan dan Mesin;

b. Jaringan;

c. Aset Tetap Dalam Renovasi dengan nilai;

d. Aset Tetap Lainnya.

Laporan BMN disajikan berdasarkan rincian objek yang meliputi Barang Bukan

Aset Tetap dan Barang Aset Tetap. Dalam Laporan BMN juga ditampilkan

Akumulasi Penyusutan dari suatu Aset Tetap.

Laporan BMN di bawah ini adalah Laporan Barang Intrakomtabel, dalam laporan

tersebut telah termasuk Aset Tetap yang disajikan di Neraca. Angka Aset Tetap yang

disajikan di Neraca tersebut telah sesuai dengan angka Aset Tetap dalam Laporan

Barang Intrakomtabel tersebut.

Laporan BMN pada Biro Keuangan Setjen LHK seperti disajikan berikut ini :
14

Tabel II.1 Laporan Barang Milik Negara

Sumber: Laporan Keuangan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

2. Pengakuan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Pengakuan Aset Tetap pada Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian

LHK didasarkan kebijakan akuntansi yang berpedoman pada Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) Nomor 219/PMK.06/2013.

Realisasi Aset Tetap dari pengakuan Belanja Modal pada Biro Keuangan

Kementerian LHK tahun 2015 sebesar Rp1.174.225.953,00. Belanja Modal tersebut

terdiri dari Belanja Modal untuk Peralatan dan Mesin, belanja untuk menambah nilai

Aset Tetap dan Belanja Modal lainnya.

Di dalam total rincian contoh pengakuan Aset Tetap dapat digambarkan sebagai
15

berikut, didalam Belanja Modal sebesar Rp1.174.225.953,00 terdapat Belanja Modal

pengadaan Peralatan dan Mesin. Di dalam rincian ini, terdapat sebuah transaksi

dengan Surat Pesanan pada tanggal 19 Oktober 2015. Barang diterima dengan

membuat Berita Acara Serah Terima Barang (BAST) yang terbit pada tanggal 26

Oktober 2015. Surat Perintah Membayar (SPM) terbit pada tanggal 24 November

2015. Selanjutnya, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) terbit pada tanggal 25

November 2015. Transaksi dalam SPM terdiri dari pengeluaran sebesar

Rp195.777.589,00 dan potongan sebesar Rp20.467.656,00. Aset Tetap SP2D diinput

diaplikasi SAIBA yang merupakan pengakuan Aset Tetap pada saat SP2D terbit.

3. Pengukuran Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Pengukuran pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK adalah proses

penetapan nilai untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam Laporan

Keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Biro Keuangan Setjen Kementerian

LHK dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dengan

menggunakan nilai perolehan awal.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.

Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan

dinyatakan dalam mata uang rupiah. Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015 terukur

sebesar Rp3.498.370.246,00. Aset Tetap diukur oleh Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK sesuai dengan jumlah pengeluaran dalam SP2D senilai

Rp195.777.589,00.

4. Penyusutan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Penyusutan Aset Tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan


16

penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu Aset Tetap. Penghitungan dan

pencatatan Penyusutan Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.

Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus tanpa

nilai sisa yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap

secara merata setiap semester selama Masa Manfaat dan tanpa menggunakan nilai sisa

pada akhir masa manfaat. Hal ini berdasarkan PMK Nomor 1/PMK.06/2013 Tentang

Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

Masa manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri

Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka

Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

Secara umum tabel masa manfaat yang berlaku pada entitas pemerintah adalah

sebagai berikut:

Tabel II.2 Kelompok Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat


Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun
Sumber: CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK tahun 2016

Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 adalah sebesar

Rp12.994.986.249,00. Dari akumulasi penyusutan tersebut, terdapat Beban

Penyusutan untuk periode tahun 2015 sebesar Rp1,481,160,665,00.


17

Contoh Beban Penyusutan yang terjadi adalah Beban Penyusutan yang terjadi

pada dua unit lori yang bisa dilihat pada Laporan Penyusutan Kuasa Pengguna

Tahunan Intrakomptabel pada lampiran 4. Lori memiliki kode Aset Tetap

3.01.01.05.005 (alat besar darat) yang memiliki nilai perolehan Rp7.040.000,00 dan

masa manfaat 10 tahun memiliki Beban Penyusutan selama tahun 2015 sebesar

Rp704.000,00.

Contoh lain dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada A.C.

Split dengan kode Aset Tetap 3.05.02.04.004 (alat rumah tangga) yang memiliki nilai

perolehan Rp31.240.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban Penyusutan

selama tahun 2015 sebesar Rp1.100.000,00.

Contoh selanjutnya dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada

alat perekam suara dengan kode Aset Tetap. 3.05.01.05.052 Peralatan kantor yang

memiliki nilai perolehan Rp5.500.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban

Penyusutan selama tahun 2015 sebesar Rp1.100.000,00.

Melihat pada Buku Besar yang bisa dilihat pada lampiran 3, terdapat saldo debit

beban penyusutan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp47.160.000,00. Di lain pihak

terdapat saldo Akumulasi Penyusutan sebesar Rp47.160.000,00. Hal ini dapat dibuat

jurnal tehadap Beban Penyusutan.

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan kontra akun Aset Tetap yang

disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan

penurunan kapasitas dan manfaat Aset Tetap selain untuk Tanah dan Konstruksi

dalam Pengerjaan (KDP).


