Anda di halaman 1dari 86

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

TINJAUAN KEAHLIAN, INDEPENDENSI, DAN ETIKA

AUDITOR DI INSPEKTORAT KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2019

Diajukan oleh:
Wildanu Fauzi
NPM: 1302160048

Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi


Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Akuntansi
Tahun 2019

i
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : WILDANU FAUZI


NOMOR POKOK MAHASISWA : 1302160048
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AUDIT SEKTOR PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS AKHIR : TINJAUAN KEAHLIAN,
INDEPENDENSI, DAN ETIKA
AUDITOR DI INSPEKTORAT
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
2019

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Akuntansi Dosen Pembimbing

Yuniarto Hadiwibowo, M.A., Ph.D. Tjahjo Winarto, Ak., M.B.A


NIP 19740609 199502 1 001 NIP 19700519 199103 1 005

ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI


KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : WILDANU FAUZI


NOMOR POKOK MAHASISWA : 1302160048
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AUDIT SEKTOR PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS AKHIR : TINJAUAN KEAHLIAN,
INDEPENDENSI, DAN ETIKA
AUDITOR DI INSPEKTORAT
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
2019

Tangerang Selatan, 2019

1. …………………….. (Dosen Penilai I/Pembimbing)


Tjahjo Winarto, Ak., M.B.A
NIP 19700519 199103 1 005

2. …………………….. (Dosen Penilai II)


Muhadi Prabowo, Ak., M.B.A
NIP 19611121 198203 1 002

iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : WILDANU FAUZI


NOMOR POKOK MAHASISWA : 1302160048
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
BIDANG STUDI : AUDIT SEKTOR PEMERINTAH
JUDUL KARYA TULIS TUGAS AKHIR : TINJAUAN KEAHLIAN,
INDEPENDENSI, DAN ETIKA
AUDITOR DI INSPEKTORAT
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
2019

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah
hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang
saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti
saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut
gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 20 Juni 2019
Yang memberi pernyataan,

Materai 6000
Wildanu Fauzi
NPM 1302160048

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Pertama, Puji syukur kepada Allah S.W.T atas berkah limpahan rahmat, taufik,

dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

dengan tuntas. Tak lupa juga sholawat serta salam selalu saya curahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW.

Kedua, Karya Tulis Tugas Akhir yang berjudul “Tinjauan Keahlian,

Independensi, dan Etika Auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan” ini sangat

penting karena merupakan salah satu syarat kelulusan bagi penulis yang sedang

menyelesaikan program studi D-III Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN.

Kemudian yang tidak kalah penting juga yaitu dengan hadirnya karya tulis ini semoga

dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Ketiga, dalam proses pengerjaan karya tulis ini tentunya bukanlah hal yang

mudah. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu menyelesaikan karya tulis ini sehingga selesai tepat waktu sebagaimana

mestinya. Ucapan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada:

1. Ahmad Munif dan Titis Ranum Kurniarini yaitu orang tua penulis yang telah

memberikan segala-galanya selama ini baik dukungan moral maupun materiil.

2. Alfina Fauzia dan Ahsan Rifqi Fauzi saudara kandung penulis yang telah

memberikan motivasi, dan doa.

3. Bapak Rahmadi Murwanto, Ak.,M.Acc., Ph.D. selaku Direktur PKN STAN.

4. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, M.A., Ph.D. selaku Kepala Jurusan Akuntansi.

v
5. Bapak Tjahjo Winarto, Ak., M.B.A selaku dosen pembimbing yang telah begitu

sabar dan tulus memberikan waktu, pikiran, tenaga, bimbingan dan motivasi yang

luar biasa kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan Staf PKN STAN yang telah mendidik, membimbing, dan

memotivasi penulis selama mengikuti perkuliahan di Politeknik Keuangan Negara

STAN.

7. Teman-teman seperjuagan selama mengikuti perkuliahan di Politeknik Keuangan

Negara STAN, yaitu teman-teman di kelas 1-H, 3-05, dan 5-02.

8. Teman-teman H. Sanisan 2017, Rumah Quran PJMI 2018, dan Adila Putra 2019.

9. Teman-teman Organisasi Daerah MP STAN yang telah memerikan banyak

bantuan dan dukungan kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu yang telah banyak

memebrikan bantuan, dorongan, dan segala masukannya dalam penyelesaian

Karya Tulis Tugas Akhir ini.

Penulis hanya bisa mendoakan semoga semua bantuan dan dukungan yang telah

mereka berikan mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya.

Kesempurnaan hanyalah nilik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, penulis

menyadari masih sangat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam Karya Tulis

Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis dengan terbuka menerima kritik dan saran perbaikan

dari pembaca yang bersifat membangun untuk menjadikan karya tulis ini lebih baik.

Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa

Politeknik Keuangan Negara STAN serta bagi para pembaca pada umumnya.

vi
Tangerang Selatan, 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KARYA TULIS TUGAS AKHIR .................................................................................. i

PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ....................................................ii

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR . iii

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iv

KARYA TULIS TUGAS AKHIR ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 3

C. Ruang Lingkup......................................................................................................... 3

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 3

E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 4

BAB II DATA DAN FAKTA ...................................................................................... 7

A. Gambaran Umum tentang Inspektorat Kabupaten Grobogan .................................. 7

viii
1. Gambaran Umum ..................................................................................................... 7

2. Dasar Hukum ........................................................................................................... 7

3. Struktur Organisasi .................................................................................................. 9

B. Keahlian, Independensi, Dan Etika Auditor Inspektorat Kabupaten Grobogan

Tahun 2019 ............................................................................................................ 12

1. Keahlian Auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan ......................................... 12

2. Independensi APIP................................................................................................. 17

3. Objektivitas Auditor............................................................................................... 20

4. Etika Auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan ............................................... 21

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ............................................. 24

A. Landasan Teori....................................................................................................... 24

1. Standar yang digunakan ......................................................................................... 24

2. Pengertian tentang Auditor .................................................................................... 25

3. Pengertian tentang Auditor Intern Pemerintah Indoensia ...................................... 25

4. Pengertian tentang Audit, Evaluasi, Reviu, dan Pemantauan berdasarkan SAIPI

2014.............................................................................................................................. 27

5. Teori tentang Keahlian berdasarkan SAIPI 2014 .................................................. 27

6. Teori Independensi APIP berdasarkan SAIPI 2014.............................................. 31

7. Teori Objektivitas Auditor Berdasar SAIPI ........................................................... 33

8. Teori Etika Auditor Berdasarkan Kode Etik AAIPI 2014 ..................................... 34

ix
B. Pembahasan............................................................................................................ 38

1. Tinjauan Keahlian Auditor .................................................................................... 38

2. Tinjauan Independensi APIP berdasarkan SAIPI .................................................. 49

3. Tinjauan Objektivitas Auditor Berdasarkan SAIPI ............................................... 55

4. Tinjauan Etika Auditor berdasarkan Kode Etik AAIPI ......................................... 58

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 64

A. Simpulan ................................................................................................................ 64

B. Saran ...................................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 69

LAMPIRAN ................................................................................................................. 70

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur organisasi Inspektorat Grobogan ................................................. 9

xi
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Data Jabatan Fungsional Auditor di Inspektorat Grobogan ........................ 11

Tabel II.2 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 12

Tabel II.3 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 14

Tabel II.4 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 15

Tabel II.5 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 16

Tabel II.6 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 20

Tabel II.2 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019 ................................................................................................. 21

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita membahas tentang sebuah sistem pengendalian internal dalam

sebuah pemerintahan, maka yang melaksanakan tugas dan fungsi melakukan

pengawasan tersebut adalah APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah), termasuk

di dalamnya yaitu Inspektorat Kabupaten Grobogan.

Auditor dalam hal ini menjadi salah satu pengemban amanah dalam hal

melakukan amanah melakukan fungsi pengawasan. Beberapa komponen yang ada

dalam diri seorang auditor di lapangan antara lain: keahlian, independensi, dan etika

yang harus memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan sesuai dengan Standar Audit

Intern Pemerintah Indonesia tahun 2014 dan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah

Indonesia tahun 2014 menurut Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indoensia sebagai

tindak lanjut atas pencabutan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern

Pemerintah yang sudah mulai tidak berlaku sejak peraturan yang baru.

1
2

Keahlian yaitu Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

Indikator keahlian dapat dilihat dari kompetensi teknis, sertifikasi jabatan dan pelatihan

berkelanjutan.

Berikutnya yaitu independensi, yang kemudian dikelompokkan menjadi

indpendensi APIP dan objektivitas auditor. Indikator yang digunakan untuk meninjau

independensi yaitu antara lain: tanggung jawab Pimpinan APIP, hubungan antara APIP

dan objek pemeriksaan (obrik), dan. Sementara indikator yang diguankan untuk

meninjau objektivitas yaitu antara lain: hubungan istimewa dengan objek audit, konflik

kepentingan, dan sebagainya.

Topik bahasan yang terakhir yaitu etika yang harus dipatuhi oleh seorang

auditor. Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh seorang auditor antara

lain yaitu: Independensi, Objetivitas, Kerahasiaan, dan Kompetensi. Kemudian penulis

akan membahas bagaimana penerapan kode etik auditor dalam hal perilaku umum,

aturan perilaku auditor intern pemerintah dalam organisasi, hubungan sesama auditor,

dan hubungan auditor dengan auditan.

Dari semua pemaparan yang disaikan, penulis akan membandingkan kesesuian

antara ketentuan standar yang dianut dengan realita yang terjadi di lapangan sehingga

pada akhirnya menarik minat penulis untuk menuliskan sebuah Karya Tulis Tugas Akhir

yang berjudul “TINJAUAN KEAHLIAN, INDEPENDENSI, DAN ETIKA AUDITOR

DI INSPEKTORAT KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2019”.


3

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan KTTA adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keahlian auditor yang terdiri atas latar

belakang pendidikan, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan dan pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat independensi auditor yang bebas dari

intervensi sehingga dapat melaksanakan tugas dengan leluasa.

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat objektivitas auditor yang jujur dan tidak

berkompromi terhadap kualitas.

4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah

Indoensia secara komprehensif di lingkungan Inspektorat Kabupaten Grobogan.

C. Ruang Lingkup

Dalam melakukan penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian

agar tidak terlalu luas. Penelitian Karya Tulis Tugas Akhir ini hanya mencakup Standar

Umum Audit berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tahun 2014 dan

Kode Etik Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang meninjau keahlian,

independensi dan objektivitas, dan kode etik yang secara sah digunakan sebagai acuan

menurut perundang-undangan bagi objek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan KTTA ini adalah:

Pertama, dalam rangka penyusunana Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis

menggunakan metode penelitian kepustakaan sebagai sarana pengumpulan data. Hal


4

tersebut ditempuh dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur, tulisan-

tulisan, artikel yang diterbitkan baik dalam media cetak maupun elektronik dan materi

kuliah yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam Karya Tulis Tugas Akhir

ini. Penelitian kepustakaan ini dilakukan agar penulis memperoleh pemahaman yang

cukup mengenai konsep dan landasan teori yang akan digunakan dalam penyusunan

Karya Tulis Tugas Akhir.

Kedua, dalam rangka penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis juga

menggunakan metode penelitian lapangan sebagai sarana pengumpulan data langsung

dari objek yang akan dibahas. Hal tersebut ditempuh melalui tiga cara yaitu kuesioner,

wawancara, dan pengumpulan data yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas

dalam Karya Tulis Tugas Akhir. Data yang diperoleh dari metode ini berupa hasil

kuesioner, hasil wawancara, dan dokumen-dokumen ynag berhubungan dengan materi

yang akan dibahas. Penelitian lapangan ini dilakukan agar penulis memperoleh

pemahaman dan informasi secara nyata mengenai objek penelitian.

E. Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri dari empat bab, yaitu:

1. Bab I. Pendahuluan

Bab Pendahuluan pada Karya Tulis akan memberi gambaran umum mengenai

topik utama yang ingin penulis bahas. Gambaran tersebut dijelaskan dalam latar

belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan

sistematika penulisan.

2. Bab II. Data dan Fakta


5

Bab II dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini berisi pemaparan mengenai gambaran

umum Inspektorat Kabupaten Grobogan yang meliputi dasar hukum, tugas pokok dan

fungsi, dan struktur organisasi.

Kemudian dipaparkan juga mengenai data dan fakta keahlian, independensi,

dan etika auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan sesuai dengan Standar Audit

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

3. Bab III. Landasan Teori dan Pembahasan

Bab III dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini berisi landasan teori penelitian

meliputi, standar umum audit berdasarkan Standar Audit intern Pemerintah Indonesia

(SAIPI) tahun 2013, kode etik berdasarkan SAIPI tahun 2014, standar umum audit

berdasarkan PER/05/M.PAN/03/2008, teori mengenai pengertian auditor, keahlian,

independensi, dan etika

Selain itu, di Bab III terdapat pembahasan keahlian auditor yang meliputi

kompetensi auditor, latar belakang pendidikan auditor, kompetensi standar, sertifikasi

jabatan serta pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, dan penggunaan tenaga ahli dan

sebagainya.

