Anda di halaman 1dari 59

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
JAKARTA TANAH ABANG TIGA

Diajukan oleh:
1. Arvianda Tiara Intan NPM 2301180739
2. Clarissa Primarifani Septyaningrum NPM 2301180798
3. Deandra Aqila Zahra NPM 2301180702
4. Ibrahim Nurjasman Nugroho NPM 1302180471
5. M. Dicky Prasetyo NPM 1302180010

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III PAJAK
DAN DIPLOMA III AKUNTANSI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
JAKARTA TANAH ABANG TIGA

PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN


DI KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA

Diajukan oleh:

1. Arvianda Tiara Intan NPM 2301180739


2. Clarissa Primarifani Septyaningrum NPM 2301180798
3. Deandra Aqila Zahra NPM 2301180702
4. Ibrahim Nurjasman Nugroho NPM 1302180471
5. M. Dicky Prasetyo NPM 1302180010

Telah disetujui pada tanggal : …………….

Pembimbing
Praktik Kerja Lapangan


NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan dengan judul “Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga” tepat waktu. Laporan ini disusun dalam rangka
memenuhi sebagian dari syarat-syarat kelulusan Program Diploma III Pajak dan Diploma III
Akuntansi pada Politeknik Keuangan Negara STAN. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu serta mendukung penyelesaian laporan ini yaitu
kepada:

1. Orang tua penulis yang selalu mendukung penuh penulis;


2. Direktur PKN STAN dan seluruh staf pengajar atas ilmu dan bimbingan selama
perkuliahan;
3. Bapak Nurhartadi selaku pembimbing yang telah mendukung terlaksananya PKL
dengan lancar;
4. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal yang telah bersedia membantu dan
memberikan bimbingan selama kegiatan PKL;
5. Seksi Pelayanan yang telah bersedia memberikan informasi;
6. Seluruh pegawai serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat
mengembangkan dan menyusun laporan di masa yang akan datang secara lebih baik. Penulis
berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, April 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................6
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................6
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................8
3.1 Profil............................................................................................................................8
3.2 Tugas.........................................................................................................................13
3.3 Pembahasan Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan..........................................41
3.4 Permasalahan.............................................................................................................53
3.5 Solusi Pemecahan Masalah.......................................................................................54
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................57
4.1 Kesimpulan................................................................................................................57
4.2 Saran..........................................................................................................................58

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PKN STAN merupakan perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Kementerian
Keuangan yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Kepala Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia. Hingga tahun 2021
PKN STAN telah membuka beberapa jurusan antara lain akuntasi, pajak, kepabeanan dan
cukai serta manajeman keuangan dengan berbagai program studi mulai dari diploma satu (I),
diploma tiga (III), dan diploma empat (IV). Dalam menjalankan program studi di bidang
keuangan negara PKN STAN memiliki visi yaitu menjadi kampus bagi putra-putri terbaik
bangsa untuk menjadi pemimpin dan agen perubahan yang unggul, beretika, modern, dan
profesional dalam pengelolaan keuangan negara untuk mewujudkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan sosial.
Salah satu program pendidikan yang diselenggarakan oleh PKN STAN adalah Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa yang menempuh
pendidikan di PKN STAN. Kegiatan PKL bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa PKN
STAN untuk menjadi aparatur sipil negara yang unggul dan kompetitif dengan memberikan
gambaran mengenai dunia kerja dengan terjun langsung ke unit kerja tertentu. Selain untuk
menambah pengetahuan, kegiatan PKL juga sebagai tempat mahasiswa untuk
mempraktikkan, mengimplementasikan, dan membandingkan teori-teori yang telah dipelajari
selama perkuliahan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) merupakan unit kerja di bawah Direktorat Jenderal
Pajak yang menjadi salah satu tempat mahasiswa menjalankan kegiatan PKL. Berdasarkan
segmentasi wajib pajak, unit KPP dibagi menjadi KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan
KPP Pratama. KPP memiliki tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan
kepada wajib pajak. Wajib pajak dapat melakukan pendaftaran NPWP, mengajukan
pengukuhan PKP, melapor SPT dan lain sebagainya melalui KPP. Pada kali ini penulis
berkesempatan untuk melaksanakan kegiatan PKL di KPP Pratama Tanah Abang Tiga.
Melaporkan SPT merupakan kewajiban seluruh wajib pajak, baik bagi wajib pajak
orang pribadi maupun wajib pajak badan. Batas waktu pelaporan SPT bagi wajib pajak orang
pribadi adalah akhir bulan Maret, sedangkan bagi wajib pajak badan adalah akhir bulan April.
Wajib pajak dapat melaporkan SPT tahunannya secara daring melalui DJP Online dengan
menggunakan fitur e-Filling, melalui pos atau jasa ekspedisi atau secara langsung melalui
KPP. Di masa pandemi Covid-19 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengimbau agar
5
masyarakat melaporkan SPT secara daring melalui e-Filling untuk mencegah penyebaran
virus Covid-19.
Mekanisme pajak panghasilan yang dianut di Indonesia adalah self assessment, yaitu
wajib pajak secara mandiri mendaftar, menghitung, memperhitungkan, menyetorkan serta
melaporkan pajak penghasilannya tanpa menunggu surat ketetapan pajak dari Direktorat
Jenderal Pajak. Oleh karena itu kebenaran, kelengkapan, dan kejelasan dalam pengisian dan
pelaporan SPT menjadi tanggung jawab wajib pajak. Dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kendala dalam pelaporan SPT yang terjadi di KPP Pratama Tanah Abang Tiga.
Salah satu kendala tersebut adalah masih terdapat wajib pajak yang melaporkan SPT dengan
tidak lengkap sehingga SPT dikembalikan kepada wajib pajak untuk dilengkapi terlebih
dahulu. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam penerimaan SPT Tahunan, penulis
tertarik untuk Menyusun laporan PKL dengan judul “Penerimaan dan Pengolahan SPT
Tahunan di KPP Pratama Tanah Abang Tiga”.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penulisan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan di KPP Pratama Jakarta
Tanah Abang Tiga?
b. Apa kendala yang ada pada proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan di KPP
Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga?
c. Bagaimana solusi atas kendala proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan di
KPP Pratama Tanah Abang Tiga?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan secara umum di KPP
Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga;
b. Mengidentifikasi kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan proses
penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan
c. Menemukan solusi atas kendala yang dihadapi dalam proses penerimaan dan
pengolahan SPT.

6
1.4. Manfaat Penulisan
Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga
memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut:
- mahasiswa memperoleh tambahan ilmu dan pengetahuan yang tidak didapat dari
kampus;
- mahasiswa sebagai peserta praktik kerja lapangan dapat mengimplementasikan ilmu
yang didapat selama perkuliahan;
- menambah pengalaman mahasiswa dengan ikut terlibat langsung dalam kegiatan
kerja;
- mahasiswa dapat mengerti dan memahami proses bisnis di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak;
- menjadi tolok ukur PKN STAN dalam menilai kemampuan mahasiswanya; dan
- meningkatkan kualitas sumber daya manusia mahasiswa PKN STAN.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil
3.1.1 Profil KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga merupakan instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor
Wilayah yang secara formal diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 254/KMK/01/2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor Pelayanan Pajak Madya, dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I.

KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga dibentuk pada 1 Juli 2005 dari hasil
pemecahan KPP Tanah Abang. Perubahan mendasar dari berlakunya sistem ini adalah
berubahnya organisasi kantor pelayanan dari organisasi berbasis jenis pajak menjadi
organisasi berbasis fungsi. Perubahan ini merombak seluruh struktur organisasi termasuk
peleburan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ke dalam struktur organisasi KPP
Pratama. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga per 31 Desember 2020 memiliki 105
pegawai yang dipimpin oleh 1 Kepala Kantor yang merupakan Pejabat Eselon III dan
memiliki 10 Pejabat Eselon IV (9 Kepala Seksi dan 1 Kepala Subbag), 21 Pejabat Fungsional
Pemeriksa Pajak, 29 Pelaksana, 3 Juru Sita Pajak Negara, dan 39 Account Representative.

3.1.2 Visi Misi


Visi
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik yang melayani dengan ikhlas dan
berintegritas di Wilayah Jakarta Pusat.
Misi
Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak yang berkeadilan dalam
mengamankan penerimaan pajak.
Tujuan
KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga memiliki tujuan di bidang Fiskal dan bidang
Kelembagaan sebagai berikut.
a. Bidang Fiskal, menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah melalui pemungutan
pajak pusat.

8
b. Bidang Kelembagaan, meningkatkan kinerja pegawai KPP Pratama Jakarta Tanah
Abang Tiga.
Sasaran
Berupa penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai secara nyata dalam
jangka waktu tahunan. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga dalam tahun 2021 memiliki
sasaran strategis sebagai berikut:
1. penerimaan pajak negara yang optimal;
2. kepatuhan wajib pajak yang tinggi;
3. penyuluhan, pelayanan, dan kehumasan yang efektif;
4. pelayanan perpajakan yang optimal;
5. peningkatan ekstensifikasi perpajakan;
6. pengawasan wajib pajak yang efektif;
7. pemeriksaan dan penagihan yang efektif;
8. penyidikan yang efektif;
9. data perpajakan yang optimal;
10. SDM yang kompeten;
11. organisasi yang fit for purpose;
12. pengelolaan anggaran yang berkualitas.

3.1.3 Tugas dan Fungsi


Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 75/PJ/2020 tentang Penetapan
Perubahan Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama menjelaskan mengenai tugas
dan fungsi KPP Pratama sebagai berikut.
Tugas
Melaksanakan pelayanan, penyuluhan, pengawasan, dan penegakan hukum Wajib
Pajak di bidang perpajakan serta melakukan pengumpulan dan penjaminan kualitas data dan
informasi perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi:
a. analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak;
b. pencarian, pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi
perpajakan;
c. penjaminan kualitas dan validasi data dan/atau alat keterangan;

9
d. edukasi, pendaftaran/pengukuhan, pelayanan, pengelolaan pelaporan, dan
penghapusan/pencabutan Wajib Pajak, Pengusaha Kena Pajak, atau objek pajak;
e. penyelesaian tindak lanjut pengajuan/pencabutan permoonan Wajib Pajak maupun
masyarakat;
f. pendataan, pemetaan, pengawasan dan pemeriksaan serta penilaian untuk
kepentingan perpajakan;
g. penetapan, penerbitan, dan/atau pembetulan produk hukum perpajakanl
h. pemutakhiran basis data perpajakan;
i. pengenaan dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan,
Perhutanan, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Permukaan Bumi
Onshore, Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi, Pertambangan Mineral
dan Batubara, dan sektor lainnya;
j. penatausahaan piutang pajak dan penagihan pajak;
k. pengelolaan kinerja dan pengelolaan risiko;
l. pelaksanaan dan pemantauan kepatuhan internal;
m. pelaksanaan tindak lanjut kerja sama perpajakan; dan
n. pelaksanaan administrasi kantor.

3.1.4 Wilayah Kerja


KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga terletak di Jalan KH Mas Mansyur Nomor 71
Kebon Melati, Jakarta Pusat. Wilayah kerja yang menjadi kewenangan KPP Pratama Jakarta
Tanah Abang Tiga yaitu wilayah Kecamatan Tanah Abang meliputi Kelurahan Bendungan
Hilir dan Kelurahan Gelora.

Gambar II. 1 Peta Wilayah Kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga

3.1.5 Struktur Organisasi


a. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai, melakukan pemantauan

10
pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan
terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukan pemantauan tindak lanjut hasil
pengawasan, dan melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas, melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan,
penyajian data dan informasi perpajakan, melakukan penjaminan kualitas dan
validasi atas data dan/atau alat keterangan yang berkaitan dengan kegiatan
pencarian, pengumpulan, pengolahan data dan informasi perpajakan serta kegiatan
penelitian, pengawasan, pengamatan, pemetaan, penilaian, pemeriksaan, dan
penagihan, melakukan penerusan data dan/atau alat keterangan hasil penjaminan
kualitas dan validasi, melakukan perekaman dokumen perpajakan, melakukan
tindak lanjut atas data Wajib Pajak yang diterima dari Kantor Pusat, melakukan
penyusunan monografi fiskal, melakukan dukungan teknis komputer, melakukan
pemantauan aplikasi perpajakan, melakukan pengelolaan kinerja organisasi dan
pengelolaan risiko, serta melakukan pengelolaan dan tindak lanjut kerja sama
perpajakan.
c. Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, melakukan
penatausahaan dan penyimpanan dokumen perpajakan, melakukan penenmaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, melakukan penerimaan surat lainnya, melakukan
penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib Pajak, serta melaksanakan
pendaftaran Wajib Pajak dan objek pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
d. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan penagihan tunggakan pajak, melakukan
penatausahaan piutang pajak, melakukan penyelesaian permohonan penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, melakukan usulan penghapusan piutang pajak dan/ atau
sanksi administrasi perpajakan, serta melakukan penatausahaan dan penyimpanan
dokumen penagihan.
e. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana perneriksaan, rnelakukan
pengawasan pelaksanaan aturan perneriksaan, rnelakukan penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, rnelakukan administrasi

11
pemeriksaan perpajakan lainnya, serta melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan
oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
Mempunyai tugas melakukan pemberian dan/atau penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak, pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak,
pemberian dan/atau penghapusan nomor objek pajak secara jabatan, melakukan
analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak, melakukan
pengamatan potensi pajak, melakukan pendataan dan pemetaan Wajib Pajak dan
objek pajak, melakukan pengumpulan data pendukung dan rekonsiliasi data dalam
rangka pengawasan Wajib Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak,
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan imbauan
dan konseling kepada Wajib Pajak, melakukan produksi alat keterangan hasil
pengamatan, pendataan, pemetaan, dan pengawasan Wajib Pajak, melakukan
pemutakhiran basis data Wajib Pajak, melakukan pemeriksaan dengan kriteria
tertentu, melakukan tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat, melakukan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak, melakukan penyuluhan pajak, serta
melakukan kegiatan penilaian.
g. Seksi Pengawasan dan Kosultasi I
Mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian tindak lanjut
pengajuan/pencabutan permohonan Wajib Pajak maupun masyarakat, melakukan
usulan pembetulan ketetapan hasil pemeriksaan/ penelitian, dan melakukan
pemberian bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak
maupun masyarakat, serta rnelakukan tindak lanjut permohonan pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan.
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Mempunyai tugas melakukan analisis, penjabaran, dan pencapaian target
penerimaan pajak untuk Wajib Pajak Strategis, melakukan pendataan dan
pemetaan Wajib Pajak Strategis dan objek pajak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Strategis, melakukan pengumpulan data
pendukung dan rekonsiliasi data dalam rangka pengawasan Wajib Pajak Strategis,
melakukan analisis kinerja Wajib Pajak Strategis, melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan imbauan dan konseling kepada
Wajib Pajak Strategis, melakukan produksi alat keterangan hasil kegiatan
pengawasan Wajib Pajak Strategis, melakukan pemutakhiran basis data Wajib
12
Pajak Strategis, melakukan pemeriksaan dengan kriteria tertentu, melakukan tindak
lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat, serta melakukan pemutakhiran basis
data nilai objek pajak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak Strategis.
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Masing-masing mempunyai tugas melakukan pemberian dan/atau
penghapusan NPWP, pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak,
pemberian dan/atau penghapusan nomor objek pajak secara jabatan, melakukan
analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak, melakukan
pengamatan potensi pajak, melakukan pendataan dan pemetaan Wajib Pajak dan
objek pajak, melakukan pengumpulan data pendukung dan rekonsiliasi data dalam
rangka pengawasan Wajib Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak,
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan imbauan
dan konseling kepada Wajib Pajak, melakukan produksi alat keterangan hasil
pengamatan, pendataan, pemetaan, dan pengawasan Wajib Pajak, melakukan
pemutakhiran basis data Wajib Pajak, melakukan pemeriksaan dengan kriteria
tertentu, melakukan tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat, serta
melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak.

