Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PAPER AUDIT INTERNAL

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH


DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Disusun oleh:

Agung Triyadi
NPM 1401180002

KELAS 7-2

PROGRAM DIPLOMA IV KEUANGAN SPESIALISASI AKUNTANSI


SEMESTER VII
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. II

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... IV

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... V

KATA PENGANTAR ................................................................................................. VI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Ruang Lingkup.................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2

D. Manfaat Penulisan............................................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 4

A. Konsep Dasar Pengendalian Internal .................................................................. 4

B. Unsur-unsur SPIP................................................................................................ 5

C. Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan ............................. 8

D. Pemantauan Pengendalian Intern ........................................................................ 9

E. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (EPITE) ................. 10

F. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA) .......................... 13

G. Kesimpulan Efektivitas Pengendalian Intern .................................................... 15

H. Evaluasi Temuan dan Kesimpulan.................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................ 17

A. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak .................................................... 17

II
B. Lingkungan Pengendalian di KPP .................................................................... 20

C. Penilaian Risiko di KPP .................................................................................... 21

D. Kegiatan Pengendalian di KPP ......................................................................... 21

E. Informasi dan Komunikasi di KPP ................................................................... 22

F. Pemantauan di KPP........................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 29

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 29

B. Saran ................................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 31


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak ..........................................18


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Matriks laporan hasil Pemantauan Penerapan Kode etik......................... 28


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan paper
dengan judul “Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Audit Internal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan paper ini dapat diselesaikan


dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Eddy RS, selaku Dosen Mata Kuliah Audit Internal yang telah memberikan
ilmu, wawasan, dan bimbingan yang mendasari penulisan paper ini,
2. Rekan-rekan kelas 7-2 Program Diploma IV PKN STAN Tahun Akademik
2018/2019 yang telah menjadi kawan seperjuangan selama mengikuti pendidikan,
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian paper ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam penulisan


paper ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang membangun guna
menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
memberikan kontribusi yang positif dan manfaat lebih kepada banyak pihak.

Tangerang Selatan, Januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntabilas penyelenggaraan pemerintahan merupakan tanggung jawab
pemerintah yang harus dicapai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyelenggaraan pemerintahan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban serta pengawasan. Untuk dapat memastikan bahwa
penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan semestinya sesuai aturan maka
diperlukan pengendalian intern yang memadai sehingga dapat memberikan keyakinan
yang memadai juga. Pengendalian intern ini disusun dalam sebuah sistem pengendalian
intern yang dirancang dan dijalankan tidak terpisah dari kegiatan pemerintahan namun
sistem ini tidak juga mengganggu penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai
efektivitas dan efisiensi. Karena itu, dalam membangun suatu sistem pengendalian
intern harus diperhitungkan cost benefit dan efektivitas dan efisiensi dari sistem
pengendalian intern tersebut. Sistem ini harus dirancang sesuai dengan kebutuhan tiap
instansi pemerintah karena setiap instansi membutuhkan sistem pengendalian yang
mungkin saja tidak sama, tergantung dari tugas dan fungsinya masing-masing.

Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket undang-
undang keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut
mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan
Pemerintah. Dengan adanya amanat tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah nomo
60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tanggal28 Agustus 2008 Sistem
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

1
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif
dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai pengelolaan keuangan
negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Menteri/Pimpinan lembaga,
Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan.

B. Ruang Lingkup
Paper ini memuat informasi pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) . Pembahasan akan dilakukan dalam lingkup penerapan
pemantauan pengendalian intern di KPP, berdasarkan studi literatur dengan sumber
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak, dan Surat Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan paper ini meliputi :
1. Mendapatkan gambaran tentang proses pelaksanaan SPIP di KPP
2. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Audit Internal.

D. Manfaat Penulisan
Pembuatan Paper ini diharapkan akan memberikan manfaat, antara lain :

1. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan SPIP di Direktorat Jenderal Pajak,


khususnya di unit vertikalnya yakni KPP,
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang pelaksanaan SPIP

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam paper ini terdiri dari empat bab, dengan setiap bab
akan berisi pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan, manfaat,
serta sistematika dalam penulisan paper.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini memuat teori-teori yang berkaitan dengan sistem pengendalian
intern pemerintah menurut berbagai peraturan yang ada.