18

5. Penghapusan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Biro Umum Setjen

Kementerian LHK yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak

sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai

dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir

direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.

Aset Tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari

Neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan Perundang-

undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.

Selama tahun 2015 Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melakukan

penghapusan terhadap Aset Tetap miliknya. Hal itu termasuk kepada Aset Tetap yang

nilai manfaatnya telah berakhir di periode tahun 2015 ataupun periode tahun

sebelumnya. Pengurangan saldo nilai buku Aset Tetap yang terjadi selama tahun 2015

terjadi karena terjadi penyusutan, dan bukan dari penghapusan. Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK juga tidak memiliki Aset Tetap yang dalam kondisi rusak berat

yang secara teknis bisa dihapuskan karena tidak memiliki manfaat lagi.

Terdapat beberapa Aset Tetap yang sudah habis masa manfaatnya di tahun 2015

diantaranya adalah dua unit mobil jeep, lemari besi dan jaringan. Meski masa manfaat

dari Aset Tetap tersebut sudah habis, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK belum

melakukan pengusulan penghapusan Aset Tetap selama tahun 2015. Hal itu

dikarenakan aset-aset tersebut masih layak untuk digunakan.


19

6. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK

Penyajian dan pengungkapan Aset Tetap berpedoman kepada kebijakan PMK

Nomor 219/PMK.05/2013 dan PMK Nomor 120/PMK.06/2007.

Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah disajikan di dalam

Neraca sesuai dengan klasifiksasi Aset Tetap tersebut. Adalah sebagai berikut:

a. Peralatan dan Mesin sebesar Rp16.263.810.905,00;

b. Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp52.545.000,00;

c. Aset Tetap lainnya sebesar Rp177.000.590,00;

d. Akumulasi Penyusutan sebesar Rp12.994.986.249,00.


BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian dan Klasifikasi Aset Tetap

Aset Tetap menurut PSAP 07 adalah aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah

atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap memiliki karakteristik

berupa aset berwujud, memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan (satu periode

akuntansi) dan digunakan untuk kegiatan operasional entitas pemerintah.

PSAP 07 juga mengklasifikasikan Aset Tetap menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Tanah

b. Peralatan dan Mesin

c. Gedung dan Bangunan

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

e. Aset Tetap lainnya

f. Kontruksi Dalam Pengerjaan

20
21

PSAP 07 menjelaskan mengenai bagian-bagian dari klasifikasi tersebut termasuk

didalamnya suatu aset lain yang tidak disebutkan diatas yaitu Aset Bersejarah.

Namun, Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP) diatur tersendiri di dalam PSAP nomor

08 Tentang Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Penjabaran klasifikasi Aset Tetap adalah sebagai berikut:

a. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa

manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Apabila

Pemerintah membeli Peralatan dan Mesin dengan niat untuk dihibahkan atau

diberikan kepada pihak lain, maka Tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset

Peralatan dan Mesin, melainkan Persediaan.

b. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh

pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap

dipakai.

c. Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap lainnya mencakup Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke

dalam kelompok Aset Tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

d. Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan yang selanjutnya disingkat KDP adalah proses

pengadaan Aset Tetap baik itu swakelola maupun menggunakan pihak ketiga. KDP
22

ditujukan untuk aktivitas operasional yang pada akhir tahun anggaran belum selesai

seluruhnya.

Aset Tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak

memenuhi definisi Aset Tetap dan harus disajikan di pos Aset Lainnya sesuai dengan

nilai tercatatnya.

2. Pengakuan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07

Menurut PSAP Nomor 07, Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa

depan dapat diukur secara handal.

Pengakuan Aset Tetap yang didasarkan pada perolehan awal adalah sebagai

berikut:

a. Aset tersebut harus memiliki wujud,

b. Memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan terhitung sejak tanggal perolehannya,

c. Dimaksudkan untuk digunakan untuk kegiatan operasional pemerintah,

d. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara handal,

e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dan tidak untuk dijual,

Pengakuan Aset Tetap dikatakan handal apabila dalam perolehannya, Aset Tetap

tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat

penguasaannya berpindah kepada pemerintah.

Perolehan Aset Tetap dapat melalui pengadaan, pertukaran aset, hibah/donasi,

dan lainnya. Perolehan melalui pengadaan dapat dilakukan dengan cara membeli dari

kontrak kontruksi dengan pihak ketiga ataupun dengan cara swakelola. Pembelian

Aset Tetap dapat dilakukan secara tunggal atau gabungan.


23

Apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau

penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan

bermotor, saat itulah pengakuan aset tetap akan dapat diandalkan. Tapi, perolehan

Aset Tetap yang belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih

adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian Tanah yang

masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di

instansi berwenang, maka Aset Tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti

bahwa penguasaan atas Aset Tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi

pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

Pengeluaran setelah perolehan awal adalah pengeluaran-pengeluaran yang

dilakukan pemerintah setelah Aset Tetap dimiliki atau ada. Ada dua jenis tipe

pengeluaran Aset Tetap setelah perolehan awal yaitu:

a. Pengeluaran untuk biaya pemeliharaan terjadi apabila pengeluaran tersebut untuk

mempertahankan Aset Tetap yang sudah ada ke dalam kondisi normal.

b. Pengeluaran untuk biaya rehabilitas terjadi apabila pengeluaran dimaksudkan

untuk memperbaiki kondisi Aset Tetap ada. Biaya jenis ini diakui apabila

terdapat penambahan umur manfaat, penambahan kapasitas dan menambah

kualitas dari suatu Aset Tetap yang direhabilitasi.