3.2 Tugas
Praktik kerja lapangan mahasiswa dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai
dengan 9 April 2021 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga. Kegiatan
PKL dilakukan secara daring dengan mempertimbangkan keterbatasan tempat dan situasi
karena pandemi Covid-19 di Indonesia. Pelaksanaan PKL diisi dengan bimbingan gabungan
bersama Kanwil DJP Jakarta Pusat yang dilaksanakan secara mingguan, pemberian materi
perpajakan dari kantor, serta penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
kantor seperti morning activity dan In House Training, mengikuti kelas pajak, dan bimbingan
awal bersama relawan pajak.
Menurut [ CITATION Ann15 \l 1033 ], Standard Operating Procedures (SOP) dapat
diartikan sebagai sebuah dokumen sistem tata kerja yang mengatur secara rinci kegiatan-
kegiatan operasional perusahaan agar terlaksana secara baik dan sistematik. Pemberian SOP
terkait pelaksanaan perpajakan ini didasarkan untuk memberikan kesamaan proses bisnis
dalam administrasi perpajakan di seluruh kantor. Dibawah ini merupakan beberapa materi

13
terkait SOP yang diberikan dari KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga yang penulis
pelajari selama PKL.
1. SOP Pengelolaan NPWP
Salah satu SOP yang dipelajari selama PKL adalah SOP tentang pengelolaan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Di SOP tersebut berisi tentang deskripsi, dasar
hukum, surat edaran terkait, pihak yang terkait, input, output, prosedur kerja, bagan
arus (flowchart). SOP tentang pengelolaan NPWP yang dipelajari di antaranya:
1.1. SOP Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Melalui Aplikasi E-
Registration.
SOP ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pendaftaran dan
pemberian NPWP yang diajukan oleh Wajib Pajak (WP) melalui Aplikasi e-
Registration. WP diharuskan membuka situs Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dengan alamat http://www.pajak.go.id untuk mengisi dan mengirimkan formulir
permohonan melalui Aplikasi e-Registration. Petugas Pendaftaran berperan untuk
memeriksa kelengkapan dokumen yang dikirimkan WP dan memberikan kartu
NPWP, konsep SKT yang telah ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan, dan
Starter-kit kepada WP.
1.2. SOP Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Melalui Tempat Pelayanan
Terpadu di KPP.
Berbeda dengan SOP Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Melalui
Aplikasi E-Registration, SOP ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan
pendaftaran dan pemberian NPWP yang diajukan oleh WP melalui Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP. Prosedurnya WP harus menyerahkan formulir
permohonan kepada Petugas Pendaftaran secara langsung. Kemudian Petugas
Pendaftaran akan mengisi dan menandatangani kolom isian petugas, memberikan
informasi perpajakan kepada WP, memberikan Surat Pernyataan Telah Menerima
Informasi Perpajakan kepada WP, merekam data permohonan dan mencetak
LPAD dan BPS. Petugas Pendaftaran juga nantinya akan memberikan kartu
NPWP, konsep SKT yang telah ditandatangani Kepala Seksi Pelayanan dan
Starter-kit kepada WP.
1.3. SOP Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Hasil Ekstensifikasi di KPP
Pratama.
Dalam hal ini Pelaksana Seksi Ekstensifikasi akan merekam dan mengirimkan
formulir pendaftaran hasil ekstensifikasi yang telah diisi melalu Aplikasi e-
14
Registration kemudian menyampaikan dokumen yang disyaratkan ke Seksi
Pelayanan KPP tempat WP. Di sini Petugas Pendaftaran akan memantau
informasi pendaftaran WP pada sistem e-Registration setiap hari kerja. Setelah
menerima dokumen yang disyaratkan, Petugas Pendaftaran akan memeriksa
dokumen tersebut dan dilanjutkan memeriksa status WP. Petugas Pendaftaran juga
bertugas memberikan kartu NPWP, konsep SKT yang telah ditandatangani Kepala
Seksi Pelayanan dan starter-kit kepada WP. Sedangkan Seksi Pelayanan
menyampaikan daftar pemberian NPWP hasil ekstensifikasi kepada Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan di KPP yang melakukan Ekstensifikasi.
1.4. SOP Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Hasil Ekstensifikasi Selain di
KPP Pratama.
Dalam hal pendaftaran dan pemberan NPWP hasil ekstensifikasi dilakukan di
KPP selain KPP Pratama, maka yang bertugas merekam dan mengirimkan
formulir permohonan hasil ekstensifikasi yang telah diisi WP melalu aplikasi e-
Registration aadalah Kepala Seksi Pelayanan di KPP yang melaksanakan
Ekstensifikasi dan mengirimkannya ke Seksi Pelayanan di KPP tempat WP
didaftarkan. Untuk proses selanjutnya sama seperti pendaftaran dan pemberian
NPWP hasil ekstensifikasi yang dilakukan di KPP Pratama.
1.5. SOP Tata Cara Penghapusan NPWP Melalui Aplikasi E-Registration di KPP
SOP menguraikan tata cara penyelesaian permohonan penghapusan yang diajukan
oleh WP melalui Aplikasi e-Registration. Di sini WP diharuskan masuk ke menu
penghapusan melalui situs DJP. Kemudian Petugas Pendaftaran akan menerima
SPD dan dokumen yang disyaratkan kemudian memeriksanya dan menerbitkan
BPS elektronik untuk diberikan kepada WP kemudian berkas permohonan
diteruskan kepada Kepala Seksi. Berkas Permohonan akan diproses melalui SOP
Tata Cara Pemeriksaan atau Tata Cara Verifikasi. Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) atau Laporan Hasil Verifikasi (LHV) disampaikan kepada Kepala Seksi
Pelayanan. Kemudian Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Petugas Pendaftaran
untuk menindaklanjuti. Setelah ditindaklanjuti Petugas Pendaftaran, Kepala Seksi
Pelayanan akan meneliti dan menandatangani Surat Penolakan Penghapusan
NPWP jika hasil pemeriksaan Petugas Pendaftaran menunjukkan WP tidak
memenuhi syarat untuk dihapuskan atau Surat Keputusan Penghapusan NPWP
jika WP memenuhi syarat untuk dihapuskan.

15
1.6. SOP Tata Cara Penghapusan NPWP Melalui Tempat Pelayanan Terpadu di KPP.
Prosedur yang dilakukan sama dengan penghapusan NPWP melalui Aplikasi e-
Registration di mana jika di dalam SOP Tata Cara Penghapusan NPWP Melalui
Tempat Pelayanan Terpadu di KPP, WP akan menyerahkan secara langsung
formulir permohonan dan dokumen yang disyaratkan langsung kepada Petugas
Pendaftaran tanpa melalu Aplikasi e-Registration.
1.7. SOP Tata Cara Cetak Ulang Kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar dan/atau
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Prosedurnya sama dengan yang disebutkan di dalam SOP Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian NPWP Melalui Tempat Pelayanan Terpadu di KPP di mana WP
mengajukan surat permohonan Cetak Ulang Kartu NPWP, SKT dan/atau SPPKP
menggunakan surat resmi perusahaan, atau dengan cara mengisi formulir
permohonan dan menyerahkannya langsung ke Petugas Pendaftaran. Dalam SOP
ini disebutkan bahwa proses penandatanganan SKT dan/atau SPPKP dapat
dilakukan oleh Kepala KP2KP jika pendaftaran dilakukan melalui KP2KP.
1.8. SOP Tata Cara Tindak Lanjut Penerimaan Daftar Pemberian NPWP OP Melalui
Pemberi Kerja dari KPP Lokasi.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak akan menerima Daftar Penerbitan NPWP OP
melalui pemberi kerja dari KPP Lokasi melalu SOP Tata Cara Penerimaan
Dokumen di KPP yang kemudian mendisposisi kepada Kepala Seksi Pelayanan.
Setelah Kepala Seksi Pelayanan menerima disposisi, Kepala Seksi Pelayanan
menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mengecek master file lokal.
Kemudian Pelaksana Seksi Pelayanan akan melakukan penghapusan NPWP dan
membuat Berita Acara Penghapusan NPWP serta konsep Surat Penghapusan
NPWP kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan. Kepala Seksi
Pelayanan akan menandatangani Berita Acara Penghapusan NPWP dan konsep
Surat Penghapusan. Dalam hal WP belum terdaftar maka Pelaksana Seksi
Pelayanan juga akan mencetak konsep Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan
konsep Surat Pengantar lalu ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan. Setelah
semuanya ditandatangani, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak untuk meminta persetujuan dan tanda tangan pada Surat
Penghapusan NPWP/ Surat Pengantar SKT. Pelaksana Seksi Pelayanan
menatausahakan Berita Acara Penghapusan NPWP dan Surat Penghapusan
NPWP/Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengantar dan menyampaikannya ke
16
Subbagian Umum untuk dikirim kepada WP dengan SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di KPP.
1.9. SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pendaftaran NPWP Hasil Sensus
Pajak Nasional.
Berdasarkan Daftar Responden Belum Terdaftar – Tidak Lengkap (kode: NR-2),
Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan akan menugaskan dan memberi disposisi
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk membuat konsep Surat
HImbauan Pendaftaran. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan akan membuat
dan mencetak konsep Surat Himbauan Pendaftaran melalui aplikasi sensus pajak
dan kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
Setelah ditandatangani oleh Kepala Seksi EKstensifikasi Perpajakan, Surat
Himbauan Pendaftaran disampaikan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk
ditandatangani. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan akan mengirimkan Surat
Himbauan Pendaftaran kepada WP, sedangkan Pelaksana Seksi Estensifikasi
Perpajakan akan mengirimkannya kepada Subbagian Umum. Pelaksana Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan juga akan memantau dan merekam hasil respon dari
responden ke dalam aplikasi sensus pajak.
1.10. SOP Tata Cara Penerbitan NPWP dan/atau PKP Secara Jabatan.
Tim Pemeriksa Pajak akan melaksanakan pemeriksaan, penelitian lokasi WP, dan
meminta data WP untuk membuat Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pemeriksaan untuk mendapatkan tanda
tangan. Setelah itu disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayan Pajak untuk
ditandatangani. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima kembali LHP dan
menugaskan Pelaksanan Seksi Pemeriksaan untuk mengrim fotokopi LHP kepada
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk diarsipkan dan kepada Kepala Seksi
Pelayanan untuk ditindaklanjuti. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana
Seksi Pelayanan untuk mencetak NPWP dan SKT dan/atau Surat Keterangan
sebagai PKP. Kemudian setelah dicetak ditandatangani oleh Kepala Seksi
Pelayanan dan ditatausahakan oleh Pelaksana Seksi Pelayanan untuk diarsipkan
dan diserahkan kepada WP.
2. SOP Penerimaan dan Pengelolaan SPT
2.1. SOP Tata Cara Pengemasan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan di Kantor
Pelayanan Pajak.

17
SOP ini menguraikan tata cara pengemasan SPT Tahunan PPh WP Badan
sebelum dikirim/diambil ke/oleh Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
(PPDDP) atau Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (KPDDP) untuk
diolah. Petugas TPT akan menerima SPT Tahunan dan menyerahkannya kepada
Petugas Pengemas untuk diproses lebih lanjut. Petugas Pengemas akan merekam
nomor LPAD dan jumlah lembar SPT Tahunan WP Badan pada Aplikasi
Pengemasan. Petugas Pengemas juga akan memindai label barcode untuk
memastikan data LPAD tersebut sesuai dengan data fisik SPT. Petugas Pengemas
lalu memasukkan SPT tersebut ke dalam kemasan dan menempelkan label
barcode. Setelah dikemas, Petugas Pengemas akan mencetak dan menandatangani
Daftar Isi Kemasan yang kemudian diserahkan kepada Kepaa Seksi Pelayanan
untuk dimintai tanda tangan. Terakhir Petugas Pengemas akan memasukkan
Daftar Isi Kemasan ke dalam kemasan sebelum dikirim ke PPDDP/KPDDP.
2.2. SOP Tata Cara Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh dan
SPT Masa.
Surat Teguran diterbitkan apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai
batas waktu yang telah ditentukan. Mula-mula Account Representative
mengidentifikasi WP yang perlu diterbitkan Surat Teguran dan menyampaikan
Daftar Nominatif yang dibuat kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
Setelah disetujui, daftar nominatif tersebut disampaikan kepada Kepala Seksi
Pelayanan untuk diterbitkan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan dan SPT
Masa. Dalam hal ini yang memproses Surat Teguran adalah Pelaksana Seksi
Pelayanan sekaligus menatausahakan konsep Surat Teguran Penyampaian SPT
Tahunan dan SPT Masa yang telah disetujui oleh Kepala Seksi Pelayanan.
2.3. SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.
Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT masa baik langsung
maupun tidak langsung melalui pos/ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak. Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT masa dan meneruskan
konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat
Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch
header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Kepala Seksi
Pelayanan akan menandatangani konsep surat yang diterima sedangkan Pelaksana
Seksi Pengolahan Data dan Informasi akan mencocokkan kesesuaian antara fisik
SPT Masa dengan isi batch header dan mengirimkannya ke Seksi Pelayanan.
18
Account Representative akan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis
dan/atau terlambat disampaikan/dibayar dan membuat Surat Himbuan untuk
kesalahan matematis dan STP jika terjadi keterlambatan
penyampaian/pembayaran SPT. Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan SPT
yang diterima dari Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Untuk SPT
Masa LB yang meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan untuk
ditindaklanjuti.
2.4. SOP Tata Cara Penerbitan Bukti Penerimaan Surat (BPS) Pengganti Terkait
Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak.
SOP ini menguraikan tata cara penerbitan BPS pengganti untuk SPT Manual dan
e-SPT yang diterima oleh KPP menggunakan SIDJP melalui aplikasi TPT Lokal
yang dalam penginputan data BPS terdapat kesalahan perekaman sehingga perlu
dilakukan perubahan. Penerbitan BPS pengganti dapat dilakukan sepanjang detil
SPT belum direkam pada aplikasi perekaman lokal, data SPT belum ditransfer ke
basis data Kantor Pusat DJP dan sepanjang detil SPT belum muncul pada profil
SIDJP. Penerbitan BPS pengganti didasarkan pada hasil pencarian BPS yang salah
oleh petugas TPT atau Usulan Perubahan atas BPS yang salah oleh WP. WP
menyampaikan Surat Permintaan/Usulan Perubahan BPS ke KPP tempat WP
melaporkan SPT. Petugas TPT merekam data BPS pengganti jika BPS benar
salah. Petugas TPT akan mencetak BPS Pengganti dan Konsep Surat
Pemberitahuan BPS Pengganti jika usulan BPS disetujui oleh Kepala Seksi
Pelayanan dan ditandatangani oleh Petugas TPT. Jika masih memerlukan
perbaikan maka Petugas TPT akan melakukan perbaikan sesuai arahan dan
menyerahkannya kembali kepada Kepala Seksi Pelayanan. JIka tidak disetujui
oleh Kepala Seksi Pelayanan maka proses penerbitan BPS Pengganti dibatalkan.
BPS Pengganti dan Konsep Surat Pemberitahuan Penerbitan BPS Pengganti yang
telah disetujui oleh Kepala Seksi Pelayanan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
akan diteruskan kepada Accoun Representative (AR) untuk disimpan hingga
diambil oleh WP untuk BPS Pengganti dan dikirimkan kepada WP sesuai dengan
SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP untuk Surat Pemberitahuan
Penerbitan BPS Pengganti.
2.5. SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Di dalam SOP ini ada beberapa prosedur berbeda yang dijelaskan diantaranya:

19
a. Pendistribusian Tanda Terima SPT Tahunan yang dilakukan oleh Kepala
Seksi Pelayanan mulai dari perencanaan, pencetakan Formulir Berita Acara
Serah Terima Berkas Penerimaan, Tanda Tangan, dan terakhir diserahkan
kepada Petugas Penerima SPT.
b. Tata Cara Penerimaan SPT Tahunan Yang Disampaiakn oleh WP Secara
Langsung ke TPT, Pojok Pajak, Mobil Pajak atau Drop Box. Petugas Penerima
SPT akan memberikan tanda terima kepada WP apabila SPT lengkap, jika
tidak lengkap akan dikembalikan kepada WP dan membuat lembar penelitian
SPT Tahunan yang juga diberikan kepada WP. Apabila SPT yang
disampaikan adalah SPT Pembetulan maka akan diarahkan oleh Petugas
Penerima SPT kepada Account Representative untuk mendapatkan pernyataan
SPT lengkap sehingga Petugas Penerima SPT dapat memberikan tanda terima
kepada WP.
c. Tata Cara Penerimaan SPT Tahunan Yang Disampaikan oleh WP melalui Pos
atau Jasa Ekspedisi atau Jasa Kurir. Petugas Subbagian Umum merekam
tanggal dan nomor resi pos. Petugas Penerima SPT membuat tanda terima
serta berita acara serah terima berkas yang kemudian diserahkan kepada
Petugas Pelayanan.
d. Tata Cara Pengumpulan SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT. Petugas
Pelayanan mencocokkan kesesuaian antara Berita Acara Serah Terima dengan
dokumen yang diserahkan dan merekamnya ke dalam aplikasi. Petugas
Pelayanan juga menandatangani Berita Acara tersebut. Selanjutnya Petugas
Pelayanan menyerahkan Berita Acara, Tanda Terima yang Tidak Terpakai,
dan Arsip Tanda Terima Terpakai kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk
ditandatangani. Petugas Pelayanan akan menyerahkan Berita Acara dan SPT
yang disampaikan langsung kepada Petugas TPT jika WP terdaftar di KPP
sendiri atau kepada Petugas Perekam Tanda Terima jika WP tedaftar di KPP
lain serta jika SPT disampaikan oleh WP melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa
Kurir.
e. Tata Cara Perekaman Tanda Terima SPT Tahunan. Petugas Perekam Tanda
Terima menerima Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT dan
mencetak Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri dan
diserahkan kepada Peneliti untuk diteliti kelengkapannya serta mencetak
Daftar Nominatif Pengiriman SPT Tahunan untuk WP yang terdaftar di KPP
20
lain dan menyerahkannya kepada Petugas Pelayanan untuk dikirmkan ke KPP
lain. Petugas Perekam Tanda Terima SPT juga menyerahkan Daftar Nominatif
Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri dan SPT Tahunan Pembetulan kepada
AR untuk diperiksa kelengkapannya.
f. Tata Cara Penerimaan SPT dari KPP Lain. Petugas Subbagian Umum
menerima SPT Tahunan, Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif Pengiriman
SPT Tahunan, merekam tanggal diterimanya, dan menyerahkannya kepada
Petugas Perekam Tanda Terima SPT untuk dicocokkan. Petugas Perekam
Tanda Terima kemudian membubuhkan tanda melalui aplikasi dan mencetak
Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri untuk diserahkan
kepada Peneliti untuk dilakukan penelitian kelengkapan SPT.
g. Tata Cara Penelitian Kelengkapan SPT Tahunan. SPT yang diterima Petugas
Peneliti akan dicocokkan kesesuaiannya antara dokumen SPT yang diterima
dengan yang tercantum dalam Daftar Nominatif. Petugas Peneliti akan
melakukan penelitian kelengkapan SPT dan menyerahkan Daftar Nominatif
yang lengkap beserta berkas SPT-nya kepada Petugas TPT untuk dilakukan
pencetakan LPAD. Untuk SPT yang tidak lengkap akan diserahkan kepada
AR untuk dilakukan permintaan kelengkapan SPT Tahunan. Jika yang
diterima Petugas Peneliti bukan SPT Tahunan, Petugas Peneliti akan mencetak
Surat Pembatalan tanda terima dan diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan
dan Kepala KPP untuk ditandatangani. Setelah ditandatangani, Petugas
Peneliti mem-fotocopy isi amplop untuk diarsipkan dan menyerahkan isi
amplop beserta Surat Pembatalan tanda terima kepada Petugas Subbagian
Umum untuk dikembalikan kepada WP. Untuk SPT Pembetulan yang
disampaikan melalui pos/jasa ekspedisi/jasa kurir, daftar nominatif beserta
SPT-nya diserahkan oleh Petugas Perekam Tanda Terima kepada AR untuk
dilakukan penelitian kelengkapan yang prosesnya sama yang dilakukan oleh
Petugas Peneliti. Untuk SPT tidak lengkap yang diterima AR dari Petugas
Peneliti atau yang diterima langsung, AR akan membuat lembar penelitian
kelengkapan SPT Tahunan dan mencetak Daftar Nominatif SPT Tahunan
Pembetulan lengkap untuk diserahkan kepada Petugas TPT beserta berkas
SPT Tahunan Pembetulan untuk dilakukan pencetakan LPAD. AR mencetak
Daftar Nominatif SPT tidak lengkap, mencetak Surat Permintaan Kelengkapan
SPT Tahunan serta template surat jawaban WP. Untuk SPT Tahunan
21
Pembetulan yang tidak memenuhi syarat, pemrosesannya sama dengan apabila
Petugas Peneliti atau AR mendapatkan amplop yang isinya bukan SPT
Tahunan. Selain itu AR juga akan mencetak Daftar Nominatif SPT Tahunan
yang tidak memenuhi syarat dan diserahkan kepada Petugas Seksi PDI beserta
isi amplopnya. Petugas Subbagian Umum mengirimkan Suat Pembatalan
Tanda Terima kemudian Petugas Seksi PDI melakukan pembentukan bank
data.
h. Tata Cara Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan. AR akan mencetak Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan serta template surat jawaban WP dan
menyerahkannya kepada Petugas Subbagian Umum untuk dikirimkan ke WP
setelah ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan dan Kepala KPP.
i. Tata Cara Penanganan Surat Jawaban atas Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan dari WP. WP menyerahkan kelengkapan SPT Tahunan melalui TPT
dan kemudian diteruskan kepada AR untuk diteliti kelengkapannya.
j. Tata Cara Pemberitahuan Bahwa SPT Dianggap Tidak Disampaikan. AR akan
mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan dan
ditandatangani oleh Kepala KPP. Kemudian AR akan mem-fotocopy SPT dan
menyerahkan Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan serta
SPT kepada Petugas Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada WP. AR juga
mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan dan
menyerahkannya kepada Petugas Seksi PDI beserta fotocopy SPT-nya untuk
dilakukan pembentukan bank data. Selain mengirimkan Surat Pemberitahuan
SPT Dianggap Tidak Disampaikan dan SPT-nya kepada WP melalui jasa
ekspedisi atau jasa kurir, Petugas Subbagian Umum juga bertugas merekam
nomor dan tanggal resi pengiriman dokumen tersebut pada aplikasi.
k. Tata Cara Pencetakan LPAD. Petugas TPT melakukan perekaman penerimaan
SPT atau loading e-SPT dalam rangka cetak LPAD setelah menerima BA dan
SPT KPP sendiri dari Petugas Pelayanan, menerima Daftar Nominatif SPT
Lengkap dan SPT-nya dari peneliti, dan menerima Daftar Nominatif SPT
Lengkap dan SPT-nya dari AR. Jika saat perekaman diketahui bahwa NPWP
tidak valid, Petugas TPT melakukan penelusuran dan tindak lanjut atas NPWP
tidak valid. Jika ditemukan NPWP valid dan terdaftar di KPP yang melakukan
pencetakan LPAD akan dilakukan perekaman penerimaan SPT dengan
menggunakan NPWP yang valid. Kemudian mencetak konsep surat
22
pembetulan tanda terima SPT yang akan diserahkan kepada Petugas
Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada WP setelah disetujui Kepala Seksi
Pelayanan dan Kepala KPP. Jika NPWP valid tetapi terdaftar di KPP lain,
maka dilakukan penulisan NPWP dengan pensil dan meneruskan SPT tersebut
kepada Petugas Perekaman Tanda Terima SPT dan kemudian dikirimkan ke
KPP tempat WP terdaftar. Jika NPWP tidak diketahui yang valid, maka
dilakukan pemindahan perekaman dengan NPWP tidak valid pada aplikasi dan
menyimpan berkas SPT dengan NPWP tidak valid di Seksi Pelayanan. Jika
dalam melakukan perekaman diketahui bahwa SPT tidak memenuhi UU KUP
Pasal 3 ayat (7) huruf c dan d, maka akan diperlakukan sebagai SPT yang
dianggap tidak disampaikan. Jika diketahui bahwa WP menyampaikan SPT
Tahunan lebih dari satu kali untuk satu tahun pajak dan bukan SPT Tahunan
Pembetulan, maka Petugas TPT mencetak konsep Surat Pembatalan Tanda
Terima SPT Tahunan dan ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan dan
Kepala KPP dan diserahkan kepada Petugas Subbagian Umum bersama
dengan SPT-nya untuk diserahkan kepada WP. Jika diketahui saat perekaman
bahwa SPT tersebut merupakan SPT Pembetulan sedangkan SPT
Normal/Pembetulan sebelumnya belum dilakukan pencetakan LPAD, maka
direkam pada menu khusus dan penyelesaian pencetakan LPAD dilakukan
setelah LPAD untuk SPT Normal/Pembetulan Sebelumnya dicetak. Petugas
TPT juga memiliki tugas untuk mencetak register harian atas pencetakan
LPAD yang telah dilakukan dan menyerahkannya kepada Petugas Seksi PDI
untuk dilakukan perekaman detil SPT atau kepada Petugas Pengemas SPT
untuk dilakukan pengemasan SPT.
l. Tata Cara Pengolahan dan Penyimpanan SPT. Petugas TPT mencetak register
harian dan menyerahkannya kepada Petugas Seksi PDI beserta berkas SPT
Tahunan. Jika proses perekaman detail SPT dilakukan oleh PPDDP/KPDDP,
maka Petugas Seksi Pelayanan melakukan pengemasan SPT untuk dikirimkan
kepada PPDDP/KPDDP untuk dilakukan perekaman detail SPT Tahunan. AR
menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT jika terjadi kesalahan
matematis atau STP jika terjadi keterlambaan penyampaian SPT dan/atau
pembayaran pajak. Berkas SPT Tahunan akan disimpan oleh Petugas Seksi
Pelayanan.
3. SOP Keberatan dan Penilaian
23
3.1. SOP Tata Cara Penelitian Pendahuluan dan Penyusunan Usulan Rencana Kerja
Pendataan dan Penilaian.
SOP ini menguraikan tata cara pengumpulan data dan informasi yang diperlukan.
Fungsional PBB membuat usulan rencana kerja berdasarkan Rencana Kerja
Tahunan dan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan membuat Surat Tugas
untuk Penelitian Pendahuluan dan pembuatan Usulan Rencana Kerja Pendataan
dan Penilaian. Kepala Seksi Ekstensifikasi menyetujui Surat Tugas yang
kemudian Fungsional PBB dapat melakukan penelitian pendahuluan dan membuat
Laporan Penelitian Pendahuluan. Kemudian Pejabat Fungsional Penilai PBB
membuat usulan rencana kerja pendataan dan penilaian dan menyampaikannya
kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk mendapatkan persetujuan
dan kemudian diteruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk mendapat
persetujuan. Usulan Rencana Kerja Pendataan dan Penilaian disampaikan ke
Kepala Kantor Wilayah untuk mendapat persetujuan oleh Pelaksana Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan melalui Subbagian Umum.
3.2. SOP Tata Cara Penilaian Objek Pajak PPB Perkebunan.
Di dalam SOP ini diuraikan tata cara penilaian objek pajak PBB Perkebunan.
Penilaian didasarkan pada SPOP dan LSPOP. Fungsional Penilai/Petugas Penilai
menilai objek pajak PBB Perkebunan dan membuat Surat Tugas dan
ditandatangani oleh Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan dan Kepala
Kantor. Fungsional Penilai/Petugas Penilai kemudian melakukan penilaian bumi
dan bangunan berdasarkan Surat Tugas. Metode yang digunakan untuk melakukan
penilaian adalah metode perbandingan dan metode NIR bumi. Fungsional
Penilai/Petugas Penilai membuat Formulir Data Masukan (FDM) dan
menyerahkannya ke Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk mendapatkan
persetujuan perekaman FDM pada aplikasi.
3.3. SOP Tata Cara Pelaksanaan Penilaian Individu Objek Pajak Bumi dan Bangunan.
Kegiatan Penilaian Individu yang diuraikan dapat diterapkan untuk objek pajak
non standar, bangunan tingkat tinggi atau objek pajak yang telah dinilai dengan
CAV yang hasilnya tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Pejabat Funsgional
Penilai melakukan Penliaian Individu Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sesuai rencana kerja yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah. Pelaksana
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menyusun konsep Surat Tugas Penilaian Individu
Objek PBB dan menyerahkannya kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
24
untuk disetujui kemudian diteruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk
mendapat persetujuan. Jika ditolak maka konsep surat tugas itu harus diperbaiki
oleh Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan membuat konsep Surat Penyampaian SPOP LSPOP dan
menyerahkannya kepada Kepala Seksi EKstensifikasi Perpajakan dan diteruskan
ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk mendapat persetujuan. Kemudian
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi mengirim Surat Penyampaian SPOP LSPOP
kepada WP yang sudah disetujui. Pejabat Fungsional Penilai memulai penilaian
setelah menerima SPOP LSPOP yang telah diisi WP dan membuat Laporan
Penilaian Individu. Laporan Penilaian Individu yang telah disetujui oleh Kepala
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan Kepala Kantor diarsipkan oleh Pelaksana
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
3.4. SOP Pelaksanaan Kegiatan Kaji Ulang Hasil Penilaian Individu.
Prosedur ini berisis tata cara menentukan kembali nilai objek pajak hasil penilain
individu yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan kaji
ulang hasil penilaian individu dilaksanakan oleh Penilai. Konsep Surat Tugas Kaji
Ulang Hasil Penilaian Individu disusun oleh Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan dan disetujui oleh Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan dan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Konsep Laporan Kaji Ulang Hasil Penilaian
disusun oleh Pejabat Fungsional Penilai dan disetujui oleh Kepala Seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan
ditatausahakan oleh Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan. Perekaman
data dilakukan oleh Operator Console.
3.5. SOP Tata Cara Penilitian Persyaratan Permohonan Keberatan Wajib Pajak.
Surat Keberatan diterima oleh AR atau petugas yang ditunjuk. Kemudian AR atau
petugas yang ditunjuk membuat konsep surat pemberitahuan surat keberatan
berdasarkan 3 kondisi kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi dan diteruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak
untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian Pelaksana Seksi Pelayanan
mencatatnya ke register surat pengiriman serta menatausahakannya dan
mengirimkan salinannya kepada Seksi Penagihan untuk keperluan penangguhan
tindakan penagihan dan tertib administrasi.
3.6. SOP Penyelesaian Permohonan Keberatan atas Penunjukkan sebagai Wajib Pajak.

25
Permohonan atas keberatan penunjukan sebagai WP diajukan WP ke KPP melalui
TPT dan diterima Petugas TPT. Petugas TPT membuat BPS dan Lembar
Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan menyerahkannya kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I. AR Seksi Pengawasan dan Konsultasi I meneliti
persyaratan formal permohonan WP dan menandatangani laporan penelitian atas
Permohonan Keberatan Penunjukan Sebagai WP PBB dan meneruskannya ke
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
untuk mendapat persetujuan. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat
keputusan atas Permohonan Keberatan Penunjukan sebagai WP PBB dan konsep
Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan Sistem Komputerisasi dan
menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk mendapat persetujuan.
Surat Keputusan atas Permohonan Keberatan Penunjukan Sebagai WP PBB
ditatausahakan oleh Seksi Pelayanan dan disampaikan ke WP oleh Subbagian
Umum dan Kepatuhan Internal setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
4. Pajak E-Commerce
E-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan
jasa melalui sistem eletronik seperti internet atau televisi, world wide web, atau jaringan
komputer lainnya. Perdaganan melaui sistem elektronik (e-commerce) dapat dilakukan
melalui Platform Marketplace atau Platform lainnya berupa online retail, classified
ads, daily deals atau media sosial. Semua penyedia Platform Marketplace harus
memupunyai NPWP dan mendaftarkan diri sebagai PKP. Jenis pajak yang dapat
dipungut adalah PPh, PPN dan PPnBM atas transaksi di dalam daerah pabean serta Bea
Masuk dan PDRI atas impor barang. Mekanismenya perpajakannya sendiri adalah
seorang pedagang yang memiliki toko di sebuah Platform Marketplace
memberitahukan NPWPnya kepada Penyedia Platform Marketplace. Jika si pedagang
belum mempunyai NPWP, si pedagang dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP atau memberitahukan NIK kepada Penyedia Platform Marketplace. Pajak dapat
dikenakan saat ada seorang pembeli yang membeli sebuah barang dari si pedagang.
Pajak yang dikenakan adalah PPN yang didasarkan pada Nilai Transaksi tidak termasuk
biaya pengiriman dan biaya lainnya. Kewajiban dari si pedagang adalah menghitung
jumlah pajak, menyetor pajak terutang dan melapor pajak yang disetor.