BAB III PEMBAHASAN


Bab ini memuat tentang tahap pelaksanaan SPIP di KPP.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini memuat simpulan yang dapat diperoleh setelah mengetahui
gambaran pelaksanaan SPIP di KPP.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Pengendalian Internal


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berkaitan dengan hal ini, Presiden selaku
Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sedangkan Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang
perbendaharaan, Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang pemerintahan masing-
masing, dan Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah mengatur lebih lanjut dan meyelenggarakan sistem pengendalian
intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap empat hal, yaitu:

1. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan


pemerintahan negara;
2. Keandalan pelaporan keuangan;
3. Pengamanan aset negara;
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan


benar, SPIP akan memberi jaminan dimana seluruh penyelenggara negara, mulai dari
pimpinan hingga pegawai di instansi pemerintah, akan melaksanakan tugasnya dengan
jujur dan taat pada peraturan. Akibatnya, tidak akan terjadi penyelewengan yang dapat
menimbulkan kerugian negara. Ini dapat dibuktikan, misalnya, melalui laporan
keuangan pemerintah yang andal dan mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian.
B. Unsur-unsur SPIP
Penerapan SPIP bersifat menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
Instansi Pemerintah. Ia bukan bagian terpisah dari kegiatan, ataupun ditambahkan ke
dalam kegiatan-kegiatan yang telah disusun. Sebaliknya, SPIP berjalan bersama-sama
dengan kegiatan lain dalam satuan kerja instansi pemerintah. Ini tercermin dalam unsur-
unsur yang ada dalam SPIP, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian
PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya.
Hal ini merupakan komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di
dalam SPIP. Kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan memelihara
lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi motivasi kuat bagi para pegawai
untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan pekerjaannya. Sebaliknya,
pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan lingkungan yang positif
akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal negatif yang
dapat merugikan instansinya.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber
daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan suatu proses pengidentifikasian dan penganalisaan
risiko-risiko yang relevan dalam rangka pencapaian tujuan entitas dan penentuan
reaksi yang tepat terhadap risiko yang timbul akibat perubahan (Djasoerah:2010).
Ini berarti bahwa penilaian risiko dimulai dari penetapan tujuan dan berakhir
dengan penentuan reaksi terhadap risiko.
Oleh karena itu, pimpinan instansi pemerintah melakukan penilaian resiko melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Menetapkan tujuan instansi dengan cara memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu.
b. Menetapkan tujuan pada tingkatan kegiatan berdasarkan pada tujuan dan
rencana strategis Instansi Pemerintah.
c. Melakukan identifikasi risiko untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan
faktor internal dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan
Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif.
d. Melakukan analisa risiko untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Selanjutnya, pimpinan instansi menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat risiko yang dapat diterima. Dalam mempertimbangkan risiko,
pimpinan Instansi Pemerintah mengambil keputusan setelah dengan cermat
menganalisis risiko terkait dan menentukan bagaimana risiko tersebut
diminimalkan (Penjelasan Pasal 7).

3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “kegiatan pengendalian”
adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi
risiko telah dilaksanakan secara efektif.
Karakteristik kegiatan Pengendalian:
a. kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah;
b. kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah;
d. kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
e. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan
secara tertulis; dan
f. kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

4. Informasi dan Komunikasi


Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan umpan balik.
Dalam hal ini pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan
dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan
cara sebagai berikut:
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.

5. Pemantauan
Untuk memastikan apakah SPIP dijalankan dengan baik oleh suatu instansi
pemerintah, maka perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan akan menilai kualitas
kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pemantauan dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
a. Pemantauan berkelanjutan, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin,
supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas
b. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

C. Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan


Prinsip penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian keuangan meliputi:

1. Menciptakan pengendalian intern yang mendukung pencapaian tujuan organisasi;


2. Mempertahankan pengendalian intern sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
proses organisasi dan dalam pengambilan keputusan khususnya terkait perencanaan
strategis;
3. Menjalankan pengendalian intern secara sistematis, terstruktur, dan tepat waktu;
4. Melaksanakan pengendalian intern dengan mempertimbangkan keseimbangan
aspek biaya dan manfaat; dan
5. Melaksanakan pengendalian intern dengan menjaga kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.

Penerapan pengendalian intern di Lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan


melalui Tiga Lini Pertahanan (Three Lines of Defense) yang meliputi:

1. Lini Pertahanan Pertama, yang dilaksanakan oleh manajemen unit kerja dan seluruh
pegawai unit kerja yang bersangkutan, di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan
kantor pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Lini Pertahanan Kedua (Second Line), yang dijalankan oleh Unit Kepatuhan
Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal
(UKI) di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan kantor pelayanan di lingkungan
Kementerian Keuangan; dan
3. Lini Pertahanan Ketiga (Third Line), yang dijalankan oleh Inspektorat Jenderal.