3. Pengukuran Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07

Aset Tetap diukur sebesar nilai perolehannya. Nilai perolehan yang dimaksud

tersebut adalah nilai beli ditambah biaya-biaya terkait lainnya hingga Aset Tetap

tersebut siap digunakan oleh pemerintah misalnya biaya pengiriman, biaya persiapan

tempat, biaya pemasangan, biaya pegawai pengadaan, biaya untuk menguji dan lain
24

sebagainya. Apabila nilai perolehan Aset Tetap tersebut tidak dapat atau tidak

memungkinkan untuk diketahui, maka Aset Tetap diukur sesuai dengan nilai wajar

Aset Tetap tersebut saat perolehannya.

Aset Tetap yang dibangun dengan cara swakelola diukur dengan menghitung

seluruh biaya terkaitnya yang meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan

baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,

perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi

berkenaan dengan pembangunan Aset Tetap tersebut.

Aset Tetap yang diperoleh dari hibah/donasi/rampasan diukur berdasarkan

nilainya. Apabila nilai Aset Tetap tersebut tidak diketahui, maka akan diukur dengan

nilai wajar. Nilai wajar yang dimaksud adalah nilai tukar aset antar pihak yang ingin

bertransaksi dengan melakukan transaksi yang wajar.

Aset Tetap yang diperoleh dari pertukaran dapat dilakukan pemerintah baik itu

kepada sesama pemerintah maupun dengan pihak lain. Apabila Aset Tetap yang

ditukar sejenis, maka yang nilai yang diukur berdasarkan nilai bukunya. Tapi, apabila

pertukaran yang terjadi tidak sejenis, maka yang diukur adalah nilai wajarnya.

Penilaian kembali Aset Tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena

pengukuran Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan

biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin

dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional.

Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran

dengan bukti pembelian Aset Tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam

keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat
25

diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas

tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan

dalam proses konstruksi.

Jurnal Untuk mencatat Transaksi pembelian aset dari L/K (langsung) pada saat

pemesanan dan penerimaan barang pada SAIBA:

Tanggal Uraian Debit Credit

Aset tetap yang belum diregister XXX

Ditagihkan ke entitas lain XXX

Jurnal Untuk mencatat Transaksi pembelian aset dari L/K (langsung) pada saat

pemesanan dan penerimaan barang pada SIMAK-BMN:

Tanggal Uraian Debit Credit

Aset Tetap XXX

Aset tetap yang belum diregister XXX

Jika dieliminasi antara jurnal SAIBA dan SIMAK-BMN, akan terbentuk jurnal

berikut:

Tanggal Uraian Debit Credit

Aset Tetap XXX

Ditagihkan ke entitas lain XXX


26

4. Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07

Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat

disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk

masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat Aset Tetap dalam

Neraca dan Beban Penyusutan dalam Laporan Operasional.

Metode Penyusutan yang dapat digunakan adalah :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

b. Metode Penurunan Saldo Berganda (Double Declining Balance Method)

c. Metode Unit Produksi (Unit Production Method)

Berdasarkan PMK Nomor 90/PMK.06/2014 tentang Perubahan Atas PMK

Nomor 1/PMK.06/2013 Tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap

Pada Entitas Pemerintah Pusat, penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap

dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu serta

menggunakan metode garis lurus.

Masa manfaat Aset Tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik

dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode

sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian. Selain Tanah dan KDP,

seluruh Aset Tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Hal

di atas berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 Tentang

Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset

Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

Jurnal untuk penyusutan Aset Tetap:


27

Tanggal Uraian Debit Credit

Beban Penyusutan XXX

Akumulasi Penyusutan XXX

5. Penghapusan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07

Pada suatu kondisi tertentu diperlukan suatu penghentian Aset Tetap. Suatu Aset

Tetap dieliminasi dari Neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen

dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang.

Suatu Aset Tetap dapat dihapus apabila Aset Tetap tersebut hilang, rusak berat,

ataupun apabila masa manfaatnya telah berakhir. Aset Tetap yang secara permanen

dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan.

Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi

definisi Aset Tetap dan harus dipindahkan ke pos Aset Lainnya sesuai dengan nilai

tercatatnya. Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah karena

masa manfaatnya telah berakhir akan dilepaskan atau dimusnahkan.

Jurnal penghapusan Aset Tetap

Tanggal Uraian Debit Credit

Akumulasi Penyusutan XXX

Aset Tetap XXX


28

6. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Menurut PSAP Nomor 07

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set Laporan Keuangan pada

Satker terdiri dari Laporan Pelaksanaan Anggaran (budgetary reports) dan Laporan

Finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Neraca;

c. Laporan Operasional;

d. Laporan Perubahan Ekuitas;

e. Catatan atas Laporan Keuangan.

