Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

MINI SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBINAAN UMKM MELALUI


PROGRAM BUSINESS DEVELOPMENT SERVICES (BDS) TERHADAP
PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2) DI KPP PRATAMA PONDOK AREN

Diajukan Oleh:
Agung Triyadi
NPM 1401180002
&
Tio Andri Prasetyo
NPM 1401180055

Dosen Pengampu:

Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D.

Program Diploma IV Keuangan


Spesialisasi Akuntansi
Semester VII T.A. 2018/2019
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN MINI SKRIPSI

PERNYATAAN KEASLIAN MINI SKRIPSI

NAMA : AGUNG TRIYADI &


TIO ANDRI PRASETYO
NOMOR POKOK MAHASISWA : 1401180002 & 1401180055
BIDANG SKRIPSI : PERPAJAKAN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENGARUH PENERAPAN
STRATEGI PEMBINAAN UMKM MELALUI
PROGRAM BUSINESS DEVELOPMENT
SERVICES (BDS) TERHADAP PENERIMAAN
PPH PASAL 4 AYAT (2) DI KPP PRATAMA
PONDOK AREN

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya mini skripsi ini adalah hasil tulisan saya
sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa
memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan
plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
LEMBAR PERSETUJUAN

TANDA PERSETUJUAN MINI SKRIPSI

NAMA : AGUNG TRIYADI &


TIO ANDRI PRASETYO
NOMOR POKOK MAHASISWA : 1401180002 & 1401180055
BIDANG SKRIPSI : PERPAJAKAN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENGARUH PENERAPAN
STRATEGI PEMBINAAN UMKM MELALUI
PROGRAM BUSINESS DEVELOPMENT
SERVICES (BDS) TERHADAP PENERIMAAN
PPH PASAL 4 AYAT (2) DI KPP PRATAMA
PONDOK AREN

Tangerang Selatan, Januari 2019

Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,

Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D. Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D


NIP 19740609 199502 1 001 NIP 19740804 199502 1 001
DAFTAR ISI

Contents
PERNYATAAN KEASLIAN MINI SKRIPSI ......................................................................... 2
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 4
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 7
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 7
B. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 9
C. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 9
E. Manfaat penelitian ....................................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 12
A. Pengertian dan Dasar Pengenaan Tarif Pajak UMKM.............................................. 12
B. Penerimaan Perpajakan ............................................................................................. 13
C. Penyuluhan Perpajakan ............................................................................................. 14
D. Business Development Services (BDS) .................................................................... 15
E. Kesadaran dan Motivasi Wajib Pajak ....................................................................... 16
1. Kesadaran Wajib Pajak .......................................................................................... 16
2. Motivasi Wajib Pajak ............................................................................................ 17
F. Penelitian Terdahulu ..................................................................................................... 18
G. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................................... 19
H. Pengembangan Hipotesis Penelitian ......................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 21
A. Desain Penelitian ....................................................................................................... 21
B. Variabel Penelitian .................................................................................................... 21
C. Alat Analisis .............................................................................................................. 28
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 28
E. Metode Analisis Data ................................................................................................ 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................................... 31
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................................... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 32
A. Simpulan.................................................................................................................... 32
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 32
C. Saran .......................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 33
References ................................................................................................................................ 33
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan mini skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Penerapan Strategi Pembinaan UMKM Melalui Program Business
Development Services (BDS) Terhadap Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) Di KPP Pratama
Pondok Aren” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metodologi dan Penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, selaku Dosen Mata Kuliah Metodologi dan Penelitian yang
telah memberikan ilmu, wawasan, dan bimbingan yang mendasari penelitian ini,
2. Bapak Muhammad Tohir, selaku Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan KPP
Pratama Pondok Aren yang telah bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan
wawancara terkait penelitian ini,
3. Rekan-rekan kelas 7-2 Program Diploma IV PKN STAN Tahun Akademik 2018/2019
yang telah menjadi kawan seperjuangan selama mengikuti pendidikan,
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan
dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian mini skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam penulisan mini


skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang membangun guna
menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan
kontribusi yang positif dan manfaat lebih kepada banyak pihak.

Tangerang Selatan, Januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah


untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini mampu
menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan
bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar. Eksistensi
UMKM terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis
ekonomi. Namun, UMKM menghadapi banyak permasalahan seperti terbatasnya modal kerja,
Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta
teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah
keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang
belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu
menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga,
menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan, dan
tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.

Tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global,


seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan
teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual
UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian
membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor
ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011).