Berikutnya yaitu pembahasan independensi auditor yang meliputi kebebasan

auditor dari intervensi sehingga dapat bekerja dengan leluasa, konfirmasi independensi

APIP dalam kegiatan audit ke Pimpinan Pemerintah Daerah tiap tahun, kegiatan

penjaminan kualitas yang bebas dari campur tangan dalam menentukan ruang lingkup,

pelaksanaan, dan pengomunikasian hasil dan sebagainya dalam lingkungan


6

Tinjauan objektivitas auditor yang meliputi kenetralan auditor, kejujuran dan

tidak mengompromikan kualitas, konflik kepentingan dan sebagainya dalam

lingkungan Inspektorat Kabupaten Grobogan.

Tinjauan etika auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan yang meliputi

Prinsip etika, aturan perilaku umum, aturan perilaku auditor intern pemerintah dalam

organisasi, hubugnan sesama auditor, hubungan auditor dengan auditan, larangan,

pelanggaran, pengecualian, dan sanksi atas pelanggaran

4. Bab IV. Simpulan dan Saran

Pada bagian ini berisi simpulan dari apa yang penulis bahas terkait dengan data

dan fakta yang terjadi dengan landasan teoeri untuk menjawab tujuan penulisan tugas

akhir yang penulis paparkan.


BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum tentang Inspektorat Kabupaten Grobogan

1. Gambaran Umum

Berdasarkan Peraturan Bupati Grobogan Nomor 50 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata

kerja Inspektorat, Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintah

Daerah. Inspektorat dipimpin oleh seorang Inspektur yang dalam melaksanakan

tugasnya bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014.

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

7
8

d. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah.

e. Peraturan pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembinaan Dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

f. Peraturan Menteri Negara Pembedayaan Aparatur Sipil Negara Nomor:

PER/220/M.PAN/7/2008 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka

Kreditnya.

g. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: Per-

211/K/JF/2010 Tentang Standar Kompetensi Auditor.

h. Peraturan Menteri Negara Pembedayaan Aparatur Sipil Negara Nomor:

PER/15/M.PAN/9/2009 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan

Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.

i. Permendagri Nomor 15 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyesuaian /

Inpassing.

j. Peraturan Kepala BPKP Nomor 6 Tahun 2017 tentang Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Auditor Melalui Penyesuaian / Inpassing

k. Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan perangkat Daerah.

l. Peraturan Bupati Grobogan Nomor 50 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata kerja Inspektorat.
9

3. Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur organisasi Inspektorat Grobogan

1Gambar 2.1 Struktur organisasi Inspektorat Grobogan

Sumber: Diolah dari data primer Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2019

Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:

a. Inspektur

Inspektur mempunyai tugas pokok membantu Bupati membina dan mengawasi

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas

pembantuan oleh perangkat daerah.

b. Sekretariat

Sekretaris Inspektorat Kabupaten Grobogan mempunyai tugas pokok

menyiapkan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan perencanaan,

evaluasi dan pelaporan, administrasi dan umum, hukum, hubungan masyarakat dan
10

organisasi (H2O) serta pengkoordinasian perencanaan dan pelaporan di bidang

pengawasan.

1) Sub Bagian Perencanaan

Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Sekretaris dalam perumusan kebijakan, pengoordinasian, pembinaan, pengendalian,

pengelolaan dan pemberian bimbingan di bidang perencanan, monitoring, evaluasi,

pelaporan dan sistem informasi Inspektorat.

2) Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagaian tugas Sekretaris dalam perumusan kebijakan, pengoordinasian, pembinaan,

pengendalian, pengelolaan, dan pemberian bimbingan di bidang evaluasi dan pelaporan

dengan menyusun, menghimpun, mengolah, menilai, dan menyimpan laporan hasil

pengawasan aparat pengawasan fungsional tertentu dan melakukan administrasi

pengaduan masyarakat serta penyusunan pelaporan kegiatan pengawasan.

3) Sub Bagian Administrasi dan Umum

Sub bagian Administrasi dan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Sekretaris dalam perumusan kebijakan, pengoordinasian, pembinaan,

pengendalian, pengelolaan dan pemberian bimbingan di bidang administrasi keuangan,

administrasi umum, surat menyurat, kepegawaian, hubungan masyarakat, sarana dan

prasarana, perlengkapan, urusan rumah tangga, protokol, perjalanan dinas, kearsipan,

hukum dan ketatalaksanaan.

4) Inspektur Pembantu Wilayah I,II,III, dan IV


11

Inspektur Pembantu mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Inspektur dalam perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan, pengkoordinasian,

pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi, evaluasi dan

pelaporan pelaksanakan pengawasan dan pembinaan dan terhadap penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh

perangkat daerah dan penanganan kasus pengaduan pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah dan instansi di Daerah.

5) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu yang selanjutnya disebut auditor terdiri

atas Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan Pengawas Penyelenggara Urusan

Pemerintah Daerah (P2UPD). Data Jabatan Fungsional di Inspektorat Kabupaten

Grobogan ialah sebagai berikut:

1Tabel II.1 Data Jabatan Fungsional Auditor di Inspektorat Grobogan

Tabel II.1 Data Jabatan Fungsional Auditor di Inspektorat Grobogan

Jabatan Jumlah
Auditor Pertama 5
Auditor Muda 8
Auditor Madya 8
Jumlah 21
Sumber: Diolah dari data primer Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2019

Berdasarkan Tabel II.2 dapat diketahui bahwa terdapat Jabatan Auditor Pertama

hingga yag tertinggi yaitu Auditor Madya.


12

B. Keahlian, Independensi, Dan Etika Auditor Inspektorat Kabupaten

Grobogan Tahun 2019

1. Keahlian Auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan

a. Kompetensi Teknis

Berdasarkan Peraturan Bupati Grobogan Nomor 41 Tahun 2016 tentang Standar

Audit Pengawasan Intern Pemerintah di Inspektorat Kabupaten Grobogan mengatakan

bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi lainnya

yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya yaitu:

1) Harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang

setara.

2) Memiliki kompetensi teknis di bidang auditing, akuntansi, administrasi

pemerintahan dan komunikasi.

3) Harus mempunyai sertifikasi jawaban fungsional Auditor dan mengikuti

pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan.

4) Dapat menggunakan tenaga ahli apabila Auditor atau APIP tidak mempunyai

keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan penugasan.

Kemudian terdapat juga data dari kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ada

di dalamnya bersumber dari Perka BPPK nomor 210 Tahun 2010 tentang Standar

Kompetensi Teknis Auditor Intern Pemerintah. Pertanyaan tersebut kemudian tersebar

ke beberapa atribut. Hasil kuesioner yang diberikan kepada para auditor adalah sebagai

berikut.2Tabel II.2 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor

Inspektorat Grobogan Tahun 2017


13

Tabel II.2 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 1 Atribut 2 Atribut 3 Atribut 4 Atribut 5 Atribut 6
Setuju 5 4 5 5 5 5
Auditor Pertama Kurang Setuju 0 1 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 8 6 8 8 8 8
Auditor Muda Kurang Setuju 0 2 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 8 8 8
Auditor Madya Kurang Setuju 0 0 0 8 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

Atribut 1 : Memiliki pengetahuan mengenai metode-metode yang tepat dalam

mengelola risiko.

Atribut 2: Memiliki pengetahuan mengenai risiko-risiko teknologi informasi dan

pengaruhnya terhadap organisasi dan bagaimana sistem informasi dapat membantu

mengelola risiko dan memberikan assurance terhadap organisasi secara keseluruhan.

Atribut 3: Memiliki pengetahuan mengenai pengendalian internal organisasi.

Atribut 4: Memiliki pengetahuan mengenai hubungan risiko organisasi dengan

pengendalian internal dalam organisasi dan mampu melakukan reviu untuk menilai

efektivitasnya.

Atribut 5: Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan praktik terbaik (best

practice) dalam pelaksanaan tata kelola sektor publik (public sector governance).

Atribut 6: Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntabilitas sektor publik.


14

Tabel II.3 Hasil kuesioner bagian kedua ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 7 Atribut 8 Atribut 9 Atribut 10 Atribut 11 Atribut 12
Setuju 5 4 5 4 5 5
Auditor Pertama Kurang Setuju 0 1 0 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 6 8 7 7 8 8
Auditor Muda Kurang Setuju 2 0 1 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 8 8 8
Auditor Madya Kurang Setuju 0 0 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

Atribut 7: Memiliki pengetahuan mengenai metode, teknik, dan standar audit,

evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain.

Atribut 8: Mampu mengidentifikasi keahlian teknis dan pengalaman yang dibutuhkan

agar tujuan strategi pengawasan dapat tercapai.

Atribut 9: Memiliki pengetahuan mengenai teknik pelaporan hasil pengawasan sesuai

dengan standar yang berlaku.

Atribut 10: Mampu menyajikan laporan hasil pengawasan kepada pihak yang

kompeten.

Atribut 11: Mampu bertindak secara konsisten sehingga terdapat satu kesatuan antara

kata dan perbuatan.

Atribut 12: Mampu menyatakan sikap/pendapat profesional atas hasil pengawasan.


15

Tabel II.4 Hasil kuesioner bagian ketiga ditinjau dari keahlian auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 13 Atribut 14 Atribut 15 Atribut 16 Atribut 17 Atribut 18
Setuju 5 4 5 5 5 0
Auditor Pertama Kurang Setuju 0 1 0 0 0 5
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 7 8 8
Auditor Muda Kurang Setuju 0 0 0 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 8 8 8
Auditor Madya Kurang Setuju 0 0 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

Atribut 13: Mampu berkomunkasi dengan baik termasuk melakukan interviu dengan

staf pada semua level dalam organisasi yang diawasi guna memperoleh pemahaman

menyeluruh mengenai efektivitas manajemen risiko, pengendalian internal, dan proses

tata kelalola organisasi.

Atribut 14: Mampu menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan dan

pemahaman pihak yang dituju.

Atribut 15: Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip proses pembuatan

kebijakan dalam organisasi sektor publik.

Atribut 16: Memiliki pengetahuan mengenai sistem akuntansi keuangan pemerintah

pusat/ daerah.
16

Atribut 17: Memiliki pengetahuan mengenai fungsi-fungsi manajemen (Planning,

Organizing, Actuating, Controlling) di bidang pengawasan.

Atribut 18: Menyusun program pengawasan termasuk untuk penugasan yang sifatnya

spesifik.

b. Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan Profesional Berkelanjutan

Tabel II.5 Data sertifikasi jabatan dan pendidikan profesional berkelanjutan auditor

di Inspektorat Grobogan Tahun 2019.