Hal-hal yang harus diungkapkan di dalam Laporan Keuangan terkait masing-

masing jenis Aset Tetap antara lain :

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

1) Penambahan;

2) Pelepasan;

3) Akumulasi Penyusutan dan Perubahan Nilai (jika ada); dan

4) Mutasi Aset Tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan meliputi :

1) Nilai penyusutan;

2) Metode penyusutan yang digunakan;

3) Masa manfaat atau tarif Penyusutan yang digunakan;

4) Nilai tercatat bruto dan Akumulasi Penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan:


29

1) Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam Konstruksi; dan

4) Jumlah komitmen untuk Akuisisi Aset Tetap.

e. Jika Aset Tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal berikut

harus diungkapkan:

1) Dasar peraturan untuk menilai kembali Aset Tetap;

2) Tanggal efektif penilaian kembali;

3) Jika ada, nama penilai independen;

4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

5) Nilai tercatat setiap jenis Aset Tetap.

Penyajian Aset Tetap harus memperhitungkan kebijakan pemerintah mengenai

ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap yang terdapat pada PMK

Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara. Nilai perolehan

suatu aset di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi tidak disajikan di Neraca

sebagai Aset Tetap, namun disajikan pada Laporan Ekstrakomptabel serta disajikan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan dan Laporan BMN.

B. Pembahasan

1. Tinjauan atas Klasifikasi Aset Tetap

Jika melihat Neraca Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK, di dalam

Penyajian akun Aset Tetap milik Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK, secara

penyajiannya Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah memenuhi kriteria yang
30

disyaratkan oleh PSAP Nomor 7 terkait Aset Tetap. PSAP 7 mensyaratkan bahwa

Aset Tetap disajikan dengan Klasifikasi :

a. Tanah

b. Peralatan dan Mesin

c. Gedung dan Bangunan

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

e. Aset Tetap Lainnya

f. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Penyajian tersebut juga disyaratkan dengan membandingkan nilai Aset Tetap

yang tersaji pada tahun berjalan di dalam Neraca dengan nilai yang tersaji tahun

berikutnya. Adapun klasifikasi Aset Tetap pada Neraca Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK adalah sebagai berikut:

a. Peralatan dan Mesin

b. Jalan, Irigasi dan Jaringan

c. Aset Tetap Lainnya

Dilihat dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyajian akun Aset Tetap pada

Neraca Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah sesuai dengan yang

disyaratkan oleh PSAP. Untuk tahun 2015, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

telah menyajikan Aset Tetap tersebut dengan membandingkannya dengan saldo tahun

sebelumnya, yaitu tahun 2014.

Nilai-nilai Aset Tetap yang tersaji di Neraca tahun 2015, setelah ditelusuri

dengan data yang ada di Catatan atas Laporan Keuangan, semua pengungkapan terkait

akun Aset Tetap yang dibutuhkan sudah tersaji di Catatan atas Laporan Keuangan,
31

Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

telah sesuai dengan PSAP 07 yang menyatakan bahwa Aset Tetap diklasifikasikan

berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.

2. Tinjauan atas Pengakuan Aset Tetap

Dalam Aturannya, PSAP 07 membebaskan setiap entitas pemerintah dalam

mengkapitalisasi biaya pengakuan Aset Tetap tergantung besar/kecilnya entitas

pemerintah tersebut. Hal ini diatur lebih jauh oleh PMK nomor 225/PMK.05/2016

Tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. PSAP 07 juga menyebutkan

bahwa Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa depan dapat diukur secara

handal.

Aset Tetap yang diakui oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK adalah

Peralatan dan Mesin, Jaringan, Aset Tetap lainnya yang berwujud yang memiliki

umur manfaat lebih dari 12 bulan dan tidak untuk dijual, digunakan untuk

kepentingan operasi dan dapat diukur secara andal. Hal tersebut sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.06/2013 Tentang Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Pusat.

Pada dasarnya suatu Aset Tetap diakui ketika barang sudah diterima oleh suatu

entitas. Dalam praktiknya, Biro Keuangan Kementerian LHK seharusnya sudah bisa

mengakui barang pada saat diterima oleh panitia penerima barang. Hal tersebut karena

aplikasi SAIBA yang digunakan oleh entitas akuntansi tersebut berpedoman kepada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 Tentang Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Pusat.

Penerapan akrual dengan pengakuan pada saat timbul kejadian belum sepenuhnya
32

dapat diimplementasikan yaitu pengakuan aset atau beban, baru bisa diinput ketika

terjadi atau sudah terjadi pengeluaran dari kas negara. Modifikasi aplikasi baru dapat

dilakukan pada level proses dan output yaitu berbentuk Buku Besar akrual dan buku

besar kas pada saat bersamaan atau aktivitas timbulnya beban/aset/kewajiban yang

berdasarkan dokumen BAST, SPP/SPM belum dapat dicatat dalam jurnal akrual.

Meski demikian hal diatas masih dapat dibantu jurnal penyesuaian setiap Periode

Semester Laporan Keuangan.

Di dalam total rincian Belanja Modal sebesar Rp1.174.225.953,00, terdapat

Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin. Dalam transaksi ini, terbit Surat

Pesanan pada tanggal 19 Oktober 2015. Barang diterima pada saat BAST terbit pada

tanggal 26 Oktober 2015. SPM terbit pada tanggal 24 November 2015. SP2D terbit

pada tanggal 25 November 2015. Transaksi dalam SPM terdiri dari pengeluaran

sebesar Rp195.777.589,00 dan potongan sebesar Rp20.467.656,00.