UMKM merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran besar dalam perekonomian
nasional. Namun, penerimaan pajak dari sektor UMKM masih rendah. Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Perederan Bruto Tertentu, yang
merupakan pengganti atas PP No 46 Tahun 2013, telah diterbitkan pada 22 Juni 2018. Peraturan
ini menurunkan tarif pajak final dari 1% menjadi 0,5% yang dikenakan atas Peredaran Bruto
(omzet) Wajib Pajak. Ambang batas penghasilan Wajib Pajak senilai Rp 4,8 Miliar secara
eksplisit menargetkan UMKM, hal tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah ingin
merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan. Pemerintah
berharap penurunan tarif akan meningkatkan penerimaan pajak dari Sektor UMKM.

Melalui surat nomor S-284/PJ.13/2016 tentang Pelaksanaan Pembinaan Wajib Pajak


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui Program business Development Services (BDS),
Direktorat Jenderal Pajak berkomitmen untuk melaksanakan program pembinaan bagi Wajib
Pajak Usaha kecil dan Menengah dalam rangka implementasi dua inisiatif program
transformasi kelembagaan yaitu menjangkau ekonomi informal melalui pendekatan end to end
dan meingkatkan kepatuhan Wajib Pajak UKM. Program ini telah dilakukan uji coba pada
delapan Kantor Wilayah DJP pada tahun 2015. Pembinaan Wajib Pajak UKM melalui program
BDS adalah kegiatan pelatihan dan pembinaan terhadap para pelaku UKM dengan memberikan
materi yang berisi cara-cara mendorong perkembangan usaha para pelaku UKM dan materi
terkait perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan.

Euphrasia Susy Suhendra (2010) dalam tulisannya yang berjudul Pengaruh Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
Penelitian memberikan kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan berpengaruh
positif terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada kantor pelayanan pajak.
Semakin patuh Wajib Pajak melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka semakin
meningkatkan penerimaan pajak. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, penulis berasumsi
bahwa tingkat kepatuhan yang berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan tidak hanya
terjadi pada Wajib Pajak Badan tetapi juga Orang Pribadi, serta UMKM yang terdiri atas Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Badan. Dalam tulisan ini penulis mencoba meneliti tentang hubungan
antara pelaksanaan program BDS terhadap peningkatan penerimaan perpajakan. Program BDS
memiliki tujuan untuk meningkatkan kepatuhan, dan menurut hasil penelitian terdahulu tingkat
kepatuhan berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan, karena itu
penulis berasumsi bahwa pelaksanaan program BDS dapat meningkatkan penerimaan
perpajakan dari sektor UMKM.
B. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan membahas bagaimana program yang diluncurkan Pemerintah
khususnya Direktorat Jenderal Pajak, yakni pembinaan UMKM berpengaruh terhadap
penerimaan perpajakan nasional. Penelitian ini dibatasi pada analisis penerimaan perpajakan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pondok Aren.

C. Rumusan Masalah
Penelitian ini berfokus pada pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Sejauh mana upaya KPP Pratama Pondok Aren dalam meningkatkan kesadaran Wajib
Pajak UMKM untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, langkah apa yang telah dan akan
dilakukan?
2. Apakah Pembinaan UMKM yang dilakukan KPP Pratama Pondok Aren berpengaruh
terhadap Peningkatan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2)?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Sejauh mana upaya KPP Pratama Pondok Aren dalam meningkatkan kesadaran Wajib
Pajak UMKM untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, langkah apa yang telah dan akan
dilakukan?
2. Apakah Pembinaan UMKM yang dilakukan KPP Pratama Pondok Aren berpengaruh
terhadap Peningkatan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2)?

E. Manfaat penelitian
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan mengasah
ketajaman analisis bagi penulis dalam mencermati isu-isu Perpajakan di Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perencanaan pembangunan dan
kebijakan strategis khususnya di bidang pemberdayaan UMKM dalam rangka pencapaian
tujuan program Business Development Services (BDS) di seluruh Indonesia.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk
pengambilan kebijakan terkait dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program Business Development Services (BDS).
4. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain sebagai referensi penelitian lebih
lanjut.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Setiap bab berisi
pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang dilakukannya penulisan, mengapa UMKM