Sertifikasi Jabatan Diklat Profesional


Jabatan
Sudah Belum Sudah Belum
Auditor Pertama 5 0 5 0
Auditor Muda 5 3 8 0
Auditor Madya 8 0 8 0
Jumlah 18 3 21 0
Sumber: Diolah dari data primer Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2019

Dalam Rencana Kerja (Renja) Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2020

terdapat Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur

Pengawasan yang meliputi:

1) Pelatihan Pengembangan Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan

2) Implementasi Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

3) Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Program tersebut adalah salah satu program yang terdapat dalam Renja yang

ditandatangani oleh Inspektur. Untuk hasil evaluasi tahun sebelumnya (2018), program

tersebut telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan tidak dijumpai kendala apapun.
17

2. Independensi APIP

Data dan fakta yang berkaitan dengan Independensi APIP ialah sebagai berikut:

a. Tugas jabatan Inspektur

Inspektur dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana pasal 4

ayat (3) Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Inspektorat

mempunyai uraian tugas jabatan:

1) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pengawasan berdasarkan peraturan

perundang-undangan sebaga bahan arahan operasional;

2) Merumuskan program kegiatan Inspektorat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan

tahun sebelumnya dan peraturan perundang-undangan;

3) Mengarahkan tugas bawahan dengan memberikan petunjuk dan bimbingan baik

secara lisan maupun tertulis guna meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas

pengawasan;

4) Merumuskan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyelenggaraan kegiatan

pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagai pedoman

operasional kegiatan;

5) Melaksanakan pembinaan teknis dan administratif pengawasan sesuai kebijakan

yang ditetapkan oleh Bupati;

6) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk mendapatkan informasi, masukan, serta untuk mengevaluasi

permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;


18

7) Menetapkan kebijakan dan standar operasional pengawasan sesuai dengan

peraturan perundangundangan;

8) Menyelenggarakan dan membina kegiatan operasional pengawasan sesuai dengan

peraturan perundangundangan;

9) Merumuskan kebijakan teknis dibidang pengawasan;

10) Merumuskan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanan program dan kegiatan

pengawasan;

11) Mengkoordinasikan pelaksanaan program pengawasan secara berkala sesuai

dengan bidang permasalahan guna terwujudnya keterpaduan pelaksanaan tugas;

12) Menyelenggarakan kegiatan pengawasan sesuai dengan petunjuk teknis dan

ketentuan yang berlaku guna kelancaran pelaksanaan tugas;

13) Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi pengawasan sesuai ketentuan yang

berlaku guna terwujudnya sinkronisasi pelaksanaan tugas;

14) Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan

sesuai dengan ketentuan secara berkala sebagai bahan kebijakan lebih lanjut;

15) Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan program kesekretariatan, Inspektur

Pembantu Wilayah I, Inspektur Pembantu Wilayah II, Inspektur Pembantu

Wilayah III, dan Inspektur Pembantu wilayah IV serta jabatan fungsional tertentu

sesuai ketentuan yang berlaku agar terkendali dalam penyelenggaraan kegiatan;

16) Melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan baik secara lisan

maupun tertulis kepada Bupati sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi

pelaksanaan tugas;
19

17) Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan menilai kinerja pelaksanaan tugas

bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia;

18) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan;

19) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara lisan maupun

tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku sebagai bahan masukan

guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk menghindari penyimpangan; dan

20) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

b. Piagam Audit Intern (Intern Audit Charter)

Terdapat Piagam Audit Intern mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu

tanggal 27 September 2018. Piagam Audit Intern ini dapat direviu dan dimutakhirkan

secara berkala untuk dilihat kesesuaiannya dan apabila diperlukan maka akan dilakukan

perubahan dan/atau penyempurnaan guna menjamin keselarasan dengan praktik praktik

terbaik di bidang Audit Intern, perubahan lingkungan organisasi dan perkembangan

praktik-praktik penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.

Perlu diketahui bahwa berbeda dengan BPK yang merupakan audit eksternal,

Inspektorat merupakan lembaga internal di bawah pemerintah daerah. Oleh sebab itu,

ruang lingkup dan tanggung jawab tingkat independensi hanya terbatas atas pimpinan

APIP dalam hal ini Bupati.


20

3. Objektivitas Auditor

Tabel II.6 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari objektivitas auditor

Inspektorat Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 1 Atribut 2 Atribut 3 Atribut 4 Atribut 5
Sangat Setuju 3 3 4 4 5
Setuju 2 0 0 1 0
Auditor Pertama
Kurang Setuju 0 2 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Sangat Setuju 6 7 8 6 8
Setuju 2 0 0 2 0
Auditor Muda
Kurang Setuju 0 1 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Sangat Setuju 7 8 7 7 8
Setuju 1 0 0 1 0
Auditor Madya
Kurang Setuju 0 0 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0

Keterangan:

Atribut 1: Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari

konflik kepentingan terkait penugasan yang dilakukan.

Atribut 2: Auditor tidak menerima pemberian dari obrik sebagai ucapan terima kasih.

Atribut 3: Tidak menerima tugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap auditi yang

memiliki hubungan dekat dengannya.

Atribut 4: Melaksanakan audit intern secara objektif dengan berasaskan kejujuran dan

tidak mengompromikan kualitas.

Atribut 5: Auditor ditempatkan dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.


21

4. Etika Auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan

Tabel II.7 Hasil kuesioner bagian pertama ditinjau dari etika auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 1 Atribut 2 Atribut 3 Atribut 4 Atribut 5
Setuju 5 5 5 4 4
Auditor Pertama Kurang Setuju 0 0 0 1 1
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 7 7
Auditor Muda Kurang Setuju 0 0 0 1 1
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 7 7
Auditor Madya Kurang Setuju 0 0 0 1 1
Tidak Setuju 0 0 0 0 0

Atribur 1: Auditor melakukan pekerjaan dengan kejujuran, ketekunan, dan tanggung

jawab

Atribut 2: Auditor mentaati hukum dan membuat pengungkapan yang diharuskan

oleh ketentuan perundang-undangan dan profesi

Atribut 3: Auditor menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah

dan etis

Atribut 4: Auditor tidak menerima gratifikasi terkait dengan jabatan dalam bentuk

apapun

Atribut 5: Auditor tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang

dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan Inspektorat, atau dapat menimbulkan

prasangka, atau yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan

memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif


22

Tabel II.8 Hasil kuesioner bagian kedua ditinjau dari etika auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 6 Atribut 7 Atribut 8 Atribut 9 Atribut 10
Setuju 4 5 5 5 5
Auditor Pertama Kurang Setuju 1 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 7 8 7 8 8
Auditor Muda Kurang Setuju 1 0 1 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 7 8 8 8 7
Auditor Madya Kurang Setuju 1 0 0 0 1
Tidak Setuju 0 0 0 0 0

Atribut 6: Tidak dapat menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang dapat

mengganggu atau patut diduga mengganggu pertimbangan profesionalnya.

Atribut 7: Mengungkapkan semua fakta material yang diketahui, yaitu fakta yang jika

tidak diungkapkan dapat mengubah atau memengaruhi pengambilan keputusan atau

menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.

Atribut 8: Berhati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi yang diperoleh

dalam tugasnya.

Atribut 9: Auditor tidak menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau

dengan cara apapaun yang akan bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan

atau merugikan tujuan organisasi yang sah dan etis.

Atribut 10: Auditor memberikan layanan yang dapat diselesaikan sepanjang memilih

pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, serta pengalaman yang diperlukan.


23

Tabel II.9 Hasil kuesioner bagian ketiga ditinjau dari etika auditor Inspektorat

Grobogan Tahun 2019

Jumlah Responden
Jabatan Jawaban
Atribut 11 Atribut 12 Atribut 13 Atribut 14 Atribut 15
Setuju 5 5 5 5 5
Auditor Pertama Kurang Setuju 0 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 8 7 8 8 8
Auditor Muda Kurang Setuju 0 1 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0
Setuju 8 8 8 8 8
Auditor Madya Kurang Setuju 0 0 0 0 0
Tidak Setuju 0 0 0 0 0

Atribut 11: Auditor melakukan pengawasan sesuai dengan Standar Audit Intern

Pemerintah Indonesia

Atribut 12: Auditor terus-menerus meningkatkan keahlian serta efektivitas dan

kualitas pelaksanaan tugasnya, baik yang diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan

sertifikasi, maupun pengalaman kerja.

Atribut 13: Auditor intern pemerintah wajib menyampaikan pertanggungjawaban atau

jawaban dan keterangan atas kinerja dan tindakannya secara sendiri atau kolektif

kepada pihak yang memiliki hak atak kewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban.

Atribut 14: Auditor tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam

tindakan yang membahayakan organisasi.

Atribut 15: Auditor tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi dan tanggung jawab

manajemen auditan dalam melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.


BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Standar yang digunakan

Landasan hukum yang menjadi pedoman utama dari topik bahasan karya tulis

ini ialah Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) Tahun 2014 dan Kode Etik

AAIPI 2014 beserta aturan yang terintegrasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Auditor

Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI).

Hal tersebut di atas sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pencabutan Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang

Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang sudah mulai tidak berlaku

sejak peraturan yang baru.

Selain itu, dari sisi Inspektorat sendiri, pedoman tersebut sesuai dengan Pasal 9

Piagam Audit Intern yang ditetapkan oleh Inspektur Kabupaten Grobogan dan disahkan

oleh Bupati Kabupaten Grobogan.

24
25

2. Pengertian tentang Auditor

Definisi auditor menurut Mulyadi (2013, 1) adalah sebagai berikut: “Auditor

adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada auditan untuk memeriksa laporan

keuangan agar bebas dari salah saji”.

Definisi auditor menurut Arens, Elder, dan Beasley (2012, 4) yang telah

ditranslasikan ke Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: “Auditor adalah

pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan

derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing

harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.

3. Pengertian tentang Auditor Intern Pemerintah Indoensia

Definisi Auditor yang tertuang dalam SAIPI, 2014:

Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab,

dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga

dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang

Pengertian Auditor sebagaimana dimaksud di atas mencakup Jabatan

Fungsional Auditor (JFA) dan Jabatan Fungsional Pengawasn Penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD) yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis

fungsional bidang pengawasan di lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.


26

Jenjang kepangkatan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) berdasarkan

PER/220/M.PAN/7/2008 terdiri dari Auditor Terampil dan Auditor Ahli dengan rincian

sebagai berikut:

a. Jabatan Fungsional Auditor Terampil dari rendah ke tinggi:

1) Auditor Pelaksana

2) Auditor Pelaksana Lanjutan

3) Auditor Penyelia

b. Jabatan Fungsional Auditor Ahli dari rendah ke tinggi

1) Auditor Pertama

2) Auditor Muda

3) Auditor Madya

4) Auditor Utama

Sementara untuk Jenjang Jabatan Fungsional P2UPD berdasarkan Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Per/15/M.PAN/9/2009

tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di

Daerah dan Angka Kreditnya. adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksa Pertama

2) Pemeriksa Muda

3) Pemeriksa Madya

4) Pemeriksa Utama
27

4. Pengertian tentang Audit, Evaluasi, Reviu, dan Pemantauan berdasarkan

SAIPI 2014

a. Audit

Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan

secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai

kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

b. Evaluasi

Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu

kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam

mencapai tujuan.

c. Reviu

Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan

bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana,

atau norma yang telah ditetapkan.

d. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Teori tentang Keahlian berdasarkan SAIPI 2014

a. Kompetensi Teknis
28

Kompetensi teknis audit intern terkait dengan persyaratan untuk dapat

melaksanakan penugasan audit intern sesuai dengan jenjang jabatan. Kompetensi teknis

selanjutnya dijabarkan lebih rinci dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan Nomor: Per-211/K/JF/2010 Tentang Standar Kompetensi

Auditor Auditor. Kompetensi teknis audit intern terdiri dari kompetensi inti,

kompetensi pendukung, dan kompetensi manajerial yang meliputi tujuh bidang

kompetensi yaitu:

1) Kompetensi Bidang Manajemen Risiko, Pengendalian Intern, dan Tata Kelola

Sektor Publik

Audit internal membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya melalui

pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas

proses tata kelola organisasi, pengendalian, dan manajemen risiko. Oleh karena itu

sangat penting bagi auditor untuk memiliki kompetensi bidang manajemen risiko,

pengendalian internal, dan tata kelola sektor publik.

2) Kompetensi Bidang Strategi Kegiatan Audit Intern

Selanjutnya agar auditor dapat melaksanakan pengawasan secara profesional

maka diperlukan kompetensi bidang strategi pengawasan, yaitu bagaimana pengawasan

tersebut dilaksanakan, serta teknik dan metode pengawasan yang digunakan.

3) Kompetensi Bidang Pelaporan Hasil audit intern;

Pengawasan yang dilakukan tidak akan berarti apabila tidak memberikan nilai

tambah bagi organisasi pemerintah agar hasil penugasan pengawasan dapat mendorong

perbaikan bagi auditan dalam mengelola organisasinya serta mengendalikan dan


29

mengelola risiko di dalam organisasinya. Hal ini sesuai dengan Permen PAN Nomor:

PER/220/M.PAN/7/2008.

4) Kompetensi Bidang Sikap Profesional;

Sementara itu, kompetensi bidang sikap profesional memastikan auditor

berperilaku yang mencerminkan profesionalismenya, baik pada saat sedang

melaksanakan penugasannya maupun di luar penugasan pengawasan.

5) Kompetensi Bidang Komunikasi;

Untuk mendukung pelaksanaan pengawasan, kompetensi di bidang komunikasi

akan membantu memberikan keyakinan bahwa komunikasi yang dilakukan jelas dan

dapat dimengerti.

6) Kompetensi Bidang Lingkungan Pemerintahan;

Pemahaman auditor mengenai faktor-faktor tertentu dan isu-isu terkait

pemerintahan yang terangkum dalam kompetensi bidang lingkungan pemerintahan

akan mendukung hasil pengawasan yang realistis dan dapat diterima pihak-pihak

terkait.

7) Kompetensi Bidang Manajemen Pengawasan.

Terakhir, kompensi bidang manajemen pengawasan diperlukan agar

pengawasan dapat dikelola dengan baik sehingga tujuan pengawasan dapat dicapai.