Tabel III.1 Buku Besar Peralatan dan Mesin Belum Diregister

Sumber: Buku Besar Biro Umum Setjen Kementerian LHK

Tabel diatas merupakan Buku Besar yang dicatat pada aplikasi SAIBA. Transaksi

pembelian Aset Tetap yang dibahas memiliki nomor dokumen 15181302036011

diakui di Buku Besar pada tanggal 25 November 2015. Hal ini berarti Biro Keuangan

Setjen Kementerian LHK baru mengakui Aset Tetap dalam transaksi tersebut pada

tanggal 25 November 2015.


33

Dari segi kapitalisasi Aset Tetap, Transaksi yang dibahas memiliki klasifikasi

Peralatan dan Mesin. Harga satuan nilainya lebih tinggi dari Rp300.000,00. Hal ini

berarti, kapitalisasi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK dalam prakteknya telah

sesuai baik dengan kebijakan PSAP 07.

Menurut PSAP 07, Pengakuan Aset Tetap dikatakan handal apabila dalam

perolehannya, Aset Tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya

dan atau pada saat penguasaannya berpindah kepada pemerintah. Hal ini berarti

seharusnya Aset Tetap diakui pada saat aset tetap tadi diterima oleh suatu entitas

pemerintah.

Saat suatu entitas pemerimah menerima suatu barang, maka akan diterbitkan

dokumen BAST. Apabila disandingkan dengan ketentuan di PSAP 07, suatu entitas

pemerintah seharusnya mengakui suatu Aset Tetap pada saat BAST terbit.

Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK baru mengakui Aset Tetap dalam

transaksi tersebut bersamaan dengan saat terbitnya SP2D. Sedangkan menurut

peraturan, Aset Tetap harus diakui pada saat BAST terbit. BAST transaksi tersebut

terbit pada tanggal 26 Oktober 2015. Sedangkan Biro Keuangan Setjen Kementerian

LHK baru mengakui Aset Tetap pada tanggal 25 November 2015 bersamaan dengan

terbitnya SP2D. Hal ini berarti, pengakuan Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK tidak sesuai dengan PSAP 07. Namun ketidaksesuaian masih dapat

diterima karena tidak terlalu berpengaruh dalam pembuatan Laporan Keuangan.


34

3. Tinjauan atas Pengukuran Aset Tetap

Sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah nomor 07 Tahun 2010, Aset

Tetap diukur sebesar nilai perolehannya sampai Aset Tetap tersebut siap digunakan

oleh entitas pemerintah.

Dasar pengukuran yang diterapkan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan

nilai perolehannya. Aset Tetap dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya

ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset

tersebut. Pengukuran pos-pos Laporan Keuangan menggunakan mata uang rupiah.

Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan

dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Secara kebijakan akuntansi, metode pengukuran Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK telah sesuai dengan PSAP 07 yang menyatakan bahwa Aset Tetap

dinilai dengan biaya perolehan atau juga bisa disebut nilai peolehan historis. Apabila

penilaian Aset Tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan

maka nilai Aset Tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Jadi, dilihat

dari kebijakan akuntansi, Laporan Keuangan Biro Keuangan Setjen Kementerian

LHK sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.

Pada contoh praktiknya, pada suatu transaksi terbit Surat Pesanan pada tanggal 19

Oktober 2015. Barang diterima pada saat BAST terbit pada tanggal 26 Oktober 2015.

SPM terbit pada tanggal 24 November 2015. SP2D terbit pada tanggal 25 November

2015. Transaksi dalam SPM terdiri dari pengeluaran sebesar Rp195.777.589,00 dan

potongan sebesar Rp20.467.656,00.


35

Pada 24 November 2015 terbit SPM terhadap transaksi dengan pengeluaran

sebesar Rp195.777.589,00 dan potongan sebesar Rp20.467.656,00. Dari SPM ini nilai

pengeluaran pembelian Aset Tetap sebesar Rp195.777.589,00 dijadikan sebagai dasar

pengukuran di dalam Buku Besar.

Gambar III.1 SPM

Sumber: SPM Biro Umum Setjen Kementerian LHK

Menurut PSAP 07 Tahun 2010, Aset Tetap diukur sebesar nilai perolehannya.

Dalam transaksi yang dibahas, nilai pengeluaran SPM sebesar Rp195.777.589,00

adalah biaya perolehan enam jenis Aset Tetap peralatan. Sedangkan nilai potongan

sebesar Rp20.467.656,00 tidak dimasukan ke dalam perhitungan biaya perolehan

karena itu adalah potongan pajak dan lain-lain yang tidak mengurangi biaya

perolehan.

Nilai pengeluaran SPM sebesar Rp195.777.589,00 oleh Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK dijadikan sebagai dasar nilai pengukuran. Transaksi ini dicatat di
36

dalam Buku Besar dengan nilai sebesar nilai pengeluaran SPM yaitu

Rp195.777.589,00 sebagai nilai pengukurannya.

Dari data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran yang

dilakukan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah sesuai dengan PSAP

07 yang menyatakan bahwa Aset tetap diukur berdasarkan nilai perolehannya.

4. Tinjauan atas Penyusutan Aset Tetap

Sesuai PSAP Nomor 07 Tahun 2010 penyusutan adalah alokasi yang sistematis

atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat disusutkan selama masa manfaat aset yang

bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai

pengurang nilai tercatat Aset Tetap dalam Neraca dan Beban Penyusutan dalam

Laporan Operasional.