dipilih untuk diteliti dan bagaimana pengaruhnya terhadap penerimaan perpajakan
nasional. Latar belakang tersebut menjadi dasar rumusan masalah dan tujuan
penelitian sehingga penelitian ini memiliki manfaat penelitian. Dan bagian akhir bab
ini adalah sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi pembahasan teori-teori yang menjadi landasan penelitian dan
pengembangan hipotesis penelitian. Teori yang digunakan antara lain pengertian dan
dasar pengenaan tarif pajak untuk UMKM, Pengertian penerimaan perpajakan yang
digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, Penyuluhan Perpajakan, konsep
Busines Development Services (BDS), Kesadaran dan Motivasi Wajib Pajak. Bab
ini juga berisi tinjauan literatur atas penelitian terdahulu yang berhubungan, sehingga
dapat disusun kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi lima subbab mengenai metodologi penelitian, meliputi Desain
penelitian, Variabel penelitian, alat analisis, metode pengumpulan data, dan metode
analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, yaitu penyajian data sekunder yang
diperoleh dari KPP Pratama Pondok Aren. Bab ini juga memuat hasil analisis data
dan pembahasan serta interpretasi data untukmenjawab permasalahan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang direkomendasikan
untuk berbagai pihak, serta keterbatasan yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Dasar Pengenaan Tarif Pajak UMKM


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 menyebutkan bahwa batasan Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang dikenai Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat
Final sebesar 0,5% (nol koma lima persen) adalah Wajib Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Pengenaan tarif pajak sebesar
0,5% merupakan perubahan utama dari PP Nomor 46 Tahun 2013 yang memiliki tarif sebesar
1% (satu persen).

Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah adalah sebagai
berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan.
Dalam Undang-undang tersebut juga dijelaskan tentang kriteria dari masing-masing usaha,
dengan rincian sebagai berikut:

- Pasal 6 ayat (1)


Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: “b.memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
- Pasal 6 ayat (2)
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: “b. memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
- Pasal 6 ayat (3)
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: “b. memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Ambang batas penghasilan Wajib Pajak senilai Rp 4,8 Miliar secara eksplisit menargetkan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), hal tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah
ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.

B. Penerimaan Perpajakan
Sebenarnya apakah definisi dari pajak? berbagai ahli hukum mencoba menggambarkan
definisi pajak antara lain Adriani (1989) menyatakan:

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Soemitro (1992) dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, yang
terdapat juga dalam bukunya Brotodiharjo (1989) yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Pajak
memberikan pengertian pajak sebagai berikut:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu dalam pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh pemerintah yang bersumber dari
pajak yang dibayarkan oleh rakyat. Definisi penerimaan pajak menurut John Hutagaol
(2007:325) adalah:

“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-
menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi
masyarakat.”
Tidak hanya sampai pada definisi singkat di atas bahwa dana yang diterima di kas
negara tersebut akan dipergunakan untuk pengeluaran pemerintah untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, sebagaimana maksud dari tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri
awal negara ini yaitu menyejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berdasarkan
kepada keadilan sosial (Suherman, 2011).

C. Penyuluhan Perpajakan
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-03/PJ/2013 tentang Pedoman
Penyuluhan Perpajakan, Penyuluhan perpajakan diartikan sebagai suatu upaya dan proses
memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha, dan lembaga pemerintah
maupun non-pemerintah. Sementara dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-98/PJ./2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan
Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban perpajakannya
harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:

1. program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak


diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru yang membutuhkan
sosialisasi/penyuluhan,
2. tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki ruang yang besar untuk
ditingkatkan,
3. upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan meningkatkan besarnya
tax ratio,
4. peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.
Dalam rangka mencapai tujuannya, kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan
dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak yang bertujuan
membangun awareness tentang pentingnya pajak serta menjaring Wajib Pajak baru, kegiatan
sosialisasi bagi Wajib Pajak baru yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan kepatuhan
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, khususnya bagi mereka yang belum
menyampaikan SPT dan belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali., dan
kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar bertujuan menjaga komitmen Wajib Pajak untuk
terus patuh.

Salah satu sinergi yang dapat dilakukan saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
perpajakan adalah bersamaan dengan program pembinaan Usaha Kecil dan Menengah melalui
program Business Development Services (Jasa Pengembangan Usaha), hal ini tertuang dalam
Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-433/PJ/2016 tentang Petunjuk Kegiatan Penyuluhan
Perpajakan Tahun 2017. Sebelum surat tersebut diterbitkan, Direktur Jenderal Pajak telah
menerbitkan Surat nomor S-284/PJ.13/2016 tentang Pelaksanaan Pembinaan Wajib Pajak
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui Program business Development Services (BDS)
Direktur Jenderal Pajak, yang menjadi tonggak pelaksanaan program pembinaan bagi para
pelaku Usaha Kecil dan Menengah.

