Diajukan oleh:
MARIA DIANI RENO HARTAMI
NPM: 2301181080
PERSETUJUAN
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Pajak Dosen Pembimbing
ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus
dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, … …… 2020
Pemberi Pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat selesai
sesuai pada waktunya. Karya Tulis Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
dapat dinyatakan lulus dari Program Diploma III Alih Program Spesialisasi Pajak
di KPP Madya Jakarta Barat. Penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat tekad yang kuat, motivasi,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, serta upaya perbaikan terus-menerus,
Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat diselesaikan oleh penulis. Oleh karena itu, dalam
1. Ayah Iying Budiono, Ibu Jumiyem, suami Faisal Pribadi, adik-adik Muhammad
Halim Martadiono dan Meilatifah Shalsajiani, serta seluruh keluarga besar penulis
yang telah memberikan dukungan doa, semangat, moral, dan material kepada penulis,
3. Bapak Agus Bandiyono, selaku Ketua Jurusan Pajak, dan Ibu Hanik Susilawati
v
4. Bapak Irwan Aribowo, selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Tugas Akhir
penulis, dan Ibu Anisa Fahmi, selaku Dosen Penilai II Karya Tulis Tugas Akhir
penulis,
5. Bapak Herbet H. Aruan, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta
Barat,
7. Teman-teman kelas, teman-teman satu angkatan D III Pajak Alih Program 2018,
dan teman-teman pelaksana KPP Madya Jakarta Barat yang telah berbagi banyak suka
8. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Di akhir kata,
penulis berharap semoga Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii
vii
2.2 Data dan Fakta .......................................................................................18
2.2.1 Target penerimaan pajak extra effort dan pencairan piutang pajak
Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan pada KPP Madya Jakarta Barat. ...65
viii
3.3.2.1 Penagihan pajak di KPP Madya Jakarta Barat. .................................. 65
3.3.2.2 Penagihan pajak pasif di KPP Madya Jakarta Barat. ......................... 68
3.3.2.3 Penagihan pajak aktif di KPP Madya Jakarta Barat. .......................... 69
3.3.2.4 Pencairan tunggakan pajak atas SKP hasil pemeriksaan di KPP
Madya Jakarta Barat. ........................................................................................ 77
3.3.3 Kendala pelaksanaan pencairan tunggakan pajak di KPP Madya
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Pencairan SKP Hasil Pemeriksaan KPP Madya se-Jabodetabek Tahun 2019
........................................................................................................................................ 5
Tabel II.1 Realisasi Penerimaan Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019. 17
Tabel II.2 Produktivitas Kegiatan Pemeriksaan Pajak KPP Madya Jakarta Barat ...... 22
Tabel II.3 Detail Penerbitan SP2 KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019 ......... 23
Tabel II.4 Produksi Laporan Hasil Pemeriksaan KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 25
Tabel II.5 Penerbitan SKPKB dan SKPLB Hasil Pemeriksaan KPP Madya Jakarta
Tabel II.7 Penerbitan Surat Himbauan Tahun 2018 dan Tahun 2019 ......................... 30
Tabel II.8 Penerbitan Surat Teguran KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019 .... 30
Tabel II.9 Penerbitan Surat Paksa KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019 ........ 31
Tabel II.10 Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan KPP Madya Jakarta
Tabel II.11 Pelaksanaan Lelang KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019 ........... 32
Tabel II.12 Pemblokiran Rekening Bank KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
...................................................................................................................................... 33
Tabel II.13 Pencegahan KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019 ........................ 34
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Sektor Usaha Wajib Pajak Terdaftar KPP Madya Jakarta Barat ............. 10
Gambar II.2 Jumlah Pegawai Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Pengawasan
Gambar II.3 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak Nasional Tahun 2017-2019 ...... 15
Gambar II.4 Target Penerimaan Pajak Rutin dan Penerimaan Pajak Extra Effort KPP
Gambar II.5 Target Penerimaan Pajak Extra Effort KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 19
Gambar II.6 Target Pencairan Piutang Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-
2019.............................................................................................................................. 20
Gambar III.2 Kinerja Satgas SPT PPN Lebih Bayar KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 59
Gambar III.3 Kinerja Satgas Pemeriksaan Galpot KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 62
Gambar III.4 Kinerja Petugas Pemeriksa Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 64
Gambar III.5 Pencairan Piutang Pajak setelah Penerbitan Surat Teguran ................... 70
Gambar III.6 Pencairan Piutang Pajak setelah Pemberitahuan Surat Paksa ................ 72
xi
Gambar III.9 Realisasi Extra Effort Pemeriksaan dan Penagihan KPP Madya Jakarta
Gambar III.10 Realisasi Pencairan Piutang Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019 .................................................................................................................... 79
xii
I. BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sebuah istilah yang sangat melekat bagi bangsa Indonesia.
Sejarah panjang pengenaan pajak di Indonesia bahkan sudah dimulai pada zaman pra
Mataram atau Majapahit misalnya, kita mengenal istilah upeti yang wajib dibayarkan
rakyat untuk raja. Menurut Nagoro (2018) dalam artikelnya yang dimuat dalam situs
www.pajak.go.id, di masa penjajahan Inggris kita tidak asing dengan istilah land rent
stesel atau pajak atas sewa tanah. Pajak ini konon katanya menjadi cikal bakal Pajak
Bumi dan Bangunan yang harus dibayarkan masyarakat kepada pemerintah kolonial.
Hal inilah yang mengakibatkan munculnya stigma negatif masyarakat tentang pajak
demi sedikit pada masa kemerdekaan. Dilansir dari sebuah artikel dalam situs
1
2
(BPUPKI) pada tanggal 14 Juli 1945 memasukkan pasal yang mengatur mengenai
tersebut kemudian ditandai sebagai lahirnya Hari Pajak. Ketentuan mengenai pajak
lebih lanjut diatur dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
perpajakan di Indonesia membuahkan hasil pada tahun 1983. Tahun tersebut dikenal
satunya adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
pelaksanaan dan pemenuhan hak serta kewajiban perpajakan, baik bagi fiskus maupun
pemungutan pajak, yaitu self assessment system, official assessment system, dan with
perpajakannya melalui self assessment system. Sistem ini menuntut Wajib Pajak untuk
dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang tanpa campur tangan fiskus
system, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain kesadaran Wajib
3
Pajak, kejujuran Wajib Pajak, kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak, dan
kedisiplinan Wajib Pajak (Suandy 2014). Syarat-syarat tersebut juga sejalan dengan
bunyi Pasal 12 UU KUP, yaitu setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
2018, realisasi penerimaan pajak neto yang dikumpulkan oleh DJP pada tahun 2016
sampai dengan tahun 2018 belum memberikan hasil yang memuaskan. Walaupun
penerimaan pajak yang ditetapkan dalam APBN tidak tercapai. Pada tahun 2016,
persentase capaian berada pada angka 81,59%, naik menjadi 89,67% pada tahun
2017, dan mencapai angka tertinggi di tahun 2018 dengan capaian 92,24%. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, salah satu langkah yang telah dilakukan oleh DJP
efektivitas pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari tiga pilar
penegakan hukum pajak (tax enforcement), dua lainnya adalah penyidikan pajak (tax
sistem pemungutan pajak yang semula self assessment system menjadi official
4
berada pada fiskus (Mardiasmo 2011). Produk hukum yang dihasilkan dari kegiatan
ini adalah surat ketetapan pajak. Penerbitan surat ketetapan pajak hanya terbatas pada
Wajib Pajak yang terindikasi melakukan pengisian SPT secara tidak benar atau
terdapat data fiskal yang tidak dilaporkan (Juniardi, Handayani, dan Azizah 2014).
Berdasarkan Pasal 9 ayat (3) UU KUP, dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
diterbitkan, Wajib Pajak wajib melunasi jumlah pajak yang terutang dalam surat
ketetapan pajak. Apabila Wajib Pajak tidak membayar utang pajak tersebut, DJP akan
wewenangnya kepada KPP Madya. Menurut Laporan Kinerja DJP Tahun 2017, KPP
Madya di seluruh Indonesia juga memiliki peran penting lain bersama dengan KPP di
lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar. Kantor-
yang diperoleh dari Portal Kinerja Penagihan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan,
dibandingkan dengan KPP Madya lain di wilayah Jabodetabek, KPP Madya Jakarta
Barat menempati posisi terakhir dalam persentase pencairan surat ketetapan pajak
Tabel I.1 Pencairan SKP Hasil Pemeriksaan KPP Madya se-Jabodetabek Tahun 2019
Setali tiga uang dengan data yang diperoleh dari Aplikasi Laporan
Pemeriksaan Pajak, KPP Madya Jakarta Barat belum mampu mencatat prestasi yang
menggembirakan dalam pencairan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan pada tahun
2017 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2017, persentase pencairan surat
ketetapan pajak hanya berada di angka 32,40% dari target yang ditetapkan. Pada
tahun 2018, capaian naik drastis menyentuh angka 97,18% namun kembali turun di
pada KPP Madya Jakarta Barat di tahun 2019 ini menunjukkan kinerja yang belum
optimal. Persentase ini bahkan jauh di bawah rata-rata pencairan surat ketetapan pajak
karena itu, penulis tertarik untuk membahas secara rinci mengenai pencairan surat
6
ketetapan pajak hasil pemeriksaan pada KPP Madya Jakarta Barat yang akan
dituangkan dalam sebuah laporan Karya Tulis Tugas Akhir berjudul “TINJAUAN
Rumusan masalah dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Jakarta Barat?
pajak hasil pemeriksaan pada KPP Madya Jakarta Barat tahun 2017 sampai
3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh KPP Madya Jakarta Barat dalam
pemeriksaan?
4. Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh KPP Madya Jakarta Barat untuk
mencapai target pencairan tunggakan pajak atas surat ketetapan pajak hasil
Tujuan penulisan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Jakarta Barat.
7
pajak hasil pemeriksaan pada KPP Madya Jakarta Barat tahun 2017 sampai
3. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh KPP Madya Jakarta Barat dalam
pemeriksaan.
4. Mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh KPP Madya Jakarta Barat
untuk mencapai target pencairan tunggakan pajak atas surat ketetapan pajak
Metode pengumpulan data dalam penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini
teoritis mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam Karya Tulis Tugas Akhir
ini.
BAB I PENDAHULUAN
8
tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan karya tulis
BAB II PERMASALAHAN
lapangan, meliputi gambaran umum proses pencairan surat ketetapan pajak hasil
pemeriksaan di KPP Madya Jakarta Barat, target pencairan SKP hasil pemeriksaan
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, dan realisasi pencairan SKP hasil pemeriksaan
Bab ini menjelaskan beberapa teori yang menjadi dasar penelitian, hasil dari
mengenai topik yang diteliti. Selain itu, di dalam bab ini juga menggambarkan
kerangka pikir dalam bentuk diagram atau grafis serta hasil pembahasan mengenai
penyebab tercapai atau tidak tercapainya target pencairan surat ketetapan pajak hasil
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini merangkum beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
penulis paparkan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini dan saran yang penulis berikan
PERMASALAHAN
bawah Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat dan bertugas mengadministrasikan Wajib
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Madya Jakarta Barat diresmikan oleh
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada tanggal 27 Desember 2006 dan mulai
beroperasi secara efektif pada tanggal 9 April 2007. Kantor Pelayanan Pajak yang
beralamat di Gedung KPP Madya Jakarta Lantai 10-11, Jalan M.I. Ridwan Rais
No.5A-7, Jakarta Pusat ini mempunyai wilayah kerja yang mencakup delapan
Kalideres, Tambora, Taman Sari, Kembangan, Kebon Jeruk, Grogol Petamburan, dan
Palmerah.
Berbeda dengan KPP Pratama, Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Madya
ditetapkan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Keputusan tersebut telah
melalui serangkaian proses mulai dari tingkat KPP, Kantor Wilayah DJP yang
9
10
Madya tidak seperti yang terjadi di KPP Pratama, yang jumlahnya dapat berubah-
ubah setiap harinya. Jumlah Wajib Pajak cenderung stabil dalam kurun waktu
tertentu. Jumlah Wajib Pajak terdaftar pada KPP Madya Jakarta Barat per bulan
Agustus 2019 adalah 1.608 Wajib Pajak. Sektor usaha Wajib Pajak yang
mendominasi adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor sebanyak 833 Wajib Pajak. Di posisi kedua, ditempati sektor usaha
Industri Pengolahan sebanyak 294 Wajib Pajak. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Gambar II.1 Sektor Usaha Wajib Pajak Terdaftar KPP Madya Jakarta Barat
Berdasarkan data per bulan Agustus 2019, untuk melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dalam mengadministrasikan Wajib Pajak besar regional, KPP Madya
11
Jakarta Barat didukung oleh jumlah SDM sebanyak 133 pegawai. Pegawai-pegawai
tersebut memiliki jenjang pendidikan yang bervariasi, mulai dari tingkat pendidikan
SMU/sederajat sampai dengan tingkat pasca sarjana (S2). SDM yang berkaitan erat
dengan tema atau fokus penelitian penulis antara lain terdapat pada Seksi
Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV, serta
Pada Seksi Penagihan, jumlah tersebut sudah termasuk satu orang Juru Sita Pajak
Negara (JSPN). Pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV atau Seksi
pelaksana dan satu orang Kepala Seksi. Account Representative Seksi Pengawasan
Seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV beserta
yang ditunjuk oleh Kepala KPP menjalankan tugas sebagai Petugas Pemeriksa Pajak
(P3). Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak pada KPP Madya Jakarta Barat, yang
pegawai. Jumlah tersebut sudah termasuk 11 orang Supervisor atau Ketua Kelompok.