26
Selain pemberian materi dari KPP, penulis mengikuti bimbingan gabungan dari Kanwil
DJP Jakarta Pusat. Materi yang diberikan diantaranya sebagai berikut.
1. Inklusi Kesadaran Pajak
Inklusi pajak berarti upaya bersama DJP dengan pihak yang membidangi
pendidikan untuk menanamkan kesadaran pajak kepada peserta didik dan tenaga
mendidik melalui integrasi materi kesadaran pajak dalam pendidikan. Tujuannya untuk
membangun generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter, membangun
budaya sadar pajak sejak dini, memahami konteks pajak sebagai salah satu elemen
pembangunan negara, sebagai warga negara merupakan tugas kita untuk turut serta
dalam pembangunan negara, generasi muda yang sadar pajak dapat terwujud, dan
meningkatkan kepatuhan pajak. Hal yang melatarbelakangi diadakan inklusi kesadaran
pajak adalah pajak itu sendiri yang merupakan sumber pembiayaan negara dan
merupakan kontribusi wajib kepada negara yang dapat dipaksakan. Pajak juga memiliki
fungsi yang sangat penting yang mendasari pelaksanaan inklusi kesadaran pajak yaitu
fungsi budgetair (membiayai pengeluaran) dan fungsi regulerend (mengatur sesuai
dengan keadaan dengan kebijakan pemerintah). Hal lain yang melatarbelakangi
diadakannya inklusi kesadaran pajak adalah tingkat kepatuhan WP yang masih rendah,
potensi pajak yang belum optimal, perbaikan citra DJP yang dipandang sebagai
lembaga yang korup, pemikiran pajak tidak ada manfaatnya, dan pemanfaatan bonus
demografi di mana daerah yang memiliki masyarakat dengan usia produktif yang lebih
banyak maka tingkat kesejahteraan akan meningkat. Roadmap perpajakan dibagi
menjadi 4 masa yaitu:
a. Masa Edukasi (2015) di mana kesadaran pajak masyarakat masih rendah dan
tingkat kepatuhannya yang rendah. Selain itu banyak masyarakat yang tidak
memahami manfaat pajak dan resisten terhadap pajak (anti pajak). Sehingga
penerimaan pajak masih berat untuk direalisasikan.
b. Masa Pergerakan (2030) di mana ada pergerakan mahasiswa dalam reformasi tata
kelola keuangan negara-pajak dan inklusi aspek perpajakan dalam reformasi
produk hukum lembaga pemerintah/swasta.
c. Masa Kesejahteraan (2045) yakni kepemimpinan nasional/ daerah sudah
mempertimbangkan pajak sebagai kebutuhan. Keberadaan pajak sudah saling
terhubung antar lembaga pemerintah dan swasta dan warga negara sudah merasa
malu jika tidak melaksanakan kewajiban perpajakan.

27
d. Masa kejayaan (2060) adalah masa di mana kesadaran pajak warga negara sudah
tinggi dan penerimaan pajak sudah dapat memberikan kesejahteraan bagi
penduduknya.

Adapun terdapat beberapa strategi dan program yang dilakukan untuk


meningkatkan kesadaran pajak. Yang pertama adalah kurikulum, dengan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Yang kedua adalah pembelajaran yaitu proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Yang
ketiga perbukuan, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai kesadaran pajak dalam buku
ajar, buku referensi, dan buku panduan guru. Dan yang terakhir adalah kesiswaan/
kemahasiswaan yang dilakukan dengan cara mengadakan berbagai kegiatan di luar
sekolah. Program sadar pajak yang dilakuakan diantaranya meliputi kerja sama dan
regulasi, edukasi, penelitian dan pengembangan, edutax award,
kemahasiswaan/kesiswaan (contoh relawan pajak), publikasi, pengembangan microsite
https://edukasi.pajak.go.id, penyediaan konten media, integrasi materi dalam bahan
ajar, integrasi materi dalam kuliah online dikti, dan literasi.

2. Pendaftaran NPWP Orang Pribadi dan Badan


a. Pendaftaran NPWP Orang Pribadi
Wajib Pajak dapat memperoleh NPWP dengan datang langsung ke KPP/
KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal/tempat kegiatan usaha
WP. Yang kedua dapat melalui pos dengan mengirimkan formulir pendaftaran
dan dokumen yang disyaratkan. Dan terakhir dapat melalui laman e-registration
DJP pada https://ereg.pajak.go.id/ dan mengunggah dokumen yang disyaratkan di
laman tersebut. Dokumen yang disyaratkan sendiri berupa fotokopi KTP bagi
WNI yang bekerja sebaga karyawan atau fotokoi paspor, KITAS, KITAP bagi
WNA yang bekerja sebaga karyawan. Bagi WP yang menjalankan
usaha/pekerjaan bebas dokumen yang disyaratkan adalah dokumen identitas diri,
surat pernyataan bermaterai yang menyatakan jenis dan tempat/lokasi kegiatan
usaha atau dokumen lain yang menunjukkan tempat dan kegiatan usaha. Apabila
ada sepasang suami istri di mana si wanita dikenai pajak secara terpisah karena
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta atau memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan secara terpisah,

28
dokumen yang harus dilampirkan adalah identitas perpajakan suami, dokumen
yang menyatakan hubungan perkawinan, dokumen yang menyatakan pelaksanaan
hak dan kewajiban perpajakan istri dilakukan terpisah dari suami dan dokumen
yang menunjukkan tempat dan kegiatan usaha apabila menjalankan
usaha/pekerjaan bebas.
b. Pendaftaran NPWP WP Badan
Sama seperti pendaftaran NPW WP Orang Pribadi, ada tiga saluran yang
dapat dipilih untuk mendaftarkan diri yaiut datang langsung ke Kantor Pajak,
melalui pos, dan secara online dengan membuka www.pajak.go.id dan memilih
menu sistem e-registration. Langkah selanjutnya adalah mengisi formulir
pendaftaran dengan benar dan teliti dan dilanjutkan dengan mencetak formulir
registrasi wajib pajak dan surat keterangan terdaftar untuk dikirimkan langsung
ke KPP atau melalui aplikasi e-registration setelah melengkapi dokumen yang
disyaratkan dan menandatangani kedua formulir tersebut. Adapun dokumen yang
disyaratkan untuk Badan Usaha Berorientasi Laba adalah fotokopi akta pendirian
atau dokumen pendirian dan perubahannya, surat keterangan penunjukan dari
kantor pusat, dokumen yang menunjukkan identitas diri salah satu petugas
badan/perusahaan di mana untuk WNI adalah fotokopi KTP dan kartu NPWP
sedangkan bagi WNA adalah fotokopi paspor dan kartu NPWP jika sudah
terdaftar sebaga WP, dan surat pernyataan yang bermeterai dari salah satu
pengurus wajib pajak badan yang menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan di
tempat atau lokasi kegiatan usaha tersebut dilaksanakan. Untuk Badan Usaha
yang tidak berorientasi pada laba tidak diwajibkan melampirkan dokumen berupa
akta pendirian dan fotokopi NPWP dari pengurusnya. Sedangkan jika Badan
Usaha berbentuk operasi kerjasama, maka ada tambahan dokumen yang
disyaratkan berupa fotokopi perjanjian kerja sama/akta pendirian sebagai bentuk
kerja sama operasi dan fotokopi NPWP masing-masing anggota. Untuk Badan
Usaha untuk WP badan dengan status cabang sebuah perusahaan dokumen yang
disyaratkan berbeda dari tiga bentuk Badan Usaha yang disebutkan sebelumnya.
Dokumen yang diperlukan diantaranya adalah fotokopi kartu NPWP pusat/induk
dan surat pernyataan bermaterai dari pimipinan cabang yang menyatakan
kegiatan usaha dilakukan di tempat atau lokasi kegiatan usaha tersebut dilakukan.
3. Pengukuhan dan Pencabutan PKP

29
PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha/bisnis/perusahaan yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan UU PPN 1984
dan perubahannya.
a. Pengukuhan PKP
Untuk dapat menjadi PKP, seorang pengusaha atau WP badan harus
memenuhi 3 syarat yaitu memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku
mencapai 4,8 miliar, melewati proses survei yang dilakukan KPP atau KP2KP,
dan melengkapi dokumen dan syarat pengajuan PKP atau pengukuhan PKP.
Dokumen yang disyaratkan diantaranya untuk pengajuan oleh WP orang pribadi
adalah fotokopi KTP bagi WNI atau fotokopi KITAS/KITAP bagi WNA,
dokumen izin kegiatan usaha, dan surat keterangan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala
Desa. Jika yang mengajukan adalah WP badan, maka dokumen yang harus
disertakan adalah fotokopi akta pendirian bagi WP badan dalam negeri atau surat
keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT),
fotokopi kartu NPWP salah satu pengurus atau fotokopi paspor dan surat
keterangan tempat tinggal jika penganggung jawab perusahaan adalah WNA,
dokumen izin usaha dan/atau kegiatan, dan surat keterangan tempat kegiatan
usaha. Jika yang mengajukan adalah WP badan bentuk kerja sama operasi maka
harus menyertakan fotokopi perjanjian kerjasama, fotokopi masing-masing kartu
NPWP anggota, fotokopi kartu NPWP pengurus/penanggung jawab perusahaan
bagi WNI atau fotokopi paspor jika penanggung jawabnya adalah WNA,
dokumen izin kegiatan usaha, dan surat keterangan tempat kegiatan usaha.
Dokumen-dokumen lainnya yang tidak diharuskan adalaha bukti
sewa/kepemilikan tempat usaha, foto ruangan/tempat usaha, peta lokasi, spesimen
penanda tangan faktur & fotokopi penanda tangan faktur, daftar harta, laporan
keuangan dan SPT Tahunan terakhir. Untuk saat ini pendaftaran PKP tidak bisa
dilakukan secara online sehingga WP harus datang secara langsung ke KPP atau
dapat melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir.
b. Pencabutan Pengukuhan PKP
Pencabutan pengukuhan PKP dapat terjadi apabila seorang pengusaha yang
telah menjadi PKP mengalami penrunan omzet menjadi di bawah Rp4,8 miliar
dalam usahana. Hal ini diatur di Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER –
30
02/PJ/2018. Selain itu PKP juga dapat dicabut pengukuhan PKPnya apabila PKP
memiliki status wajib pajak yang dinyatakan non efektif, PKP fiktif, PKP
melakukan penyalahgunaan pengukuha PKP, PKP telah pindah ke wilaya KPP
lainnya, PKP sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP, PKP telah
dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain, PPN tidak memenuhi syarat
subjektif dan/atau syarat objektif sesuai UU. Terdapat 2 cara pencabutan
pengukuhan PKP, yakni pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP atau
secara jabatan. Adapun pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu secara elektonik/online dan manual. Pencabutan
dengan cara elektronik dilakukan dengan cara PKP mengisi formulir pencabutan
pengukuhan PKP pada aplikas e-Registration pada laman DJP online kemudian
menyampaikannya ke KPP beserta dokumen yang disyaratkan. PKP juga dapat
mengirimkannya secara online dengan mengirimkan softcopy dokumen melalui
aplikasi e-Registration atau juga dapat mengirimkannya melalui surat pengiriman
dokumen. Dalam 14 hari kerja PKP tidak mengirimkan dokumen yang
disyaratkan maka permohonan pencabutan pengukuhan PKP dianggap tidak
diajukan. Apabila dokumen diterima oleh KPP, maka KPP akan menerbitkan
bukti pengiriman surat secara elektronik. Untuk orang pribadi yang telah
meninggal, maka permohonan bisa diajukan oleh ahli waris, pelaksana wasiat,
atau pihak yang mengurus harta peninggalan. Sedangkan pencabutan pengukuhan
dengan cara manual dilakukan dengan cara PKP mengisi formulir permohonan
pencabutan pengukuhan PKP dan mengirimkannya ke KPP/KP2KP tempat PKP
terdaftar beserta dokumen yang disyaratkan atau dapat dikirimkan melalui kantor
pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir. Setelah dokum PKP diterima, KPP/KP2KP
akan memberikan bukti penerimaan surat kepada PKP. Jika permohonan tertulis
yang disampaikan PKP tidak lengkap, maka surat permohonan pencabutan
pengukuhan PKP akan dikembalikan kepada PKP jika disampaikan secara
langsung ke KPP atau KPP dapat menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
megenai ketidaklengkapan tersebut jika surat permohonan disampaikan melalui
kurir atau jasa pengiriman. Adapun pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan
yang dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi dapat dilakukan
apabila DJP menemukan data dan informasi perpajakan yang menunjukkan PKP
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif dan PKP tidak
mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP.
31
4. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Orang Pribadi dan Badan
Ada 4 cara bagi Wajib Pajak (WP), baik orang pribadi dan badan, untuk dapat
menyampaikan SPT Tahunan, yaitu secara langsung, melalui pos dengan bukti
pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar, Melalui
perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP
terdaftar, dan e-Filling melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)
atau penyedia jasa ASP (Application Service Provider) seperti e-Filling Klikpajak
(https://klikpajak.id), PT. Mitra Pajakku (http://www.pajakku.com), dsb.
a. Secara Langsung
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu melalu Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP tempat WP terdaftar
untuk SPT Tahunan Lebih Bayar (LB), SPT Tahunan Pembetulan, SPT Tahunan
yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT, dan/atau SPT Tahunan
dalam bentuk e-SPT. Formulir SPT yang digunakan sendiri untuk OP adalah SPT
Tahunan 1770, 1770S, dan 1770SS dan untuk badan adalah SPT Tahunan 1771.
Cara kedua adalah melalui pojok pajak/mobil pajak/dropbox di mana saja. SPT
Tahunan yang dapat disampaikan melalui cara ini adalah SPT Tahunan selain
SPT yang disampaikan melalui TPT.
b. Melalui Pos/Perusahaan Jasa Ekspedisi/Kurir dengan bukti pengiriman surat ke
KPP tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan baik melalui pos maupun melalui jasa
ekspedisi/kurir harus dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati lembar
informasi amplop SPT Tahunan dengan format seperti pada lampiran 1 Peraturan
Dirjen Pajak nomor PER-26/PJ/2012 yang berisi data-data diantaranya nama WP,
NPWP, tahun pajak, status SPT, jenis SPT, perubahan data, nomor telepon,
pernyataan dan tanda tangan WP. Untuk formulir SPTnya sendiri jika WP adalah
orang pribadi SPT yang digunakan adalah SPT Tahunan 1770, 1770S, dan
1770SS. Sedangkan untuk WP badan menggunakan SPT Tahunan 1771.
c. E-Filling melalui website DJP atau Penyedia Jasa ASP.
Penyampaian SPT secara online ini dilakukan dengan mengakses website
DJP (www.pajak.go.id) atau mengakses laman website ASP seperti
http://www/pajakku.com. WP diwajibkan mengisi formulir SPT Tahunan yang
disediakan di aplikasi tersebut di mana untuk WP OP menggunakan formulir SPT