UKI atau unit kerja yang melaksanakan fungsi UKI memiliki tugas dan
tanggung jawab membantu manajemen unit kerja dalam melaksanakan pemantauan
pengendalian intern, yang dalam pelaksanaan tugas terdapat pada tiga level organisasi
berikut:

1. Tingkat unit Eselon I yang selanjutnya disebut UKI-E1 bertugas membantu


manajemen unit kerja berkenaan dalam melaksanakan pemantauan pengendalian
intern pada tingkat Eselon I;
2. Tingkat Wilayah yang selanjutnya disebut UKI-W bertugas membatnu manajemen
unit kerja berkenaan dalam melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada
tingkat wilayah; dan
3. Tingkat pelayanan atau operasional yang selanjutnya disebut UKI-P bertugas
membantu manajemen unit kerja berkenaan dalam melaksanakan pemantauan
pengendalian intern pada tingkat kantor pelayanan atau operasional.

D. Pemantauan Pengendalian Intern


Kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen untuk menilai kualitas sistem
pengendalian intern sepanjang waktu, kegiatan tersebut bertujuan untuk :

1. membantu pimpinan unit kerja untuk meningkatkan penerapan pengendalian intern


dalam rangka pencapaian tujuan organisasi;
2. memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur, dan
ketentuan perundang-undangan yg berlaku;
3. memastikan kecukupan rancangan pengendalian intern.

Jenis Pemantauan Pengendalian Intern


1. Pemantauan Berkelanjutan (on going monitoring)
Pemantauan atas pengendalian intern yang melekat dalam aktivitas operasi normal
suatu entitas, meliputi aktivitas pengelolaan dan pengawasan rutin, dan tindakan
lainnya yang dilaksanakan pemilik pengendalian dalam rangka pelaksanaan
tugasnya. Dapat dilaksanakan oleh UKI dalam hal Pemantauan Pengendalian
Berbasis Teknologi Infornasi dan Komunikasi.
2. Evaluasi Terpisah (separate evaluation)
Penilaian atas mutu kinerja pengendalian intern dengan ruang lingkup dan frekuensi
tertentu berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur pemantauan
berkelanjutan. Kemudian Dioptimalkan melalui pemantauan oleh pelaksana
pemantauan (UKI).
3. Tindak lanjut hasil audit dan review Itjen.

D.1. Pengendalian yang dilaksanakan oleh unit-unit Kemekeu


1. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITA) :
a. Diterapkan terhadap penerapan unsur-unsur pengendalian intern
b. Dilaksanakan setidaknya dua tahun sekali atau apabila ada kondisi-kondisi
tertentu yang mempengaruhi pengendalian intern tingkat entitas seperti:
− Perubahan Kepemimpinan
− Perubahan Proses bisnis dan strategis
− Perubahan struktur organisasi
c. Hasilnya akan berpengaruh terhadap pengambilan sampel pada kegiatan PPITA

2. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)


a. Diterapkan pada level proses bisnis (transactional level) dengan memilih proses
bisnis tertentu berdasarkan pertimbangan faktor risiko
b. Dapat dilaksanakan setiap hari, setiap minggu, setiap dua minggu, atau setiap
bulan atas suatu proses bisnis sesuai dengan risikonya.

E. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (EPITE)


EPITE dilakukan terhadap pengendalian-pengendalian yang mempunyai pengaruh
luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam suatu organisasi, yang dilaksanakan
dengan tujuan, oleh, dan pada waktu sebagaimana telah diatur.
1. Tujuan EPITE
menentukan efektivitas pengendalian tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan
yang mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas, contohnya :

a. perekrutan, pelatihan, dan promosi pegawai


b. prosedur penilaian risiko organisasi
c. pembagian tugas untuk mengurangi risiko kecurangan (fraud)
d. sistem informasi mengenai kinerja organisasi
e. evaluasi berkala atas pengendalian intern.