Entitas pemerintah dalam melakukan penyusutan hanya dengan metode Metode

Garis Lurus (Straight Line Method) tanpa nilai sisa. Metode garis lurus menyusutkan

dengan cara membagi nilai perolehan awal dengan masa manfaat dari suatu Aset

Tetap. Entitas pemerintah tidak diperkenankan untuk memberikan nilai sisa pada

suatu Aset Tetap.

Perhitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap pada Biro Keuangan

Setjen Kementerian LHK dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan

adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode

garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap

secara merata setiap semester selama masa manfaat. Berdasarkan pernyataan ini dapat

disimpulkan bahwa, kebijakan akuntansi penyusutan pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.
37

Masa Manfaat Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK

ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang

Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Aturan ini berisi

mengenai masa manfaat dari suatu Aset Tetap. Aturan ini akan menjadi dasar untuk

perhitungan Beban Penyusutan pada Aset Tetap di Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK.

Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2016 dan 31

Desember 2015 adalah masing-masing sebesar Rp10.758.862.533,00 dan

Rp12.994.986.249,00. Dari Akumulasi Penyusutan tersebut, terdapat Beban

Penyusutan untuk periode tahun 2016 sebesar Rp691.770.753,00.

Adapun untuk meninjau praktik yang sesungguhnya dilakukan oleh Biro

Keuangan Setjen Kementerian LHK, akan ditinjau perhitungan dan penjurnalan

penyusutan Aset Tetap yang dilakukan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK.

Berikut adalah jurnal perhitungan Beban Penyusutan pada tanggal 31 Desember 2015.

Melihat pada Buku Besar, terdapat saldo debit Beban Penyusutan pada Aset

Tetap lainnya sebesar Rp47.160.000,00. Di lain pihak terdapat saldo Akumulasi

Penyusutan sebesar Rp47.160.000,00. Hal ini dapat dibuat jurnal tehadap Beban

Penyusutan. Jurnal dari kedua akun di samping adalah:

Tanggal Uraian Debit Credit

Beban Penyusutan Rp47.160.000,00

Akumulasi Penyusutan Rp47.160.000,00


38

Contoh dari Beban Penyusutan adalah Beban Penyusutan yang terjadi pada dua

unit lori dengan kode Aset Tetap 3.01.01.05.005 (alat besar darat) yang memiliki nilai

perolehan Rp7.040.000,00 dan masa manfaat 10 tahun memiliki Beban Penyusutan

selama tahun 2016 sebesar Rp704.000,00.

Nilai Masa Manfaat Beban Penyusutan


Rp7.040.000,00 10 Rp704.000,00*

*Rp7.040.000,00/10
Melalui perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan Beban

Penyusutan untuk Aset Tetap berupa lori adalah sudah benar. Dilihat dari segi

penggunaan metode garis lurus, Beban Penyusutan yang terjadi adalah Rp704.000,00

dan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencatat Beban Penyusutan dengan

nilai serupa.

Jurnal:

Tanggal Uraian Debit Credit

Beban Penyusutan Rp704.000,00

Akumulasi Penyusutan Rp704.000,00

Contoh lain dari Beban Penyusutan adalah penyusutan yang terjadi pada A.C.

Split dengan kode Aset Tetap 3.05.02.04.004 (alat rumah tangga) yang memiliki nilai

perolehan Rp31.240.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban Penyusutan

selama tahun 2016 sebesar Rp2.200.000,00.


39

Nilai Masa Manfaat Beban Penyusutan


Rp31.240.000,00 5 Rp6.248.000,00

*Rp31.240.000/5

Melalui perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan Beban

Penyusutan untuk Aset Tetap berupa A.C. Split adalah tidak benar. Dilihat dari segi

penggunaan metode garis lurus, Beban Penyusutan yang terjadi adalah

Rp6.248.000,00 tapi Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencatat Beban

Penyusutan dengan besar Rp2.200.000. nilai ini tidak sesuai dengan Beban

Penyusutan yang seharusnya terjadi.

Jurnal:

Tanggal Uraian Debit Credit

Beban Penyusutan Rp6.248.000,00

Akumulasi Penyusutan Rp6.248.000,00

Contoh selanjutnya dari Beban Penyusutan adalah Penyusutan yang terjadi pada

alat perekam suara dengan kode Aset Tetap. 3.05.01.05.052 Peralatan kantor yang

memiliki nilai perolehan Rp5.500.000,00 dan masa manfaat 5 tahun memiliki Beban

Penyusutan selama tahun 2016 sebesar Rp1.100.000,00.

Nilai Masa Manfaat Beban Penyusutan


Rp5.500.000,00 5 Rp1.100.000,00

*Rp5.500.000,00/5
Melalui perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan Beban
40

Penyusutan untuk Aset Tetap berupa alat perekam suara adalah sudah benar. Dilihat

dari segi penggunaan metode garis lurus, Beban Penyusutan yang terjadi adalah

Rp1.100.000,00 dan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencatat Beban

Penyusutan dengan nilai serupa.

Jurnal:

Tanggal Uraian Debit Credit

Beban Penyusutan Rp1.100.000,00

Akumulasi Penyusutan Rp1.100.000,00

Dari perhitungan-perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa praktik

penghitungan Beban Penyusutan aset tidak semuanya benar. Jadi, perhitungan Beban

Penyusutan pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK masih belum sesuai

dengan yang disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.