12
Gambar II.2 Jumlah Pegawai Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Pengawasan
dan Konsultasi Penggalian Potensi, dan Fungsional Pemeriksa Pajak
12
10 10 10 10
8
7
6
5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4
2
0
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Seksi
Pemeriksaan pada KPP Madya mempunyai tugas antara lain, menyusun rencana
Konsultasi II, III, dan IV masing-masing memiliki tugas mengawasi kepatuhan Wajib
Pajak, menyusun dan memutakhirkan profil Wajib Pajak, menganalisis kinerja Wajib
Pajak, merekonsiliasi data Wajib Pajak, mengimbau Wajib Pajak, memetakan Wajib
13
Pajak dan Objek Pajak, mengamati potensi perpajakan, serta mengawasi dan
perpajakan Wajib Pajak dan pemantauan tindak lanjut program pengampunan pajak
Kegiatan ini dilakukan sebagai fungsi dari Petugas Pemeriksa Pajak. Kelompok
Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak pada KPP Madya Jakarta Barat melaksanakan
tugas yang tidak kalah penting diemban oleh Juru Sita Pajak Negara (JSPN) dan
Petugas Pemeriksa Pajak (P3). Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
ini, pemeriksaan pajak tidak hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pemeriksa Pajak melainkan juga dapat dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak.
Pembentukan Petugas Pemeriksa Pajak di KPP Madya Jakarta Barat di mulai pada
tahun 2016.
Barat diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang diberikan mandat oleh Menteri
Keuangan atau dalam hal ini adalah Kepala KPP. Dikutip dari situs id.wikipedia.org,
Jurusita Pajak adalah penegak hukum di bidang perpajakan atau petugas yang
meningkatkan kepatuhan dan menimbulkan aspek psikologis dalam diri Wajib Pajak
(Wikipedia 2019). Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU PPSP, Jurusita Pajak memiliki
tiga tahun terakhir belum mampu menorehkan prestasi gemilang. Di tahun 2017,
realisasi penerimaan pajak sebesar Rp1.151,3 T dari target yang ditetapkan sebesar
sebelumnya namun belum juga mampu mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu
Rp1.313,51 T dari target Rp1.424 T. Pada tahun 2019, realisasi penerimaan pajak
penerimaan pajak atau shortfall tiga tahun terakhir secara berturut-turut sebesar
Performa DJP yang belum optimal ini terlihat jelas dalam Laporan Kinerja DJP yang
menunjukkan bahwa target penerimaan pajak tidak pernah tercapai selama kurun
waktu sepuluh tahun terakhir. Berikut disajikan persentase realisasi penerimaan pajak
yang telah dikumpulkan oleh DJP dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
15
94,00%
92,00%
90,00%
88,00%
86,00%
84,00%
82,00%
80,00%
2017 2018 2019
Sama halnya dengan kinerja yang kurang memuaskan yang ditunjukkan oleh
DJP secara nasional, KPP Madya Jakarta Barat pun belum mampu mencetak kinerja
yang optimal dalam capaian Indikator Kinerja Utama realisasi penerimaan pajak.
Penerimaan pajak ini terbagi menjadi dua komponen, yaitu penerimaan pajak rutin
atau voluntary payment dari Wajib Pajak dan penerimaan pajak extra effort atau hasil
upaya ekstra yang dilakukan oleh DJP dalam rangka ekstensifikasi pajak. Selama tiga
tahun terakhir, target penerimaan pajak yang dibebankan kepada KPP Madya Jakarta
Barat selalu meningkat. Pada tahun 2017, total target yang dibebankan adalah
target penerimaan pajak rutin dan penerimaan pajak extra effort KPP Madya Jakarta
Barat dari keseluruhan target yang telah ditetapkan selama tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019.
16
Gambar II.4 Target Penerimaan Pajak Rutin dan Penerimaan Pajak Extra Effort KPP
Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
2019
2018
2017
Jika hanya melihat komponen target penerimaan pajak extra effort, target yang
keseluruhan. Target ini turun menjadi Rp963.090.594.000 atau turun 63,15% dari
tahun sebelumnya di tahun 2018 dengan persentase dari total target di tahun tersebut
sebesar 5,40%. Peningkatan target penerimaan pajak extra effort terjadi di tahun 2019
tahun tersebut sebesar 7,10%. Nominal target penerimaan pajak extra effort terbesar
Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Nilai Kinerja Organisasi KPP
Madya Jakarta Barat Tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, realisasi penerimaan
pajak dalam kurun waktu tiga tahun tersebut tersaji dalam tabel sebagaimana berikut.
17
Tabel II.1 Realisasi Penerimaan Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
Persentase
Tahun Target Realisasi
Capaian
2017 Rp17.425.491.177.000 Rp14.261.954.156.942 81,84%
2018 Rp17.831.772.835.000 Rp15.849.022.526.378 88,88%
2019 Rp22.928.174.888.000 Rp19.650.073.076.322 85,70%
Dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, terlihat bahwa KPP Madya Jakarta Barat
tidak berhasil mencapai target penerimaan pajak yang telah ditetapkan. Senada
dengan penerimaan pajak secara nasional, penerimaan pajak di KPP Madya Jakarta
Barat juga mengalami peningkatan pada tahun 2018. Kinerja tersebut belum mampu
ditingkatkan secara optimal oleh KPP Madya Jakarta Barat. Pada tahun 2019,
persentase penerimaan pajak lebih rendah dibandingkan dengan yang dicapai di tahun
2018. Rata-rata persentase realisasi penerimaan pajak dari tiga tahun tersebut sebesar
85,47%.
Jumlah penerimaan pajak tertinggi di KPP Madya Jakarta Barat pada tahun
2017 dan 2018 disumbang oleh jenis pajak PPN dan PPnBM. Penerimaan pajak dari
PPN dan PPnBM pada tahun 2017 sebesar Rp7.885.128.759.863 lalu naik menjadi
Rp8.847.174.440.579 pada tahun 2018. Posisi kedua diduduki oleh jenis pajak PPh
Migas dan Nonmigas. Pada tahun 2017, jumlah penerimaan dari jenis pajak tersebut
sebesar Rp6.373.052.297.233. Sama halnya dengan jenis pajak PPN dan PPnBM yang
naik jumlah penerimaannya di tahun 2018, penerimaan pajak dari PPh Migas dan
penerimaan pajak yang berasal dari PPN dan PPnBM di KPP Madya Jakarta Barat ini
18
disebabkan mayoritas Wajib Pajak terdaftar di KPP tersebut bergerak pada sektor atau
jenis usaha yang berkaitan erat dengan pemungutan dan/atau penyetoran PPN dan
PPnBM. Sektor usaha tersebut adalah sektor usaha perdagangan besar dan eceran,
reparasi dan perawatan mobil & sepeda motor, serta industri pengolahan sebanyak
1.127 Wajib Pajak. Jumlah tersebut setara dengan 70,09% dari total Wajib Pajak
2.2.1 Target penerimaan pajak extra effort dan pencairan piutang pajak
KPP Madya Jakarta Barat.
Kegiatan pencairan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan erat kaitannya
dengan kegiatan extra effort yang dilakukan oleh KPP sebagai unit vertikal DJP yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Upaya (effort) yang dilakukan oleh DJP agar
bahwa kegiatan pencairan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan oleh Fungsional
Pemeriksa Pajak merupakan bagian dari kegiatan extra effort pemeriksaan dan
penagihan. Untuk surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan Petugas Pemeriksa Pajak,
tentang Rencana Sumber Penerimaan Pajak Tahun 2019, ditegaskan bahwa kegiatan
extra effort pengawasan yang dilakukan oleh DJP salah satunya diperoleh melalui
19
Pemeriksa Pajak dari Seksi Waskon Galpot. Penerimaan tersebut berasal dari surat
ketetapan pajak yang terbit dan cair pada tahun berjalan. Penerimaan tersebut tidak
telah dilakukan tindakan penagihan oleh Jurusita Pajak. Untuk penerimaan dari
hasil pemeriksaan oleh Fungsional Pemeriksa Pajak yang terbit pada tahun berjalan
dan SKP yang terbit pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut disajikan grafik target
keseluruhan penerimaan pajak dari kegiatan extra effort yang ditetapkan untuk KPP
Gambar II.5 Target Penerimaan Pajak Extra Effort KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Rp3.000.000.000.000
Rp2.500.000.000.000
Rp2.000.000.000.000
Rp1.500.000.000.000
Rp1.000.000.000.000
Rp500.000.000.000
Rp0
2017 2018 2019
Nominal target extra effort yang ditetapkan untuk tahun 2017 sampai dengan
dengan tahun sebelumnya adalah turun 63,15% di tahun 2018 dan naik 69,14% di
tahun 2019. Jumlah target extra effort terbesar terdapat di tahun 2017. Hal ini
20
Pengampunan Pajak, yang tidak ada di dua tahun lainnya. Komponen ini
memperhitungkan penerimaan pajak dari pembayaran uang tebusan Wajib Pajak yang
terdaftar di KPP Madya Jakarta Barat yang mengikuti program Pengampunan Pajak
Periode III. Periode ketiga program Pengampunan Pajak berlangsung pada tanggal 1
Pada komponen target extra effort dari kegiatan pemeriksaan dan penagihan,
terdapat target pencairan piutang pajak yang harus dipenuhi oleh KPP Madya Jakarta
Barat sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Target tersebut ditetapkan
secara top down oleh Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan sebagaimana tergambar
Gambar II.6 Target Pencairan Piutang Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-
2019
Rp120.000.000.000
Rp100.000.000.000
Rp80.000.000.000
Rp60.000.000.000
Rp40.000.000.000
Rp20.000.000.000
Rp0
2017 2018 2019
yang ditetapkan untuk KPP Madya Jakarta Barat selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Jumlah target pencairan piutang pajak dari tahun 2017 sampai dengan tahun
Rp107.708.122.221. Persentase peningkatan target pada tahun 2018 dan 2019 masing-
masing sebesar 19,34% dan 73,35% dari tahun sebelumnya. Dari capaian realisasi
atas target penerimaan pajak extra effort dan target pencairan piutang pajak, dapat
diketahui kinerja kegiatan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak yang dilakukan
oleh KPP Madya Jakarta Pajak pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Dapat
diketahui pula kemungkinan adanya kendala yang dihadapi dan upaya penanganan
mencakup pemeriksaan satu atau beberapa jenis pajak dan seluruh jenis pajak dengan
kriteria pemeriksaan rutin atau khusus. Untuk kriteria pemeriksaan khusus, penugasan
pemeriksaan dapat berasal unit vertikal DJP yang membawahi KPP Madya Jakarta
Barat. Unit vertikal yang dimaksud adalah Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
maupun Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat (top down). Usulan pemeriksaan dapat
pula disampaikan oleh KPP Madya Jakarta Barat kepada Kantor Wilayah DJP Jakarta
Barat (bottom up). Berdasarkan data yang diperoleh dari Aplikasi Laporan
Pemeriksaan Pajak per tanggal 2 Juni 2020, disajikan tabel statistik penerbitan dan
penyelesaian Surat Perintah Pemeriksaan pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.
Data tersebut bersifat Take Last Known sehingga nilainya dapat berubah seiring
22
dengan waktu pengambilan data. Jumlah pada kolom “SP2 Selesai” menunjukkan
jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak yang telah diselesaikan atas Surat Perintah
Tabel II.2 Produktivitas Kegiatan Pemeriksaan Pajak KPP Madya Jakarta Barat
terjadi di tahun 2017, kedua di tahun 2019, dan paling sedikit di tahun 2018. Selain
itu, persentase penyelesaian SP2 dari peringkat tertinggi ke terendah secara berurutan
yaitu SP2 yang terbit di tahun 2017, tahun 2018, dan terakhir tahun 2019. Tunggakan
SP2 paling sedikit berasal dari SP2 terbit di tahun 2017 yaitu sebanyak 10 buah.