Setiap bidang kompetensi diuraikan usur kompetensi dari aspek pengetahuan,

keterampilan/keahlian, dan sikap perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan

penugasan pengawasan pada setiap jenjang jabatan. Unsur kompetensi dikembangkan

ke dalam tiga ranah dalam Taksonomi Bloom yaitu Kognitif, Psikomotor, dan Afektif

(Cognitive (C), Psychomotor (P), Affective (A)) dan terukur dengan menggunakan
30

tingkat C, P, dan A dalam Taksonomi Bloom atau disebut tingkat kompetensi.

Pengembangan Kompetensi ke dalam Taksonomi Bloom yang digunakan sebgai alat

untuk mengukur kompetensi auditor dan menentukan pola diklat auditor.

Ranah kognitif disusun dalam enam tingkatan sesuai dengan kompleksitas

proses kognitif, yaitu bergradasi mulai dari tingkat pengetahuan (C1), pemahaman

(C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6). Ranah Psikomotorik

dikelompokkan ke dalam tingkatan yang bergradasi mulai dari yang paling sederhana

sampai dengan yang paling tinggi, yaitu imitasi (P1), manipulasi (P2), presisi (P3),

artikulasi (P4), dan naturalisasi (P5). Ranah afektif dikelompokkan dalam lima

tingkatan yang bergradasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling

tinggi, yaitu pengenalan (A1), pemberian respon (A2), penghargaan terhadap nilai

(A3), pengorganisasian (A4), dan pengamalan (A5).

b. Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan Berkelanjutan

Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau

sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan

pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education).

Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional

auditor (JFA) yang sesuai dengan jenjangnya dan/atau sertifikasi lain di bidang

pengawasan intern pemerintah.

Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan

pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor

untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP
31

mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi

lainnya seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.

Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam

standar, metodologi, prosedur, dan teknik.

Pendidikan profesional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan

partisipasi dalam asosiasi profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor,

konferensi, seminar, kursus-kursus, program pelatihan di kantor sendiri, dan partisipasi

dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pengawasan intern.

6. Teori Independensi APIP berdasarkan SAIPI 2014

Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan

aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif.

Untuk mencapai tingkat independensi yang diperlukan dalam melaksanakan tanggung

jawab aktivitas audit intern secara efektif, pimpinan APIP (Inspektur) memiliki akses

langsung dan tak terbatas kepada atasan pimpinan APIP (Bupati).

Berdasarkan SAIPI, unsur-unsur indepenensi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan

kementerian/lembaga/pemerintah daerah agar tanggung jawab pelaksanaan audit

dapat terpenuhi.

b. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan

memperoleh dukungan yang memadai dari Pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga dapat bekerja sama dengan

auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.


32

c. Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditi

terutama dalam hal saling memahami di antara peranan masing-masing lembaga.

d. Pimpinan APIP harus melaporkan ke tingkat Pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang memungkinkan kegiatan audit

intern dapat memenuhi tanggung jawabnya.

e. Pimpinan APIP harus mengkonfirmasikan independensi APIP dalam kegiatan

audit intern ke Pimpinan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah, setidaknya

setiap tahun.

f. Independensi APIP secara efektif dicapai ketika Pimpinan APIP secara fungsional

melaporkan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Contoh

pelaporan fungsional meliputi, namun tidak terbatas pada:

1) Menyetujui piagam audit (audit charter);

2) Menyetujui rencana audit berbasis risiko;

3) Menyetujui anggaran audit dan rencana sumber daya;

4) Menerima komunikasi dari pimpinan APIP atas kinerja aktivitas audit intern;

5) Mewawancarai pimpinan APIP untuk menentukan apakah terdapat pembatasan

ruang lingkup atau sumber daya yang tidak tepat.

g. Kegiatan Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) harus bebas dari campur

tangan dalam menentukan ruang lingkup, pelaksanaan, dan pengomunikasian

hasil. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) terdiri dari audit, evaluasi, reviu,

pemantauan/ monitoring.

h. Pimpinan APIP harus berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan Pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
33

7. Teori Objektivitas Auditor Berdasar SAIPI

Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak (tidak bias) yang

memungkinkan auditor untuk melakukan penugasan sedemikian rupa sehingga auditor

percaya pada hasil kerjanya dan bahwa tidak ada kompromi kualitas yang dibuat.

Objektivitas mengharuskan auditor tidak membedakan judgment-nya terkait

audit kepada orang lain. Ancaman terhadap objektivitas harus dikelola pada tingkat

individu auditor, penugasan, fungsional, dan organisasi.

Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari

konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penugasan

yang dilakukannya.

Berdasarkan SAIPI 2014, komponen efektivitas dapat di jabarkan sebagai

berikut:

1) Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik

kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penugasan

yang dilakukannya. Konflik kepentingan adalah situasi di mana auditor, berada

dalam posisi yang dipercaya, memiliki persaingan profesional atau kepentingan

pribadi. Persaingan kepentingan tersebut dapat menyulitkan dalam memenuhi

tugas tanpa memihak. Konflik kepentingan bahkan ada walaupun hasil

tindakannya tidak terdapat ketidaketisan atau ketidakpatutan. Konflik kepentingan

dapat membuat ketidakpantasan muncul yang dapat merusak kepercayaan auditor,

aktivitas audit intern, dan profesi. Konflik kepentingan dapat mengganggu

kemampuan auditor untuk melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya secara

obyektif.
34

2) Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit intern. Prinsip objektivitas

mensyaratkan agar auditor melaksanakan penugasan dengan jujur dan tidak

mengompromikan kualitas.

3) Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang

membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan

profesionalnya.

8. Teori Etika Auditor Berdasarkan Kode Etik AAIPI 2014

a. Prinsip Etika dan Aturan Perilaku

Auditor intern pemeirntah diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-

prinsip etika sebagai berikut:

1) Integritas

Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang

utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan

kejujuran. Integritas auditor intern pemerintah membangun kepercayaan dan dengan

demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam pertimbangannya. Integritas

tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan keadaan yang

sebenarnya.

Untuk menerapkan prinsip Integritas, auditor intern pemerintah wajib:

a) Melakukan pekerjaan dengan kejujuran, ketekunan, dan tanggung jawab;

b) Mentaati hukum dan membuat pengungkapan yang diharuskan oleh ketentuan

perundang-undangan dan profesi;

c) Menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan etis; dan
35

d) Tidak menerima gratifikasi terkait dengan jabatan dalam bentuk apapun.

2) Objektivitas

Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan

pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan. Auditor

intern pemerintah menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam

mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan

atau proses yang sedang diaudit. Auditor intern pemerintah membuat penilaian

berimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-

kepentingannya sendiri ataupun orang lain dalam membuat penilaian. Prinsip

objektivitas menentukan kewajiban bagi auditor intern pemerintah untuk berterus

terang, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.

Untuk menerapkan prinsip Objektivitas, auditor intern pemerintah wajib:

a) Tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat

menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya, atau yang dapat

menimbulkan prasangka, atau yang meragukan kemampuannya untuk dapat

melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif;

b) Tidak menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu atau patut

diduga mengganggu pertimbangan profesionalnya; dan

c) Mengungkapkan semua fakta material yang diketahui, yaitu fakta yang jika tidak

diungkapkan dapat mengubah atau mempengaruhi pengambilan keputusan atau

menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.

3) Kerahasiaan
36

Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar

tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya. Auditor

intern pemerintah menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterima dan

tidak mengungkapkan informasi tanpa kewenangan yang tepat, kecuali ada ketentuan

perundang-undangan atau kewajiban profesional untuk melakukannya.

Untuk menerapkan prinsip Kerahasiaan, auditor intern pemerintah wajib:

a) Berhati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi yang diperoleh dalam

tugasnya; dan

b) Tidak menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau dengan cara apapun

yang akan bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan atau merugikan

tujuan organisasi yang sah dan etis.

4) Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang,

berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugas jabatannya. Auditor intern pemerinah menerapkan pengetahuan,

keahlian dan ketrampilan ,serta pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan

layanan pengawasan intern.

Untuk menerapkan prinsip Kompetensi, auditor intern pemerintah wajib:

a) Memberikan layanan yang dapat diselesaikan sepanjang memiliki pengetahuan,

keahlian dan keterampilan, serta pengalaman yang diperlukan;

b) Melakukan pengawasan sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia;

dan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)


37

c) Terus-menerus meningkatkan keahlian serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan

tugasnya, baik yang diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan, sertifikasi,

maupun pengalaman kerja.

5) Akuntabel

Akuntabel adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau

untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang

memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban. Auditor intern pemerintah wajib menyampaikan

pertanggungjawaban atas kinerja dan tindakannya kepada pihak yang memiliki hak atau

kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Untuk menerapkan prinsip Akuntabel, auditor intern pemerintah wajib

menyampaikan pertanggungjawaban atau jawaban dan keterangan atas kinerja dan

tindakannya secara sendiri atau kolektif kepada pihak yang memiliki hak atau

kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

6) Perilaku Profesional

Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu, dan

kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian

khusus untuk menjalankannya. Auditor intern pemerintah sebaiknya bertindak dalam

sikap konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menahan diri dari segala perilaku

yang mungkin menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau

organisasi.

Untuk menerapkan prinsip Perilaku Profesional, auditor intern pemerintah

wajib:
38

a) Tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang

menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau organisasi;

dan

b) Tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi, dan tanggung jawab manajemen

auditan dalam melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.

b. Hubungan Sesama Auditor

Dalam hubungan dengan sesama auditor, auditor intern pemerintah wajib:

1) Menggalang kerjasama yang sehat dan sinergis;

2) Menumbuhkan dan memelihara rasa kebersamaan dan kekeluargaan; dan

3) Saling mengingatkan, membimbing, dan mengoreksi perilaku.

c. Hubungan Auditor dan Auditan

Dalam hubungan dengan auditan, auditor intern pemerintah wajib:

1) Menjaga penampilan/performance sesuai dengan tugasnya;

2) Menjalin kerja sama dengan saling menghargai dan mendukung penyelesaian

tugas; dan

3) Menghindari setiap tindakan dan perilaku yang memberikan kesan melanggar

hukum atau etika profesi terutama pada saat bertugas.

B. Pembahasan

1. Tinjauan Keahlian Auditor

a. Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis auditor di Inspektorat Grobogan secara umum sudah sesuai

dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat tercapai berdasarkan hasil kuesioner yang
39

diberikan. Kuesioner tersebut terlihat dalam tabel II.1 atribut 1-6 dengan rincian nomor

1-2 tentang manajemen risiko, nomor 3-4 tentang pengendalian internal, dan nomor 5-

6 tentang tata kelola organisasi.

1) Manajemen Risiko, Pengendalian Internal, dan Tata Kelola Organisasi

a) Manajemen Risiko

Dalam hal kompetensi teknis mengenai manajemen risiko, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari kuesioner yang didapat.

Atribut yang pertama yaitu tentang pengetahuan mengenai metode-metode yang

tepat dalam mengelola risiko. Seluruh auditor menjawab setuju dan tidak ada satupun

yang menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju. Artinya, semua auditor di

Inspektorat Grobogan telah mengetahui metode-metode yang tepat dalam mengelola

risiko.

Kemudian atribut kedua yaitu tentang pengetahuan mengenai risiko-risiko

teknologi informasi dan pengaruhnya terhadap organisasi dan bagaimana sistem

informasi dapat membantu mengelola risiko dan memberikan assurance terhadap

organisasi secara keseluruhan. Delapan belas dari duapuluh satu auditor atau 85,7%

menjawab setuju.

Sisanya tiga orang menjawab kurang setuju yang terdiri atas satu orang auditor

pertama dan dua orang auditor muda. Ketiga orang ini beralasan bahwa mereka masih

perlu melakukan penyesuaian terhadap teknologi informasi terbaru. Namun demikian,

perbaikan dan peningkatan akan dilakukan seiring berjalannya waktu.


40

Oleh karena itu dalam hal manajemen risiko telah sesuai dengan kriteria dalam

SAIPI 2014 sebagaimana mestinya.

b) Pengendalian Internal

Dalam hal kompetensi teknis mengenai pengendalian internal, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari kuesioner yang didapat.

Atribut ketiga yaitu, pengetahuan mengenai pengendalian internal organisasi.

Seluruh auditor atau 100% memberikan jawaban setuju dalam pernyataannya dan tidak

ada yang menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju. Artinya dalam hal pengetahuan

pengendalian internal organisasi, Inspektorat Grobogan telah memiliki kompetensi

dalam hal tersebut.

Demikian juga dengan atribut yang keempat yaitu pengetahuan mengenai

hubungan risiko organisasi dengan pengendalian internal dalam organisasi dan mampu

melakukan reviu untuk menilai efektivitasnya. Seluruh auditor atau 100% menjawab

setuju dan tidak ada satupun yang menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju.

Dengan demikian, seluruh auditor di Inskeptorat Grobogan telah memiliki pengetahuan

mengenai hubungan risiko organisasi dengan pengendalian internal dalam organisasi

dan mampu melakukan reviu untuk menilai efektivitasnya.