Perhitungan penyusutan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK telah dilakukan

secara otomatis oleh aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN yang digunakan oleh objek

sesuai dengan data yang diinput. Aplikasi tersebut telah di kembangkan sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan, sehingga perhitungan pembebanan penyusutan ini

seharusnya memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Namun kenyataannya masih ada

kesalahan dalam perhitungan Beban Penyusutan yang sudah dijelaskan di atas.

5. Tinjauan atas Pelepasan dan Penghentian Aset Tetap

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 Tahun 2010,

Suatu Aset Tetap dieliminasi dari Neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
41

permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan

datang.

Suatu Aset Tetap dapat dihapus apabila Aset Tetap tersebut hilang, rusak berat,

ataupun apabila masa manfaatnya telah berakhir. Aset Tetap yang secara permanen

dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan.

Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK yang tidak digunakan dalam

kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan

jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak

berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya

telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.

Aset Tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari

Neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan Perundang-

Undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.

Dari kebijakan akuntansi penghapusan Aset Tetap di atas dapat disimpulkan

bahwa kebijakan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan yang

disyaratkan oleh PSAP 07 tahun 2010.

Seperti yang sudah diungkapkan pada bab dua. Selama tahun 2016 Biro

Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melakukan penghapusan terhadap Aset

Tetap miliknya. hal itu termasuk kepada Aset Tetap yang nilai manfaatnya telah

berakhir di periode tahun 2016 ataupun periode tahun sebelumnya. Pengurangan saldo

nilai buku Aset Tetap yang terjadi selama tahun 2016 terjadi karena terjadi

penyusutan, dan bukan dari penghapusan. Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK
42

juga tidak memiliki Aset Tetap yang dalam kondisi rusak berat yang secara teknis

bisa dihapuskan karena tidak memiliki manfaat lagi.

Tabel III.2 Saldo Transfer


Saldo per 31 Desember 2015 Rp 16.263.810.905
Mutasi keluar:
Transfer keluar Rp (4.256.198.673)
Saldo per 31 Desember 2016 Rp 12.007.612.232
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2016 Rp (10.357.743.234)
Nilai Buku per 31 Desember 2016 Rp 1.649.868.998

Sumber: CaLK Biro Umum Setjen Kementerian LHK 2016

Alasan untuk tidak menghapuskan Aset Tetap yang masa manfaatnya habis

adalah karena Aset Tetap tersebut masih memiliki manfaat atau masih digunakan oleh

Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK. PSAP 07 tahun 2010 tidak melarang hal

ini. Jadi, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melanggar ketentuan yang

berlaku di PSAP 07 tahun 2010.

Beberapa Aset Tetap yang habis masa manfaatnya diantaranya adalah dua unit

mobil jeep, lemari besi dan jaringan. Meski masa manfaat dari Aset Tetap tersebut

sudah habis, Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak melakukan penghapusan

Aset Tetap selama tahun 2015.

6. Tinjauan atas Penyajian dan Pengungkapan

Sesuai dengan PSAP Nomor 07 Tahun 2010, Aset Tetap harus disajikan di dalam

Neraca sesuai dengan klasifiksasi Aset Tetap tersebut.

Dalam Neraca Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK, Aset Tetap disajikan

sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap tersebut yang mencakup:

a. Peralatan dan Mesin sebesar Rp16.263.810.905,00;

b. Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp52.545.000,00;


43

c. Aset Tetap Lainnya sebesar Rp177.000.590,00;

d. Akumulasi Penyusutan sebesar Rp12.994.986.249,00.

Penyajian dan pengungkapan Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sesuai dengan

PMK Nomor 120/PMK.06/2007 Tentang Penata Usahaan Milik Negara :

a. Pengeluaran untuk per satuan Peralatan dan Mesin yang nilainya sama dengan

atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);

b. Pengeluaran untuk Gedung dan Bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih

dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah);

c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi

tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk Tanah,

Jalan/Irigasi/Jaringan, dan Aset Tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan

barang bercorak kesenian;

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penyajian Laporan Keuangan

Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010.

Tinjauan atas pengungkapan pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK tidak

dapat dilakukan. Karena penulis tidak memperoleh Calk Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK tahun 2015.


BAB IV

SIMPULAN

A. Simpulan

1. Sejak reformasi keuangan mulai berlaku di Indonesia, pemerintah berangsur

angsur memperbaiki Laporan Keuangannya. Dan sebagai bentuk reformasi di

bidang keuangan negara, maka setiap entitas Pemerintah baik pusat maupun

daerah, wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangannya minimal setahun

sekali yang paling sedikit terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus

Kas, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah

disajikan dengan benar sesuai PSAP 07 tahun 2010. Menurut PSAP 07, Aset

Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam

aktivitas operasi entitas. Klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK terdiri dari Peralatan dan Mesin, Jalan, Irigasi dan Jaringan

serta Aset Tetap Lainnya. Penjelasan di atas mendukung kesimpulan bahwa

klasifikasi Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah

sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010. Pengakuan Aset Tetap pada Biro Keuangan

Setjen Kementerian LHK belum sesuai dengan PSAP 07. Menurut PSAP 07,

44
45

Aset Tetap diakui apabila manfaat ekonomi masa depan dapat diukur secara

handal. Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK melakukan pengakuan pada

saat SP2D terbit. Pengakuan ini tidak tepat karena seharusnya suatu Aset Tetap

diakui ketika Aset Tetap tersebut diterima oleh petugas yang berwenang. Dengan

kata lain pengakuan dilakukan ketika BAST terbit. Meski begitu, aplikasi SAIBA

telah memadai untuk menyusun Laporan Keuangan yang berbasis akrual.