Sedangkan tunggakan SP2 untuk tahun terbit 2018 dan 2019 masing-masing sebanyak
dari tiga tahun tersebut adalah 89,01%. Jika dibandingkan dengan persentase
penyelesaian tiap tahun, hanya terdapat satu tahun yang persentasenya masih di
Produktivitas LHP tersebut memiliki pengaruh besar terhadap jumlah penerbitan surat
Aspek lain yang tidak kalah penting dari produktivitas Laporan Hasil
Pemeriksaan untuk mencapai target penerimaan pajak extra effort di tiap tahunnya
adalah kriteria pemeriksaan dari SP2 yang diterbitkan. Melalui kriteria pemeriksaan
pajak yang dilaksanakan, dapat diperkirakan jenis produk hukum atau surat ketetapan
Tabel II.3 Detail Penerbitan SP2 KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
Tahun
Kriteria Pemeriksaan Total
2017 2018 2019
Rutin – Likuidasi/Penutupan Usaha 7 6 6 19
Rutin – SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar 1 3 - 4
Rutin – SPT Tahunan PPh Lebih Bayar 102 98 142 342
Rutin – SPT PPN Lebih Bayar Restitusi/Kompensasi 108 70 128 306
Rutin – Analisis Risiko / Usulan KPP - - 12 12
Khusus – Analisis Risiko Top Down 144 56 60 260
Khusus – Analisis Risiko Bottom Up 8 22 5 35
Khusus – terdapat Keterangan Lain Data Konkret 92 81 54 227
Khusus – terkait Pengampunan Pajak 1 1 - 2
Tujuan Lain – Penghapusan NPWP dan/atau
7 3 2 12
Pencabutan Pengukuhan PKP
Tujuan Lain – Pemberian NPWP dan/atau
- - 2 2
Pengukuhan PKP secara jabatan
Total 470 340 411 1221
Sumber: Aplikasi Laporan Pemeriksaan Pajak
diterbitkan oleh KPP Madya Jakarta Barat pada tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 sebesar 1.221 SP2. Dilihat dari jumlah keseluruhan, kriteria pemeriksaan yang
mendominasi selama tiga tahun tersebut adalah kriteria pemeriksaan rutin. Posisi
kedua terbanyak adalah kriteria pemeriksaan khusus. Posisi terakhir diduduki oleh
pemeriksaan tujuan lain. Pada kriteria pemeriksaan rutin, total pemeriksaan terbanyak
24
diduduki oleh pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Lebih Bayar sebanyak 342
pemeriksaan. Jumlah ini menunjukkan bahwa selama tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019 terdapat 342 Wajib Pajak yang menyampaikan permohonan restitusi atas
SPT Tahunan PPh Badan Lebih Bayar. Permohonan ini mengakibatkan timbulnya
potensi penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Kriteria pemeriksaan ini
sempat mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar 3,92% namun naik drastis di
Selisih 36 SP2 dengan pemeriksaan rutin atas SPT Tahunan PPh Lebih Bayar,
posisi kedua diduduki oleh kriteria pemeriksaan rutin atas SPT PPN Lebih Bayar
Restitusi/Kompensasi. Jumlah pemeriksaan ini pada tiga tahun tersebut sebanyak 306
pemeriksaan. Sama halnya dengan pemeriksaan rutin atas SPT Tahunan PPh Lebih
Bayar, kriteria pemeriksaan ini mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar 35,19%
namun meningkat drastis di tahun 2019 sebesar 82,86%. Banyaknya Wajib Pajak
yang menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar juga berpengaruh pada banyaknya
oleh pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko top down sebanyak 260 SP2.
Pemeriksaan ini berasal dari penugasan atau analisis risiko yang dibuat oleh
risiko top down paling banyak terjadi di tahun 2017 sejumlah 144 SP2. Jumlah
tersebut turun drastis di tahun 2018 sebesar 61,11% sehingga hanya menjadi 56 SP2.
keterangan lain berupa data konkret yang menunjukkan ketidakpatuhan Wajib Pajak.
penerbitan 92 SP2. Kriteria pemeriksaan ini terus menurun di tahun 2018 dan tahun
2019. Di tahun 2018, jumlah pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa
data konkret turun 11,96% menjadi 81 SP2. Penurunan persentase lebih banyak lagi
dan Petugas Pemeriksa Pajak memasuki tahap pelaksanaan pemeriksaan. Muara dari
semua tahapan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak tersebut dituangkan
dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
menjadi dasar penerbitan surat ketetapan pajak yang merupakan produk hukum
pemeriksaan pajak. Berikut disajikan data produksi Laporan Hasil Pemeriksaan KPP
Tabel II.4 Produksi Laporan Hasil Pemeriksaan KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Tahun
Pemeriksa Kriteria Pemeriksaan Total
2017 2018 2019
Rutin – Likuidasi/Penutupan Usaha 6 6 6 18
Rutin – SPT Tahunan PPh Rugi Tidak
1 - 3 4
Lebih Bayar
Rutin – SPT Tahunan PPh Lebih Bayar 82 93 121 296
Fungsional Rutin – SPT PPN Lebih Bayar
104 63 105 272
Pemeriksa Restitusi/Kompensasi
Pajak Khusus – Analisis Risiko Top Down 45 67 82 194
Khusus – Analisis Risiko Bottom Up 3 10 12 25
Tujuan Lain – Penghapusan NPWP
1 - - 1
dan/atau Pencabutan Pengukuhan PKP
Sub Total 242 239 329 810
Petugas Rutin – Analisis Risiko / Usulan KPP - - 7 7
26
jumlah keseluruhan LHP terbit dari kriteria pemeriksaan khusus paling banyak
terdapat pada tahun 2018 dengan jumlah 155 laporan. Posisi kedua terbanyak terdapat
di tahun 2019 sejumlah 150 laporan. Untuk tahun 2017, penerbitan LHP kriteria
pemeriksaan khusus hanya sejumlah 142 laporan. Jumlah ini meningkat dari tahun
2017 ke tahun 2018 sebesar 9,15% dan menurun di tahun 2019 sebesar 3,23%. Untuk
jumlah keseluruhan LHP yang terbit di tiga tahun tersebut masing-masing sebesar
LHP kriteria pemeriksaan khusus justru berada di posisi terendah. Hal ini dikarenakan
LHP yang diterbitkan di tahun 2019 didominasi oleh jenis LHP pemeriksaan rutin atas
SPT Tahunan PPh Lebih Bayar dan SPT PPN Lebih Bayar Restitusi/Kompensasi
produksi LHP keseluruhan di suatu tahun tidak dapat menggambarkan dengan jelas
tahun tersebut. Untuk dapat melihat lebih jelas jumlah surat ketetapan pajak yang
SKPKB dan SKPLB hasil pemeriksaan di KPP Madya Jakarta Barat pada tahun 2017
Tabel II.5 Penerbitan SKPKB dan SKPLB Hasil Pemeriksaan KPP Madya Jakarta
Barat Tahun 2017-2019
Dilihat dari jumlah total nominal SKPKB dan SKPLB yang diterbitkan selama
tiga tahun tersebut, jumlah total nominal SKPLB lebih tinggi sebesar 9,27% atau
Rp199.661.156.986 dari pada jumlah total nominal SKPKB yang diterbitkan. Jumlah
nominal SKPLB yang diterbitkan sempat mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar
2,26% namun meningkat drastis di tahun 2019 sebesar 95,41%. Penurunan maupun
peningkatan nominal SKPLB yang diterbitkan ini seiring dengan penurunan ataupun
peningkatan produksi LHP pemeriksaan rutin atas SPT lebih bayar di tahun tersebut.
Untuk SKPKB, jumlah total penerbitan terbesar terdapat di tahun 2018. Posisi kedua
ditempati tahun 2019 dan posisi terakhir tahun 2017. Penerbitan SKPKB dengan
jumlah total nominal terbesar di tahun 2018 ini sebanding dengan persentase
penerbitan LHP kriteria pemeriksaan khusus yang juga menempati posisi tertinggi.
Dilihat dari jumlah nominal penerbitan SKPKB dan SKPLB di tiap tahunnya, kinerja
28
terbaik penerbitan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan terdapat di tahun 2018. Hal
ini dikarenakan di tahun tersebut jumlah total nominal SKPKB berada di posisi
tertinggi dan SKPLB berada di posisi terendah dibandingkan dengan dua tahun
lainnya. Semakin besar jumlah total nominal SKPKB yang diterbitkan, semakin besar
pula peluang yang dimiliki oleh KPP Madya Jakarta Barat untuk memenuhi target
Penagihan KPP Madya Jakarta Barat melakukan inventarisasi saldo piutang pajak tiap
awal tahun. Dalam menentukan prioritas kegiatan penagihan pajak yang akan
dilakukan, saldo piutang pajak awal tahun ini diklasifikasikan berdasarkan kriteria
kualitas piutang. Kualitas piutang terbagi menjadi empat kriteria, yaitu lancar, kurang
lancar, diragukan, dan macet. Kriteria ini merujuk pada kemungkinan pencairan
piutang pajak yang bersangkutan. Berikut disajikan saldo piutang pajak awal tahun
Kualitas Tahun
Piutang 2017 2018 2019
Lancar Rp71.085.757.105 Rp86.326.189.713 Rp34.193.854.802
Kurang Lancar Rp65.095.982.919 Rp26.596.248.985 Rp83.223.765.156
Diragukan Rp12.078.198.141 Rp22.332.984.384 Rp52.309.183.419
Macet Rp74.766.717.170 Rp7.521.014.273 Rp28.119.423.716
Total Rp223.026.655.336 Rp142.776.437.355 Rp197.846.227.094
Berdasarkan Tabel II.6, urutan saldo piutang pajak awal tahun dengan jumlah
terbanyak terdapat pada tahun 2017, diikuti tahun 2019, dan terakhir tahun 2018.
Saldo piutang pajak awal tahun ini turun sebesar 35,98% di tahun 2018 dan naik
sebesar 38,57% di tahun 2019 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kriteria
kualitas piutang terbanyak di tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 berturut-turut
adalah macet, lancar, dan kurang lancar. Untuk kriteria kualitas piutang dengan
jumlah paling sedikit di tiga tahun tersebut secara berurutan adalah diragukan untuk
tahun 2017 dan macet untuk tahun 2018 dan 2019. Besarnya saldo piutang pajak tiap
kriteria inilah yang digunakan oleh Seksi Penagihan untuk menentukan langkah dan
tindakan penagihan pajak apa saja yang akan diambil di sepanjang tahun berjalan.
Kegiatan penagihan pajak di KPP Madya Jakarta Barat terbagi menjadi dua,
yaitu penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Kegiatan penagihan pajak pasif
yang dilakukan di tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 salah satunya adalah dengan
data penerbitan Surat Himbauan pada tahun 2017 tidak dapat diperoleh. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2017 register penerbitan Surat Himbauan masih menjadi satu
kesatuan dengan register surat keluar lainnya. Setelah dilakukan pencarian oleh
pelaksana Seksi Penagihan pada data base, file register surat keluar tersebut tidak
dapat ditemukan. Berikut penulis sajikan jumlah Surat Himbauan yang diterbitkan
pada tahun 2018 dan tahun 2019. Penerbitan Surat Himbauan di tahun 2019 oleh
Seksi Penagihan meningkat sebesar 207,91% atau lebih besar dua kali lipat daripada
Tabel II.7 Penerbitan Surat Himbauan Tahun 2018 dan Tahun 2019
pajaknya setelah tanggal jatuh tempo, kegiatan penagihan pajak pasif di KPP Madya
Jakarta Barat dilanjutkan dengan kegiatan penagihan pajak aktif. Kegiatan penagihan
pajak aktif ini diawali dengan penerbitan Surat Teguran. Lalu dapat dilanjutkan
pelaksanaan lelang. Jurusita Pajak juga dapat melakukan pemblokiran rekening bank,
Sekaligus. Berikut disajikan data penerbitan Surat Teguran yang dilakukan Seksi
Tabel II.8 Penerbitan Surat Teguran KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
Jumlah Surat Teguran yang diterbitkan pada tahun 2018 dan 2019 masing-
masing mengalami perubahan, yaitu naik 59,93% dan turun 12,11% dari tahun
sebelumnya. Untuk nilai ketetapan yang ditegur, perubahan yang terjadi yaitu turun
13,22% di tahun 2018 dan naik 84,25% di tahun 2019. Walaupun penerbitan surat
teguran paling banyak terjadi di tahun 2018, ketetapan pajak yang ditegur di tahun
31
tersebut memiliki total nominal terkecil di antara dua tahun lainnya. Dari data
tersebut, diketahui bahwa rata-rata penerbitan surat teguran oleh Seksi Penagihan
KPP Madya Jakarta Barat sejumlah 1.626 surat per tahun dengan total nominal
Tabel II.9 Penerbitan Surat Paksa KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. Sepanjang tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019, target penerbitan Surat Paksa yang ditetapkan selalu mengalami
penurunan. Pada tahun 2018 dan 2019, target penerbitan mengalami penurunan
masing-masing sebesar 36,78% dan 23,49% dari tahun sebelumnya. Untuk realisasi
penerbitan Surat Paksa, cenderung berada pada jumlah yang stabil dalam kurun waktu
tiga tahun tersebut. Jumlah rata-rata penerbitan Surat Paksa per tahun sebesar 652
surat. Total nilai ketetapan pajak per tahun yang dilakukan pemberitahuan Surat Paksa
pun cenderung berada pada kisaran yang tidak terlalu fluktuatif. Rata-rata nominal
ketetapan pajak yang dilakukan penerbitan Surat Paksa selama tiga tahun tersebut
Tabel II.10 Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan KPP Madya Jakarta
Barat Tahun 2017-2019
Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak masih belum melunasi utang
Sama halnya dengan target penerbitan Surat Paksa, target penerbitan Surat Perintah
2018, target turun drastis sebesar 85,51% dari tahun sebelumnya. Target yang
ditetapkan kemudian naik sebesar 40% pada tahun 2019. Jika melihat pada jumlah
sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 selalu mengalami penurunan.