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi teknis auditor di Inspektorat Grobogan

mengenai penegendalian internal telah sesuai dengan kriteria SAIPI 2014 sebagaimana

mestinya.

c) Tata Kelola Sektor Publik


41

Dalam hal kompetensi teknis mengenai tata kelola sektor publik, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari atribut kuesioner nomor lima dan enam.

Atribut kelima yaitu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan praktik terbaik

(best practice) dalam pelaksanaan tata kelola sektor publik (public sector governance).

Berdasarkan hasil kuesioner, seluruh auditor atau 100% menajawab setuju dan tidak

ada satupun yang menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju.

Demikian juga dengan atribut keenam yaitu pengetahuan mengenai prinsip-

prinsip akuntabilitas sektor publik. Berdasarkan hasil kuesioner, seluruh auditor atau

100% menajawab setuju dan tidak ada satupun yang menjawab kurang setuju ataupun

tidak setuju.

Dengan demikian, dalam hal kompetensi teknis mengenai tata kelola sektor

publik telah sesuai dengan SAIPI 2014 sebagaimana mestinya.

2) Strategi Kegiatan Audit Intern

Dalam hal kompetensi teknis mengenai strategi kegiatan audit intern, para

auditor Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat

dicapai karena hasil dari atribut kuesioner nomor tujuh dan delapan.

Atribut nomor tujuh yaitu pengetahuan mengenai metode, teknik, dan standar

audit, evaluasi, reviu, pemantauan. Berdasarkan hasil kuesioner, 19 dari 20 atau 90,5

auditor menjawab setuju. Sedangkan dua orang sisanya menjawab kurang setuju dan

tidak ada satupun yang menjawab tidak setuju. Dua orang yang tidak setuju tersebut

berasal dari auditor muda yang masih baru menjabat melalui inpassing atau

penyesuaian.
42

Sedangkan atribut nomor delapan yaitu mampu mengidentifikasi keahlian

teknis dan pengalaman yang dibutuhkan agar tujuan strategi pengawasan dapat

tercapai. Berdasarkan hasil kuesioner, 20 dari 21 atau 95,2% auditor menjawab setuju.

Sedangkan satu orang auditor pertama menjawab kurang setuju.

Dengan kedua data tersebut dapat menggambarkan bagaimana tingkat

kompetensi teknis auditor mengenai strategi pengawasan. Para auditor di Inspektorat

Grobogan sebagian besar telah memenuhi kriteria sesuai SAIPI 2014 sebagaimana

mestinya.

3) Pelaporan Hasil Audit Intern

Dalam hal kompetensi teknis mengenai pelaporan hasil audit intern, para

auditor Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat

dicapai karena hasil dari atribut kuesioner nomor sembilan dan sepuluh.

Atribut nomor sembilan yaitu pengetahuan mengenai teknik pelaporan hasil

pengawasan sesuai dengan standar yang berlaku. Berdasarkan hasil kuesioner, 95,2%

auditor menjawab setuju. Sedangkan satu orang auditor muda menjawab kurang setuju.

Demikian juga pada atribut nomor sepuluh yaitu mampu menyajikan laporan

hasil pengawasan kepada pihak yang kompeten. Berdasarkan hasil kuesioner, 95,2%

auditor menjawab setuju. Sedangkan satu orang auditor muda menjawab kurang setuju.

Dengan demikian, kompetensi teknis auditor mengenai pelaporan hasil audit

intern telah sesuai dengan SAIPI 2014 sebagaimana mestinya.

4) Sikap Profesional
43

Dalam hal kompetensi teknis mengenai sikap profesional, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari atribut kuesioner nomor sebelas dan dua belas.

Atribut nomor sebelas yaitu bertindak secara konsisten sehingga terdapat satu

kesatuan antara kata dan perbuatan. Sedangkan atribut nomor dua belas yaitu

menyatakan sikap/pendapat profesional atas hasil pengawasan. Berdasarkan hasil

kuesioner, semua responden atau 100% auditor menjawab setuju dan tidak ada

seorangpun yang menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju pada kedua pernyataan

tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi teknis auditor

mengenai sikap profesional telah sesuai dengan SAIPI 2014 dan diterapkan

sebagaimana mestinya.

5) Komunikasi

Dalam hal kompetensi teknis mengenai komunikasi, para auditor Inspektorat

Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai karena hasil

dari atribut kuesioner nomor tiga belas dan empat belas.

Atribut tiga belas yaitu auditor mampu berkomunkasi dengan baik termasuk

melakukan interviu dengan staf pada semua level dalam organisasi yang diawasi guna

memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai efektivitas manajemen risiko,

pengendalian internal, dan proses tata kelalola organisasi. Berdasarkan hasil dari

kuesioner, semua auditor menjawab setuju dan tidak ada seorang pun yang menjawab

kurang setuju atau tidak setuju.


44

Atribut empat belas yaitu auditor mampu menyesuaikan gaya komunikasi

dengan kebutuhan dan pemahaman pihak yang dituju. Berdasarkan hasil dari kuesioner,

20 dari 21 auditor menjawab setuju. Hanya satu orang auditor pertama yang menjawab

kurang setuju. Hal tersebut karena beliau merupakan orang indonesia yang bukan

berasan dari daerah Jawa Tengah sehingga gaya komunikasi dengan kebutuhan dan

pemahaman pihak yang dituju butuh penyesuaian.

Dengan beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi teknis

sebagian besarauditor di bidang komunikasi telah sesuai dengan kriteria SAIPI 2014

sebagaimana mestinya.

6) Lingkungan Pemerintahan

Dalam hal kompetensi teknis mengenai lingkungan pemerintahan, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari atribut kuesioner nomor lima belas dan enam belas.

Atribut nomor lima belas yaitu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip proses

pembuatan kebijakan dalam organisasi sektor publik. Berdasarkan hasil kuesioner,

seluruh auditor atau 21 orang menjawab setuju dan tidak seorangpun menjawab kurnag

setuju atau tidak setuju.

Atribut nomor enam belas yaitu pengetahuan mengenai sistem akuntansi

keuangan pemerintah pusat/ daerah. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data 20

orang auditor menjawab setuju sementara satu orang auditor muda menjawab kurang

setuju. Satu orang tersebut merupakan PNS yang berasal dari inpassing/penyesuaian

dan memiliki latar belakang pendidikan yang tidak berhubungan dengan akuntansi.
45

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kompetensi teknis sebagian besar

auditor mengenai lingkungan pemerintahan telah sesuai dengan kriteria SAIPI 2014

sebagaimana mestinya.

7) Manajemen Pengawasan

Dalam hal kompetensi teknis mengenai manajemen pengawasan, para auditor

Inspektorat Grobogan telah sesuai dengan SAIPI 2014. Kondisi tersebut dapat dicapai

karena hasil dari atribut kuesioner nomor tujuh belas dan delapan belas.

Atribut nomor tujuh belas yaitu pengetahuan mengenai fungsi-fungsi

manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) di bidang pengawasan.

Berdasarkan hasil kuesioner, seluruh auditor atau 21 orang menjawab setuju dan tidak

seorangpun menjawab kurang setuju ataupun tidak setuju.

Sementara atribut nomor delapan belas yaitu menyusun program pengawasan

termasuk untuk penugasan yang sifatnya spesifik. Berdasarkan hasil kuesioner, 16 dari

21 orang auditor menjawab setuju. Sedangkan lima orang sisanya berasal dari auditor

pertama menjawab kurang setuju dan tidak ada satupun yang menjawab setuju. Hal ini

sesuai harapan penulis karena memang seharusnya auditor pertama tidak diharuskan

menyusun program pengawasan termasuk penugasan yang sifatnya spesifik ketika

berada dalam sebuah tim pemeriksa.

Dengan fakta-fakta tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi teknis

auditor mengenai manajemen pengawasan di Inspektorat Grobogan sudah sesuai

dengan SAIPI 2014 sebagaimana mestinya.

Dalam praktik di lapangan secara umum, semua auditor di lingkungan

inspektorat telah memenuhi kompetensi teknis yang diperlukan untuk melakukan


46

proses pengawasan sesuai standar yang berlaku. Hal tersebut tercermin dalam tiga

indikator yang digunakan yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif yang terdapat pada

tabel II.3

Berikut ini ialah aspek-aspek kognitif yang menjadikan auditor di inspektorat

telah memenuhi kompetensi teknis yang dibutuhkan. Dalam pengetahuan, auditor telah

mampu mengingat informasi yang diterima sebelumnya, seperti mengidentifikasi,

menyatakan, dan menyebutkan. Dalam hal pemahaman, auditor sudah mampu untuk

menjelaskan pengetahuan/inormasi yang telah diketahui dengan kata-kata tersendiri

seperti menguraikan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Kemudian dalam hal

penerapan, auditor mampu untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah

dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau baru, seperti menghitung,

penghubungkan, dan membuktikan. Selanjutnya yaitu dalam hal analitis, auditor

mampu untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen

atau elemen fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa

setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi, seperti membuat

diagram, membandingkan, dan mempertentangkan. Berikutnya dalam hal sintesis,

auditor dapat mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam suatu kesatuan atau

struktur yang lebih besar, seperti menciptakan, mendisain.

Berikut ini ialah aspek-aspek psikomotorik yang menjadikan auditor telah

memenuhi kompetensi teknis yang dibutuhkan. Dalam hal imitasi, auditor dapat meniru

perilaku yang dilihatnya, seperti mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, dan

mengucapkan. Kemudian dalam hal maniplasi, auditor dapat melakukan suatu perilaku

tanpa bantuan visual, seperti instruksi tulisan/verbal. Berikutnya dalam hal presisi,
47

auditor daapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun

petunjuk tertulis, dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Kemudian dalam hal

artikulasi, auditor dapat menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang

benar, dan kecepatan yang tepat. Terakhir dalam hal naturalisasi, auditor dapat

melakukan geakan tertentu secara spontan atau otomatis, tanpa berfikir lagi.

Berikutnya ialah aspek yang menjadikan auditor memenuhi kompetensi teknis

dalam ranah afektif. Auditor dapat melakukan pengenalan, artinya dapat menerima dan

memperhatikan berbagai stimulus, dengan bersikap pasif sekadar mendengar atau

memperhatikan saja. Berikutnya yaitu auditor dapat memberikan respon terhadap

sesuatu seperti patuh, berpartisipasi, atau memberi tanggapan bila diminta. Kemudian

auditor dapat menghargai sebuah nilai dan menunjukkan kepercayaan bahwa suatu

perasaan, keyakinan, atau anggapan bahwa suatu gagasan, cara berpikir tertentu

mempunyai nilai. Terakhir, auditor sudah dapat menentukan nilai mana yang

mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain.

Meskipun demikian, terdapat sebagian kecil dari 21 auditor di Inspektorat yang

belum sempurna dalam indikator-indikator tersebut. Namun demikian, hal tersebut

tidak berpengaruh signifikan terhadap keandalan kompetensi teknis dari para auditor

dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan,

Kekurangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya teradapat

empat orang auditor yang masih baru / kurang dari satu tahun sehingga belum memiliki

pengalaman lapangan yang cukup. Auditor yang berstatus baru menjabat tersebut

berasal dari penyesuaian / Inpassing yang diatur dalam Permendagri Nomor 15 Tahun

2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyesuaian / Inpassing. Perlu diketahui bahwa
48

pengalaman lapangan sangat penting dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan

fungsi pengawasan sebagai bekal dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai auditor

dan pengalaman tersebut hanya bisa didapatkan ketika terjun langsung ke lapangan.

Dalam praktiknya, empat orang auditor baru tersebut masing-masing tersebar ke dalam

lima tim yang berbeda sehingga analisis beban kerja yang muncul akan terbagi rata.

Oleh karena itu, kekurangan kompetensi teknis yang terjadi dapat diatasi.

Kemudian, faktor berikutnya yaitu adanya aturan yang baru sehingga auditor

perlu waktu untuk melakukan penyesuaian ulang, dalam hal ini kompetensi teknis, agar

mencapai tujuan sebagaimana mestinya. Aturan yang baru tersebut dapat berupa

permendagri, perda, peraturan bupati, peraturan kepala bpkp dan lain sebagainya.

Penyesuaian juga perlu dilakukan terkait dengan perkembangan teknologi serta

pengaplikasiannya terhadap fungsi pengawasan yang dijalankan oleh auditor. Sebagai

contoh yaitu auditor dituntut untuk memahami aplikasi Sistem Keuangan Desa

(siskeudes) versi BPKP yang mulai digunakan untuk tata kelola sistem akuntansi di

desa-desa yang menjadi Objek Pemeriksaan (obrik) APIP.

b. Sertifikasi jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan Profesional Berkelanjutan

Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan Berkelanjutan auditor di Inspektorat

Grobogan sudah sesuai dengan kriteria SAIPI 2014. Kondisi tersebut didapatkan

dengan mempertimbangkan beberapa faktor.