3. Pengukuran Aset Tetap pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah

sesuai dengan PSAP 07. Menurut PSAP 07, Aset Tetap diukur sebesar nilai

perolehannya sampai Aset Tetap tersebut siap digunakan oleh entitas pemerintah.

Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK melakukan pengukuran dengan dasar

pengukuran menggunakan nilai yang dicantumkan dalam SP2D yang terbit. Hal

ini sudah sesuai dengan ketentuan bahwa pengukuran ditentukan berdasarkan

nilai perolehan. Penjelasan di atas mendukung kesimpulan bahwa pengukuran

Aset Tetap Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP

07.

4. Penyusutan pada Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK secara kebijakan

sudah sesuai dengan PSAP nomor 07. Tapi, dalam prakteknya masih ditemui

kesalahan pencatatan Beban Penyusutan. Menurut ketentuan yang berlaku, Biro

Keuangan Setjen Kementerian LHK harus menggunakan metode garis lurus

dalam menyusutkan Aset Tetap miliknya. Perhitungan metode ini membagi

antara nilai perolehan dengan masa manfaat. Dalam praktiknya, sebagian besar

Aset Tetap disusutkan dengan nilai yang tepat oleh Biro Keuangan Setjen
46

Kementerian LHK. Tapi ada beberapa Aset Tetap yang memiliki nilai Beban

Penyusutan yang tidak tepat.

5. Tidak ada penghapusan Aset Tetap yang terjadi pada Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK di tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 belum

ada penyajian dan pengungkapan Aset Tetap oleh Biro Keuangan Setjen

Kementerian LHK. Tapi, kebijakan penghapusan Aset Tetap pada Biro Keuangan

Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP 07.

6. Penyajian Laporan Keuangan Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK sudah

sesuai dengan PSAP Nomor 07 berdasarkan klasifikasinya. Klasifikasi Aset

Tetap yang disajikan oleh Biro Keuangan Setjen Kementerian LHK mencakup

Peralatan dan Mesin sebesar Rp16.263.810.905,00, Jalan, Irigasi dan Jaringan

Sebesar Rp52.545.000,00, Aset Tetap Lainnya sebesar Rp177.000.590,00, dan

Akumulasi Penyusutan Sebesar Rp12.994.986.249,00. Penjelasan di atas

mendukung kesimpulan bahwa Penyajian Laporan Keuangan Biro Keuangan

Setjen Kementerian LHK sudah sesuai dengan PSAP Nomor 07.

7. Tinjauan terhadap pengungkapan Aset Tetap padaBiro Keuangan Setjen

Kementerian LHK tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena data berupa

CaLK tahun 2015 tidak dapat diberikan oleh Biro Keuangan Setjen Kmenterian

LHK.

.
47

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Hamzah, Andy P. Nur Aisyah Kustiani 2014. Dasar Dasar Akuntansi Pemerintah.
Jakarta:Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Suryanovi, Sri. 2014. Akuntansi Pemerintah Pusat. Jakarta:Sekolah Tinggi Akuntansi


Negara.

Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/MENLHK-

II/2015, tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan

Peraturan Menteri Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.6/2013, tentang Tabel Masa Manfaat

Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada

EntitasPemerintah Pusat

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK/2013, tentang Kebijakan Akuntansi


Pemerintah Pusat

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK/2014, tentang Penerapan Standar

Akuntansi

Bultek 05. Akuntansi Penyusutan.


LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi

Maman Kusnandar, SE. MM.


Kepala Biro Keuangan Setjen Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

Widyo Haryono,SE Ir. Sri Ulina Manik, Ir. Siswarno Kustiyana, SE. Akt.
MM. Msi.
Kepala Bag. Kepala Bag.
Perbendaharaan Kepala Bag. Verifikasi dan Kepala Bag.
Investasi dan Piutang Akuntansi dan
Penerimaan Negara Pelaporan

Mumung Mulyana, Dwi Suryatini, SE. Bastami Perangin Deasy Susilowati,


Ssos Msi. Angin. A.Md. SE. MSAk.
Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag.
Tata Laksana Investasi Verifikasi Akuntansi dan
Perbendaharaan Pelaporan I

Budi Irianti, Ssos. Melani Setiawati, Dra. Nataliana Sri Dra. Sukemi
Msi. SE. Msi. Setono, Msi.
Kepala Sub. Bag.
Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag. Akuntansi dan
Bimbingan Penerimaan Negara Piutang Pelaporan II
Perbendaharaan Bukan Pajak I

Dra. A.Indra Karsidi, SE. MM. Haswadi, SE. Msi Drs. Nadiful Alim,
Dewanti, MM. Ak. Msi.
Kepala Sub. Bag. Kepala Sub. Bag.
Kepala Sub. Bag. Penerimaan Negara Tata Usaha Biro Kepala Sub. Bag.
Penyelesaian Bukan Pajak II Akuntansi dan
Kerugian Negara Pelaporan III
Lampiran 2 Laporan Keuangan
Lampiran 3 Buku Besar
Lampiran 4 Laporan Penyusutan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Intrakomptabel
Lampiran 5 Dokumen Sumber

Anda mungkin juga menyukai