32
tahunan 1770S dan 1770SS sedangkan untuk WP badan menggunakan formulir
SPT Tahunan 1771.
5. Proses Penyelesaian Keberatan
WP hanya dapat mengajukan keberatan kepada DJP atas suatu Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN), dan pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan. WP hanya dapat mengajukan keberatan terhadap
materi/isi dari surat ketetapan pajak yang meliputi jumlah rugi, jumlah besarnya pajak,
atau terhadap materi/isi dari pemotongan/pemungutan pajak. Selain ketiga hal tersebut,
alasan pengajuan keberatan tidak akan dipertimbangkan. Apadun syarat pengajuan
keberatan diantaranya adalah (a) keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia, (b) mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong/dipungut atau jumlah rugi menurut WP disertai alasan-alasan yang menjadi
dasar perhitungan, (c) 1 keberatan diajukan hanya untuk 1 surat ketetapan pajak/1
pemotongan pajak/1 pemungutan pajak, (d) WP telah melunasi pajak yang masih harus
dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan/verifikasi sebelum Surat Keberatan disampaikan, (e) diajukan dalam
jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak dikirim atau
pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak ketiga kecuali jika WP dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
WP, (f) surat keberatan ditandangani oleh WP, jika tidak maka harus melampirkan
surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) UU KUP, dan (g)
WP tidak mengajukan permohonan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 36 UU KUP.
Dalam proses penyelesaian keberatan, DJP berwenang untuk meminjam buku,
catatan, data, dan informasi terkait dengan materi yang disengketakan, meminta WP
untuk memberikan keterangan terkait materi yang disengketakan, meminta
keterangan/bukti terkait kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP,
meninjau tempat WP dan tempat lain yang diperlukan, melakukan pembahasan dan
klarifikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan memanggil WP, dan melakukan
pemeriksaan untuk tujuan lain untuk rmendapatkan data dan/atau informasi yang
objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keberatan. Kemudian
WP harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan dari DJP paling lama 15 hari
kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan
33
keterangan dikirim. Jika WP tidak memenuhinya, maka DJP akan menyampaikan surat
permintaan peminjaman yang kedua dan/atau surat permintaan keterangan kedua yang
harus dipenuhi WP paling lama 10 hari kerjasetelah tanggal surat permintaan
peminjaman kedua dan/atau surat permintaan keterangan dikirim. DJP harus
memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima kecuali jika WP mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak atas surat
dari DJP yang menyatakan bahwa keberatan WP tidak dipertimbangkan, maka jangka
waktu 12 bulan ditangguhkan. Apabila telah lewat dari 12 bulan dan DJP tidak
memberi keputusan atas keberatan, maka pengajuan keberatan oleh WP dianggap
dikabulkan. WP dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada
DJP sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir (SPUH) dengan syarat
permohonan diajukan dalam bahasa Indonesia disertai alasan pencabutan,
ditandatangani oleh WP, jika tidak maka harus dilampiri dengan surat kuasa khusus,
dan surat permohonan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar dengan tembusan
kepada DJP dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Kemudian DJP
wajib memberikan jawaban berupa surat persetujuan atau surat penolakan. WP yang
mencabut pengajuan keberatan kemudian akan dianggap tidak mengajukan keberatan.
6. Penilaian dalam Rangka Penetapan PBB
Penilaian PBB dilaksanakan melalui Penilaian Lapangan atau Penilaian Kantor.
Penilaian Lapangan dapat dilaksanakan apabila 2 tahun/lebih tidak dilakukan Penilaian
Lapangan terhadap objek pajak, objek pajak memiliki potensi kenaikan nilai bumi
dan/atau bangunan yang signifikan, dan/atau terdapat indikasi penambahan luas bumi
dan/atau bangunan yang signifikan pada objek pajak. Sedangkan Penilaian Kantor
dilakukan terhadap objek pajak yang tidak dilakukan Penilaian Lapangan. Penilain
Lapangan dilakukan oleh Penilai dengan langkah-langkah berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengumpulkan data melalui peninjauan lapangan objek
pajak berupa karakteristik fisik objek pajak, legalitas kepemilikan, lingkungan
objek pajak, objek pembanding, dan kegiatan usaha subjek pajak yang terkait
dengan objek pajak.
b. Menganalisis data
c. Menentukan pendekatan penilaian dan metode penilaian yang sesuai
d. Membuat kertas kerja Penilaian PBB
e. Membuat laporan Penilaian Lapangan

34
Sedangkan dalam Penilaian Kantor, Penilai akan melakukan hal-hal berikut

a. Menganalisis data yang telah tersedia di kantor yang berkaitan dengan objek
pajak
b. Menentukan pendekatan penilaian dan metode penilaian yang sesuai
c. Membuat kertas kerja Penilaian PBB
d. Membuat laporan Penilaian Kantor.

Adapun pendekatan penilaian objek pajak yang digunakan berupa pendekatan


data pasa untuk penilaian objek pajak bumi berupa tanah dengan mengumpulkan data
objek pembanding berupa data transaksi atau penawaran lalu melakukan penyesuaian
nilai antara objek pembanding dengan objek pajak yang dinilai. Pendekatan penilaian
kedua adalah pendekatan biaya yang digunakan untuk penilaian objek pajak berupa
pengembangan bumi berupa tanaman dan bangunan dengan cara untuk tanaman dengan
menghitung biaya investasi tanaman sedangkan untuk bangunan dengan menghitung
biaya pembangunan baru/penggantian baru, penyusutan objek pajak, dan
mengurangkan biaya pembangunan baru /penggantian baru dikurangi penyusutan.
Pendekatan terakhir adalah pendekatan pendapatan untuk penilaian objek pajak bumi
berupa tubuh bumi eksploitasi, tubuh bumi operasi produksi, tanah areal produktif, dan
perairan. Pendekatan pendapatan dilakukan dengan cara menghitung pendapatan kotor
objek pajak dikurangi dengan biaya produksi langsung objek pajak.

7. Pengisian e-filling WP OP Karyawan


a. WP OP Karyawan dengan penghasilan 60 juta atau lebih dalam setahun
Formulir SPT yang digunakan adalah SPT 1770 S. Hal pertama yang harus
disiapkan adalah bukti potong yang diperoleh dari perusahaan tempat WP
bekerja. Langkah pertama buka situs www.pajak.go.id lalu pilih login. Untuk
dapat login, WP harus mengisikan NPWP, password, dan kode keamanan.
Kemudian setelah berhasil login, klik tab lapor lalu klik ikon e-Filing dan pilih
buat SPT. Kemudian jawab pertanyaan terkait status WP berupa jenis pekerjaan
WP, kewajiban perpajakan yang dipilih suami istri, dan penghasilan bruto dalam
setahun. WP dapat mengisi formulir SPT 1770 S dengan 3 cara, yaitu dengan
formulir, panduan, dan upload SPT. Kemudian pilih opsi formulir. Lalu isi data
formulir, tahun pajak, status SPT, dan pembetulan jika terjadi kesalahan pada
SPT Tahunan yang sudah dilaporkan sebelumnya. Kemudian pilih langkah

35
selanjutnya. Pada langkah selanjutnya, sistem akan mendeteksi secara otomatis
apabila ada data pembayaran pajak dari pihak ketiga. Gunakan data tersebut
untuk mengisi SPT dengan memilih pilihan ya, saya akan gunakan. BIla memilih
opsi tidak, WP dapat menggunakan bukti potong sebagai acuan dalam pengisian
SPT. Pada lampiran 2 bagian A WP mengisikan penghasilan final yang
dimilikinya sesuai dengan bukti potong yang diterima. Jika ada bukti potong yang
belum ter-input, klik ikon tambah kemudian pilih sumber/jenis penghasilan dan
isikan DPP/penghasilan bruto dan PPh terutang. WP juga dapat
mengubah/menghapus data bila terjadi kesalahan dalam perekaman. Kemudian
pada Lampiran 2 bagian B, WP harus mengisikan harta yang dimilikinya pada
akhir tahun. Data harta yang telah di-input tahun sebelumnya dapat ditampilkan
kembali dengan klik harta pada SPT tahun lalu dan disesuaikan dengan kondisi
terkini. Untuk menambah data harta lainnya klik tambah dan kemudian pilih kode
harta sesua jenis harta dan isi kolom nama harta, tahun perolehan, harga
perolehan dan keterangan untuk deskripsi lebih lanjut. Kemudian Bagian C pada
lampiran 2diisi dengan data utang yang dimilik WP pada akhir tahun. Data utang
pada tahun lalu dapat ditampilkan kembali melalui menu Utang pada SPT Tahun
Lalu dan disesuaikan dengan kondisi terkini. Untuk menambah data utang klik
tambah lalu pilih kode utang dan isi kolom nama pemberi pinjaman, alamat
pemberi pinjaman, tahun pinjaman dan jumlah utang yang tersisa pada akhir
tahun. Pada bagian D, isi daftar susunan anggota keluarga sesuai dengan kondisi
keluarga pada awal tahun pajak. Kemudian pilih langkah berikutnya untuk masuk
ke lampiran 1. Pada bagian A, isi penghasilan neto dalam negeri yang bukan final
diantaranya bunga, royalti, sewa, hadiah, keuntungan dari penjualan/pengalihan
harta dan penghasilan lainnya. Pada bagian B WP mengisi penghasilannya yang
tidak termasuk objek pajak sesuai Pasal 4 ayat (3) UU Pajak Penghasilan. Pada
bagian C, WP mengisi daftar pemotongan/pemungutan PPh dari bukti potong
yang telah diterima sebelumnya. WP memilih jenis pajak yang dipotong dan
mengisi NPWP pemotong/pemungut pajak, nomor bukti
pemotongan/pemungutan, tanggal bukti pemotongan/pemungutan, dan jumlah
PPh yang dipotong/dipungut. Setelah itu pilih langkah berikutnya untuk masuk ke
induk SPT. Kemudian WP mengisi identitas berupa status perkawinan, status
kewajiban pajak suami/isteri, dan NPWP suami/isteri jika diperlukan. Kemudian
pada bagian A, WP mengisi penghasilan neto miliknya berupa penghasilan neto
36
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, penghasilan neto dalam negeri
lainnya (otomatis terisi dari data pada lampiran 2 bagian A), penghasilan neto
luar negeri, jumlah penghasilan neto (dijumlahkan secara otomatis oleh sistem),
zakat/sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib, dan jumlah penghasilan neto
setelah dikurangi zakat/sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib (terisi
otomatis). Pada bagian B, WP memilih status perkawinannya dan jumlah
tanggungannya sesuai dengan bukti potong (pada bagian ini, nilai penghasilan
tidak kena pajak akan terisi secara otomatis oleh sistem setelah memilih status
perkawinan dan jumlah tanggungan). Pada bagian C hanya diisi jika WP memiliki
penghasilan dari luar negeri sesuai dengan pasal 24. Bagian D hanya diisi jika
WP pernah membayar angsuran PPh Pasal 25. Pada bagian E berisi status SPT
WP yang secara otomatis ter-input oleh sistem. Jika status SPT nihil, WP dapat
langsung ke bagian F. apabila status SPT kurang bayar, WP akan menerima
pertanyaan lanjutan terkait sudah atau belumnya pembayaran atas kurang bayar
tersebut. Jika WP memilih opsi belum, maka akan diarahkan untuk membuat
kode billing terlebih dahulu untuk melakukan pembayaran. Jika WP memilih
sudah melakukan pembayaran, maka WP harus mengisi data bukti pembayaran
berupa jenis pembayara, kode Nomor Transaksi Penerimaan Negara
(NTPN)/Nomor Pemindahbukuan, tangal pembayaran, dan jumlah pembayaran.
Jika status SPT Lebih Bayar, WP harus mengunggah dokumen pendukung berupa
bukti pemotongan pajak dari perusahaan atau bukti pembayaran lainnya. Pada
bagian F harus diisi oleh WP yang secara rutin memiliki status SPT Kurang
Bayar. Kemudian WP harus menyetujui pernyataan agar bisa mengirim SPT jika
data yang diisikannya sudah benar. Lalu terakhir ambil kode verifikasi dengan
klik ikon [di sini] dan kode verifikasi akan secara otomatis terkirim ke email WP.
Salin kode tersebut pada kolom yang disediakan dan klik kirim SPT. Setelah
kirim SPT, WP akan mendapatkan Bukti Penerimaan Elektronik.
b. WP OP Karyawan dengan Penghasilan di bawah 60 juta dalam setahun
Formulir SPT yang digunakan untuk karyawan yang penghasilannya di
bawah 60 juta dalam satu tahun pajak adalah SPT 1770 SS. Selain itu, WP juga
tidak memiliki penghasilan lain kecuali bunga bank dan/atau bunga koperasi. Hal
pertama yang harus disiapkan adalah bukti potong yang diperoleh dari perusahaan
tempat WP bekerja. Langkah pertama adalah WP membuka situs
www.pajak.go.id lalu pilih login dan memasukkan NPWP, password, dan kode
37
keamanan. Setelah masuk dalam dashboard layanan digital perpajakan, WP
memilih lapor. Kemudian klik ikon e-Filing dan pilih buat SPT. Kemudian WP
diharuskan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan status WP diantaranya
jenis pekerjaan yang dilakukan, kewajiban seorang suami atau istri, dan jumlah
penghasilan bruto. Kemudian setelah menjawab pertanyaan tersebut, akan muncul
tombol SPT 1770 SS. Tahapan pertama dalam mengisi SPT 1770 SS adalah
mengisi data formulir, tahun pajak, status SPT, dan pembetulan jika terjadi
kesalahan dalam pelaporan SPT tahun yang telah lalu. Setelah memilih langkah
berikutnya, sistem akan secara otomatis mendeteksi apabila ada data pembayaran
pajak dari pihak ketiga. Jika WP ingin menggunakan data tersebut WP memilih
opsi ya. Jika WP memilih tidak, WP dapat menggunakan bukti potong untuk
mengisi formulir SPT. Setelah memilih, WP akan diarahkan langsung ke bagian
A. Di bagian A, WP mengisikan penghasilan brutonya dalam satu tahun.
Kemudian WP mengisikan poin nomor 2 yaitu pengurang yang meliputi biaya
jabatan, iuran pensiun, atau iuran JHT/THT. Pada poin ketiga yaitu Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), WP memilih status PTKP misalnya TK/0 Tidak
Kawin Tidak Ada Tanggungan. Kemudian sistem akan secara otomatis
menghitung penghasilan kena pajak (PKP) dan pajak penghasilan terutang. Lalu
pada pon keenam, WP mengisikannya sejumlah PPh yang telah dipotong
perusahaan tempat WP bekerja. Kemudian sistem akan secara otomatis
menetapkan status SPT WP. Jika status SPT Nihil, WP dapat langsung
melanjutkan mengisi bagian B. Jika SPT kurang Bayar, WP akan diberi
pertanyaan apakah WP tersebut sudah membayar atas SPT yang kurang bayar.
Jika memilih opsi belum, maka WP akan diarahkan langsung untuk membuat
kode billing untuk melakukan pembayaran. Jika WP sudah membayar, WP wajib
mengisi data bukti pembayaran berupa jenis pembayara, NTPN/Pemindahbukuan,
Tanggal Pembayaran, dan jumlah. Jika SPT lebih bayar, WP wajib mengunggah
bukti pendukung berupa bukti potong dari perusahaan tempat WP bekerja atau
bukti pembayaran lainnya. Pada bagian B, WP wajib mengisikan penghasilan
final maupun penghasilan yang tidak kena pajak. Contohnya jika pemberi kerja
memberikan WP bukti potong final, maka WP mengisi poin 8 dengan nominal
penghasilan dan mengisi poin 9 dengan jumlah pajak final yang telah dipotong.
Untuk penghasilan yang tidak kena pajak diisikan pada poin kesepuluh.
Selanjutnya WP mengisi bagian C dengan nominal harta dan utang yang dimiliki
38
di akhir tahun pajak. Pada bagian D (pernyataan), WP harus mencentang setuju
untuk ke langkah berikutnya. Langkah terakhir mengambil kode verifikasi dengan
mengklik [di sini]. Kode verifikasi akan dikirimkan ke alamat email WP. WP
harus memasukkan kode tersebut pada kolom yang telah disediakan kemudian
kirim SPT. Setelah mengirim SPT, WP akan mendapakatan Bukti Penerimaan
Elektronik.
8. Pengisian e-Form bagi non karyawan
WP diahruskan memiliki akun DJP Online atau akun di penyedia jasa ASP. Jika
belum, WP harus mendaftar ke www.djponline.pajak.go.id/registrasi atau situs milik
penyedia jasa ASP. WP juga harus menyiapkan dokumen peredara/penghasilan bruto
dan me-scan dokumen tersebut untuk diunggah. Pertama WP masuk ke situs DJP
Online dan login dengan memasukkan NPWP dan password. Lalu memilih e-Form dan
klik ‘Buat SPT’ dan memilih ya. WP kemudian diharuskan memilih e-Form SPT 1770
karena WP bukan karyawan dan pilih tahun pajaknya kemudian krim permintaan.
Dokumen e-Form akan otomatis terunduh dan kode verifikasi akan dikirim ke alamat
email WP. Pada halaman unduh formulir elektronik, WP memilih tombol download
viewer dan pilih windows jika sistem operasi yang digunakan WP adalah Windows.
Kemudian WP meng-install form viewer tersebut. Setelah instalasi selesai, WP
membuka dokumen e-Form yang terunduh sebelumnya dengan program viewer. Pada
lampiran keempat bagian A, WP mengisi harta yang dimilikinya di akhir tahun. WP
juga harus mengisi metode yang dia gunakan antara pembukuan atau pencatatan. Pada
bagian B, WP mengisi daftar utang yang dimiliki di akhir tahun. Kemudian pada bagian
C, WP mengisinya dengan data anggota keluarganya. Setelah selesai, WP mengisi
lampiran ketiga dengan penghasilan yang dikenakan pajak final jika ada dan
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak jika ada. Setelah itu, pada lampiran kedua,
WP mengisi bukti potong jika WP memiliki penghasilan yang dipotong atau dipungut
oleh pihak lain. Pada lampiran pertama, WP mengisikan jumlah peredaran/penghasilan
bruto yang dimilikinya dan dikalikan dengan norma perhitungan penghasilan neto
(NPPN). Hasilnya adalah penghasilan bersih milik WP. Pada halam induk SPT 1770,
WP mengisi status kewajiban pajak WP sesuai keadaan dan pada bagian B WP memilih
PTKP yang sesuai dengan keadaan WP. Kemudian WP mengisi kolom tanggal dan
menekan tombol submit. Langkah terakhir WP mengunggah lampiran dan menyalin
kode verifikasi yang sudah didapat di awal dan menekan tombol submit. Jika proses