D. Business Development Services (BDS)


Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-13/PJ/2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Program Business Development Services (BDS), Program Business Development
Services salah satu strategi pembinaan dan pengawasan kepada Wajib Pajak UMKM dalam
membina dan mendorong pengembangan usahanya secara berkesinambungan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran (awareness), keterikatan (engagement), dan kepatuhan
(compliance) terhadap pajak.

Di dalam Surat Edaran tersebut, terdapat kewajiban bagi KPP Pratama untuk
melaksanakan program BDS yang dapat dilaksanakan dalam bentuk workshop, pelatihan
kewirausahaan, seminar, kelas pajak tematik, dan lain-lain. Tujuan dari program BDS tersebut
adalah membina dan mendorong peningkatan usaha para pelaku UMKM yang berada di
wilayah kerja masing-masing KPP Pratama. Selain itu, tujuan lain dari program ini adalah
pembentukan basis data Wajib Pajak UMKM untuk dilakukan pemantauan perkembangan
usaha dan kepatuhan perpajakannya.

KPP Pratama dimungkinkan untuk menjalin kerja sama dengan instansi, lembaga,
asosiasi, dan/atau pihak lain dalam penyelenggaraan Program BDS tersebut. Apabila KPP
Pratama bekerja sama dengan pihak lain, KPP Pratama memberikan materi terkait perpajakan
pada kegiatan pembinaan UMKM yang diselenggarakan pihak lain tersebut. Saat ini
penyuluhan perpajakan diselipkan dalam program BDS tersebut. BDS menjadi alat untuk
melakukan penyuluhan perpajakan kepada Wajib Pajak.

E. Kesadaran dan Motivasi Wajib Pajak


1. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalahsuatu kondisi dimana Wajib Pajak mengetahui, mengakui,
menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan
keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Menurut Sapriadi (2013) dan Setiawan
(2014), kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Kesadaran
Wajib Pajak akan perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri Wajib Pajak atas
kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan. Dengan kesadaran
pajak yang tinggi, kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajaknya dapat meningkat. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Suardana (2014) bahwa kesadaran Wajib Pajak memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Anggraeni (2007) menyimpulkan kriteria Wajib Pajak yang sadar akan kewajiban
perpajakannya dalam sistem self-assessment, yaitu:

a. Dalam mendapatkan NPWP, Wajib Pajak secara aktif mendaftarkan diri secara aktif dan
mandiri ke KPP setempat.
b. WP mengambil sendiri formulir SPT Masa di KPP setempat,
c. WP menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak penghasilan yang terutang melalui
pengisian SPT tanpa bantuan fiskus.
d. WP menyetor dan melaporkan formulir SPT secara aktif dan mandiri dan tepat waktu, tanpa
harus ditagih oleh fiskus.

Upaya pemerintah untuk memberlakukan hukum secara adil bagi Wajib Pajak maupun
fiskus dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak. Selain itu,
pemerintah juga harus memastikan bahwa hasil pembayaran pajak rakyat digunakan untuk
membangun fasilitas-fasilitas umum, memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Pemerintah juga harus terus mengembangkan sistem
pemungutan pajak yang lebih baik, lebih sederhana, dan efisien untuk mengurangi
kemungkinan adanya pelanggaran terhadap hukum pajak (Kompasiana, 2010).

2. Motivasi Wajib Pajak


Motivasi adalah keadaan dalam diri sesorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprojo dan
Handoko, 1997:252). Jadi motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku
yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan (Asmara, 2002).

Ada beberapa ahli psikologis membagi motivasi dalam beberapa tingkatan, namun
secara umum terdapat keseragaman dalam mengklasifikasikan tingkatan motivasi yaitu : a)
motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari
memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang
tinggi, b) motivasi sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan yang positif,
mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah, c) motivasi
dikatakan lemah/rendah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan keyakinan yang
rendah dalam dirinya (Irwanto, 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi, antara lain : a) Tingkat kematangan


pribadi merupakan motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, biasanya timbul dari
perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan, b)
Situasi dan kondisi, motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga
mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu, c) lingkungan kerja atau aktifitas
merupakan motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang
didasari dengan adanya kegiatan atau aktivitas rutin dengan tujuan tertentu, d) Tingkat
pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang, d) Audio Visual (media) motivasi yang
timbul dengan adanya informasi yang didapat dari perantara sehingga mendorong atau
menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu, e) Sarana dan Prasarana dapat
mempengaruhi motivasi. Apabila sarana dan prasarana memadai maka akan timbul suatu
motivasi (Prabu, 2005).