2. Proses EPITE
a. Menyusun program kerja evaluasi.
1) Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah
kerja pelaksanaan EPITE
2) Program kerja EPITE dapat disusun pada saat awal tahun anggaran maupun
beberapa saat sebelum kegiatan EPITE direncanakan untuk dilaksanakan.
b. Melaksanakan evaluasi faktor pengendalian
Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima unsur pengendalian intern
dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik yang
bersifat saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan sebagai
berikut:
1) Reviu Dokumen
mempelajari dokumen-dokumen terkait pelaksanaan unsur-unsur
pengendalian intern.
2) Observasi
mengamati secara cermat pegawai/pejabat, kondisi lingkungan, dan
pelaksanaan kegiatan unit kerja terkait lima unsur pengendalian intern.
3) Wawancara
Diskusi dengan pegawai yang bertanggung jawab terhadap rancangan atau
implementasi pengendalian.
4) Survei
mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis untuk mendapatkan tanggapan
dari pegawai/pejabat terkait unsur pengendaian intern unit kerja.
c. Perumusan nilai sementara, temuan, dan rekomendasi EPITE
1) Nilai sementara diperoleh dari persentase total skor terhadap jumlah faktor
yang dievaluasi dengan rentang 0% s.d. 100%.
2) Temuan menguraikan kondisi pelanggaran dan/atau penyimpangan
terhadap penerapan pengendalian intern, akibat, dan penyebabnya.
3) Rekomendasi menguraikan saran-saran perbaikan dan rencana aksi yang
diperlukan.
d. Penguatan EPITE melalui pemantauan penerapan kode etik
1) Penerapan kode etik merupakan bagian dari unsur lingkungan pengendalian
yang memiliki pengaruh luas (pervasive) dan bagian dari pengendalian
intern tingkat entitas yang penting dalam organisasi Kementerian
Keuangan, yang juga berperan dalam menciptakan tata kelola yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2) Pemantauan penerapan kode etik perlu dilakukan dalam rangka menjaga
keberhasilan penerapan kode etik dan penguatan pengendalian intern tingkat
entitas.
3) Pemantauan kode etik dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun yang
tata caranya diatur dalam Pedoman Teknis Pemantauan Penerapan Kode
Etik.
4) Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari kegiatan pemantauan penerapan
kode etik yaitu terwujudnya sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai
yang sesuai dengan kode etik sehingga pengendalian intern tingkat entitas
akan semakin kuat terutama pada unsur lingkungan pengendalian dimana
kode etik merupakan salah satu komponen penyusunnya.
5) Keberhasilan penerapan kode etik dapat diwakili paling tidak dengan dua
kriteria, yaitu:
a) Lebih dari 75% pegawai telah menjalankan seluruh kode etik yang
ditetapkan; dan
b) Tidak ada pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud)
atau yang berdampak non kecurangan (non-fraud) dengan pengaruh
signifikan.
e. Merumuskan kesimpulan akhir.
1) Nilai EPITE sementara + Kesimpulan Pemantauan Kode Etik = Nilai EPITE
Akhir
2) Nilai EPITE akhir dikategorikan ke dalam tiga tingkatan kesimpulan
sebagai berikut: Rendah (0-33%), sedang (34-66%), tinggi (67-100%).
3) Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan pengendalian
intern tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan besaran sampel pemantauan pengendalian utama yang
dilakukan secara sampling, sebagai berikut:
a) Semakin tinggi hasil evaluasi pengendalian intern tingkat entitas,
semakin kecil sampel yang perlu diambil pada PPU.
b) Apabila dalam suatu tahun tertentu tidak dilakukan evaluasi tingkat
entitas maka penentuan sampel PPU periode tersebut menggunakan
hasil evaluasi pada tahun sebelumnya.

F. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)


Tujuan dari PPITA adalah memastikan kecukupan rancangan, kepatuhan pengendalian
utama, dan efektivitas implementasinya.
1. Proses Perencanaan PPITA
a. Pemilihan Proses Bisnis dan kegiatan yang akan dipantau
b. Pemetaan Rancangan Pengendalian
Dalam rangka memahami rancangan pengendalian suatu proses bisnis perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pemahaman Proses Bisnis
2) Identifikasi Risiko Utama
3) Identifikasi Pengendalian
4) Penentuan Pengendalian Utama
c. Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR)
d. Penyusunan Tabel Rancangan Pengendalian (TRP)
e. Penetapan Jumlah Sampel
f. Penyusunan Perangkat Pemantauan
Perangkat pemantauan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut:
1) Tabel Pemantauan Pengendalian Utama (TPPU)
2) Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
3) Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU)
4) Tabel Reperformance Pengendalian Utama (TRPU)
g. Penyusunan Rencana Pemantauan Tahunan (RPT)
h. Penyusunan Jadwal dan Sumber Daya.