39
sudah selesai akan muncul keterangan submit SPT berhasil dan WP akan menerima
Bukti Penerimaan Elektronik di emali milik WP.
9. Pengisian SPT 1771 melalui e-Form bagi WP Badan UMKM
Pengisian SPT 1771 hanya dapat dilakukan oleh WP Badan UMKM yang tidak
menggunakan tarif pasal 17. Hal pertama yang harus disiapkan adalah laporan
keuangan. Langkah pertama WP menyatukan Laporan Keuangan dan dokumen ke
dalam satu file berbentuk pdf. Kemudian membuka situs www.pajak.go.id dan login
dengan memasukkan NPWP, password, dan kode keamanan. Ketika sudah masuk ke
dashboard layanan digital perpajakan pilih tab lapor kemudian klik ikon e-Form.
Kemudian WP mengunduh IBM Viewer pada link di bagian petunjuk nomor 1 dan
menginstalnya sesuai dengan petunjuk nomor 2. Setelah terinstal IBM Viewer, WP
menekan tombol buat SPT. Kemudian WP mengisi formulir, tahun pajak, status SPT,
dan pembetulan jika terdapat kesalahan pada pelaporan SPT tahun sebelumnya dan klik
kirim permintaan. E-Form akan otomatis terunduh. Setelah selesai terunduh, buka e-
Form dengan IBM Viewer. Kemudian WP diharuskan melengkapi data utama pada
halaman induk. WP kemudian memilih lampiran khusus 1A dan membukanya. WP
kemudian memasukkan data penyusutan fiskal pada poin pertama sesuai dengan
laporan keuangan neraca. Setalah itu WP membuka lampiran keenam dan mengisinya
apabila WP memiliki penyertaan modal pada badan usaha lain. Kemudian WP memilih
lampiran V pada kolom pilihan halaman formulir dan membukanya. WP mengisi
bagian A dengan data pemegang saha dan/atau pemilik modal dan bagian B diisi
dengan data sususan pengurus atau komisari pada badan usaha WP. Selanjutnya WP
membuka lampiran IV dan mengisikan jenis penghasilan pada tabel yang telah
disediakan. Apabila WP Badan dikenakan PP 23 (pajak final UMKM), WP Badan
mengisikannya pada tabel jenis penghasilan lainnya yang terdiri dari kolom DPP
(jumlah omzet) dan kolom tarif PP 23. Langkah selanjutnya WP memilih lampiran III
dan mengisinya apabila WP Badan memiliki pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak
lain. Kemudian WP membuka lampiran II dan mengisinya dengan data yang ada pada
laporan laba-rugi milik badan usaha di mana untuk pembelian diisi pada kolom harga
pokok penjualan (HPP) dan untuk biaya lainnya diisikan pada kolom biaya usaha
lainnya jika ada kaitannya dengan usaha WP Badan atau kolom biaya luar usaha untuk
biaya yang tidak ada kaitannya dengan usaha WP Badan. Setelah terisi semuanya, data-
data tersebut akan dihitung otomatis oleh sistem. Kemudian WP mengisi data peredaran
usaha pada laporang keuangan laba rugi pada kolom peredaran usaha di lampira I.
40
Lampiran I nomor 4 hanya diisi jika WP Badan memiliki penghasilan yang dikenakan
PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. Selanjutnya WP membuka
formulir induk lanjutan dan mengisi kolom pernyataan dengan benar baik nama,
NPWP, tempat dan tanggal pengisian SPT 1771. Kemudian pilih lampiran 8A sesuai
jenis badan usaha WP yang berada tepat di bawah kolom pilihan halaman formulir.
Kemudian WP mengisi lampiran 8A berupa data elemen neraca yang diperoleh dari
neraca badan usaha, elemen laba/rugi dari laporan labar/rugi badan usaha. Setelah
mengisi lampiran 8A, WP Badan kembali ke formulir induk dengan menekan tombol
sebelumnya yang berada di kiri atas formulir lalu memilih submit yang berada di atas
formulir induk. Setelah masuk ke dalam laman unggah lampiran, WP mengunggah
lampiran PDF yang sudah disiapkan di awal kemudian masukkan kode verifikasi yang
didapat dari email dan klik submit. Jika proses submitsudah selesai, WP akan
mendapatkan notifikasi dan juga mendapatkan Bukti Penerimaan Elektronik.
10. Bea Meterai
Pengertian Bea Meterai sesuai pasal 1 angka 1 UU Bea Meterai adalah pajak atas
dokumen. Dokumen yang menjadi objek Bea Meterai adalah dokumen yang dibuat
sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang bersifat perdata seperti
surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, akta notaris, surat berharga,
dokumen transaksi surat berharga, dsb. dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti
di pengadilan. Dokumen yang menyatakn jumlah uang dengan nominal lebih dari 5 juta
rupiah yang menyebutkan penerimaan uang dan berisi pengakuan bahwa utang
seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan juga termasuk objek
Bea Meterai. Tarif Bea Meterai sesua dengan Pasal 5 UU Bea Meterai 2020 adalah
sebesar RP10.000,00. Saat terutang Bea Meterai adalah pada saat dokumen telah
ditandatangani untuk surat perjanjian, akte notari, dan akta PPAT; dokumen selesai
dibuat untuk surat berharga dan dokumen transaksi surat berharga; dokumen diserahkan
kepada pihak yang dituju untuk surat keterangan, surat pernyataan, surat lainnya yang
sejenis, dokumen lelang, dan surat yang menyatakan jumlah uang; dokumen diajukan
ke pengadilan untuk dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan; dan
dokumen digunakan di Indonesia untuk dokumen perdata yang dibuat di luar negeri.
Beam Meterai yang dibuat sepihak, maka Bea Meterai terutang pada pihak yang
menerima dokumen. Sedangkan jika dibuat oleh 2 pihak atau lebih, maka Bea Meterai
terutang oleh masing-masing pihak atas dokumen yang diterimanya. Untuk surat
berharga, yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang menerbitkan. Pemungutan Bea
41
Meterai dilakukan oleh pemungut Bea Meterai. Selain memungut Bea Meterai,
pemungut juga menyetor Bea Meterai ke kas negara dan melaporkan pemungutan dan
penyetoran Bea Meterai ke kantor DJP. Ada 4 cara pembayaran Bea Meterai. Yang
pertama adalah meterai tempel yang memiliki ciri-ciri gambar lambang negara Garuda
Pancasila, frasa Meterai Tempel, dan angka yang menunjukkan nilai nominal.
Pembubuhan dilakukan di tempat tanda tangan akan dibubuhkan. Tanda tangan sendiri
dibubuhkan dengan cara sebagian di atas kertas dan sebagain di atas Meterai Tempel
disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan tahun dilakukannya penandatanganan.
Yang kedua adalah Meterai Elektronik yang merupakan meterai yang memiliki kode
unik dan keterangan tertentu. Yang ketiga adalah Meterai Dalam Bentuk Lain yang
dibuat dengan menggunakan mesin teraan meterai digital, sistem komputerisasi,
teknologi percetakan, dan sistem/teknologi lainnya. Dan yang terakhir adalah Surat
Setoran Pajak (SSP) yang hanya digunakan untuk pembayaran Bea Meterai untuk
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan dan tidak memungkinkannya
digunakan meterai tempel. Bea Meterai yang terutang akan kadaluwarsa setelah lebih
dari 5 tahun sejak saat terutang.

3.3 Pembahasan Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan


3.3.1 Dasar Hukum
Dasar hukum proses penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan yang dilakukan oleh
KPP Pratama adalah sebagai berikut.
a. PER-01/PJ/2016 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan
b. PMK Nomor 185/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan
c. PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan
d. SE-55/PJ/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan PEngolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
e. Standard Operating Procedure Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan Nomor KPP30-0009
3.3.2 Pelaksanaan Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan di KPP Pratama Jakarta
Tanah Abang Tiga
1. Pengertian SPT

42
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan. Sedangkan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Jenis SPT
SPT terdiri dari 2 jenis diantaranya SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa
adalah SPT untuk suatu Masa Pajak yang batas waktu pelaporannya tanggal 20 bulan
berikutnya. Termasuk SPT Masa adalah
a. SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) untuk melaporkan
pemotongan/pemungutan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) diantaranya PPh atas
peredaran bruto sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun masa pajak,
PPh atas bunga, deposito/tabungan, diskonto SBI, bunga/diskonto, PPh atas
transaksi penjualan saham, hadiah undian, persewaan tanah dan/atau bangunan,
serta jasa konstruksi.
b. SPT Masa Pasal 15 untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 15 diantaranya PPh
atas charter penerbangan dalam negeri, pelayaran dalam negeri, pelayaran
dan/atau penerbangan luar negeri, kantor perwakilan dagang asing, serta PPh atas
WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon internasional di bidang produksi
mainan anak-anak.
c. SPT Masa Pasal 21 untuk melaporkan PPh karyawan Indonesia.
d. SPT Masa Pasal 22 digunakan tuntuk melaporkan pajak yang dipungut
bendaharawan pemerintah berkenaan dengan penghasilan dari transaksi impor.
e. SPT Masa Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang digunakan untuk melaporkan pajak
yang dipotong dari hasil transaksi modal seperti dividen, bunga, royalti, hadiah
dan penghargaan, sewa dan pendapatan terkait dengan aset selain dari transaksi
tanah dan bangungan dan jasa.
f. SPT Masa PPN yang digunakan oleh WP Badan untuk melaporkan perhitungan
jumlah pajak baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mapun Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPnBM).

43
SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak yang disampaikan setiap akhir
Tahun Pajak dengan batas waktu pelaporan 3 bulan sejak berakhirnya Masa Pajak
untuk SPT Tahunan Orang Pribadi dan 4 bulan sejak berakhirnya Masa Pajak. Adapun
yang termasuk ke dalam SPT Tahunan diantaranya
a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)
1) SPT Tahunan PPh WP OP Sangat Sederhana (SPT 1770 SS) yang digunakan
oleh WP OP yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari
Rp60.000.000,00 dalam satu Tahun Pajak
2) SPT Tahunan PPh WP OP Sederhana (SPT 1770 S) yang digunakan oleh WP
OP yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas
dengan jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp60.000.000,00 setahun
3) SPT PPh WP OP (SPT 1770) yang digunakan oleh WP OP yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas, dari satu/lebih pemberi kerja, yang
dikenakan PPh final dan/atau bersifat final, dan/atau dalam negeri lainnya/luar
negeri
b. SPT Tahunan PPh WP Badan
1) SPT Tahunan PPh WP Badan 1771 yang digunakan oleh WP Badan dalam
melaporkan penghasilan, biaya dan perhitungan PPh terutang dalam jangka
waktu satu tahun pajak.
2) SPT Tahunan WP Badan 1771/$ yaitu formulir SPT 1771 yang digunakan
WP Badan apabila menggunakan kurs dollar.
c. SPT Tahunan Pembetulan yang disampaikan WP dalam rangka membetulkan
SPT Tahunan yang telah disampaikan sebelumnya.
3. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh di KPP Pratama Jakarta Tanah
Abang Tiga
Dalam melaksanakan penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh, KPP
Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga menggunakan SOP Tata Cara Penerimaan dan
Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan Nomor KPP30-0009. SOP
tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tentang
Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan dan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan Tahunan serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
55/PJ/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
44
Pemberitahuan Tahunan. Pihak yang terkait dalam penerimaan dan pengolahan SPT
Tahunan PPh adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
2. Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
3. Kepala Seksi Pelayanan
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
5. Account Representative (AR)
6. Pelaksana KPP yang berperan sebagai Petugas Pelayanan
7. Pelaksana KPP/AR/Pejabat Fungsional Pemeriksa/Penilai yang berperan sebagai
Petugas Penerima SPT Tahunan
8. Pelaksana KPP yang berperan sebagai Petugas Tempat Pelayanan Terpadu
9. Pelaksana KPP/AR yang berperan sebagai Petugas Peneliti
10. Operator Console
11. Petugas Sub Bagian Umum
12. Pelaksana KPP yang berperan sebgai Petugas Perekam Tanda Terima SPT
13. Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
14. Wajib Pajak (WP)

Dokumen yang digunakan untuk menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh
adalah SPT Tahunan, Surat Pemberitahuan Tahunan Elektronik (e-SPT), dan Lembar
Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Dari proses penerimaan dan pengolahan SPT
Tahunan PPh tersebut akan menghasilkan beberapa dokumen diantaranya:
1. Tanda Terima SPT Tahunan
2. Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT
3. Daftar Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
4. Surat Pengiriman Berkas SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
5. Daftar Nominatif Pengiriman SPT WP Sendiri
6. Daftar Nominatif SPT Lengkap
7. Lembar Penelitian SPT Tahunan
8. Daftar Nominatif SPT Tidak Lengkap
9. Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan
10. Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan
11. Surat Pembatalan Tanda Terima SPT Tahunan
12. 12 Bukti Penerimaan Surat (BPS)