Motivasi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh


banyak faktor seperti pengetahuannya terhadap manfaat dari pembayaran pajak yang
dilakukan, sanksi apabila tidak memenuhi kewajiban perpajakan, kemudahan pelayanan yang
diberikan, fasilitas yang disediakan oleh aparatur pajak, dan sebagainya.

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan
oleh Euphrasia Susy Suhendra (2010) yang berjudul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Penelitian tersebut
menghasilkan kesimpulan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan berpengaruh positif terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada kantor pelayanan pajak. Semakin patuh
Wajib Pajak melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka semakin meningkatkan
penerimaan pajak.

Selain itu Adincha Ayuvisda Sulistiyono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan
Orang Pribadi Usahawan memberikan kesimpulan terdapat pengaruh positif signifikan antara
motivasi terhadap kepatuhan membayar pajak, namun pengaruhnya masih lemah hanya sekitar
47,1%.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toly
(2013) yang berjudul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan
Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya
Sawahan, menghasilkan kesimpulan secara parsial kesadara Wajib Pajak berpengaruh negatif
terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Hal tersebut
berarti apabila kesadaran Wajib Pajak meningkat, maka penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pratama Surabaya Sawahan justru akan menurun. Selain itu, penelitian tersebut juga
menghasilkan kesimpulan bahwa secara parsial kegiatan sosialisasi perpajakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya
Sawahan, di mana hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vivien (2005)
yang menyimpulkan bahwa penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh signifikan pada
penerimaan pajak. Dengan kata lain, kegiatan sosialisasi yang dilakukan KPP Surabaya
Sawahan belum memenuhi targetnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar Wajib Pajak
mengikuti kegiatan sosialisasi perpajakan hanya sebagai suatu keharusan karena bersifat
memaksa, akan tetapi tetap saja tidak menjalankan kewajibannya dengan patuh.

G. Kerangka Konsep Penelitian


Adapun kerangka berpikir yang dibangun berdasarkan latar belakang masalah dan landasan
teori digambarkan sesuai gambar di bawah.

Pembinaan UMKM melalui Peningkatan penerimaan


Program Business Kesadaran dan PPh Pasal 4 ayat (2) dari
motivasi Wajib Pajak Sektor UMKM
Development Services
UMKM untuk
(BDS) membayar Pajak

Variabel terikat dari tulisan ini adalah Peningkatan Penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) dari sektor
UMKM, dipengaruhi satu variabel bebas –. Pembinaan UMKM melalui Program Business
Development Services (BDS) – dan dimediasi oleh variabel Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak
UMKM untuk membayar Pajak. Variabel-variabel tersebut memiliki hubungan sebagaiman dijelaskan
di bawah ini.

Salah satu permasalahan dari rendahnya tingkat kontribusi Wajib Pajak UMKM terhadap
penerimaan pajak nasional adalah tidak adanya kesadaran dan motivasi dari Wajib Pajak untuk
melakukan pembayaran pajak kepada negara. Hal tersebut merupakan variabel perantara yang dalam
tulisan ini menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat. Program Business Development
Services (BDS) merupakan salah satu terobosan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk
merangkul para Wajib Pajak UMKM masuk ke dalam sistem perpajakan. Tujuan awal dari program ini
adalah untuk meningkatkan bisnis para pelaku UMKM dari berbagai sisi seperti pengetahuan
bagaimana mengelola bisnis yang baik, sampai dengan peningkatan omzet. Selain tujuan tersebut,
Direktorat Jenderal Pajak juga mempunyai tujuan lain yakni agar bisa menarik dan mengawasi para
Wajib Pajakt ersebut. Tidak hanya memberikan seminar dan workshop tentang peningkatan bisnis,
program Business Development Services juga mencakup pemberian kelas pajak kepada para Wajib
Pajak. Diharapkan dengan program tersebut, Wajib Pajak akan semakin termotivasi untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya, sehingga akan berdampak pada penerimaan pajak dari sektor UMKM.

H. Pengembangan Hipotesis Penelitian


Berdasarkan pengembangan kerangka konsep penelitian penulis, ditarik hipotesis
sebagai berikut.