Penurunan jumlah ini juga terjadi pada total nominal ketetapan pajak yang dilakukan
Tabel II.11 Pelaksanaan Lelang KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
dan pelaksanaan penyitaan adalah pengumuman dan pelaksanaan lelang barang milik
Penanggung Pajak yang telah disita. Berdasarkan Tabel II.11, dapat diketahui bahwa
tidak terdapat kegiatan lelang yang dilaksanakan oleh KPP Madya Jakarta Barat pada
tahun 2017. Di tahun 2018, terdapat dua pelaksanaan lelang dan pelaksanaan lelang
ini meningkat dua kali lipat di tahun 2019. Peningkatan jumlah pelaksanaan lelang
tersebut juga diiringi dengan peningkatan nominal ketetapan pajak Wajib Pajak yang
dilaksanakan lelang. Nilai nominal tersebut meningkat drastis di tahun 2019 sebesar
1.053,61% atau lebih besar 10 kali lipat dari nominal ketetapan pajak di tahun 2018.
Tabel II.12 Pemblokiran Rekening Bank KPP Madya Jakarta Barat Tahun 2017-2019
Tindakan penagihan pajak aktif lain yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP
Madya Jakarta Barat dalam upaya pencairan piutang pajak adalah melakukan
2017, tidak terdapat kegiatan pemblokiran akun rekening bank. Sedangkan di tahun
2018, terdapat tiga kegiatan pemblokiran dan naik 10 kali lipat di tahun 2019 menjadi
ketetapan pajak terkait mengalami penurunan di tahun 2019 sebesar 24,52% dari
tahun sebelumnya.
34
Upaya lain yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat
baiknya dalam melunasi utang pajak yang tidak/kurang bayar. Target kegiatan
pencegahan yang ditetapkan untuk tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 masing-
masing sebanyak satu kegiatan per tahun. Pada tahun 2017 dan tahun 2019 terdapat
masing-masing dua dan satu tindakan pencegahan yang dilaksanakan, sedangkan pada
tahun 2018 tidak terdapat tindakan pencegahan sama sekali. Rata-rata nominal
ketetapan pajak yang dilakukan tindakan pencegahan dari tiga kegiatan tersebut
adalah Rp2.299.613.850.
III. BAB III
judul dari karya tulis tugas akhir terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan fokus
studi pada karya tulis yang disusun oleh penulis. Selain berfungsi sebagai referensi
dalam penyusunan karya tulis, kajian dari beberapa penelitian terdahulu ini juga
membantu penulis untuk memosisikan karya tulis yang disusun oleh penulis sehingga
dapat diketahui terdapat kesamaan atau perbedaan apa saja dengan penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya. Dalam karya tulis ini, penulis mengkaji tiga judul karya
tulis tugas akhir dari mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN yang telah
disusun di tahun 2019. Berikut penulis paparkan judul penelitian terdahulu, jenis
tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam bentuk tabel.
35
36
Studi pertama yang dikaji penulis disusun oleh Novan Ramadhani. Perbedaan
hasil studi ini dengan studi yang dilakukan penulis terdapat pada keluasan fokus studi
dan lokus penelitian. Implementasi kebijakan pemeriksaan pajak pasca tax amnesty
akan penulis kaitkan dengan kinerja kegiatan extra effort pemeriksaan dan penagihan.
Perbedaan lokus penelitian antar Kantor Wilayah DJP diharapkan dapat memberikan
gambaran yang lebih luas mengenai penerapan kebijakan di unit-unit vertikal DJP.
37
pemeriksaan terkait penerapan program amnesti pajak. Pada saat amnesti pajak
periode amnesti pajak berakhir, DJP menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pengampunan Pajak dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018
DJP untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak jika terdapat
ketidakbenaran pelaporan harta pasca program amnesti pajak. Beberapa hal yang
menjadi sorotan dalam kebijakan pemeriksaan yang baru ini adalah adanya revitalisasi
proses bisnis pemeriksaan dan pembuatan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi
Pajak (DSP3). Selain itu, diatur pula mengenai percepatan restitusi PPN,
pengembangan sarana dan prasarana pemeriksaan (audit tools), dan beberapa jenis
signifikan. Audit tools yang dijanjikan untuk mendukung kegiatan pemeriksaan pajak
pun belum tersedia secara lengkap. Menurut Ramadhani (2019), dampak lain dari
adanya penambahan kriteria kode pemeriksaan sejumlah empat kriteria dari peraturan
sebelumnya.
38
Studi kedua yang dikaji penulis ditulis oleh Radita Nilna Salsabila pada tahun
2019. Perbedaan hasil studi tersebut dengan studi yang dilakukan penulis terdapat
pada keluasan fokus studi dan lokus penelitian. Penulis tidak hanya akan memaparkan
proses pencairan piutang pajak melainkan juga akan memaparkan sebab timbulnya
piutang pajak, yaitu dari kegiatan pemeriksaan. Sama halnya dengan studi pertama
yang dikaji penulis, perbedaan lokus penelitian antar Kantor Wilayah DJP juga
diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai proses penagihan
dilakukan oleh KPP Pratama Singosari pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
Meskipun realisasi kegiatan penagihan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak telah
melebihi standar kinerja yang ditetapkan, kegiatan penagihan pajak belum berjalan
secara efektif. Hal ini ditandai dengan tidak pernah tercapainya target pencairan
piutang pajak di KPP Pratama Singosari pada tiga tahun tersebut. Penerbitan produk
penagihan yang begitu banyak yang tidak diimbangi dengan tercapainya target
KPP tersebut antara lain adalah Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak dapat
Studi ketiga yang dikaji penulis lebih berfokus pada hambatan yang timbul
dalam proses penagihan pajak sedangkan studi yang dilakukan penulis memaparkan
39
pula mengenai proses penagihan pajak. Perbedaan lokus penelitian juga diharapkan
dapat memberikan informasi yang lebih menyeluruh mengenai hambatan yang timbul
dalam proses penagihan pajak antar KPP yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh
Melina Heriyanti pada tahun 2019 ini mengklasifikasikan kendala dalam proses
penagihan pajak di KPP Pratama Pondok Aren ke dalam tiga kategori. Ketiga kategori
tersebut yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala global. Selain itu,
dipaparkan pula kendala yang ditemui di tiap kegiatan penagihan pajak yang
dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Pratama Pondok Aren. Kendala yang muncul
dalam proses penagihan pajak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
mendasari, seperti Wajib Pajak yang masih memaknai rendah urgensi pajak, kuantitas
SDM Jurusita Pajak yang terbatas, dan pertumbuhan serta perkembangan ekonomi
mengalami kemajuan pesat. Keraguan yang masih ada di tengah masyarakat terkait
Wajib Pajak juga menjadi faktor yang berpengaruh. Sejumlah kendala yang muncul
dalam proses penagihan pajak di KPP Pratama Pondok Aren tersebut tidak berdampak
hambatan dalam proses penagihan pajak sudah dapat diperkirakan sejak awal dan
akan selalu muncul dari tahun ke tahun. Potensi hambatan pun sudah diperhitungkan
dalam menyusun target penerimaan pajak yang realistis untuk dicapai. Pengaruh yang
signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak baru akan timbul jika ditemukan
hambatan baru yang belum pernah dihadapi pada tahun-tahun sebelumnya (Heriyanti
2019).
40
belum mampu memaknai urgensi pajak bagi kelangsungan hidup suatu negara.
Apabila membahas makna dari kata pajak, banyak ahli yang mengemukakan
adalah iuran oleh rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang
langsung dapat ditujukan sebagai dana yang digunakan untuk membayar keperluan
umum. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Resmi (2014) juga mengemukakan
pendapatnya mengenai pajak, yaitu peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara
untuk membiayai public saving yang menjadi sumber utama untuk membiayai public
Iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dirujuk,
dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan
tugas negara untuk menjalankan pemerintahan.
Dari beberapa definisi pajak menurut para ahli tersebut, penulis menarik kesimpulan
mengenai pengertian pajak, yaitu iuran rakyat kepada kas negara yang bersumber dari
Pajak memiliki dua fungsi penting dalam kehidupan bernegara, yaitu fungsi
Peningkatan target penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dari tahun ke
tahun merupakan salah satu perwujudan fungsi budgetair. Untuk fungsi regularend,
contoh yang dapat diambil adalah pengenaan PPnBM pada barang mewah untuk
Menurut golongannya, pajak terdiri dari pajak langsung yang bebannya harus
dipikul sendiri oleh Wajib Pajak seperti Pajak Penghasilan dan pajak tidak
langsung yang dapat dibebankan kepada orang lain seperti PPN. Kriteria
kedua pembagian pajak yaitu menurut sifatnya yang terdiri dari pajak subjektif
dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan
dari subjeknya atau Wajib Pajak seperti Pajak Penghasilan. Kebalikan dari
pajak subjektif, pajak objektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan
objeknya seperti PPN dan PPnBM. Kriteria terakhir menurut lembaga
pemungutannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat atau DJP, seperti
PPh, PPN, dan PPnBM. Untuk pajak daerah, kewenangan pemungutan pajak
dimiliki oleh masing-masing daerah baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota, seperti Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Restoran.
Tata cara pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
stelsel pemungutan pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.
Stelsel campuran adalah stelsel kombinasi dari stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Di awal tahun, pajak terutang dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak tersebut disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Apabila jumlah pajak menurut kenyataan lebih
besar daripada jumlah pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus membayar
kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, kelebihan
pajak yang telah dibayarkan dapat diminta kembali.
Dalam praktiknya, penerapan stelsel campuran ini tergambar pada saat Wajib Pajak
memperhitungkan jumlah pajak yang terutang dengan kredit pajak yang dimiliki
dalam suatu tahun pajak yang dituangkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, mengemukakan ajarannya
sebagai sendi dasar pemungutan pajak dalam The Four Maxims sebagaimana dikutip
Agar suatu negara dapat mengenakan pajak kepada warganya maupun pihak
lain yang bukan warganya, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang dapat dijadikan
landasan pemungutan pajak. Asas-asas ini digunakan oleh negara untuk memperjelas
43
hubungan keterkaitan antara subjek yang akan dipajaki dengan objek pajak atau
penghasilan yang diterima oleh subjek. Dalam hal pelaksanaan pemungutan pajak,
Indonesia menganut dua asas pemungutan pajak, yaitu asas domisili dan asas sumber,
Asas domisili atau tempat tinggal berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri dan asas
Hal lain yang perlu diperhatikan dan dipenuhi dalam pelaksanaan pemungutan
tersebut adalah:
44
dapat dibilang Wajib Pajak berperan sebagai aktor utama. Tercapainya suatu target
penerimaan pajak sangat bergantung pada besarnya nominal pajak yang disetorkan
oleh Wajib Pajak ke kas negara. Menurut pendapat Suandy (2002), Wajib Pajak
Penghasilan Kena Pajak (penghasilan yang melebihi PTKP) bagi Wajib Pajak dalam
negeri. Dari dua definisi tersebut, penulis menyimpulkan definisi Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang memenuhi persyaratan objektif sehingga menurut
pajaknya dengan benar; mengisi SPT dengan benar lalu memasukkannya ke KPP
dalam batas waktu yang telah ditentukan; …”. Selain itu, Mardiasmo (2011) juga
45
mengemukakan pendapatnya mengenai hak yang dimiliki oleh Wajib Pajak, antara
lain:
Pasal 1 angka 28 UU KUP, yaitu orang atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban Wajib
Pajak. Redaksi kata yang perlu digarisbawahi adalah pembayaran pajak dan wakil.
dapat terdiri dari beberapa Wajib Pajak lain yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dapat menjadi wakil dari suatu Wajib Pajak yang
dikenai kewajiban membayar utang pajak. Utang pajak tersebut telah dilakukan
tindakan penagihan pajak, baik penagihan pajak pasif maupun penagihan pajak aktif.
Menurut Waluyo dan Ilyas (2003), definisi self assessment system adalah:
Definisi lain mengenai sistem self assessment yang dikemukakan oleh Rahayu (2013),
yaitu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
dua definisi para ahli tersebut, penulis menyimpulkan sistem self assessment
menekankan adanya kepercayaan yang diberikan negara kepada Wajib Pajak dalam
jawab.
(2013) juga mengemukakan tiga ciri sistem pemungutan pajak tersebut. Yang
pertama, Wajib Pajak (dapat dibantu Konsultan Pajak) berperan aktif melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kedua, Wajib Pajak merupakan pihak yang secara penuh
perpajakan Wajib Pajak melalui pemeriksaan dan penerapan sanksi dalam bidang
penunjang yang harus dipenuhi agar sistem ini berhasil diimplementasikan dengan
baik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suandy (2014), yaitu tax consciousness,
tax fairness, tax mindedness, dan tax discipline. Tax consciousness berarti Wajib
Pajak dengan sendirinya mau melakukan kewajiban perpajakannya. Arti dari tax
fairness adalah Wajib Pajak melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar tanpa
47
ada manipulasi karena fiskus telah memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak.