45
13. Register Harian
14. Surat Pemberitahuan Hasil Temuan NPWP Valid

Berdasar SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Nomor KPP30-009, prosedur kerja yang dilakukan oleh KPP Pratama
Jakarta Tanah Abang dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1. Pendistribusian Tanda Terima SPT Tahunan
Prosedur pertama yang dilakukan adalah Kepala Seksi Pelayanan merencanakan
mengenai lokasi dan jadwal penerimaan SPT Tahunan dan alokasi tanda terima
untuk satu lokasi penerimaan SPT Tahunan. Kepala Seksi Pelayanan juga
bertugas mencetak Formulir Berita Acara serah terima berkas penerimaan dan
menandatanginya yang kemudian akan diserahkan kepada Petugas Penerima SPT
beserta Tanda Termia SPT dan Lembar Penelitian SPT Tahunan.
2. Penerimaan SPT Tahunan
a) Penerimaan SPT Tahunan yang Disampaikan oleh WP secara langsung ke
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), Pojok Pajak, Mobil Pajak atau Drop Box
Ketika WP menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan secara
langsung ke TPT/Pojok Paja/Mobil Pajak/Drop Box, Petugas Penerima SPT
harus mengarahkan WP ke TPT KPP tempat WP terdaftar untuk
menyampaikan SPT atau menyampaikannya melalui pos/jasa ekspedisi ke
KPP tempat WP terdaftar apabila SPT yang disampaikan adalah SPT
Tahunan Lebih Bayar/SPT Pembetulan/SPT yang disampaikan tidak tepat
waktu/e-SPT. Petugas Penerima SPT kemudian melakukan penelitian
kelengkapan formal SPT Tahunan selain SPT Pembetulan jika WP terdaftar
di KPP penerima SPT. Jika SPT lengkap, Petugas Penerima SPT akan
membubuhkan stempel lengkap, menuliskan nama dan NIP, dan memberikan
WP tanda terima. Untuk SPT tidak lengkap, Petugas Penerima SPT akan
mengembalikan SPT milik WP beserta lembar penelitian SPT Tahunan yang
dibuatnya. Apabila WP tidak terdaftar di KPP penerima SPT, Petugas
Penerima SPT akan memberikan tanda terima tanpa melakukan penelitian.
Apabila SPT yang disampaikan adalah SPT Pembetulan, maaka WP akan
diarahkan kepada AR. AR akan melakukan penelitian syarat penyampaian
SPT Tahunan Pembetulan tersebut. Apabila SPT lengkap dan memenuhi
syarat penyampaian SPT Pembetulan, maka SPT tersebut akan dibubuhi

46
stempel lengkap. Apabila tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat, maka
SPT Tahunan tersebut dikembalikan kepada WP beserta lembar penelitian
SPT Tahunan yang dibuat AR. SPT Pembetulan yang lengkap akan
diserahkan kepada Petugas Penerima SPT oleh WP untuk mendapatkan tanda
terima.Petugas Penerima SPT akan memisahkan SPT berdasarkan tempat
WP terdaftar serta berdasarkan status SPT (Nihil, Kurang Bayar, dan Lebih
Bayar). Di akhir masa tugas penerimaan SPT Tahunan, Petugas Penerima
SPT akan membuat berita acara serah terima berkas penerimaan dan
menandatanginya yang kemudian diserahkan kepada Petugas Pelayanan
beserta SPT.
b) Penerimaan SPT Tahunan yang disampaikan oleh WP melalui Pos/Jasa
Ekspedisi/Jasa Kurir.
Jika SPT Tahunan disampaikan melalui Pos/Jasa Kespedisi/Jasa Kurir,
petugas Subbagian Umum akan merekam tanggal dan nomor resi pos dan
kemudian menyerahkan SPT Tahunan tersebut kepada Petugas Penerima
SPT. Petugas Penerima SPT kemudian membuat tanda terima semua SPT
Tahunan yang diserahkan oleh Petugas Subbagian Umum. Petugas Penerima
SPT kemudian akan memisahkan SPT berdasarkan status SPT. Setelah itu,
Petugas Penerima SPT akan membuat berita acara serah terima berkas
penerimaan dan menandatanganinya untuk diserahkan kepada Petugas
Pelayanan beserta SPT yang disampaikan WP, Tanda Terima yang tidak
terpakai, serta arsip tanda terima terpakai.
c) Penerimaan SPT dari KPP Lain
SPT Tahunan akan diterima oleh Petugas Subbagian Umum beserta
Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Tahunan. Petugas
Subbagian Umum kemudian merekam tanggal diterimanya dokumen tersebut
dan menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Petugas Perekam
Tanda Terima SPT. Petugas Perekam Tanda Terima SPT kemudian
mencocokkan SPT Tahunan dengan Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif
Pengiriman SPT Tahunan..Petugas Perekan Tanda Terima SPT juga akan
membubuhkan tanda melalui aplikasi atas Surat Pengiriman, Daftar
Nominatif Pengiriman SPT Tahunan dan SPT Tahunan tersebut. Kemudian
mencetak Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri dan
menyerahkannya kepada Peneliti beserta SPT-nya untuk dilakukan penelitian
47
kelengkapan SPT. Jika saat pecocokan antara SPT Tahunan dan daftar
nominatifnya ditemukan perbedaan, maka setelah membubuhkan tanda
melalui aplikasi, Petugas Perekam Tanda Terima SPT akan melaporkan hasil
perbedaan tersebut kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dilakukan
klarifikasi kepada KPP Pengirim.
3. Pengumpulan SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT.
Setelah menerima Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan, SPT
yang disampaikan WP, Tanda Terima yang tidak terpakai, dan Arsip Tanda
Terima yang terpakai dari Petugas Penerima SPT, Petugas Pelayanan akan
mencocokkan kesesuaian antara dokumen-dokumen tersebut dengan berita acara.
Jika cocok, Petugas Pelayanan akan merekam detail isi Berita Acara ke dalam
aplikasi dan mengisikan nomor berita acara yang di dapat melalui aplikasi,
menandatangani berita acara, dan mengisikan nama serta NIP petugas pemroses
selanjutnya. Petugas Pelayanan menyerahkan Berita Acara kepada Kepala Seksi
Pelayanan untuk mendapatkan tanda tangan dan menyerahkan Tanda Terima
yang Tidak Terpakai beserta Arsip Tanda Terima Terpakai kepada Kepala Seksi
Pelayanan unuk diarsipkan. Petugas Pelayanan akan menyerahkan Berita Acara
serta SPT yang disampaikan langsung oleh WP yang terdaftar di KPP Pratama
Jakarta Tanah Abang Tiga kepada Petugas TPT untuk pencetakan LPAD. Untuk
WP yang terdaftar di KPP lain atau SPT yang disampaikan melalui Pos/Jasa
Ekspedisi/Jasa Kurir, maka akan diserahkan kepada Petugas Perekam Tanda
Terima untuk perekaman tanda terima. Baik Petugas TPT dan Petugas Perekam
Tanda Terima akan mencocokkan kesesuaian antara dokumen yang diterima
dengan yang tercantum dalam berita acara untuk penandatanganan dan
menyerahkan kembali berita acara tersebut kepada Petugas Pelayanan untuk
diarsipkan.
4. Perekaman Tanda Terima SPT Tahunan

Petugas Perekam Tanda Terima SPT akan merekam tanda terima SPT
setelah menerima Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT dan SPT
KPP lain atau SPT yang dikirim melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dari
Petugas Pelayanan. Jika terdapat perubahan data WP dan WP melampirkan
formulir perubahan data SPT, maka Petugas Perekam Tanda Terima SPT akan
merekam perubahan data tersebut.Petugas Perekam Tanda Terima juga bertugas

48
membuat Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri dan
menyerahkannya kepada Penelit beserta SPT WP yang disampaikan melalui
pos/jasa ekspedisi/jasa kurir untuk diteliti kelengkapan SPT tersebut. Selain itu,
Petugas Perekam Tanda Terima SPT juga mencetak Daftar Nominatif Pengiriman
SPT Tahunan atas WP yang terdaftar di KPP lain dan selanjutnya
menyerahkannya kepada Petugas Pelayanan beserta SPT-nya untuk dilakukan
pengiriman SPT ke KPP tempat WP terdaftar. Untuk Daftar Nominatif
Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri dan SPT Tahunan Pembetulan yang telah
dibuat oleh Petugas Perekam Tanda Terima SPT akan diserahkan kepada AR
untuk diteliti kelengkapannya.
5. Pengiriman SPT ke KPP Lain
Petugas Pelayanan yang telah menerima Daftar Nominatif SPT dan SPT-
nya dari Petugas Perekam Tanda Terima SPT dan telah mencocokkan kesesuain
SPT dengan Daftar Nominatifnnya akan mencetak konsep Surat Pengiriman SPT
Tahunan. Kemudian konsep Surat Pengiriman SPT Tahunan dan Daftar
Nominatif Pengiriman SPT akan dimintakan tanda tangan kepada Kepala Seksi
Pelayanan dan Kepala KPP. Setelah ditandatangani, Daftar Nominantif
Pengiriman SPT Tahunan dan SPT Tahunan diserahkan kepada Subbagian
Umum untuk dikirmkan ke KPP lain melalui pos/jasa ekspedisi/jasa kurir.
Petugas Subbagian Umum juga merekam nomor dan tanggal resi pengiriman
Surata Pengiriman, Daftar Nominatif Pengriman SPT Tahunan dan SPT-nya pada
aplikasi.
6. Penelitian Kelengkapan SPT
Petugas Peneliti yang menerima SPT yang dikirimkan oleh KPP lain atau
SPT yang dikirim melalui pos/jasa ekspedisi/jasa kurir dari Petugas Perekam
Tanda Terima akan dicocokkan dengan yang tercantum dalam Daftar Nominatif.
Kemudian Petugas Peneliti melakukan penilitian kelengkapan SPT. Apabila SPT
lengkap setelah diteliti, Petugas Peneliti akan membubuhi SPT dengan stempel
lengkap, nama dan NIP Petugas Peneliti. Sebaliknya jika SPT tidak lengkap maka
akan dibuatkan Lembar Penelitian SPT Tahunan. Hasil penelitian kemudian
direkam oleh Petugas Peneliti dan dilanjutkan dengan mencetak Daftar Nominatif
SPT lengkap dan Daftar Nominatif SPT tidak lengkap. Daftar Nominatif SPT
lengkap akan diserahkan kepada Petugas TPT beserta berkas SPT-nya untuk
dilakukan pencetakan LPAD. Sedangkan Daftar Nominatif SPT tidak lengkap
49
akan diserahkan kepada AR beserta berkas SPT-nya untuk dilakukan permintaan
kelengkapan SPT Tahunan. Apabila Petugas Peneliti menerima amplop yang
isinya bukan SPT Tahunan, maka petugas peneliti akan mencetak Surat
Pembatalan tanda terima dan ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan dan
Kepala KPP. Petugas Peneliti mem-fotocopy isi amplop untuk diarsipkan.
Kemudian Surat Pembatalan tanda terima dan isi amplop diserahkan kepada
Petugas Subbagian Umum untuk dikembalikan kepada WP. Jika terdapat SPT
Pembetulan yang disampaikan melalui pos/jasa ekspedisi/jasa kurir, maka
Petugas Perekam Tanda Terima akan menyerahkan Daftar Nominatif beserta
SPT-nya kepada AR untuk dilakukan penelitian kelengkapan SPT Tahunan
Pembetulan dan penelitian syarat-syarat SPT Pembetulan. Jika SPT lengkap maka
akan dibubuhi stempel lengkap, nama dan NIP AR yang meneliti. Jika tidak
lengkap akan dibuatkan lembar penelitian kelengkapan SPT Tahunan. Kemudian
hasil penelitian direkam oleh AR dan dilanjutkan dengan mencetak Daftar
Nominatif SPT Tahunan Pembetulan lengkap untuk diserahkan kepada Petugas
TPT beserta SPT-nya untuk dilakukan pencetakan LPD. Untuk SPT tidak
lengkap, AR akan mencetak Daftar Nominatif SPT tidak lengkap dan Surat
Permintaan Kelengkapan SPT serta template surat jawaban WP. Dalam kasus AR
menerima amplop yang isinya bukan SPT Tahunan, maka AR akan mencetak
Surat Pembatalan tanda terima dan ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan
dan Kepala KPP. AR kemudian mem-fotocopy isi amplop dan mengarsipkannya.
Surat Pembatalan tanda terima dan isi amplop diserahkan kepada Petugas
Subbagian Umum untuk dikembalikan kepada WP. Apabila SPT Tahunan
Pembetulan tidak memenuhi syarat pembetulan, AR akan mencetak Surat
Pembatalan tanda terima dan ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan dan
Kepala KPP. Kemudian AR akan mem-fotocopy SPT Tahunan Pembetulan
tersebut lalu mencetak Daftar Nominatif SPT yang tidak memenuhi syarat dan
menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Petugas Seksi PDI. Petugas
Subbagian Umum akan merekam tanggal dan nomor resi pengirimannya setelah
mengirimkan Surat Pembatalan tanda terima yang diterima. Petugas Seksi PDI
melakukan pembentukan bank data setelah menerima fotocopy SPT Tahunan
Pembetulan yang tidak memenuhi syarat.
7. Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan

50
Setelah menerima Daftar Nominatif SPT tidak lengkap beserta SPT-nya dar
Petugas Peneliti, maka AR akan mencetak Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan yang kemudian akan ditelaah dan ditandatangani oleh Kepala Seksi
Pelayanan dan dilanjutkan penelaahan oleh Kepala KPP untuk ditandatangi dan
mencetak template surat jawaban Wajib Pajak. Setelah mendapatkan tanda
tangan, AR akan menyatukan Surat Permintaan Kelengkapan SPT dan template
surat jawaban WP dan menyerahkannya kepada Petugas Subbagian Umum untuk
dikiramkan kepada WP. Setelah mengirimkannya, tanggal dan nomor resi
pengiriman akan direkam oleh Petugas Subbagian Umum. AR akan
memonitoring pengiriman surat permintaan kelengkapan dan merekam tanggal
diterimanya surat permintaan kelengkapan. Apabila surat tersebut tidak sampai,
maka Petugas Subbagian Umum merekam tanggal diterimanya kembali Surat
Permintaan Kelengakapan SPT Tahunan yang tidak sampai oleh KPP dan
menyerahkannya kepada AR untuk dilakukan pemberitahuan bahwa SPT
dianggap tidak disampaikan.
8. Penangan Surat Jawaban atas Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan dari WP
WP diharuskan menyerahkan kelengkapan SPT Tahunan melalui TPT.
Petugas TPT yang menerimanya kan memberikan tanda terima kepada WP dan
menyerahkan kelengkapan SPT Tahunan tersebut kepada AR yang bersangkutan.
AR kemudian menelitinya dan memperbarui SPT menjadi lengkap dilanjutkan
pencetakan Daftar Nominatif SPT Lengkap. Daftar Nominatif SPT Lengkap
beserta SPT-nya diserahkan kepada Petugas TPT untuk pencetakan LPAD.
Apabila dalam hal kelengkapan SPT Tahunan yang disampaikan belum sesuai,
AR akan melakukan klarifikasi kepada WP dan mendokumentasikan kegiatan
klarifikasi tersebut.
9. Pemberitahuan Bahwa SPT Dianggap Tidak Disampaikan
AR akan mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak
Disampaikan apabila Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan tidak dipenuhi
dalam batas waktu 30 hari sejak tanggal diterimanya Surat Permintaan
Kelengkapan SPT oleh WP atau 30 hari sejak tanggal diterimanya kembali Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan. Konsep Surat Pemberitahuan tersebut
akan diteruskan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti
dan diparaf kemudian diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetuji dan diparaf.
Setelah mendapatkan tanda tangan, AR akan mem-fotocopy SPT. Kemudian
51
dilanjutkan penyerahan Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan
beserta SPT-nya kepada Petugas Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada WP.
AR kemudian mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan
dan menyerahkannya kepada Petugas Seksi PDI beserta fotocopy SPT untuk
dilakukan pembentukan bank data. Petugas Subbagian Umum akan mengirimkan
Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan dan SPT-nya kepada WP
melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir kemudian merekam nomor dan tanggal resi
pengiriman dokumen tersebut pada aplikasi.
10. Pencetakan LPAD
Petugas TPT menerima Berita Acara dan SPT KPP Pratama Jakarta Tanah
Abang Tida dari Petugas Pelayanan, menerima Daftar Nominatif SPT Lengkap
dan SPT-nya dari Peneliti dan dari AR. Setelah menerima dokumen tersebut,
Petugas TPT merekam penerimaan SPT atau loading e-SPT dalam rangka
mencetak LPAD. Petugas TPT juga merekam perubahan data apabila terjadi
perubahan data WP dan WP melampirkan formulir perubahan pada SPT. Jika
pada saat perekaman diketahui NPWP tidak valid, Petugas akan menelusuri dan
menindaklanjuti NPWP tidak valid tersebut. Jika dapat ditemukan NPWP yang
valid dan terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga, maka akan
dilakukan perekaman dengan menggunakan NPWP yang valid dilanjutkan
pencetakan konsep surat pembetulan tanda terima SPT. Selanjutnya konsep surat
tersebut diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.
Selanjutnya surat pembetulan tanda terima SPT diserahkan kepada Petugas
Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada WP. Jika setelah ditelusuri ditemukan
bahwa NPWP yang valid tidak terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang
TIga, maka Petugas TPT akan menulis NPWP tersebut di kolom isian NPWP
menggunakan pensil dan SPT tersebut diteruskan kepada Petugas Perekam Tanda
Terima SPT untuk perekaman tanda terima SPT. SPT tersebut kemudian
dikirmkan ke KPP tempat WP terdaftar dan KPP tersebut wajib menerbitkan surat
pembetulan tanda terima SPT. JIka setelah dilakukan penelusuran tidak
ditemukan NPWP yang valid, maka Petugas TPT akan melakukan pemindahan
perekaman/perekaman tanda terima SPT dengan NPWP tidak valid pada aplikasi
kemudian berkas SPT dengan NPWP tidak valid disimpan di Seksi Pelayanan.
Jika pada saat perekaman diketahui bahwa SPT tidak memenuhi UU KUP Pasal 3
ayat (7) huruf c dan d, maka Petugas TPT akan mencetak konsep Surat
52
Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan dan meneruskannya kepada
Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan ditandatangani kemudian diteruskan
kepada Kepala KPP untuk persetujuan dan tanda tangan. Kemudian Petugas TPT
mem-fotocopy SPT. Petugas TPT kemudian menyerahkan Surat Pemberitahuan
SPT Dianggap Tidak Disampaikan dan SPT-nya kepada Petugas Subbagian
Umum untuk dikirimkan kepada WP. Kemudian Petugas SPT mencetak Daftar
Nominatif SPT yan dianggap tidak disampaikan dan menyerahkannya kepada
Petugas Seksi PDI beserta fotocopy SPT untuk pembentukan bank data. Apabila
saat dilakukan perekaman ditemukan bahwa WP menyampaikan SPT Tahunan
lebih dari satu kali untuk satu tahun pajak dan bukan merupakan SPT Tahunan
Pembetulan, maka Petugas TPT mencetak konsep Surat Pembatalan Tanda
Terima SPT Tahunan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk
diteliti dan diparaf dan diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan
ditandatangani. Petugas TPT kemudian mem-fotocopy SPT untuk diarsipkan.
Terakhir Petugas TPT menyerahkan Surat Pembatalan Tanda Terima SPT beserta
SPT-nya kepada Petugas Subbagian Umum untuk dikirimkan kepada WP.
Apabila saat perekaman diketahui bahwa SPT yang direkam merupakan SPT
Pembetulan sementara SPT normal atau SPT Pembetulan yang lebih awal belum
dilakukan pencetakan LPAD, maka Petugas TPT akan merekamnya pada menu
khusus. Setelah SPT normal atau SPT Pembetulan yang lebih awal LPAD-nya
sudah dicetak, maka dilakukan penyelesaian perekaman dan pecetakan LPAD.
Setelah Petugas TPT merekam dan mencetak LPAD, Petugas TPT akan mencetak
register harian atas pencetakan LPAD yang telah dilakukan dan menyerahkannya
kepada Petugas Seksi PDI beserta SPT-nya untuk perekaman detil SPT atau
menyerahkannya kepada Petugas Pengemas SPT beserta SPT-nya untuk
pengemasan SPT apabila pengolahan SPT dilakukan di Pusat Pengolahan Data
dan Dokumn (PPDDP) atau Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
(KPDDP). Petugas Subbagian Umum akan mengirikmkan dokumen-dokumen
yang diterimanya beserta bukti pengiriman surat melalui pos/jasa ekspedisi/kurir.
Petugas Subbagian Umum kemudian merekam nomor dan tanggal resi
pengiriman pada aplikasi.
11. Pengolahan dan Penyimpanan SPT
Petugas TPT mencetak register harian dan meyerahkannya bersama dengan
berkas SPT Tahunan kepada Petugas Seksi PDI. Apabila proses perekaman detail
53
SPT dilakukan oleh PPDDP/KPDDP, maka Petugas Seksi Pelayanan akan
melakukan pengemasan untuk dikirimkan kepada PPDDP/KPDDP. Kemudian
Petugas Seksi PDI/PPDDP/KPDDP merekam detail SPT Tahunan. Kemudian AR
menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT apabila terjadi kesalahan
matematis dalam pengisian SPT atau menerbitkan STP apabila terjadi
keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan pembayaran pajak.
Proses terakhir adalah berkas SPT Tahunan ddikembalikan kepada Petugas Seksi
Pelayanan untuk proses penyimpanan/pengarsipan.

3.4 Permasalahan
3.4.1 Identifikasi Masalah
Proses penerimaan dan pengolaan SPT Tahunan di KPP dilakukan dengan
memperhatikan prosedur dan tata cara yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Salah
satu tahapan dari proses ini adalah penelitian SPT. Penelitian SPT adalah kegiatan untuk
menilai kelengkapan pengisian SPT dan lampiran-lampirannya. Pada tahap ini, SPT akan
diteliti apakah SPT telah lengkap sesuai persyaratan yang berlaku, baik isi SPT-nya dan/atau
dokumen yang dipersyaratkan. Jika sebuah SPT dinilai tidak lengkap oleh peneliti, petugas
akan mengembalikan SPT tersebut kepada WP (dalam hal SPT tersebut diterima secara
langsung) atau menerbitkan surat permintaan kelengkapan kepada WP untuk meminta WP
melengkapi SPT-nya (dalam hal SPT tidak diterima secara langsung).
Dalam praktik penelitian SPT tahunan di KPP Pratama Tanah Abang Tiga, seringkali
ditemukan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan dengan tidak lengkap, baik dari
pengisian elemen SPT dan/atau pelampiran dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
Penyampaian SPT Tahunan tidak lengkap ini menyebabkan petugas harus menunggu WP
tersebut melengkapi SPT Tahunannya terlebih dahulu sebelum SPT tersebut diproses lebih
lanjut. Kemudian, terdapat prosedur-prosedur tambahan yang perlu dilaksanakan untuk
meminta kelengkapan SPT kepada WP. Akibatnya, proses pengolahan SPT Tahunan akan
menguras waktu yang cukup lama (inefiesiensi waktu).

3.4.2 Analisis Masalah


Permasalahan ketidaklengkapan penyampaian SPT terdiri dari 2 jenis. Pertama, WP
tidak mengisi lembar SPT secara lengkap. Pada jenis masalah ini, WP tidak mengisi elemen-
elemen isian di lembar SPT secara lengkap atau mengisinya pada bagian yang tidak tepat.
Contohnya, WP tidak menandatangi lembar SPT, menandatangani di tempat yang salah, tidak
mengisi bagian anggota keluarga dan sebagainya. Kedua, WP tidak melampirkan dokumen-

54
dokumen secara lengkap. WP seringkali tidak melampirkan/membawa dokumen-dokumen
tertentu yang dipersyaratkan ketika ia menyampaikan SPT Tahunan. Contohnya, WP tidak
melampirkan berkas laporan keuangan, bukti potong PPh, dan/atau dokumen-dokumen lain
yang dipersyaratkan.
Penulis mengidentifikasi 4 hal yang seringkali menyebabkan SPT Tahunan
disampaikan tidak lengkap. Pertama, WP tidak mengetahui atau kurang informasi mengenai
cara pengisian SPT yang benar dan lengkap, serta dokumen apa saja yang harus dilampirkan.
Kedua, WP memiliki tingkat kesadaran yang rendah. Hal ini terjadi karena WP merasa bahwa
mereka telah membayar pajak sehingga tidak mau direpotkan lagi untuk melengkapi data dan
melampirkan dokumen dalam SPT-nya. Ketiga, WP takut dibebankan pajak yang lebih tinggi
ketika ia mengisi SPT secara lengkap. Terakhir, WP merasa bahwa petugas pajak seharusnya
sudah memiliki data atau dokumen tersebut sehingga mereka tidak perlu lagi
melampirkannya.

3.5 Solusi Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan terkait penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan di KPP
Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga atas penyampaian SPT yang tidak lengkap, penulis
melakukan analisis bahwa pihak yang cukup berpengaruh pada proses ini adalah Wajib
Pajak. Wajib pajak tidak menyerahkan berkas yang dibutuhkan ketika menyerahkan SPT
Tahunan sehingga proses administrasi menjadi terhambat dan tidak maksimal, sedangkan
proses internal sudah mengikuti prosedur di dalam SOP. Berikut solusi yang penulis berikan
untuk mengatasi kendala tersebut.
a. Edukasi Peningkatan Keterampilan Wajib Pajak
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan ini supaya Wajib Pajak
mengetahui pengetahuan dasar mengenai perpajakan dan memiliki keterampilan
untuk menjalankan kewajiban perpajakannya. Hal ini diwujudkan dengan
mengetahui jenis pajak yang wajib dilaksanakan oleh wajib pajak, mengetahui
berkas atau dokumen tertentu yang diperlukan dalam pengadministrasian Wajib
Pajak, mengetahui waktu pelaporan, dan mengetahui serta mampu menerapkan
langkah pengadministrasian perpajakannya.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini misalnya Wajib
Pajak diberikan edukasi dan sosisalisasi mengenai tata cara melalui seminar-seminar
yang diadakan oleh KPP, infografis yang disebarkan melalui media sosial maupun di
KPP, mengadakan kelas pajak. Kelas pajak dimaksudkan untuk membantu WP

55
dalam menyampaikan SPT dengan lengkap, benar dan jelas melalui media daring
ataupun secara tatap muka. Kelas Pajak dengan media daring dapat dilakukan per-
sesi sesuai dengan jenis SPT Wajib Pajak. Sedangkan, kelas pajak dengan tatap
muka dapat dilakukan tanpa membagi sesi sesuai dengan jenis SPT Wajib Pajak.
Dalam kelas pajak dengan tatap muka, Wajib Pajak dapat langsung datang ke aula
yang nantinya dapat dibantu oleh petugas pajak yang ada. Dengan hal itu,
diharapkan Wajib Pajak mengisi SPT dengan lengkap, benar, dan jelas.
b. Edukasi Peningkatan Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak
Tujuan yang hendak dicapai adalah Wajib Pajak sadar dan patuh sehingga
ketika menjalankan kewajiban perpajakannya dapat dilakukan secara sukarela
(voluntary compliance). Kesadaran dan kepatuhan pajak yang tinggi dapat
memperkuat efektivitas administrasi perpajakan.
Langkah ini dapat dilakukan dengan memberikan edukasi perpajakan kepada
Wajib Pajak secara tepat sasaran. Langkah awal yang dilakukan dengan
merencanakan materi edukasi sesuai dengan pihak-pihak yang dituju, misalnya
berdasarkan jenjang pendidikan dimulai dari siswa SD diberikan materi dasar
perpajakan dengan tema yang menarik, seiring bertambahnya jenjang semakin
komprehensif pula materi yang diedukasikan.
c. Himbauan
Himbauan diberikan kepada WP apabila dalam melaporkan SPT-nya masih
tidak lengkap meski sudah mendapatkan edukasi dan sosialisasi dari KPP.
Himbauan dapat diberikan melalu surat tertulis maupun melalui kontak telepon.
Kontak telepon dilakukan dengan cara menghubungi WP bersangkutan melalu
telepon atau dapat juga dilakukan dengan cara lain seperti menggunakan media
sosial seperti menggunakan Whatsapp. Himbauan dimaksudkan untuk memberi tahu
WP bahwa SPT-nya tidak lengkap dan memberitahukan kontak bantuan kepada WP
apabila WP mengalami masalah dalam pengisian SPT.
d. Sanksi
Sanksi merupakan upaya terakhir yang dapat dilakukan oleh KPP apabila
Wajib pajak tidak melaporkan SPT-nya meski sudah berulangkali diberikan
himbauan. Hal ini sesuai dengan UU KUP pada pasal 7 dan pasal 13.
1. Pasal 7
SPT Tahunan mempunyai jangka waktu penyampaian. Untuk SPT Tahunan
Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi (OP) paling lama tiga bulan setelah akhir
56
Tahun Pajak, sedangkan untuk SPT Tahunan WP Badan paling lama empat
bulan setelah akhir Tahun Pajak. Apabila SPT tidak disampaikan sebagaimana
dimaksud, akan dikenai sanksi sebesar seratus ribu untuk SPT Tahunan WP
OP, satu juta untuk SPT Tahunan WP Badan.
2. Pasal 13
Pasal 13 A mengatur bahwa dalam hal WP terbukti alpa tidak menyampaikan
SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara tidak dikenai sanksi pidana
dengan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah :
a. Kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP; dan
b. Wajib Pajak tersebut memenuhi kewajibannya melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang
kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar.

Sanksi pidana sendiri diatur dalam Pasal 39. Dalam pasal tersebut diatur
bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dikenakan sanksi
pidana. Sanksinya adalah pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun. Sedangkan dendanya paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

57
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dipaparkan oleh penulis dalam laporan
pelaksanaan kerja lapangan di KPP Pratama Tanah Abang Tiga, dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
1. Dalam melaksanakan penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh, KPP Pratama
Jakarta Tanah Abang Tiga mengacu ke SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan Nomor KPP30-0009. Proses penerimaan
dan pengolahan SPT Tahunan PPh ini terdiri dari serangkaian kegiatan, yaitu : (a)
pendistribusian tanda terima SPT Tahunan, (b) penerimaan SPT Tahunan, (c)
pengumpulan SPT Tahunan dari petugas penerima spt, (d) perekaman tanda terima
SPT Tahunan, (e) pengiriman SPT ke KPP lain, (f) penelitian kelengkapan SPT, (g)
permintaan kelengkapan SPT Tahunan, (h) penangan surat jawaban atas permintaan
kelengkapan SPT Tahunan dari WP, (i) pemberitahuan bahwa SPT dianggap tidak
disampaikan, (j) pencetakan LPAD, (k) pengolahan dan penyimpanan SPT.
2. Dalam praktik penerimaan dan pengolahan SPT terdapat kendala pada aktivitas
penelitian SPT yaitu seringkali terdapat SPT yang tidak lengkap. Permasalahan ini
akan menyebabkan proses penerimaan dan pengolahan SPT menjadi semakin lama.
Penulis mengidentifikasi bahwa ada 4 penyebab permasalahan bisa terjadi, yaitu:
WP tidak mengetahui atau kurang informasi, rendahnya tingkat kesadaran WP, WP
takut dibebankan pajak yang lebih tinggi ketika mengisi SPT secara lengkap, dan
WP merasa bahwa petugas pajak seharusnya sudah memiliki data atau dokumen
tersebut sehingga mereka tidak perlu lagi melampirkannya.
3. Penulis memberikan 4 solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pertama,
Wajib Pajak diberikan edukasi dan sosisalisasi mengenai tata cara melalui seminar-
seminar yang diadakan oleh KPP, infografis yang disebarkan melalui media sosial
maupun di KPP, mengadakan kelas pajak. Kedua, memberikan edukasi perpajakan
dalam rangka peningkatan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak. Ketiga,
memberikan himbauan melalui surat tertulis maupun melalui kontak telepon dan
media sosial. Terakhir, memberikan sanksi sebagai upaya terakhir yang dapat
dilakukan oleh KPP apabila Wajib pajak tidak melengkapi SPT-nya meski sudah
berulangkali diberikan himbauan.

58
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan masalah yang penulis angkat sebagai topik, ada beberapa
hal yang penulis sarankan agar dapat dipertimbangkan dalam mengatasi permasalahan
tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. memberikan edukasi dan sosisalisasi kepada Wajib Pajak mengenai tata cara
melalui seminar-seminar yang diadakan oleh KPP, penyebaran infografis melalui
media sosial maupun di KPP, dan mengadakan kelas pajak perpajakan;
2. memberikan edukasi kepada Wajib Pajak mengenai kepentingan pajak dalam
rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak secara tepat sasaran;
3. memberikan himbauan melalui surat tertulis maupun melalui kontak telepon dan
media sosial; dan
4. memberikan sanksi/hukuman kepada Wajib Pajak sebagai upaya terakhir yang
dapat dilakukan oleh KPP apabila Wajib pajak tidak melengkapi SPT-nya meski
sudah berulangkali diberikan himbauan.

59

Anda mungkin juga menyukai