H1 : Pembinaan UMKM melalui Program Business Development Services (BDS) akan


meningkatkan Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak UMKM untuk membayar
Pajak, yang akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan PPh
Pasal 4 ayat (2) dari Sektor UMKM
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dengan instrumen kuesioner berupa daftar
pertanyaan mengenai efektivitas pelaksanaan program Business Development Services,
Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak, dan Peningkatan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) dari
sektor UMKM yang ditunjukkan dengan peningkatan bisnis para anggota. Kuesioner ditujukan
kepada anggota komunitas hasil dari Business Development Services KPP Pratama Pondok
Aren yakni UMKM Sahabat Pajak (USP). Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan
data-data dari literatur, artikel, jurnal, hasil penelitian terdahulu, maupun media tulis lainnya
yang berkaitan dengan topik dan pembahasan ini. Penelitian dimulai dengan merumuskan
masalah, kemudian dilanjutkan dengan penentuan tujuan dan manfaat penelitian, mempelajari
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian untuk pembuatan landasan teori, menyusun
kerangka dan hipotesis penelitian, menentukan populasi dan sampel, mengumpulkan data, dan
terakhir adalah pengolahan data yang menjadi dasar pembuatan kesimpulan dan saran.

B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian ini diukur melalui instrumen yang dikembangkan oleh
peneliti berdasarkan kerangka konsep penelitian.Terdapat tiga variabel yang terdiri atas dua
satu variabel independen, satu variabel mediator, dan satu variabel dependen dengan penjelasan
sebagai berikut:

- Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Peningkatan
penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) dari Sektor UMKM.
- Variabel mediator, variabel perantara yang menjelaskan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel mediator dalam penelitian ini adalah
Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak UMKM untuk membayar Pajak.
- Variabel Independen, yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
maupun timbulnya variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Pembinaan UMKM melalui Program Business Development Services (BDS).

Seluruh variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala interval. Untuk
penggunaan regresi, data diubah ke skala interval dengan menggunakan bantuan microsoft
excel. Ringkasan variabel penelitian, indikator, dan pengukuran ditunjukkan pada tabel berikut:

Definisi Operasional
Variabel
Indikator Skala Pengukuran

Pembinaan UMKM  Volume pelaksanaan program (Seminar, Interval


melalui Program workshop, pelatihan kewirausahaan, kelas
Business Development pajak, dsb)
Services (BDS)  Pemahaman Wajib Pajak tentang bisnis
setelah mengikuti program
 Pemahaman Wajib Pajak tentang perpajakan
 Kompetensi fasilitator program
 Keaktifan anggota dalam program
 Opini Wajib Pajak terhadap kaitan program
dengan kesejahteraan pelaku UMKM

Kesadaran dan motivasi  Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan Interval


Wajib Pajak UMKM perpajakan
untuk membayar Pajak  Persepsi Wajib Pajak atas sosialisasi
perpajakan yang dilakukan Kantor Pajak
 Persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan
peraturan perpajakan
 Persepsi Wajib Pajak tentang ketersediaan
peraturan perpajakan di Internet
 Persepsi Wajib Pajak atas kebutuhannya
didampingi oleh petugas pajak dalam proses
penghitungan pajak
 Persepsi Wajib Pajak atas kebutuhannya
didampingi oleh petugas pajak dalam proses
pelaporan SPT
 Persepsi Wajib Pajak tentang kemudahan
pelaporan SPT melalui e-filing
Peningkatan penerimaan  Peningkatan bisnis setelah Wajib Pajak Interval
PPh Pasal 4 ayat (2) dari mengikuti program BDS
Sektor UMKM  Peningkatan omzet setelah Wajib Pajak
mengikuti program BDS
 Peningkatan pajak yang dibayarkan setelah
Wajib Pajak mengikuti program BDS
 Persepsi Wajib Pajak atas pelayanan Kantor
Pelayanan Pajak
 Keinginan Wajib Pajak mengajak rekan untuk
mengikuti program BDS
 Keinginan Wajib Pajak mengajak rekan untuk
memenuhi kewajiban perpajakan
 Persepsi Wajib Pajak tentang program BDS

1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Definisi operasional variabel didasarkan pada beberapa sumber atau referensi yang digunakan
dalam penelitian ini.
a. Variabel Independen

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pembinaan UMKM melalui
Program Business Development Services (BDS). Program Business Development Services
merupakan salah satu strategi pembinaan dan pengawasan kepada Wajib Pajak UMKM dalam
membina dan mendorong pengembangan usahanya secara berkesinambungan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran (awareness), keterikatan (engagement), dan kepatuhan
(compliance) terhadap pajak. BDS yang dilaksanakan dalam bentuk workshop, pelatihan
kewirausahaan, seminar, kelas pajak tematik, dan lain-lain. Tujuan dari program BDS tersebut
adalah membina dan mendorong peningkatan usaha para pelaku UMKM yang berada di
wilayah kerja masing-masing KPP Pratama.