Dalam tax mindedness, Wajib Pajak memiliki keinginan dan hasrat yang tinggi untuk
membayar pajak. Syarat terakhir adalah tax discipline yang berarti kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dilakukan tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dari syarat-syarat tersebut, dapat disimpulkan bahwa beban besar keberhasilan sistem
dalam Pasal 12 UU KUP yang dikenal sebagai prinsip self assessment system, yaitu
setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak terutang berdasarkan peraturan perundang-
undangan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak; jumlah
pajak terutang yang disampaikan Wajib Pajak dalam SPT adalah jumlah pajak yang
menemukan bukti bahwa jumlah pajak terutang dalam SPT tidak benar, Direktur
pembuktian dalam self assessment system terdapat pada DJP atau fiskus. Pemenuhan
kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak dianggap benar sampai fiskus dapat
Tanggung jawab besar yang dipikul oleh Wajib Pajak dari penerapan sistem
self assessment ini membutuhkan kesukarelaan yang luar biasa dari berbagai lapisan
mendapat dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat karena stigma negatif
pajak yang sudah mengakar di negara kita. Persepsi negatif dari masyarakat ini
48
menjadi penyebab timbulnya usaha meloloskan diri dari pengenaan pajak atau yang
disebut perlawanan terhadap pajak. Perlawanan pajak yang juga merupakan hambatan
Perlawanan pasif terjadi ketika Wajib Pajak enggan membayar pajak yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk perlawanan aktif, Wajib Pajak berusaha
secara langsung yang ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak
seperti melakukan tax avoidance atau tax evasion. Perlawanan pajak pasif maupun
aktif yang diberikan oleh Wajib Pajak ini akan berpengaruh pada penerimaan pajak
perpajakan, fiskus juga melakukan fungsi penegakan hukum (tax enforcement) untuk
perlawanan aktif yang dilakukan Wajib Pajak. Pilar penegakan hukum pajak ini terdiri
dari pemeriksaan pajak (tax audit), penagihan pajak (tax collection), dan penyidikan
pajak (tax investigationi) (Azhari 2017). Langkah penegakan hukum yang pertama
dilakukan oleh fiskus adalah melaksanakan pemeriksaan pajak. Ilyas dan Burton
Pemeriksaan pajak atau tax audit adalah salah satu hak yang dimiliki oleh
aparat pajak sesuai dengan Pasal 20 UU KUP. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh
pemeriksa pajak yang memiliki tanda pengenal dan dilengkapi SP2 yang harus
diperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
pemeriksa pajak dan Wajib Pajak yang membutuhkan sikap positif dari Wajib Pajak
dikemukakan oleh Pardiat (2008) menekankan pada pemeriksaan bukti berupa buku,
oleh aparat pajak atas hak yang dimilikinya terhadap bukti dokumen perpajakan milik
dan profesional.
berpengaruh terhadap kegiatan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus adalah
teknologi informasi, jumlah SDM, kualitas SDM, dan sarana prasarana pemeriksaan.
Dewasa ini, kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat telah dimanfaatkan
dengan baik oleh Wajib Pajak sehingga pemeriksa pajak juga harus memanfaatkan
(CAAT) dalam melakukan audit untuk mengimbanginya. Faktor kedua yang perlu
pemeriksaan. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah kualitas SDM pemeriksa.
Kualitas ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan.
audit komputer sangat diperlukan untuk membantu pemeriksa dalam mengolah data,
dan penyidikan pajak termasuk ke dalam upaya ekstra (extra effort) yang dilakukan
oleh DJP untuk mengumpulkan penerimaan pajak selain penerimaan pajak rutin yang
disetorkan Wajib Pajak secara suka rela ke kas negara. Agar target penerimaan pajak
dari kegiatan extra effort pemeriksaan tercapai dan penegakan hukum pajak yang
Menurut (Rahayu 2013), tujuan dari kebijakan pemeriksaan adalah agar pemeriksaan
menjadi efisien dan efektif; kinerja pemeriksaan pajak meningkat; kepatuhan Wajib
Pajak meningkat; dan secara tidak langsung penerimaan perpajakan dapat meningkat.
Kebijakan pemeriksaan ini mengatur beberapa ruang lingkup, antara lain jenis, ruang
2013).
Jenis pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus menurut Suandy (2014)
Pemeriksaan rutin dapat langsung dilakukan oleh pemeriksa tanpa harus mendapat
persetujuan dari atasan dan biasanya segera dilakukan terhadap SPT Lebih Bayar,
51
rugi, dan yang menyalahi norma penghitungan. Untuk pemeriksaan khusus, dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan atau instruksi dari atasan dalam hal terdapat
bukti bahwa telah disampaikan SPT yang tidak benar, indikasi tindak pidana di
bidang perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak, dan sebab lain berdasarkan instruksi
atasan. Semua penyelesaian pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus ditutup
yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan pajak yang
merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun secara
ringkas, jelas, dan memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan,
kesimpulan pemeriksa yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
informasi lain yang terkait (Rahayu 2013). Laporan Hasil Pemeriksaan merupakan
dasar penerbitan produk hukum hasil pemeriksaan, yaitu surat ketetapan pajak.
pemeriksaan pajak menghasilkan suatu produk hukum yang disebut sebagai Surat
Ketetapan Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada Wajib Pajak.
Menurut Gunadi (2002), SKP adalah surat ketetapan yang menjadi dasar jumlah pajak
yang harus dibayar, pajak kurang bayar tambahan, pajak lebih bayar, dan pajak nihil.
Menurut UU KUP yang kemudian dikutip oleh Waluyo (2008), jenis SKP meliputi
Surat Ketetapan Nihil, Surat Ketetapan Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar
52
Tambahan, dan Surat Ketetapan Lebih Bayar. Sebagai suatu ketetapan tertulis, Surat
Ketetapan Pajak menimbulkan hak dan kewajiban bagi Wajib Pajak (Iskandar 2016).
Menurut Waluyo (2008), utang pajak timbul setelah fiskus mengeluarkan surat
ketetapan pajak. Resmi (2014) mendefinisikan utang pajak sebagai pajak yang harus
dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak
dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak, yaitu ajaran materiil yang
pajak timbul (self assessment system) dan ajaran formil yang menyatakan bahwa
dikeluarkannya ketetapan pajak oleh fiskus menimbulkan adanya utang pajak (official
assessment system). Apabila Wajib Pajak tidak membayar lunas utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo ketetapan pajak, akan timbul tunggakan pajak. Pengertian
tunggakan pajak menurut Gunadi (2005) adalah utang pajak yang tidak/kurang
dibayar saat jatuh tempo dan berakhir saat terjadi pencairan tunggakan pajak.
Pembayaran utang pajak dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakan SSP atau
dokumen lain yang dipersamakan ke kas negara. Kompensasi dapat terjadi jika jumlah
kelebihan pembayaran pajak milik Wajib Pajak pada masa/tahun pajak berikutnya
juga dapat disebabkan oleh daluwarsa penagihan sudah terlampaui. Kondisi wajib
pajak yang bangkrut misalnya, dapat dijadikan alasan untuk dilakukan penghapusan
53
utang pajak. Untuk pembebasan pajak, utang pajak ditiadakan oleh kebijakan
Arti kata cair dalam pencairan tunggakan pajak memiliki dua pengertian,
sampai dengan lunas atau dihapuskan karena sudah tidak dapat dilakukan penagihan
pajak lagi. Untuk pengertian lunas, dapat dibayar dengan uang tunai,
pemindahbukuan, atau lelang atas barang milik Wajib Pajak yang disita (Febriana
2017). Waluyo dan Ilyas (2003) mendefinisikan pencairan tunggakan pajak sebagai
jumlah piutang pajak berkurang, keberatan atau banding yang dikabulkan dan
mengakibatkan piutang pajak berkurang, penghapusan piutang pajak, dan Wajib Pajak
Wajib Pajak berkewajiban melunasi utang pajak yang tertera dalam surat
ketetapan pajak sebelum tanggal jatuh tempo. Apabila tanggal jatuh tempo terlewati
dan Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, fiskus akan melakukan tindakan
penegakan hukum atau law enforcement selanjutnya, yaitu penagihan pajak. Dasar
penagihan pajak sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) UU KUP adalah Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Soemitro (2004) adalah perbuatan yang dilakukan oleh DJP karena Wajib Pajak tidak
54
penagihan pajak yang dilakukan fiskus ini oleh Suandy (2014) dikelompokkan
menjadi dua, yaitu penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Penagihan pajak
pasif dilakukan dengan menggunakan dasar penagihan pajak, yaitu STP, SKPKB,
tanggal jatuh tempo utang pajak tidak/kurang dilunasi, akan dilakukan dengan
penagihan pajak aktif. Penagihan pajak aktif adalah kelanjutan dari penagihan pajak
pasif dimana fiskus berperan lebih aktif dimulai dengan penyampaian surat teguran,
menjadi empat proses. Proses yang pertama adalah penerbitan Surat Teguran atau
surat peringatan lain yang sejenis tujuh hari sejak jatuh tempo utang pajak. Proses
Proses yang terakhir adalah penjualan atau pelelangan barang sitaan setelah lewat 14
hari sejak lelang diumumkan. Proses ini akan berlanjut dari satu tahap ke tahap
berikutnya apabila Penanggung Pajak belum melunasi utang pajaknya dan berhenti di
2. Surat Paksa, surat perintah membayar biaya penagihan pajak dan utang
pajak yang memiliki kedudukan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan berkekuatan hukum tetap dan kekuatan eksekutorial.
3. Penyitaan, tindakan Jurusita Pajak agar menguasai barang Penanggung
Pajak untuk dijadikan jaminan pelunasan utang pajak.
4. Lelang, penjualan barang di muka umum dengan penawaran harga lisan
dan/atau tertulis.
penagihan pajak diserahkan kepada Jurusita Pajak. Menurut Mardiasmo (2011), tugas
Jurusita Pajak adalah melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,
Perintah Penyanderaan.
oleh penulis, kegiatan pemeriksaan pajak di KPP Madya Jakarta Barat berpedoman
pada dan secara garis besar telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Cara Pemeriksaan,
Pemeriksaan,
Kebijakan Pemeriksaan,
DJP atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang mempunyai
Pemeriksa Pajak di KPP Madya Jakarta Barat terdiri dari Fungsional Pemeriksa Pajak
dan Petugas Pemeriksa Pajak. Untuk melakukan pemeriksaan, para Pemeriksa Pajak
ini membentuk suatu tim Pemeriksa Pajak, yang terdiri dari satu orang supervisor,
satu orang ketua tim, dan satu orang atau lebih anggota tim. Dalam keadaan tertentu,
ketua tim pemeriksaan pajak di KPP Madya Jakarta Barat dapat merangkap sebagai
Jakarta Barat akan penulis bagi menurut jenis pemeriksa pajaknya, yaitu yang
Peran KPP Madya sebagai salah satu KPP penentu penerimaan secara nasional
rutin seluruh jenis pajak, pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko, dan
Rencana, Strategi, dan Pengukuran Kinerja Pemeriksaan Tahun 2017, Kepala KPP
pembentukan Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar dan Satgas pemeriksaan
dalam rangka penggalian potensi. Pembentukan kedua Satgas ini telah dilakukan oleh
KPP Madya Jakarta Barat melalui Keputusan Kepala KPP pada tahun 2017. Satgas
pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar terdiri dari satu orang supervisor, seluruh ketua
59
tim, dan seluruh anggota tim pada Kelompok 1 Fungsional Pemeriksa Pajak, dengan
jumlah total 7 orang. Satgas pemeriksaan dalam rangka penggalian potensi terdiri dari
sepuluh orang supervisor, seluruh ketua tim dan seluruh anggota tim pada Kelompok
orang.
Tugas utama dari Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar adalah
melakukan pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar restitusi maupun kompensasi dengan
penekanan output pada refund discrepancy yang dihasilkan. Nilai refund discrepancy
adalah nilai nominal restitusi Wajib Pajak yang tidak dikabulkan berdasarkan hasil
pemeriksaan pajak. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lebih bayar menurut SPT yang
disampaikan oleh Wajib Pajak dikurangi dengan nilai lebih bayar pada surat ketetapan
pajak hasil pemeriksaan. Nilai ini juga dijadikan salah satu ukuran kinerja Satgas
pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar. Berikut disajikan kinerja dari Satgas
pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar pada KPP Madya Jakarta Barat.
Gambar III.2 Kinerja Satgas SPT PPN Lebih Bayar KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Rp1.000.000.000.000
Rp867.863.481.127
Rp800.000.000.000
Rp600.000.000.000
Rp400.000.000.000 Rp364.320.745.676
Rp284.815.155.975
Rp200.000.000.000
bayar restitusi pada SPT Masa PPN yang dilakukan pemeriksaan hendaknya diikuti
pula oleh meningkatnya nilai refund discrepancy yang dihasilkan. Kondisi yang
terjadi di KPP Madya Jakarta Barat pada tahun 2017-2019 justru berlaku sebaliknya.