Dalam praktiknya dari 21 auditor yang terdapat di Inspektorat Kabupaten

Grobogan, hampir semua mengikuti diklat sertifikasi jabatan fungsional yang sesuai

dengan jenjangnya dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah.

Terdapat tiga orang auditor yang belum memenuhi dua hal di atas yang semuanya
49

berasal dari auditor muda. Meskipun belum melalui diklat pembentukan, keempat

auditor tersebut sudah menduduki jabatannya sebagai Jabatan Fungsional Auditor

maupun P2UPD dengan keputusan pimpinan APIP.

Dalam rencana kerja (renja) Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2020

terdapat Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur

Pengawasan sesuai dengan jenjangnya. Selain itu, dalam evaluasi renja tahun

sebelumnya, program tersebut berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala apapun.

Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa dalam hal auditor wajib mengikuti pendidikan

dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA), dan pimpinan APIP wajib

memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi

sesuai dengan ketentuan sebagaimana disebutkan dalam SAIPI 2014 bagian Standar

Umum tentang Kompetensi dan Kecermatan Profesional telah sesuai dengan kriteria.

2. Tinjauan Independensi APIP berdasarkan SAIPI

Dalam praktiknya, kondisi prinsip independensi APIP di Inspektorat Kabupaten

Grobogan ialah sebagai berikut:

a. Bertanggungjawab kepada pimpinan kementerian/lemaga/pemerintah daerah

Pimpinan APIP (Inspektur) telah memenuhi kriteria yaitu bertanggungjawab

kepada pimpinan kementerian/lembaga/ pemerintah daerah (dalam hal ini Bupati) agar

tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Kriteria yang digunakan ialah

prinsip dasar dalam SAIPI 2014 tentang independensi APIP.

Kondisi tersebut secara legal terdapat dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Bupati

Grobogan Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas


50

Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Grobogan

yang berbunyi:

“Inspektorat dipimpin oleh Inspektur, yang dalam melaksanakan tugasnya

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.”

Dengan demikian, telah jelas bahwa APIP (inspektorat) memiliki tanggung

jawab kepada Bupati sesuai kriteria yang berlaku.

b. Posisi APIP

APIP (Inspektorat) telah memenuhi kriteria berikutnya yaitu posisi APIP

ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan

yang memadai dari Pimpinan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah sehingga

dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Kriteria

ini terdapat pada Prinsip dasar dalam SAIPI 2014 bagian Prinsip Dasar tentang

Independensi APIP yaitu prinsip nomor dua.

Kondisi di atas secara legal terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 15

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yang berbunyi:

“Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah Tipe A; Sekretariat DPRD

Tipe A; Inspektorat Tipe A; Dinas daerah, terdiri dari... dst”

Perlu diperhatikan bahwa posisi APIP (Inspektorat) di sini sejajar dengan

Sekretariat Daerah, dan Sekretariat DPRD, dan daripada Dinas daerah seperti Dinas

Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan lain-lain. Oleh karena itu,

kedudukan APIP telah ditempatkan dengan tepat sehingga memperoleh dukungan yang

memadai dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan terbebas dari intervensi.

c. Hubungan kerjasama APIP dan Obrik


51

Kemudian, hubungan kerja sama antara APIP dan obrik telah sesuai dengan

kriteria yaitu hubungan yang terjalin dengan baik terutama dalam hal saling memahami

di antara peranan masing-masing lembaga seperti sebagaimana mestinya. Kriteria ini

terdapat dalam prinsip dasar SAIPI 2014 tentang Independensi APIP nomor tiga.

Kondisi ini dapat dicapai karena antara APIP dan obrik telah memahami peran

masing-masing dalam kapasitasnya sebagai perangkat daerah. Peran tersebut dapat

dilihat dengan mengacu ke Keputusan Bupati Grobogan Nomor 700 / 02 / 2019 tentang

Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun Anggaran 2019. Dalam keputusan bupati

tersebut, bupati mengamanatkan kegiatan pemeriksaan dilaksanakan oleh Inspektorat

yang secara teknis diatur oleh Inspektur. Kemudian, dalam lampiran 1 Keputusan

tersebut, terdapat daftar obrik yang akan diperiksa pada satu tahun yang menjadi dasar

terbitnya surat tugas pemeriksaan oleh Inspektur APIP untuk masing-masing obrik.

Dengan pemahaman peran di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara APIP dan

obrik terjalin dengan baik.

d. Pimpinan APIP melapor ke Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah

Selanjutnya, APIP telah memenuhi kriteria dalam hal Pimpinan APIP melapor

ke Pimpinan Kementerian /Lembaga/Pemerintah Daerah yang memungkinkan kegiatan

audit intern dapat memenuhi tanggung jawabnya. Kriteria yang dimaksud terdapat

dalam Prinsip Dasar SAIPI 2014 tentang Indepensi nomor empat.

Kondisi tersebut secara legal terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) huruf p dan r

Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2016 Peraturan Bupati Grobogan Nomor 50 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas
52

Jabatan dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Grobogan. Yang menyatakan bahwa

Inspektur mempunyai uraian tugas jabatan:

“melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan baik secara lisan

maupun tertulis kepada Bupati sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi

pelaksanaan tugas” (huruf p)

“melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan baik secara lisan

maupun tertulis kepada Bupati sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi

pelaksanaan tugas” (huruf r)

Dengan demikian, praktik yang terjadi telah sesuai dengan kriteria Prinsip

Independensi nomor empat dalam SAIPI 2014.

e. Konfirmasi Independensi APIP

Kemudian, Pimpinan APIP (inspektur) telah mengkonfirmasikan independensi

APIP dalam Piagam Audit Intern yang ditandatangani oleh Pimpinan APIP dan

disahkan oleh Bupati Grobogan pada 27 September 2018. Hal ini telah memenuhi

kriteria sesuai SAIPI 2014 tentang Prinsip Independensi Nomor lima yaitu Pimpinan

APIP harus mengkonfirmasikan independensi APIP dalam kegiatan audit intern ke

Pimpinan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah, setidaknya setiap tahun.

Dalam salah satu poin dalam Piagam Audit Intern menyebutkan bahwa

persyaratan auditor intern yang duduk dalam Unit APIP paling kurang memiliki

integritas dan perilaku yang profesioanl, independen, jujur, dan objektif dalam

pelaksanan tugasnya dst. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Pimpinan APIP

(Inspektur) sebagian besar telah memenuhi kriteria SAIPI 2014.


53

Selain itu, saat pelakukan penelitian, ditemukan juga Piagam Audit Intern

lengkap dari mulai tahun 2015 sampai tahun 2018. Dengan demikian, poin penting

“setiap tahun” yang disebutkan dalam SAIPI 2014 telah terpenuhi.

f. Pelaporan Pimpinan APIP secara fungsional

Selanjutnya, Independensi APIP secara efektif telah tercapai karena Pimpinan

APIP (inspektur) secara fungsional melaporkan kepada Pimpinan

Kementerian/Lebaga/Pemerintah Daerah. Hal tersebut telah sesuai dengan kriteria yang

digunakan yaitu SAIPI 2014 bagian Prinsip Dasar tentang Independensi APIP nomor

keenam.

Kondisi di atas dapat dicapai dengan beberapa alasan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1) Piagam Audit Internal telah disetujui oleh Inspektur dan ditandatangani oleh

Bupati Grobogan.

2) Rencana audit berbasis risiko dan anggaran audit dan rencana sumber daya sudah

tercantum dalam Rencana Kerja (Renca) Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun

2020.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Prinsip Dasar tentang

Independensi APIP nomor enam sudah terpenuhi dengan baik.

g. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) yang bebas dari intervensi

Berikutnya, APIP (Inspektorat) telah memenuhi kriteria dalam SAIPI 2014

bagian Prinsip Dasar tentang Independensi nomor tujuh yaitu Kegiatan Penjaminan

Kualitas (Quality Assurance) bebas dari campur tangan dalam menentukan ruang

lingkup, pelaksanaan, dan pengomunikasian hasil.


54

Kondisi di atas terjadi karena kegiatan Penjaminan Kualitas (Quality

Assurance) eksklusif hanya dimiliki oleh Pimpinan APIP (inspektur) yang dibantu oleh

Inspektur Pembantu sesuai dengan Pergub Nomor 15 Tahun 2016 pasal 9 ayat (5)

sehingga dipastikan tidak ada campur tangan oleh pihak lain dalam hal Penjaminan

Kualitas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kriteria di atas dapat terpenuhi

sebagaimana mestinya.

h. Pimpinan APIP yang berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan Pimpinan

Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, kriteria dalam SAIPI Bagian Prinsip Dasar tentang Independensi

APIP nomor delapan telah terpenuhi. Kriteria yang dimaksud ialah Pimpinan APIP

harus berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan Pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Kondisi di atas dapat tercapai karena secara legal salah satunya htelah diatur

dalam Pasal 4 Pergub Nomor 15 Tahun 2016 yang berbunyi:

“Inspektur mempunyai uraian tugas jabatan menyampaikan saran dan

pertimbangan kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis berdasarkan kajian dan

ketentuan yang berlaku sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan”

Setelah membandingkan dengan praktik yang dijumpai di lapangan, kriteria

huruf a sampai dengan huruf h telah dipenuhi sebagaimana mestinya. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa independensi APIP Inspektorat Kabupaten Grobogan telah

sesuai dengan SAIPI 2014 Bagian Prinsip Dasar tentang Independensi APIP.
55

3. Tinjauan Objektivitas Auditor Berdasarkan SAIPI

Praktik yang ditemukan di lapangan terkait dengan objektivitas auditor adalah

sebagai berikut:

a. Sikap auditor yang netral, tidak bias, dan menghindari konflik kepentingan

Kondisi auditor di Inspektorat telah sesuai dengan kriteria pertama dalam SAIPI

2014 Bagian Prinsip Dasar tentang Objektivitas. Kriteria yang dimaksud ialah auditor

harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan

dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penugasan yang dilakukannya.

Kondisi di atas dapat ditunjukkan oleh atribut kesatu dalam kuesioner pada tabel

II.6. yaitu auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik

kepentingan terkait penugasan yang dilakukan. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan

bahwa tiga dari lima auditor pertama, enam dari delapan auditor muda, dan tujuh dari

delapan auditor madya menjawab sangat setuju. Sedangkan sisanya menjawab setuju.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pertama tentang Objektivitas

Auditor telah dipenuhi sebagaimana mestinya.

Dalam hal konflik kepentingan, ditunjukkan oleh atribut kedua dan ketiga

dalam kuesioner pada tabel II.6. Atribut kedua yaitu auditor tidak menerima pemberian

dari obrik sebagai ucapan terima kasih. Hasil kuesioner menunjukkan ada tiga auditor

(dua orang auditor pertama dan satu orang auditor muda) yang melaksanakan praktik

ini meskipun sudah tidak secara masif. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara

dengan salah seorang auditor yang menunjukkan bahwa auditor sering ditawari

bingkisan oleh oknum obrik. Bingkisan itu dapat berupa buah, parsel, dan sebagainya.

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar auditor dan obrik. Dari
56

semua uraian di atas, 18 dari 21 auditor atau sebanyak 90% auditor telah terbebas dari

masalah konflik kepentingan.

Kemudian dilihat dari atribut ketiga yaitu tidak menerima tugas untuk

melakukan pemeriksaan terhadap auditi yang memiliki hubungan dekat dengannya,

masih terdapat 9,52% atau dua orang auditor yang akan menerima tugas tersebut

dengan rincian satu audior madya dan satu orang auditor pertama sedangkan auditor

yang lainnya tidak pernah menerimanya agar objektivitasnya tidak terganggu.

Selain dari tabel kuesioner, hasil wawancara dengan salah seorang auditor juga

memperkuat hipotesa tingkat objektivitas auditor. Tingkat Objektivitas auditor

lingkungan Inspektorat dapat dikategorikan baik karena sebagian besar auditor auditor

selalu menolak atau mengganti obrik apabila memiliki hubungan istimewa dengan

auditor. Sebagai contoh apabila auditor memeriksa obrik yang mana pimpinan obrik

tersebut adalah istrinya sendiri, maka auditor tersebut akan menggantik obrik itu

dengna obrik yang lain.

Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hampir semua auditor di

Inspektorat Kabupaten Grobogan telah terbebas dari konflik kepentingan.

b. Auditor yang objektif dalam melaksanakan audit intern

Berikutnya yaitu auditor APIP (Inspektorat) telah objektif dalam melaksanakan

audit intern dengan memenuhi dua syarat yaitu jujur dan tidak mengompromikan

kualitas. Hal ini telah sesuai dengan kriteria dalam SAIPI 2014 Bagian Prinsip Dasar

tentang Objektivitas Auditor nomor dua. Prinsip yang dimaksud ialah auditor harus

objektif dalam melaksanakan audit intern dan harus memenuhi dua syarat dalam

melaksanakan penugasan yaitu jujur dan tidak mengompromikan kualitas.


57

Kondisi di atas dapat dipertanggungjawabkan secara legal yaitu berdasar pada

Piagam Audit Intern Inspektorat Kabupaten Grobogan 2018 yang menyebutkan bahwa

persyaratan auditor intern yang duduk dalam Unit APIP paling kurang memiliki

integritas dan perilaku yang profesioanl, independen, jujur, dan objektif dalam

pelaksanan tugasnya dst.

Selain itu, dari hasil respon terhadap kuesioner, objektivitas ditunjukkan pada

atribut nomor empat dalam tabel II.6, yaitu melaksanakan audit intern secara objektif

dengan berasaskan kejujuran dan tidak mengompromikan kualitas. Respon yang

didapatkan yaitu empat dari lima orang auditor pertama, enam dari delapan orang

auditor muda, dan tujuh dari delapan auditor madya menjawab sangat setuju. Dengan

kata lain, 95,2% dari keseluruhan auditor telah memberikan jawaban yang memenuhi

kriteria sesuai SAIPI.

Oleh karena itu, kriteria nomor empat dalam Prinsip Dasar tentang Objektivitas

Auditor dalam SAIPI 2014 telah terpenuhi sebagai mana mestinya.

c. Pimpinan APIP dalam menempatkan auditor

Dalam praktik di lapangan telah sesuai dengan kriteria nomor tiga Bagian

Prinsip Dasar tentang Objektivitas Auditor SAIPI 2014 yaitu Pimpinan APIP tidak

diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesioanalnya.

Kondisi di atas dapat dicapai dengan beberapa faktor diantaranya yaitu:

Pertama, sesuai dengan keputusan lampiran ke-2 Keputusan Bupati Nomor

700/2/2019 tentang Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun Anggaran 2019 yang

menyatakan bahwa susunan tim pemeriksa (dalam hal ini auditor) yang terdiri dari
58

enam tim dengan jumlah total 21 orang. Setiap tim terdiri dari 4-5 orang dengan rincian

satu orang sebagai pengendali teknis yang dijabat oleh Inspektur Pembantu, satu orang

sebagai ketua tim, dan sisanya sebagai anggota yang terdiri dari Jabatan Fungsional

Auditor, dan Jabatan Fungsional P2UPD.

Kedua, kriteria ini ditunjukkan oleh atribut kelima dalam kuesioner pada tabel

II.6 yaitu auditor ditempatkan dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Hasil dari kuesioner

yang diberikan menunjukkan bahwa 100 persen auditor baik auditor pertama, muda,

madya telah setuju bahwa dirinya telah ditempatkan pada situasi sebagaimana mestinya

sehingga dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

Setelah melakukan tinjauan dari huruf a sampai c yaitu membandingkan kriteria

yang digunakan dengan praktek yang terjadi di lapangan, dapat disimpulkan bahwa

Bagian Prinsip Dasar tentang Objektivitas Auditor dalam SAIPI 2014 telah terpenuhi

sebagaimana mestinya.

4. Tinjauan Etika Auditor berdasarkan Kode Etik AAIPI

a. Prinsip Etika dan Perilaku Organisasi

1) Prinsip Integritas

Prinsip Integritas telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014. Hal tersebut

ditunjukkan oleh beberapa faktor:

Pertama, Inspektorat telah melakukan langkah konkret terkait penerapan

prinsip integritas ini. Langkah konkret yang dimaksud ialah Inspektur selalu

memberikan catatan kaki pada Surat Perintah Tugas yang dikeluarkan untuk keperluan
59

pemeriksaan kepada obrik sejak tahun 2019. Catatan kaki tersebut berbunyi “menolak

suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan

profesional”. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 13 huruf c Peraturan Bupati Nomor 42

Tahun 2016 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah di Inspektorat

kabupaten Grobogan.

Kedua, dari hasil kuesioner sesuai tabel II.7 pada atribeut ke 1-4, terlihat bahwa

hampir semua auditor di Inspektorat Grobogan telah menerapkan prinsip integritas

dalam menjalankan perannya sebagai auditor.

Bila kita cermati pada tabel II.7 , tampak seluruh auditor menyetujui pernyataan

yang diberikan kecuali pada atribut keempat yaitu menolak untuk menerima gratifikasi

terkait dengan jabatan dalam bentuk apapun. Sebesar 18 dari 21 orang auditor

menyetujuinya atau kira-kira 90,5%. Tiga orang yang kurang setuju terdiri dari masing-

masing satu auditor pertama, muda, dan madya.

Meskipun demikian, dari hasil wawancara dengan salah satu dari ketiga orang

tersebut ditemukan fakta bahwa masih adanya kesalahpahaman tentang definisi

gratifikasi itu sendiri. Hal tersebut yang menjadi alasan ketiga auditor itu menjatuhkan

pilihannya. Hal tersebut tidak memengaruhi prinip integritas yang mereka pegang.

2) Prinsip Objektivitas

Prinsip Objektivitas telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI sebagaimana telah

diruaikan dalam Bab III Pembahasan pada bagian sebelumnya.

3) Prinsip Kerahasiaan
60

Prinsip Kerahasiaan telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014. Hal tersebut

dapat di lihat pada tabel. Dalam tabel II.8, prinsip Kerahasiaan ditunjukkan pada atribut

nomor delapan dan sembilan.

Atribut nomor delapan yaitu berhati-hati Jawaban yang diberikan responden

ialah 20 dari 21 auditor menyetujuinya. Hanya satu orang yang kurang setuju yaitu satu

Auditor Muda. Setelah dimintai keterangan ternyata orang tersebut beralasan bahwa

dirinya pernah melakukan kesalahan yaitu menghilangkan data auditi beberapa tahun

yang lalu.

Kemudian untuk atribut nomor sembilan yaitu tidak menggunakan informasi

untuk keuntungan pribadi atau dengan cara apapun yang akan bertentangan dengan

ketentuan perundang-undangan atau merugikan tujuan organisasi yang sah dan etis,

semua auditor menyetujuinya.

Oleh karena beberapa fakta di atas, Prinsip Kerahasiaan telah sesuai dengan

kode etik sebagaimana mestinya.

4) Prinsip Kompetensi telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014 sebagaimana telah

diruakan pada Bab 3 pembahasan pada bagian sebelumnya

5) Prinsip Akuntabel

Prinsip Akuntabel telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014 Hal tersebut dapat

kita lihat pada tabel II.9 atribut nomor 13. Seluruh auditor menjawab setuju pada atribut

nomor 13 yang berbunyi auditor intern pemerintah wajib menyampaikan

pertanggungjawaban atau jawaban dan keterangan atas kinerja dan tindakannya secara

sendiri atau kolektif kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta

keterangan atau pertanggungjawaban.


61

Selain itu, bila kita lihat LHP pada lampiran tampak di situ nama-nama auditor

dan pihak-pihak terkait telah menandatangani sebuah dokumen LHP salah satu desa

yang menjadi obrik. Oleh karena itu, penerapan Prinsip Akuntabilitas sudah baik.

Dari fakta-fakta tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Prinsip Akuntabilitas

di Inspektorat Grobogan sudah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014 yang berlaku

sebagaimana mestinya.

6) Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip Perilaku Profesional telah sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014. Hal

tersebut dapat dijelaskan pada tabel II.9 , atribut nomor 14 dan 15. Jawaban yang

diberikan yaitu semua auditor menyetujuinya. Atribut nomor 14 ialah auditor tidak

terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang menghilangkan

kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau organisasi. Sementara atribut

nomor 15 ialah auditor tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi, dan tanggung jawab

manajemen auditan dalam melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi. Dari kedua

atribut tersebut, seluruh auditor (100%) menjawab setuju.

Oleh karena itu, dari fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa Prinsip

Perilaku Profesional telah diterapkan sebagaimana mestinya sesuai dengan Kode Etik

SAIPI 2014.

b. Hubungan sesama Auditor

Hubungan sesama auditor telah sesuai dengan Kode Etik yang berlaku. Hal

tersebut dapat dijelaskan seperti uraian sebagai berikut:

Dalam fakta di lapangan, terdapat beberapa persoalan yaitu apabila auditor

dihadapkan dengan beban kerja yang melampaui kapasitasnya. Hal ini sangat mungkin
62

terjadi apabila auditor diberi penugasan sebagai panitia sebuah kepanitiaan seperti

panitia LHKPN, panitia penyerapan anggaran, dan sebagainya. Apabila hal itu terjadi,

maka akan berpotensi mengganggu pengerjaan tugas utama auditor dalam rangkaian

pemeriksaan terutama dalam pengerjaan LHP.

Namun demikian, kerjasama sudah berjalan secara sehat dan bersinergis

sehingga beban kerja tersebut dapat dihadapi bersama. Para auditor sudah memelihara

rasa kebersamaan dan kekeluargaan dengan baik. Para auditor juga saling

mengingatkan, membimbing, dan mengoreksi perilaku satu sama lain.

Dari beberapa ulasan di atas menggambarkan bahwa hubungan sesama auditor

di Inspektorat Grobogan telah berjalan sesuai dengan Kode Etik SAIPI 2014

sebagaimana mestinya.

c. Hubungan Auditor dengan Objek Pemeriksaan

Hubungan antara auditor dan objek pemeriksaan telah sesuai dengan Kode Etik

AAIPI 2014. Hal tersebut di atas didasarkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Auditor menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya

Dalam praktik di lapangan, para auditor di Inspektorat telah menjaga

penampilan sesuai dengan tugasnya. Salah satu contoh nyata yaitu pemasangan pin

integritas di pakaian para auditor ketika melaksanakan tugas.

2) Menjalin kerja sama dengan saling menghargai dan mendukung penyelesaian

tugas

Antara auditor dan objek pemeriksaan telah menjalin kerja sama dengan baik.

Hal itu dapat terjadi mengingat peran masing-masing sesuai dengan Keputusan Bupati
63

Grobogan Nomor 700 / 02 / 2019 tentang Program Kerja Pengawasan Tahunan yang

menempatkan auditor dan obrik sebagaimana mestinya.

3) Menghindari setiap tindakan dan perilaku yang memberikan kesan melanggar

hukum atau etika profesi terutama pada saat bertugas.

Auditor dan obrik menghindari setiap tindakan dan perilaku yang memberikan

kesan melanggar hukum atau etika profesi terutama pada saat bertugas. Hal tersebut di

atas sesuai dengan atribut nomor 14 pada tabel II.8.

Dengan demikian, jelas sudah bahwa hubungan antara auditor dan objek

pemeriksaan telah sesuai dnegna kriterisa Kode Etik AAIPI 2014.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Inspektorat dipimpin oleh seorang Inspektur yang dalam melaksanakan tugasnya

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Hal tersebut sesuai

dengan Peraturan Bupati Grobogan Nomor 50 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata kerja

Inspektorat.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pencabutan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar

Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah, Inspektorat Kabupaten Grobogan

menggunakan Standar Audit Intern Pemerintah Indoensia (SAIPI) Tahun 2014 dan

Kode Etik AAIPI 2014 beserta aturan yang terintegrasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi

Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI).

64
65

Terdapat empat fokus topik bahasan dalam karya tulis ini. Empat topik tersebut

yaitu tinjauan keahlian auditor, tinjauan independensi APIP, tinjauan objektifitas

auditor, dan tinjauan etika auditor. Secara garis besar, Inspektorat Grobogan telah

menerapkan keempat topik tersebut sesuai dengan kriteria baik SAIPI 2014 maupun

Kode Etik AAIPI 2014 sebagaimana mestinya. Meskipun belum sempurna, tidak

ditemukan ketidaksesuaian antara kriteria yang harus dipatuhi dan praktik yang terjadi

di lapangan. Keempat topik tersebut dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

1. Secara umum, keahlian auditor di Inspektorat Grobogan sudah sesuai dengan

kriteria SAIPI 2014. Keahlian auditor yang dimaksud terdiri dari kompetensi

teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan berkelanjutan. Kompetensi teknis

audit intern terkait dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan penugasan audit

intern sesuai dengan jenjang jabatan. Sementara sertifikasi jabatan dan pendidikan

berkelanjutan ialah sebuah syarat yang mewajibkan auditor untuk mempunyai

sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain di bidang

pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan

profesional berkelanjutan (continuing professional education). Dalam hal

memenuhi unsur-unsur dalam kompetensi teknis yaitu (1) manajemen risiko,

pengendalian internal, tata kelola organisasi, (2) strategi kegiatan audit intern, (3)

pelaporan hasil audit intern (4) sikap profesional, (5) komunikasi, (6) lingkungan

pemerintahan, dan (7) manajemen pengawasa,n seluruh auditor telah memenuhi

kriteria sebagaimana mestinya. Untuk sertifikasi jabatan dan pendidikan dan

pelatihan profesional berkelanjutan, terdapat tiga orang auditor muda yang belum

mempunyai sertifikasi jabatan tetapi sudah menerima jabatan tersebut karena


66

kebutuhan organisasi. Sertifikasi jabatan untuk ketiganya akan dilaksanakan pada

periode berikutnya dan telah terdapat pada rencana kerja Inspektorat Grobogan itu

sendiri. Dengan demikian, jelas sudah bahwa auditor di Inspektorat Grobogan

telah memenuhi kriteria sesuai SAIPI 2014.