Variabel Program Business Development Services (BDS) diukur dengan menggunakan


skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan
dalam skala interval, yaknih skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

Indikator penelitian yang digunakan dalam variabel Program Business Development


Services (BDS) antara lain :
1) Volume pelaksanaan program (Seminar, workshop, pelatihan kewirausahaan, kelas
pajak, dsb)
2) Pemahaman Wajib Pajak tentang bisnis setelah mengikuti program
3) Pemahaman Wajib Pajak tentang perpajakan
4) Kompetensi fasilitator program
5) Keaktifan anggota dalam program
6) Opini Wajib Pajak terhadap kaitan program dengan kesejahteraan pelaku UMKM
Pengukuran variabel independen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin,
dengan arti sebagai berikut:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 2 = Tidak Setuju ( TS)
Angka 3 = Netral (N)
Angka 4 = Setuju (S)
Angka 5 = Sangat Setuju (SS)
b. Variabel Mediator

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kesadaran dan motivasi Wajib
Pajak. Kesadaran Wajib Pajak didefinisikan sebagai keadaan suatu sikap sadar mengetahui
atau mengerti, terhadap fungsi pajak yang menimbulkan konsekuensi untuk membayar
pajaknya dengan benar (Sulistyowati, 2012). Sedangkan motivasi adalah Suatu keadaan
atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya secara tepat waktu dan tepat jumlah (Fery Istanto,
2010).
Variabel Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak diukur dengan menggunakan skala
interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam
skala interval, yaknih skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

Indikator penelitian yang digunakan dalam variabel Kesadaran dan motivasi Wajib Pajak
antara lain :

1) Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan


2) Persepsi Wajib Pajak atas sosialisasi perpajakan yang dilakukan Kantor Pajak
3) Persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan peraturan perpajakan
4) Persepsi Wajib Pajak tentang ketersediaan peraturan perpajakan di Internet
5) Persepsi Wajib Pajak atas kebutuhannya didampingi oleh petugas pajak dalam proses
penghitungan pajak
6) Persepsi Wajib Pajak atas kebutuhannya didampingi oleh petugas pajak dalam proses
pelaporan SPT
7) Persepsi Wajib Pajak tentang kemudahan pelaporan SPT melalui e-filing
Pengukuran variabel independen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin,
dengan arti sebagai berikut:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 2 = Tidak Setuju ( TS)
Angka 3 = Netral (N)
Angka 4 = Setuju (S)
Angka 5 = Sangat Setuju (SS)
c. Variabel Dependen

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peningkatan penerimaan PPh
Pasal 4 ayat (2) dari Sektor UMKM. Penermaan PPh Pasal 4 ayat (2) dihitung menggunakan
tarif berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2013 sebesar 1% dari Omzet, yang
kini telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 23 Tahun 2018 dengan tarif 0,5% dari
omzet. Variabel ini digunakan untuk menguji apakah ada peningkatan bisnis yang dirasakan
Wajib Pajak setelah mengikuti program Business Development Services (BDS). Peningkatan
bisnis akan meningkatkan omzet, yang berarti juga meningkatkan penerimaan pajak yang
dibayarkan oleh pelaku UMKM tersebut karena pajaknya dihitung berdasarkan omzet.

Variabel Peningkatan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) dari Sektor UMKM diukur
dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta
mengisi pertanyaan dalam skala interval, yaknih skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5
(sangat setuju).

Indikator penelitian yang digunakan dalam variabel Peningkatan penerimaan PPh Pasal 4
ayat (2) dari Sektor UMKM antara lain :
1) Peningkatan bisnis setelah Wajib Pajak mengikuti program BDS
2) Peningkatan omzet setelah Wajib Pajak mengikuti program BDS
3) Peningkatan pajak yang dibayarkan setelah Wajib Pajak mengikuti program BDS
4) Persepsi Wajib Pajak atas pelayanan Kantor Pelayanan Pajak
5) Keinginan Wajib Pajak mengajak rekan untuk mengikuti program BDS
6) Keinginan Wajib Pajak mengajak rekan untuk memenuhi kewajiban perpajakan
7) Persepsi Wajib Pajak tentang program BDS
Pengukuran variabel independen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin,
dengan arti sebagai berikut:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 2 = Tidak Setuju ( TS)
Angka 3 = Netral (N)
Angka 4 = Setuju (S)
Angka 5 = Sangat Setuju (SS)
2. Populasi dan sampel

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang
ingin diinvestigasi (Sekaran, 2006 dalam Fikriningrum, 2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai anggota UMKM Sahabat Pajak (USP) di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pondok Aren. USP merupakan komunitas yang dibentuk KPP
Pratama Pondok Aren sebagai wujud dari pelaksanaan program BDS.