Nilai persentase refund discrepancy dibandingkan dengan nilai SPT Masa PPN Lebih
Bayar restitusi pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 secara berturut-turut
adalah 2,99%; 1,75%; dan 0,43%. Standar persentase refund discrepancy yang
tersebut, dapat diketahui bahwa di tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 refund
discrepancy yang dihasilkan oleh Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar KPP
Madya Jakarta Barat masih sangat jauh di bawah standar. Hasil ini dapat dijadikan
indikasi awal bahwa pembentukan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Satgas
pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar yang ada belum tepat sasaran.
ditunjuk sebagai anggota Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar harus sesuai
dengan beban kerja riil pemeriksaan restitusi PPN. Pertambahan jumlah nominal SPT
Masa PPN Lebih Bayar yang diajukan restitusi oleh Wajib Pajak pada tahun 2017
sampai dengan tahun 2019 juga akan mengakibatkan pertambahan beban kerja riil
lapangan, pertambahan beban ini tidak diiringi dengan pertambahan anggota atau
SPT PPN Lebih Bayar oleh Kepala KPP. Selama tahun 2017 sampai dengan tahun
2019, Satgas ini hanya terdiri dari satu kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak dengan
61
jumlah anggota tidak lebih dari 10 orang. Kegiatan pemeriksaan di KPP Madya
Jakarta Barat pun lebih berfokus pada pemeriksaan yang dilakukan oleh Satgas
pemeriksaan penggalian potensi dilihat dari lebih banyaknya jumlah FPP yang
ditunjuk sebagai anggota Satgas ini. Dalam menunjuk anggota Satgas, Kepala KPP
Madya Jakarta Barat pun terlebih dahulu memprioritaskan Satgas pemeriksaan Galpot
diisi oleh FPP yang berkinerja unggul. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab
belum efektifnya pemeriksaan yang dilakukan Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih
Bayar di KPP Madya Jakarta Barat pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.
dan/atau pemeriksaan khusus dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak. Kinerja
Satgas ini salah satunya diukur dari realisasi pencairan surat ketetapan pajak hasil
pemeriksaan. Realisasi ini merupakan jumlah pencairan atau pelunasan atas SKPKB
atau SKPKBT yang telah dibayarkan oleh Wajib Pajak selama tahun berjalan.
Pencairan surat ketetapan pajak ini meliputi jumlah yang dibayarkan Wajib Pajak
sebelum jatuh tempo pembayaran utang pajak dalam SKPKB atau SKPKBT, yaitu
satu bulan sejak tanggal penerbitan ketetapan, maupun pencairan tunggakan pajak
melalui serangkaian tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita Pajak.
62
Gambar III.3 Kinerja Satgas Pemeriksaan Galpot KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Rp700.000.000.000
Rp662.706.778.010
Rp600.000.000.000 Rp605.851.461.100
Rp500.000.000.000 Rp476.890.449.496
Rp400.000.000.000
Rp300.000.000.000
Rp271.211.701.076
Rp200.000.000.000 Rp222.428.938.494
Rp100.000.000.000 Rp105.883.592.526
Rp0
2017 2018 2019
SKPKB terbit tahun berjalan Pencairan SKP tahun berjalan
yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa Pajak di tahun tersebut secara berurutan
adalah 16,12%; 27,95%; dan 38,62%. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir,
pencairan SKPKB pada tahun berjalan paling rendah terdapat di tahun 2017.
Walaupun persentase pencairan SKP selalu naik dari tahun 2017 sampai dengan tahun
2019, persentase pencairan ini masih sangat jauh dibandingkan dengan jumlah
ketetapan yang diterbitkan dan bahkan tidak mampu mencapai separuhnya. Fenomena
ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak terdaftar di KPP Madya Jakarta Barat yang
bersedia melunasi utang pajaknya atas ketetapan hasil pemeriksaan pajak oleh
Fungsional Pemeriksa Pajak sesuai dengan jatuh tempo yang diberikan masih sangat
sedikit. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa Wajib Pajak terdaftar di KPP
Madya Jakarta Barat mayoritas belum mampu melaksanakan seutuhnya salah satu
pembagian tugas utama atau fokus pemeriksaan yang dilakukan kedua Satgas bersifat
fleksibel. Saat dihadapkan dengan kondisi tertentu, Satgas Pemeriksaan Galpot dapat
melakukan pemeriksaan rutin atas SPT PPN Lebih Bayar. Begitu pun sebaliknya,
anggota Satgas Pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar dapat melakukan pemeriksaan
rutin atau khusus yang bertujuan untuk menggali potensi perpajakan Wajib Pajak.
Contoh kondisi khusus yang terjadi di KPP Madya Jakarta Barat tersebut adalah pada
tahun 2018 terdapat Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar
Kepala KPP pemeriksaan ini dilakukan oleh salah satu tim dari Satgas pemeriksaan
Sesuai dengan strategi pemeriksaan yang disusun oleh Direktur Jenderal Pajak
dalam rangka mengamankan penerimaan pajak dari kegiatan extra effort pemeriksaan
pada tahun 2017 sesuai dengan SE-11/PJ/2017. Petugas Pemeriksa Pajak dari Seksi
data konkret dan pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa Harta
Bersih terkait program Pengampunan Pajak. Data konkret yang dapat menunjukkan
adanya ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut antara lain seperti hasil konfirmasi
Faktur Pajak, keterangan tertulis Wajib Pajak atas kehendak sendiri terkait Pasal 15
ayat (3) UU KUP, bukti pemotongan PPh, dan data lain yang dapat digunakan untuk
64
Harta Bersih yang dapat dilakukan pemeriksaan, misalnya Harta Bersih yang
Gambar III.4 Kinerja Petugas Pemeriksa Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Rp200.000.000.000
Rp179.851.189.022
Rp150.000.000.000
Rp132.978.522.958
Rp100.000.000.000 Rp96.473.227.394
Rp50.000.000.000
Rp0
2017 2018 2019
SKPKB terbit tahun berjalan
Dari Gambar III.4, terlihat adanya penurunan jumlah nominal penerbitan SKP
hasil pemeriksaan Petugas Pemeriksa Pajak. Persentase penurunan di tahun 2018 dan
tahun 2019 adalah 26,06% dan 27,25%. Penurunan jumlah nominal ini diakibatkan
oleh menurunnya jumlah SP2 dan jumlah LHP pada tahun yang bersangkutan. Selain
itu, banyaknya jumlah pemeriksaan khusus data konkret sangat dipengaruhi oleh
adanya temuan data konkret yang menunjukkan ketidakpatuhan Wajib Pajak oleh
Wajib Pajak tersebut. Penurunan jumlah pemeriksaan ini dapat diartikan bahwa data
di sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Dengan kata lain, pemeriksaan
65
khusus data konkret yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak ini dapat
menertibkan Wajib Pajak terdaftar di KPP Madya Jakarta Barat agar dapat memenuhi
salah satu kewajibannya sesuai yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011), yaitu
mengisi SPT dengan benar lalu memasukkannya ke KPP dalam batas waktu yang
telah ditentukan.
penulis, kegiatan penagihan pajak di KPP Madya Jakarta Barat berpedoman pada dan
Surat Paksa,
Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
Pajak, dan Pemberian Ganti Rugi dalam rangka Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa,
Tersimpan pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan
Pajak. Kegiatan penagihan pajak ini meliputi peneguran atau peringatan yang
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Per bulan Agustus 2019, hanya
terdapat satu Jurusita Pajak yang bertugas melaksanakan tindakan penagihan pajak di
KPP Madya Jakarta Barat sedangkan Pelaksana Seksi Penagihan yang bertugas
orang. Jumlah ini bisa dibilang sangat sedikit mengingat besarnya nilai ketetapan
pajak yang diterbitkan tiap tahun dan nilai tunggakan pajak tiap tahun yang lebih dari
Pelaksana Seksi Penagihan KPP Madya Jakarta Barat bertanggung jawab melakukan
Jakarta Barat dibagi menjadi dua, yaitu tindakan penagihan pajak pasif dan tindakan
penagihan pajak aktif. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suandy (2014),
tindakan penagihan pajak pasif di KPP Madya Jakarta Barat dilakukan sebelum
SK Keberatan, dan Putusan Banding. Apabila setelah lewat tanggal jatuh tempo
dilanjutkan ke tindakan penagihan pajak aktif. Tindakan penagihan pajak aktif yang
dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat pun telah sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Suhartono dan Ilyas (2010) yang terdiri dari empat proses
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan penjualan atau pelelangan barang sitaan.
pajak yang menjadi dasar penagihan pajak dan diakhiri sesaat setelah jatuh tempo
pemantauan SKP terbit dan pembandingan data SKP yang diperoleh dari SIDJP
dengan dokumen fisik SKP yang diterima dari Seksi Pelayanan. Pelaksana Seksi
Penagihan juga selalu memastikan bahwa Seksi Penagihan memiliki arsip fisik/soft
copy SKP mengingat pentingnya dokumen ini karena digunakan sebagai dasar
penagihan. Seksi Penagihan membuat Register SKP yang berisi tanggal terbit, nilai
pokok, sanksi administrasi, dan tanggal jatuh tempo berdasarkan SKP yang terbit
menurut SIDJP dibandingkan dengan SKP yang diterima oleh Seksi Penagihan.
tindakan penagihan pajak aktif dan tanggal pembayaran atas SKP terbit. Dokumen
fisik SKP yang diterima oleh Seksi Penagihan diadministrasikan di Rumah Berkas
bersama dengan seluruh dokumen Penagihan Wajib Pajak. Untuk soft copy SKP,
69
Terdapat dua tindakan penagihan pajak pasif yang dilakukan oleh Seksi
Penagihan KPP Madya Jakarta Barat. Tindakan pertama dilakukan melalui kegiatan
surat menyurat secara formal dengan menerbitkan Surat Himbauan agar Wajib Pajak
melunasi utang pajaknya sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat
Himbauan ini diprioritaskan untuk Penanggung Pajak yang memiliki utang pajak
dalam jumlah besar yang tertera dalam ketetapan pajak dan termasuk dalam Daftar 50
Besar Penunggak Pajak di KPP Madya Jakarta Barat. Tindakan penagihan pajak pasif
yang kedua bersifat informal, yaitu Jurusita Pajak mengimbau langsung Penanggung
Pajak agar segera melunasi utang pajak melalui sambungan telepon. Apabila
utang pajaknya, Seksi Penagihan KPP Madya Jakarta Barat melanjutkan dengan
tindakan penagihan pajak aktif setelah jatuh tempo pembayaran ketetapan pajak.
Penerbitan surat ini dilaksanakan tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran
ketetapan pajak. Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang diterbitkan surat ini adalah
pembayaran utang pajak dan menyetujui seluruh hasil pemeriksaan pajak pada saat
hasil pemeriksaan pajak, Jurusita Pajak terlebih dahulu menunggu sampai berakhirnya
70
mungkin diajukan oleh Wajib Pajak. Setelah jangka waktu berakhir, Jurusita Pajak
melanjutkan tindakan penagihan pajak aktif apabila terdapat utang pajak yang
Pelaksana Seksi Penagihan. Pada akhir tahun 2019, pembuatan Surat Teguran sudah
SIDJP. Setelah jatuh tempo pembayaran ketetapan pajak terlewati, ketetapan pajak
tersebut secara otomatis masuk ke register produk hukum yang dapat diterbitkan Surat
Teguran. Adanya aplikasi ini ditambah dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP
Madya Jakarta Barat yang terbilang sedikit membuat pengawasan yang dilakukan
oleh Pelaksana Seksi Penagihan lebih mudah sehingga Surat Teguran selalu
Rp400.000.000.000
Rp269.169.018.310
Rp300.000.000.000 Rp233.587.245.392
Pencairan Piutang Pajak
Rp200.000.000.000 Ketetapan yang ditegur
Rp100.000.000.000 Rp31.216.691.279
Rp12.498.638.706 Rp26.937.449.981
Rp0
2017 2018 2019
perubahan di tahun tersebut adalah naik 149,76% dan turun 13,71%. Perubahan
71
nominal piutang pajak cair ini sebanding dengan perubahan jumlah Surat Teguran
yang diterbitkan pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Penerbitan Surat
Teguran meningkat 59,93% di tahun 2018 dan menurun 12,11% di tahun 2019. Jika
masing tahun, kontribusi pencairan piutang pajak setelah penerbitan surat teguran di
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 adalah 24,01%; 50,24%; dan 25,01%.
Proses penagihan pajak aktif yang kedua adalah penyampaian Surat Paksa.
Surat Paksa diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang belum melunasi utang
pajaknya dalam 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran. Jurusita Pajak KPP
Madya Jakarta Barat menyampaikan secara langsung surat ini kepada Penanggung
Pajak. Jurusita Pajak terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenal diri dan
menyampaikan isi dari Surat Paksa. Jurusita Pajak memberikan salinan Surat Paksa
Jurusita Pajak juga membuat Berita Acara Pelaksanaan Surat Paksa yang memuat hari
dan tanggal pemberitahuan, nama Jurusita Pajak, nama penerima, dan tempat
pemberitahuan. Surat Paksa yang telah diberitahukan disertai dengan Berita Acara
Penagihan.
72
Rp100.000.000.000
Rp80.000.000.000 Rp80.437.296.780
Rp60.000.000.000 Rp60.130.584.125
Rp40.000.000.000 Rp43.653.366.875 Pencairan Piutang Pajak
Rp20.000.000.000 Ketetapan yang di-SP
Rp0
2017 2018 2019
sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 adalah turun 45,73% dan naik
masing tahun, satu-satunya tahun di mana realisasi pemberitahuan Surat Paksa berada
di bawah 100% adalah tahun 2017, yaitu 86,65%, namun pencairan piutang pajaknya
justru berada di posisi tertinggi dalam kurun waktu tersebut. Perubahan nominal
pencairan piutang pajak juga tidak sebanding dengan perubahan nominal ketetapan
pajak yang dilakukan pemberitahuan Surat Paksa. Penulis berpendapat bahwa faktor
pajak adalah faktor eksternal, bukan faktor internal dari DJP atau Jurusita Pajak, yaitu
pajak setelah dilakukan pemberitahuan Surat Paksa terhadap target pencairan piutang
pajak di tiap tahunnya adalah 150,50%; 70,26%; dan 55,83%. Persentase ini lebih
tinggi dari pada persentase kontribusi yang dihasilkan dari penerbitan Surat Teguran.