2. Independensi APIP Inspektorat Grobogan sudah sesuai dengan kriteria SAIPI

2014 secara umum. Independensi yang dimaksud adalah kebebasan dari kondisi

yang mengancam kemampuan aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung

jawab audit intern secara objektif. Dalam memenuhi kriteria tersebut, Inspektorat

telah memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan seperti peran serta Pimpinan APIP

dalam hal tanggung jawab yang sudah tepat, posisi dan kedudukan APIP yang

terbebas dari intervensi sehingga mendapat dukungan yang memadai, penjaminan

kualitas yang sudah memadai dan bebas dari campur tangan, pelaporan

kesanggupan dalam melaksanakan tanggung jawab, dan komunikasi dan

konfirmasi independensi APIP kepada atasan Pimpinan APIP dalam hal ini Bupati.

Dengan demikian, jelas sudah bahwa APIP Inspektorat Grobogan telah memenuhi

kriteria sesuai SAIPI 2014.

3. Secara garis besar, objektivitas auditor di Inspektorat Grobogan sudah sesuai

dengan kriteria SAIPI 2014. Objektivitas yang dimaksud adalah sikap mental tidak

memihak (tidak bias) yang memungkinkan auditor untuk melakukan penugasan

sedemikian rupa sehingga auditor percaya pada hasil kerjanya dan bahwa tidak ada

kompromi kualitas yang dibuat. Dalam memenuhi kriteria tersebut, hampir semua

auditor telah memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan seperti sikap auditor yang

netral, tidak bias, dan menghindari konflik kepentingan. Selanjutnya auditor juga
67

sudah objektif dalam melaksanakan kegiatan audit internal. Kemudian, praktik di

lapangan menunjukkan bahwa Pimpinan APIP telah menempatkan auditor dalam

situasi yang membuat auditor mampu mengambil keputusan berdasarkan

pertimbangan profesioanalnya. Dengan demikian, jelas sudah bahwa auditor di

Inspektorat Grobogan telah memenuhi kriteria sesuai SAIPI 2014.

4. Etika auditor di Inspektorat Grobogan juga telah sesuai dengan kriteria yang

terdapat pada Kode Etik AAIPI 2014. Etika yang dimaksud mencakup tiga bagian,

yang pertama yaitu prinsip etika dan perilaku oganisasi yang terdiri dari integritas,

objektivitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabilitas, dan perilaku profesional.

Bagian yang kedua yaitu hubungan sesama auditor dan yang ketiga yaitu hubungan

auditor dengan objek pemeriksaan. Dalam hal integritas sudah cukup baik namun

perlu diberikan bimbingan bagi para auditor yang masih kurang dalam hal

integritas yaitu penerimaan gratifikasi. Untuk prinsip etika dan perilaku yang lain

tidak ditemukan permasalahan yang signifikan. Kemudian untuk hubungan sesama

auditor terdapat sedikit kendala terkait dengan analisis beban kerja yang cukup

berat karena kurangnya jumlah sumber daya manusia untuk melaksanakan beban

kerja tersebut. Namun demikian, masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik

sehingga hubungan sesama auditor tidak terdapat masalah yang signifikan.

Terakhir untuk hubungan dengan objek pemeriksaan sudah memenuhi kriteria

dalam hal menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya, bekerjasama dan saling

menghargai, dan tidak melakukan perbuatan yang berpotensi untuk melanggar

hukum. Dengan demikian, jelas sudah bahwa auditor di Inspektorat Grobogan

telah memenuhi kriteria sesuai SAIPI 2014.


68

B. Saran

Setelah melakukan tinjauan atas keahlian, independensi, objektifitas, dan etika

auditor di Inspektorat Kabupaten Grobogan, penulis memeberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Mempelajari kembali standar yang telah disepakati, yaitu Standar Audit Intern

Pemerintah Indonesia keluaran Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia

dikarenakan ada sebagian kecil auditor yang kurang memahami dalam penerapan

di lapangan.

2. Meningkatkan program pendidikan profesional berkelanjutan dan bimbingan

teknis dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor bagi auditor yang sudah

mendapatkan kesempatan.

3. Mempertahankan evaluasi tahun lalu sebagaimana tertera dalam rencana kerja

dalam hal program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur

pengawasan.

4. Mempelajari kembali teknik-teknik berkomunikasi dengan auditor terutama dalam

bahasa dan nilai-nilai kesopanan yang terdapat di daerah Inspektorat.

5. Menolak dengan tegas segala pemeberian dalam bentuk apapun yang diduga atau

patut diduga sebagai gratifikasi yang akan mencederai integritas auditor.

6. Mempelajari kembali hal-hal yang berkaitan dengan gratifikasi sehingga auditor

dapat terhindar dari sesuatu yang dapat mempengaruhi objektifitasnya.

7. Meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi guna meningkatkan

kualitas auditor dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan.


DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 2012. Auditing, Suatu Pendekatan Terpadu.

Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Mulyadi. 2013. Auditing. Edisi keenam, Cetakan pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indoensia (AAIPI). 2014. Standar Auditr Intern

Pemerintah Indoensia (SAIPI) tahun 2014.

Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indoensia (AAIPI). 2014. Kode Etik Asosiasi

Auditor Intern Pemerintah Indonesia tahun 2014.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Per/220/M.Pan/7/2008 tentang, Jabatan Fungsional Auditor dan Angka

Kreditnya.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Per/15/M.PAN/9/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya.

Peraturan Bupati Grobogan Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja

Inspektorat Kabupaten Grobogan.

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2016, tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah.


69
70

Keputusan Bupati Grobogan Nomor 700 / 02 / 2019, tentang Program Kerja

Pengawasan Tahunan Tahun Anggaran 2019.

Inspektorat Kabupaten Grobogan. https://inspektorat.grobogan.go.id/ (diakses 1 Juni

2019 pukul 09.07).


LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Tinjauan Keahlian, Independensi, dan Etika Auditor di

Inspektorat Kabupaten Grobogan Tahun 2019.

Kuesioner Tinjauan Keahlian, Independensi, dan Etika Auditor di Inspektorat

Kabupaten Grobogan Tahun 2019.

Silakan pilih dengan memberi tanda “x”

Bagian pertama – keahlian auditor

No Pernyataan Jawaban
Setuju Kurang Tidak
Setuju Setuju
1. Saya memiliki pengetahuan mengenai metode-
metode yang tepat dalam mengelola risiko
2. Saya memiliki pengetahuan mengenai risiko-
risiko teknologi informasi dan pengaruhnya
terhadap organisasi dan bagaimana sistem
informasi dapat membantu mengelola risiko dan
memberikan assurance terhadap organisasi
secara keseluruhan
3. Saya memiliki pengetahuan mengenai
pengendalian internal organisasi.
4. Saya memiliki pengetahuan mengenai hubungan
risiko organisasi dengan pengendalian internal
dalam organisasi dan mampu melakukan reviu
untuk menilai efektivitasnya.
5. Saya memiliki pengetahuan mengenai prinsip-
prinsip dan praktik terbaik (best practice) dalam
pelaksanaan tata kelola sektor publik (public
sector governance).

6. Saya memiliki pengetahuan mengenai prinsip-


prinsip akuntabilitas sektor publik.
7. Saya memiliki pengetahuan mengenai metode,
teknik, dan standar audit, evaluasi, reviu,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain.
8. Saya mampu mengidentifikasi keahlian teknis
dan pengalaman yang dibutuhkan agar tujuan
strategi pengawasan dapat tercapai.
9. Saya memiliki pengetahuan mengenai teknik
pelaporan hasil pengawasan sesuai dengan
standar yang berlaku.
10. Saya memiliki pengetahuan mengenai teknik
pelaporan hasil pengawasan sesuai dengan
standar yang berlaku.
11. Saya mampu bertindak secara konsisten sehingga
terdapat satu kesatuan antara kata dan perbuatan.
12. Saya mampu menyatakan sikap/pendapat
profesional atas hasil pengawasan.
13. Saya mampu berkomunkasi dengan baik
termasuk melakukan interviu dengan staf pada
semua level dalam organisasi yang diawasi guna
memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai
efektivitas manajemen risiko, pengendalian
internal, dan proses tata kelalola organisasi.
14. Saya mampu menyesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan dan pemahaman pihak yang
dituju.
15. Saya memiliki pengetahuan mengenai prinsip-
prinsip proses pembuatan kebijakan dalam
organisasi sektor publik.
16. Saya memiliki pengetahuan mengenai sistem
akuntansi keuangan pemerintah pusat/ daerah.
17. Saya memiliki pengetahuan mengenai sistem
akuntansi keuangan pemerintah pusat/ daerah.
18. Saya menyusun program pengawasan termasuk
untuk penugasan yang sifatnya spesifik.

Bagian kedua – objektivitas auditor

No Pernyataan Jawaban
Sangat Setuju Kurang Tidak
Setuju Setuju Setuju
1. Saya harus memiliki sikap netral dan
tidak bias serta menghindari konflik
kepentingan terkait penugasan yang
dilakukan.
2. Saya tidak menerima pemberian dari
obrik sebagai ucapan terima kasih.
3. Saya tidak menerima tugas untuk
melakukan pemeriksaan terhadap
auditi yang memiliki hubungan dekat
dengannya.
4. Saya melaksanakan audit intern secara
objektif dengan berasaskan kejujuran
dan tidak mengompromikan kualitas.
5. Saya ditempatkan dalam situasi yang
membuat auditor tidak mampu
mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan profesionalnya.

Bagian ketiga – objektivitas auditor

No Pernyataan Jawaban
Setuju Kurang Tidak
Setuju Setuju
1. Saya melakukan pekerjaan dengan kejujuran,
ketekunan, dan tanggung jawab.
2. Saya mentaati hukum dan membuat
pengungkapan yang diharuskan oleh ketentuan
perundang-undangan dan profesi.
3. Saya menghormati dan berkontribusi pada tujuan
organisasi yang sah dan etis.
4. Saya tidak menerima gratifikasi terkait dengan
jabatan dalam bentuk apapun
5. Saya tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau
hubungan apapun yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan Inspektorat, atau
dapat menimbulkan prasangka, atau yang
meragukan kemampuannya untuk dapat
melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung
jawab profesinya secara objektif

6. Saya tidak dapat menerima sesuatu dalam bentuk


apapun yang dapat mengganggu atau patut diduga
mengganggu pertimbangan profesionalnya.
7. Saya mengungkapkan semua fakta material yang
diketahui, yaitu fakta yang jika tidak diungkapkan
dapat mengubah atau memengaruhi pengambilan
keputusan atau menutupi adanya praktik-praktik
yang melanggar hukum.
8. Saya berhati-hati dalam penggunaan dan
perlindungan informasi yang diperoleh dalam
tugasnya.
9. Saya tidak menggunakan informasi untuk
keuntungan pribadi atau dengan cara apapaun
yang akan bertentangan dengan ketentuan
perundang-undangan atau merugikan tujuan
organisasi yang sah dan etis.
10. Saya memberikan layanan yang dapat
diselesaikan sepanjang memilih pengetahuan,
keahlian dan ketrampilan, serta pengalaman yang
diperlukan.
11. Saya melakukan pengawasan sesuai dengan
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
12. Saya terus-menerus meningkatkan keahlian serta
efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya,
baik yang diperoleh dari pendidikan formal,
pelatihan sertifikasi, maupun pengalaman kerja.
13. Saya menyampaikan pertanggungjawaban atau
jawaban dan keterangan atas kinerja dan
tindakannya secara sendiri atau kolektif kepada
pihak yang memiliki hak atak kewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
14. Saya tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal,
atau terlibat dalam tindakan yang membahayakan
organisasi.
15. Saya tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi
dan tanggung jawab manajemen auditan dalam
melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.

Anda mungkin juga menyukai