KPP Pondok Aren merupakan pemrakarsa program BDS di lingkungan Kantor Wilayah
DJP Banten, menghasilkan komunitas USP yang rutin mengadakan kegiatan untuk peningkatan
bisnis para anggotanya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan, serta ketua USP sendiri, anggota USP terdaftar adalah sekitar
250 orang. Dari sekian banyak jumlah anggota komunitas ini, tidak semua menjadi objek
penelitian. Oleh karena itu, dilakukan lah pengambilan sampel. Penentuan jumlah sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Di mana:

n = jumlah sampel

N = Populasi

e = batas kesalahan ditoleransi (5-10%)

Dengan rumus tersebut, setelah ditentukan nilai e sebesar 10%, didapatkan jumlah sampel
sebanyak 71,42 yang dibulatkan menjadi 72. Dengan demikian penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 72 orang anggota USP binaan KPP Pratama Pondok Aren.

Dalam menentukan sampel wajib pajak mana yang akan digunakan adalah dengan teknik
simple random sampling. Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah
metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap
anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.
Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.

C. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data kuantitatif adalah software
Microsoft Excel dan Stata versi 14.2. Microsoft Excel digunakan dalam mengkonversi data
kuesioner Wajib Pajak menjadi angka. Sementara Stata versi 14.2 digunakan untuk melakukan
analisis pengujian-pengujian yang dilakukan.

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui dua cara, yaitu riset kepustakaan dan
riset lapangan. Riset kepustakaan dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai
penelitian terdahulu, teori-teori yang mendukung penelitian, dan data pendukung lainnya.
Sedangkan riset lapangan dipergunakan untuk mengumpulkan data dari para responden.

E. Metode Analisis Data


Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena teknik
regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing
variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun secara bersama-sama. Beberapa langkah
yang dilakukan dalam analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:
1. Uji Kualitas data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Untuk
mengetahui apakah suatu item valid atau tidak maka dilakukan pembandingan antara
koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel berarti item
valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel berarti item tidak valid (Ghozali 2006).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak
berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Suatu kostruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali 2011).

2. Uji Asumsi Klasik


Uji Asumsi Klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normalitas,
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah memiliki data yang
terdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Jika nilai signifikan pada Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data
terdistribusi normal. Namun jika nilai signifikan yang dihasilkan < 0,05, maka data tidak
terdistribusi normal.
3. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F ddengan kriteria pengambilan keputusan
(Ghozali, 2011) sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi F < 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti koefisien
regresi signifikan, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi F > 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti koefisien
regresi tidak signifikan. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya menjelaskan seberapa besar kontribusi dari
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi antara nol
sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≥ 1). Semakin besar nilai R2 maka semakin bagus model regresi yang
digunakan. Sedangkan semakin kecil nilai R2 artinya variabel bebas yang digunakan terhadap
variabel terikat semakin kecil.
5. Uji Hipotesis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan teknik analisis
multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model
analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik. Model-model
yang dimaksud diantaranya adalah analisis regresi, analisis jalur, dan analisis faktor
konfirmatori (Hox dan Bechger, 1998). Dalam penelitian ini SEM digunakan untuk
menyederhanakan proses regresi linear berganda untuk menganalisis variabel mediasi. Model
dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kesadaran dan
motivasi Wajib
Pajak UMKM
untuk membayar
Pajak

Pembinaan Peningkatan
UMKM melalui penerimaan PPh
Program Business Pasal 4 ayat (2)
Development dari Sektor
Services (BDS) UMKM
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
B. Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana penelitian pada umumnya, penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-
keterbatasan. Beberapa keterbatasan penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini tidak mencakup seluruh Wajib Pajak yang terdaftar sebagai
anggota UMKM Sahabat Pajak (USP), sehingga hasil dari penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi

C. Saran
DAFTAR PUSTAKA

References

Jahja, A. S. (2017, Agustus). Perbanas Institute. Diambil kembali dari


https://dosen.perbanas.id/variabel-moderator-dan-mediator/

Mardiasmo, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Adriani, PJA dalam Brotodiharjo, R, Santoso, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco,
Bandung, Indonesia.

https://sbm.binus.ac.id/2015/04/28/pengenalan-sem-part-1/

Anda mungkin juga menyukai