73
dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dan disaksikan oleh dua orang. Jurusita Pajak
menempelkan segel sita pada barang milik Penanggung Pajak yang dilakukan
yang disita sampai dinilai cukup untuk melunasi seluruh utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Jurusita Pajak juga membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang
ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, serta dua orang saksi.
Pencairan piutang pajak sepanjang tahun 2017 sampai tahun 2019 setelah
masing tahun adalah 55,97% dan 88,28%. Penurunan ini terjadi seiring dengan
74
penurunan nilai nominal ketetapan pajak yang dilakukan penyampaian SPMP di tiap
tahunnya. Jika dibandingkan dengan realisasi dari target penerbitan SPMP, persentase
realisasi kegiatan yang di bawah 100%, yaitu di tahun 2017 sebesar 82,61%, justru
menempati posisi tertinggi nominal pencairan piutang pajak di antara tiga tahun
tersebut. Nilai ketetapan pajak yang dilakukan penyampaian SPMP jauh lebih kecil
daripada nilai nominal pencairan tunggakannya karena nilai ketetapan pajak tersebut
hanya berasal dari ketetapan tahun berjalan yang dilakukan penyampaian SPMP di
tahun yang bersangkutan. Untuk pencairan piutang pajaknya, nilai ini juga berasal
dari pencairan piutang pajak atas ketetapan pajak yang telah dilakukan penyampaian
tindakan ini terhadap target pencairan piutang pajak secara keseluruhan di masing-
dalam 14 hari setelah dilakukan penyitaan Penanggung Pajak belum membayar lunas
utang pajaknya. Pengumuman Lelang ini dilanjutkan dengan pelaksanaan Lelang jika
Pajak belum melunasi utang pajaknya. Barang milik Penanggung Pajak yang telah
disita oleh Jurusita Pajak dijual dengan cara Lelang melalui Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) lalu hasil Lelang tersebut digunakan untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Persentase realisasi kegiatan Lelang
yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat dibandingkan dengan
target Lelang yang telah ditetapkan di sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun
Tindakan penagihan pajak aktif lain yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP
Madya Jakarta Barat agar Penanggung Pajak melunasi utang pajaknya adalah
mengajukan usulan kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan dan ditembuskan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat.
Pengajuan usulan ini dilaksanakan dengan sangat selektif terhadap Penanggung Pajak
yang mempunyai utang pajak minimal Rp100.000.000 dan diragukan iktikad baiknya
untuk melunasi utang pajak. Sebelum mengajukan usulan, Jurusita Pajak KPP Madya
Jakarta Barat terlebih dahulu melakukan validasi utang pajak, identifikasi, dan
profiling Penanggung Pajak. Pada tahun 2017 dan tahun 2019, Jurusita Pajak
usulan tersebut dilanjutkan dengan Gelar Perkara Pencegahan di Kantor Wilayah DJP
Jakarta Barat. Atas ketiga Gelar Perkara Pencegahan yang dilakukan dan disetujui,
Untuk tindakan Penyanderaan, Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat juga
Pemeriksaan dan Penagihan dan ditembuskan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP
Jakarta Barat pada tahun 2017 dan tahun 2018 masing-masing sebanyak 2 usulan dan
1 usulan. Kedua usulan ini juga telah ditindaklanjuti dengan Gelar Perkara
halnya seperti syarat pengajuan usulan Pencegahan. Berdasarkan Berita Acara Gelar
terlebih dahulu dan dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang lain, seperti
dilakukan sebagai upaya untuk mengamankan kekayaan milik Penanggung Pajak dan
pajaknya. Keberadaan akun rekening bank ini sangat krusial bagi Wajib Pajak karena
Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pelunasan utang pajak dan biaya
penagihan pajak menggunakan saldo kas yang tersimpan dalam akun rekening yang
diblokir.
Rp10.000.000.000 Rp10.074.594.700
Rp8.000.000.000 Rp7.604.648.549
Rp6.740.411.156
Rp6.000.000.000 Pencairan Piutang Pajak
Rp2.000.000.000 Rp2.096.619.826
Rp0
2018 2019
Pada tahun 2017, Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat hanya melakukan
Pemblokiran pada tahun 2018 dan 2019. Jika dibandingkan dengan banyaknya
di tahun 2019 berbanding terbalik dengan nominal ketetapan pajak yang dilakukan
pencairan piutang pajak setelah kegiatan ini di tahun 2019 sebesar 68,89% lebih besar
dari pada penurunan persentase nominal ketetapan yang diblokir yaitu 24,52%.
piutang pajak pada tahun 208 dan 2019 adalah 10,85% dan 1,95%.
3.3.2.4 Pencairan tunggakan pajak atas SKP hasil pemeriksaan di KPP Madya Jakarta
Barat.
Kinerja serangkaian kegiatan yang telah dilakukan oleh KPP Madya Jakarta
Barat terhadap Wajib Pajak yang telah dilakukan pemeriksaan dan telah diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak agar Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tersebut mau
melunasi utang pajaknya, baik sebelum dan sesudah jatuh tempo pembayaran,
tercermin dalam realisasi kegiatan extra effort pemeriksaan dan penagihan pada tahun
Gambar III.9 Realisasi Extra Effort Pemeriksaan dan Penagihan KPP Madya Jakarta
Barat Tahun 2017-2019
Rp300.000.000.000
Rp271.211.701.076
Rp250.000.000.000 Rp222.428.938.494
Rp226.782.658.212
Rp200.000.000.000
Rp150.000.000.000 Rp105.883.592.526
SKP tahun berjalan
Rp100.000.000.000
SKP sebelum tahun berjalan
Rp88.054.319.596
Rp50.000.000.000 Rp61.017.999.717
Rp0
2017 2018 2019
Pencairan tunggakan pajak atas SKP yang terbit pada tahun berjalan selalu
lebih besar daripada pencairan tunggakan pajak atas SKP yang terbit pada tahun-
tahun sebelumnya. Perbedaan jumlah realisasi pencairan SKP terbit ini secara
signifikan dipengaruhi oleh kualitas piutang pajak yang bersangkutan. SKP yang
terbit di tahun yang sama dengan tindakan penagihan pajak yang dilakukan besar
kemungkinan masuk ke dalam kategori piutang pajak lancar. Semakin besar selisih
tahun penerbitan SKP dengan tahun pelaksanaan tindakan penagihan pajak atas SKP
tersebut, semakin besar pula kemungkinan penurunan kualitas piutang pajak dari yang
Berdasarkan Gambar III.9, realisasi pencairan tunggakan pajak atas SKP yang
terbit pada tahun berjalan selalu meningkat di sepanjang tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019. Persentase kenaikan tersebut secara berurutan sebesar 110,07% dan
Fungsional Pemeriksa Pajak dan Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat. Untuk
pencairan tunggakan pajak atas SKP yang terbit sebelum tahun berjalan, penurunan
realisasi terjadi di tahun 2018 namun KPP Madya Jakarta Barat dapat
perubahan di tahun 2018 dan tahun 2019 adalah turun 30,70% dan naik 271,67%.
extra effort pemeriksaan dan penagihan pajak terbaik berada di tahun 2019.
79
Gambar III.10 Realisasi Pencairan Piutang Pajak KPP Madya Jakarta Barat Tahun
2017-2019
Rp180.000.000.000
Rp160.000.000.000
Rp140.000.000.000 Rp154.745.665.750 Rp108.464.471.458
Rp120.000.000.000
Rp100.000.000.000 Rp119.294.712.505
Rp107.708.122.221
Rp80.000.000.000
Rp60.000.000.000 Target
Rp40.000.000.000 Rp52.063.407.254 Rp62.134.507.755 Realisasi
Rp20.000.000.000
Rp0
2017 2018 2019
target yang ditetapkan namun selalu mengalami penurunan di kurun waktu tiga tahun
tersebut. Persentase capaian realisasi di tiga tahun tersebut secara berurutan adalah
penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat
Surat Teguran di tahun 2017, pemberitahuan Surat Paksa di tahun 2017, penyampaian
SPMP dan Penyitaan di tahun 2017, dan Pemblokiran rekening bank di tahun 2018.
Rata-rata kontribusi tiap tindakan penagihan pajak aktif terhadap target pencairan
piutang pajak selama tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 adalah penerbitan Surat
Penyitaan 55,16%; dan Pemblokiran rekening bank 4,26%. Peringkat kontribusi tiap
tindakan penagihan pajak dari tertinggi hingga terendah adalah pemberitahuan Surat
Paksa, penyampaian SPMP dan Penyitaan, penerbitan Surat Teguran, dan terakhir
Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Dialog Kinerja Organisasi dan
hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis, terdapat beberapa kendala yang
ditemui pada pelaksanaan kegiatan pemeriksaan pajak di KPP Madya Jakarta Barat.
Kendala yang pertama berasal dari sisi Sumber Daya Manusia. Banyaknya jumlah
kompetensi ini sangat terlihat pada hasil penunjukan kedua Satgas Pemeriksaan di
KPP Madya Jakarta Barat. Kepala KPP Madya Jakarta Barat menempatkan banyak
Pemeriksaan Galpot, sedangkan Satgas Pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar yang
yang kurang padahal beban pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar selalu
pemeriksaan rutin atas SPT Masa PPN Lebih Bayar yang diserahkan kepada Satgas
Pajak tersebut lebih unggul dari pada Fungsional Pemeriksa Pajak yang ada di Satgas
Kendala yang kedua bersifat spesifik dan hanya terjadi di tahun 2017, yaitu
adanya program Pengampunan Pajak. Terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
tahun 2017 berpengaruh besar pada nilai nominal ketetapan pajak yang diterbitkan.
Nominal SKPKB terbit di tahun 2017 berada pada posisi terendah dibandingkan
dengan dua tahun lainnya. Realisasi kegiatan extra effort pemeriksaan dan penagihan
banyaknya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan Lebih
Bayar dan SPT Masa PPN Lebih Bayar. Banyaknya jumlah penyampaian SPT Lebih
Bayar ini berpengaruh signifikan pada banyaknya jumlah pemeriksaan rutin atas SPT
Lebih Bayar di setiap tahun. Hal ini menyebabkan pemeriksaan pajak yang dilakukan
bertujuan untuk menggali potensi perpajakan Wajib Pajak. Tabel II.xx menunjukkan
jumlah pemeriksaan rutin atas SPT Lebih Bayar di KPP Madya Jakarta Barat jauh
penagihan pajak di KPP Madya Jakarta Barat juga mengalami kendala di tiap
Manusia menjadi kendala utama pada pelaksanaan kegiatan penagihan pajak di KPP
Madya Jakarta Barat. Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat yang hanya terdiri dari
satu orang sangat tidak sesuai dengan banyaknya beban kerja yang ada. Beban kerja
dari setiap tindakan penagihan pajak dari awal hingga akhir hanya bertumpu pada satu
orang saja. Walaupun sebagian besar target dan Indikator Kinerja Utama kegiatan
penagihan pajak di KPP Madya Jakarta Barat masih tercapai, hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan pada jam kerja Jurusita Pajak dibandingkan dengan beban kerja
Selain kendala pada jumlah SDM, terdapat beberapa kendala yang ditemui
pada setiap tindakan penagihan pajak yang dilakukan. Kendala pada tindakan
penagihan pajak pasif adalah terdapat Wajib Pajak yang tidak memberikan timbal
balik atas Surat Himbauan Pelunasan Utang Pajak yang dikirimkan oleh Pelaksana
Seksi Penagihan dan tidak menghadiri Undangan Pembahasan Utang Pajak. Kendala
yang ditemui pada saat kegiatan penerbitan Surat Teguran adalah terdapat Surat
Teguran yang telah dikirim kembali pos atau tidak sampai ke tangan Penanggung
Pajak karena alamat terkini Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sudah tidak sesuai
dengan data yang tercantum dalam SIDJP. Kendala ini juga pernah ditemui pada saat
Kendala yang dihadapi oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat terkait
Penanggung Pajak yang dapat dijadikan objek sita. Pada beberapa kasus yang ditemui
keberadaan hartanya agar tidak disita oleh Jurusita Pajak karena harta tersebut
83
berpengaruh langsung pada kegiatan operasional usaha Wajib Pajak. Kendala lain
yang dihadapi terdapat pada pelaksanaan Lelang, kendala ini dikarenakan adanya
diajukan KPP Madya Jakarta Barat kepada Kepala KPKNL memakan waktu yang
lama. Seksi Penagihan KPP Madya Jakarta Barat juga sering kali tidak mendapatkan
Kendala birokrasi lain yang dihadapi dalam tindakan penagihan pajak adalah lamanya
proses penyelesaian usulan pencegahan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP
Madya Jakarta Barat di tingkat Kantor Wilayah. Pemrosesan usulan ini mensyaratkan
adanya Gelar Perkara yang harus dilakukan sehingga proses Pencegahan Penanggung
Kendala terakhir yang dihadapi oleh Jurusita Pajak berkaitan dengan tindakan
Pemblokiran rekening bank. Akibat adanya keterbatasan data yang dimiliki oleh
Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat, tidak dapat diketahui secara pasti kantor
cabang bank tempat Penanggung Pajak terdaftar sebagai nasabah sehingga proses
pemblokiran rekening bank juga memakan waktu yang lama karena Jurusita KPP
kepada kantor pusat bank Wajib Pajak. Kantor pusat kemudian meneruskan surat
permintaan pemblokiran kepada kantor cabang di mana Wajib Pajak terdaftar sebagai
nasabah. Setelah diketahui kantor cabang tempat Wajib Pajak terdaftar sebagai
nasabah, baru dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan pemblokiran rekening bank. Tiga
dari seluruh kendala yang dihadapi oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat
84
berkaitan erat dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan
3.3.4 Upaya yang dilakukan terkait pencairan tunggakan pajak di KPP Madya
Jakarta Barat.
3.3.4.1 Upaya yang dilakukan terkait kegiatan pemeriksaan pajak.
terhadap kendala-kendala yang timbul pada kegiatan pemeriksaan pajak. Upaya yang
secara berkala di KPP Madya Jakarta Barat terutama yang ditujukan khusus untuk
Fungsional Pemeriksa Pajak. Kepala KPP Madya Jakarta Barat juga sering
pembinaan ini dibahas pula isu-isu atau kasus-kasus khusus pemeriksaan pajak yang
knowledge antar Fungsional Pemeriksa Pajak yang dapat menambah wawasan dan
(ANTARIKSA).
Untuk kendala kedua, upaya yang telah dilakukan KPP Madya Jakarta Barat
pada tahun 2017 adalah menyiapkan daftar Wajib Pajak untuk dilakukan pemeriksaan
yang dilakukan antara lain adalah penugasan yang diberikan oleh Kepala KPP Madya
Jakarta Barat kepada setiap Account Representastive dan Fungsional Pemeriksa Pajak
untuk menyusun analisis risiko sederhana Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan
untuk diusulkan pemeriksaan disertai dengan perkiraan potensi pajak yang dapat
digali. Analisis risiko sederhana ini disampaikan kepada Kepala Kantor untuk diteliti
lebih lanjut lalu diadministrasikan oleh Seksi Pemeriksaan agar memudahkan jika
Terkait banyaknya pemeriksaan rutin atas SPT Lebih Bayar yang terdapat di
KPP Madya Jakarta Barat, Kepala KPP Madya Jakarta Barat selalu mendorong para
tersebut agar fokus Fungsional Pemeriksa Pajak dapat segera dialihkan untuk
Madya Jakarta Barat juga melakukan penyusunan dan penyampaian Daftar Sasaran
khusus kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat setiap tahunnya.
penagihan pajak. Jumlah SDM Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat sampai saat
ini (per bulan Juni 2020) masih terdiri dari satu orang. Pada awal tahun 2020, KPP
86
Madya Jakarta Barat sempat melakukan pengangkatan satu orang Jurusita Pajak baru
namun Jurusita Pajak yang baru ini kemudian dipindahkan ke Subbagian Umum dan
Kepatuhan Internal KPP Madya Jakarta Barat karena terdapat kekurangan jumlah
pegawai. Untuk kendala utama ketersediaan Jurusita Pajak, KPP Madya Jakarta Barat
belum mampu melakukan upaya penanganan. Kendala kedua yang berkaitan dengan
tindakan penagihan pajak pasif, yaitu penerbitan Surat Himbauan, Jurusita Pajak KPP
Madya Jakarta Barat juga melakukan himbauan secara daring melalui aplikasi
Whatsapp selain melakukan himbauan secara formal kepada Penanggung Pajak atau
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pada penagihan pajak aktif
yang pertama atau penerbitan Surat Teguran adalah mencari alamat terkini tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak di internet atau menanyakan langsung alamat terkini
Pajak tersebut. Hal sama juga dilakukan untuk pemberitahuan Surat Paksa. Untuk
kendala terkait sulitnya ditemukan harta Penanggung Pajak yang dapat dijadikan
objek sita, Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat berkoordinasi dengan seluruh
Pemeriksa Pajak yang melakukan kegiatan pemeriksaan agar Pemeriksa Pajak yang
Laporan Hasil Pemeriksaan yang diperkirakan dapat mencukupi nilai utang pajak
milik Wajib Pajak apabila dikemudian hari dilaksanakan Lelang. Data terkait harta
Penanggung Pajak ini diperoleh pada saat Pemeriksa Pajak melakukan kegiatan
Madya Jakarta Barat menghubungi secara langsung pegawai KPKNL yang bertugas
pegawai tersebut mengenai kepastian pelaksanaan Lelang yang diberikan untuk KPP
Madya Jakarta Barat. Kendala selanjutnya terkait lamanya proses penyelesaian usulan
pada awal tahun berjalan atau pada akhir tahun sebelum tahun berjalan agar usulan
Pajak pada tahun berjalan. Upaya yang dilakukan terkait kendala terakhir yang
terdapat di tindakan Pemblokiran adalah Jurusita Pajak mencari kantor cabang tempat
KESIMPULAN
paparkan, simpulan dari kegiatan pencairan surat ketatapan pajak hasil pemeriksaan
yang terdapat di KPP Madya Jakarta Barat pada tahun 2017 sampai dengan tahun
Jakarta Barat terdiri dari Fungsional Pemeriksa Pajak dan Petugas Pemeriksa
pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar dan Satgas pemeriksaan dalam rangka
penggalian potensi. Pembentukan kedua Satgas ini telah dilakukan oleh KPP
Madya Jakarta Barat melalui Keputusan Kepala KPP pada tahun 2017. Tugas
utama dari Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar adalah melakukan
88
89
refund discrepancy dibandingkan dengan nilai SPT Masa PPN Lebih Bayar
restitusi pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 secara berturut-turut adalah
dihasilkan oleh Satgas pemeriksaan SPT PPN Lebih Bayar KPP Madya Jakarta
Barat masih sangat jauh di bawah standar. Terdapat indikasi awal bahwa
PPN Lebih Bayar yang ada belum tepat sasaran. Satgas pemeriksaan Galpot
seluruh jenis pajak. Kinerja Satgas ini salah satunya diukur dari realisasi
pencairan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan. Dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir, pencairan SKPKB pada tahun berjalan paling rendah terdapat di tahun
dibandingkan dengan jumlah ketetapan yang diterbitkan dan bahkan tidak mampu
mencapai separuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak terdaftar di KPP
Pemeriksa Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas utama
Pajak. Terdapat penurunan jumlah LHP dan SKP terbit hasil pemeriksaan oleh
90
Pajak tersebut jumlahnya menurun di sepanjang tahun tersebut. Dengan kata lain,
pemeriksaan khusus data konkret yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak
sudah dapat menertibkan Wajib Pajak terdaftar di KPP Madya Jakarta Barat agar
memenuhi salah satu kewajibannya, yaitu mengisi SPT dengan benar lalu
dilakukan oleh Jurusita Pajak secara garis besar telah sesuai dengan peraturan
penagihan pajak pasif yang dilakukan oleh Seksi Penagihan KPP Madya Jakarta
Barat. Tindakan tersebut dilakukan melalui kegiatan surat menyurat secara formal
adalah 24,01%; 50,24%; dan 25,01%. Kontribusi pencairan piutang pajak setelah
dan 55,83%. Persentase ini lebih tinggi dari pada persentase kontribusi yang
43,80%; dan 2,96%. Persentase realisasi kegiatan Lelang yang dilakukan oleh
Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat di tiap tahun adalah 0%; 200%; dan
200%. Tindakan penagihan pajak aktif lain yang dilakukan oleh Jurusita Pajak
91
Pada tahun 2017 dan tahun 2019, Jurusita Pajak mengusulkan Pencegahan
Keuangan mengenai Pencegahan. Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat juga
mengajukan usulan Penyanderaan pada tahun 2017 dan tahun 2018 masing-
Pajak. Kontribusi pencairan piutang pajak setelah Pemblokiran pada tahun 2018
dan 2019 adalah 10,85% dan 1,95%. Peringkat kontribusi tiap tindakan
Paksa, penyampaian SPMP dan Penyitaan, penerbitan Surat Teguran, dan terakhir
Paksa. Realisasi pencairan tunggakan pajak atas SKP yang terbit pada tahun
berjalan selalu meningkat di sepanjang tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.
Untuk pencairan tunggakan pajak atas SKP yang terbit sebelum tahun berjalan,
tahun 2019. Persentase perubahan di tahun 2018 dan tahun 2019 adalah turun
92
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Dialog Kinerja Organisasi dan
hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, terdapat kendala pertama yang
berasal dari sisi Sumber Daya Manusia. Banyaknya jumlah SDM Fungsional
bersifat spesifik dan hanya terjadi di tahun 2017, yaitu adanya program
2017 berpengaruh besar pada nilai nominal ketetapan pajak yang diterbitkan.
Realisasi kegiatan extra effort pemeriksaan dan penagihan pun menempati posisi
terendah di tahun 2017. Kendala ketiga merupakan kendala yang terjadi di semua
tahun, yaitu banyaknya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan
PPh Badan Lebih Bayar dan SPT Masa PPN Lebih Bayar. Banyaknya jumlah
jumlah pemeriksaan rutin atas SPT Lebih Bayar di setiap tahun. Sama halnya
kendala utama pada pelaksanaan kegiatan penagihan pajak di KPP Madya Jakarta
Barat. Jurusita Pajak hanya terdiri dari satu orang. Kendala pada tindakan
penagihan pajak pasif adalah terdapat Wajib Pajak yang tidak memberikan timbal
balik atas Surat Himbauan yang dikirimkan oleh Pelaksana Seksi Penagihan dan
Teguran, terdapat Surat Teguran yang dikirim kembali pos atau tidak sampai ke
tangan Penanggung Pajak karena alamat terkini Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak sudah tidak sesuai dengan data yang tercantum dalam SIDJP. Kendala ini
juga pernah ditemui pada saat pemberitahuan Surat Paksa secara langsung oleh
Jurusita Pajak. Kendala yang dihadapi terkait penyampaian SPMP dan Penyitaan
adalah sulit ditemukannya barang milik Penanggung Pajak yang dapat dijadikan
objek sita. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan Lelang yaitu adanya
Kendala birokrasi lain yang dihadapi adalah lamanya proses penyelesaian usulan
pencegahan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat di
tindakan Pemblokiran rekening bank, yaitu tidak dapat diketahui secara pasti
Training dan rapat pembinaan yang dilakukan secara berkala. IHT dan rapat ini
pemeriksaan. Untuk kendala kedua, upaya yang telah dilakukan KPP Madya
Jakarta Barat pada tahun 2017 adalah menyiapkan daftar Wajib Pajak untuk
Terkait banyaknya pemeriksaan rutin atas SPT Lebih Bayar yang terdapat di KPP
Madya Jakarta Barat, Kepala KPP Madya Jakarta Barat selalu mendorong para
94
Langkah ini dilakukan agar fokus Fungsional Pemeriksa Pajak dapat segera
lebih optimal. Untuk kendala utama ketersediaan Jurusita Pajak, KPP Madya
secara daring melalui aplikasi Whatsapp. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan pada penerbitan Surat Teguran adalah mencari alamat terkini tempat
Surat Paksa. Untuk kendala terkait pelaksanaan Penyitaan, Jurusita Pajak KPP
hambatan pada pelaksanaan Lelang, Jurusita Pajak KPP Madya Jakarta Barat
Pencegahan pada awal tahun berjalan atau pada akhir tahun sebelum tahun
Pajak mencari kantor cabang tempat Penanggung Pajak sebagai nasabah melalui
internet berdasarkan pada informasi nomor rekening yang dimiliki Jurusita Pajak.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ana Awa, Olivia Rambu, dan Norman Duma Sitinjak. 2017. Peranan Penagihan
Tunggakan Pajak terhadap Pertumbuhan Tunggakan Pajak. Jurnal Akuntansi
dan Perpajakan Vol. 3, No. 1: 1-9.
Azhari, Muhammad Faiza. 2017. Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan
Pajak terhadap Tax Evasion. Bandung: Universitas Pasundan.
Ilyas, Wirawan B., dan Richard Burton. 2001. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba
Empat.
Iskandar, Daniati. 2016. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Survey pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying Periode 2009-2015). Skripsi,
Bandung: Universitas Pasundan.
Juniardi, Kukuh Putranda, Siti Ragil Handayani, dan Devi Farah Azizah. 2014.
Pengaruh Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif terhadap
Pencairan Tunggakan Pajak Penghasilan Badan (Studi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Utara Tahun 2005-2013). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB) Vol.17, No.1: 1-8.
95
96
Rahayu, Siti Kurnia. 2013. Perpajakan Indonesia: Konsep & Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba
Empat.
Salsabila, Radita Nilna. 2019. Evaluasi Pelaksanaan Pencairan Piutang Pajak serta
Kontribusinya bagi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Singosari Tahun
2016-2018. KTTA, Tangerang Selatan: Politeknik Keuangan Negara STAN.
Sambodo, Agus. 2014. Pajak dalam Entitas Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Soemitro, Rochmat. 2004. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: Salemba Empat.
Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Salemba Empat.
Direktorat Jenderal Pajak. 2015. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
27/PJ/2015 tentang Pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
11/PJ/2017 tentang Rencana, Strategi, dan Pengukuran Kinerja Pemeriksaan
tahun 2017. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2017. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2018. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2018. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2019. Nota Dinas Direktur Jenderal Pajak Nomor ND-
44/PJ/2019 tentang Rencana Sumber Penerimaan Pajak Tahun 2019. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
3. Sumber Elektronik