2. Pemilihan Proses Bisnis


3. Proses bisnis yang dipilih untuk ditentukan pengendaliannya adalah :
a. Keterkaitan proses bisnis dengan sasaran strategis
b. Perhatian masyarakat dan pimpinan
c. Berpengaruh terhadap citra Kemenkeu
d. Hasil penilaian risk management terutama risiko fraud.

4. Pemetaan Rancangan Pengendalian


5. Untuk memahami proses bisnis, mengidentifikasi risiko utama dan rancangan
pengendaliannya, serta menentukan pengendalian utama dari proses bisnis yang
akan dipantau maka dilakukan langkah berikut :
a. Pemahaman Proses Bisnis
b. Identifikasi Risiko Utama
c. Identifikasi Pengendalian
d. Penentuan Pengendalian Utama.
6. Evaluasi Kecukupan Rancangan
a. Rancangan Pengendalian dinyatakan cukup apabila seluruh kegiatan utama
dinyatakan memadai pengendaliannya
b. Bila tidak cukup sebaiknya tidak dilakukan pemantauan sebelum pengendalian
internalnya diperbaiki
c. Kegiatan utama dinyatakan memadai apabila risiko utama telah dilengkapi
dengan pengendalian utama
d. Bila tidak memadai maka direkomendasikan penambahan pengendalian utama
yang belum tersedia dalam SOP/peraturan/kebijakan tertulis.

7. Penyusunan Rencana Pemantauan Tahunan serta jadwal pemantauan dan sumber


daya
a. Paling lambat tanggal 15 Desember tahun sebelumnya
b. Diterbitkan oleh pimpinan eselon II yang membawahi unit kepatuhan internal
c. UKI-E1 meminta masukan atas Rencana Pemantauan Tahunan ke Inspektorat
Jenderal
d. Rencana Pemantauan Tahunan dapat berubah sesuai kondisi pada tahun
berjalan
e. Rencana Pemantauan Tahunan disampaikan kepada UKI-W, UKI-P, dan
Inspektorat Jenderal.

G. Kesimpulan Efektivitas Pengendalian Intern


1. Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat dijadikan dasar bagi manajemen
dalam membuat pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian intern
secara berjenjang dari tingkat kantor pelayanan sampai dengan tingkat Eselon I.
2. Penyusunan kesimpulan didasarkan minimal pada hasil analisis temuan yang
berasal dari EPITE dan PPITA.
3. Dalam hal PPTI telah dilaksanakan, maka temuan yang dihasilkan dari PPTI pun
dimasukkan dalam pertimbangan.
4. Temuan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a) Defisiensi rancangan (design deficiency) berupa rancangan yang tidak memadai
yang dihasilkan dari evaluasi kecukupan rancangan
b) Defisiensi pelaksanaan (operating deficiency) berupa pengendalian utama yang
tidak efektif yang dihasilkan dari pengujian keandalan pengendalian utama dan
pengujian kesesuaian hasil pengendalian utama.

H. Evaluasi Temuan dan Kesimpulan


1. Kategori temuan terdiri dari :
a. Defisiensi Rancangan , apabila suatu pengendalian yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan pengendalian tidak ada atau prosedur pengendalian yang
ada tidak dirancang secara tepat untuk memastikan bahwa tujuan pengendalian
akan tercapai;
b. Defisiensi Pelaksanaan, apabila suatu pengendalian yang telah dirancang secara
tepat tidak dilaksanakan sesuai rancangannya atau Pegawai yang melaksanakan
prosedur pengendalian tidak memiliki otoritas atau kualifikasi untuk
melaksanakan pengendalian tersebut secara efektif;
2. Langkah Evaluasi Temuan
a. Menganalisis dampak potensial temuan
b. Menguji apakah ada pengendalian pengganti
c. Melaksanakan evaluasi tambahan yang meyakinkan kemungkinan keterjadian
temuan
d. Menunjuk seoran yang Prudent Official yang menguasai proses bisnis untuk
diminta pendapatnya terkait temuan.
3. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern
a. Disusun oleh pelaksana pemantauan dan ditandangani pimpinan pelaksana
pemantauan
b. Disampaikan kepada pimpinan unit kerja dan pelaksana pemantauan di atasnya
c. Dikomunikasikan terlebih dahulu dengan unit yang dipantau untuk
mendapatkan tanggapan dan konfirmasi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.01/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP mempunyai
tugas melaksanakan pelayanan, penyuluhan , pengawasan, dan penegakan hukum
Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, dan Pajak Bumi dan Bangunan
dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Fungsi yang
dilaksanakan meliputi:

1. pelayanan pajak;
2. penyuluhan pajak;
3. pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. penatausahaan dan penyimpanan dokumen perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
5. pengawasan kepatuhan Wajib Pajak;
6. pelaksanaan konsultasi perpajakan;
7. pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi perpajakan
serta pengamatan potensi perpajakan;
8. pendataan, pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak, penilaian, dan pengenaan;
9. pemberian dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
10. pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak;
11. pemberian dan/atau penghapusan Nomor Obj ek Pajak secara jabatan;
12. pemeriksaan pajak;
13. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
14. penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib Pajak;
15. penatausahaan piutang pajak dan penagihan pajak;
16. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan pembetulan ketetapan pajak;
17. penghapusan sanksi administrasi secara jabatan dalam rangka pengampunan pajak;
18. pengawasan dan pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak;
19. pengelolaan kinerja dan pengelolaan risiko;
20. pelaksanaan dan pemantauan kepatuhan internal;
21. pelaksanaan tindak lanjut kerja sama perpajakan; dan
22. pelaksanaan administrasi kantor.

Untuk menopang fungsi-fungsi tersebut, KPP terdiri atas beberapa Seksi sebagai
berikut:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP

Kepala Kantor

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Subbagian Umum Seksi


Seksi Seksi Ekstensifikasi Seksi
dan Kepatuhan Seksi PDI Pengawasan dan Seksi Penagihan
Pelayanan dan Penyuluhan Pemeriksaan
Internal Konsultasi *)

*terdapat 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal


Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan kinerja
pegawai, melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan
risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan
melakukanpemantauan tindak lanjut hasil pengawasan, dan melakukan penyusunan
rekomendasi perbaikan proses bisnis .
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pencanan,
pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi perpajakan, melakukan
perekaman dokumen perpajakan, melakukan tata usaha penenmaan perpajakan,
melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, melakukan dukungan teknis
komputer, melakukan pemantauan aplikasi perpajakan, melakukan pengelolaan
kinerja organisasi dan pengelolaan risiko , serta melakukan tindak lanjut kerja sama
perpajakan .
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, melakukan penatausahaan dan penyimpanan dokumen
perpajakan, melakukan penenmaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan,
melakukan penerimaan surat lainnya, melakukan penyelesaian permohonan
konfirmasi status Wajib Pajak, serta melaksanakan pendaftaran Waj ib Pajak dan
objek pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan penagihan tunggakan pajak,
melakukan penatausahaan piutang pajak, melakukan penyelesaian permohonan
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, melakukan usulan penghapusan piutang
pajak dan/atau sanksi administrasi perpajakan, serta melakukan penatausahaan dan
penyimpanan dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, melakukan penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, melakukan administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya, serta melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan
oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pemberian
dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan dan/atau
pencabutan Pengusaha Kena Pajak, dan pemberian dan/atau penghapusan Nomor
Obj ek Pajak secara jabatan, melakukan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak baru
dan Wajib Pajak yang belum pernah setor dan lapor sejak pertama kali terdaftar di
Direktorat Jenderal Pajak, melakukan penyuluhan pajak, melakukan pengamatan
potensi perpajakan, melakukan pendataan dan pemetaan Wajib Pajak dan objek
pajak, melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak, serta melakukan
kegiatan penilaian .
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan proses
penyelesaian tindak lanjut pengajuan / pencabutan permohonan Wajib Pajak
maupun masyarakat, melakukan usulan pembetulan ketetapan hasil pemeriksaan /
penelitian, dan melakukan pemberian bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
kepada Wajib Pajak maupun masyarakat, serta melakukan tindak lanjut
permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan Wajib Pajak, melakukan penyusunan dan pemutakhiran
profil Wajib Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi
data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, melakukan imbauan dan
konseling kepada Wajib Pajak, serta melakukan pengawasan dan pemantauan
tindak lanjut pengampunan pajak
9. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan jenjang dan bidang
keahliannya.

B. Lingkungan Pengendalian di KPP


Lingkungan pengendalian di KPP meliputi seluruh seksi sebagaimana
dijelaskan dalam struktur organisasi pada bagian sebelumnya. KPP mengharuskan
seluruh seksi yang ada untuk membangun lingkungan pengendalian yang kondusif bagi
tiap seksinya masing-masing. Selain lingkungan pengendalian yang telah disusun
sesuai dengan kebutuhan organisasi dengan pembatasan tugas yang telah dijelaskan,
KPP juga memiliki sekumpulan kode etik yang berisi kewajiban dan larangan pegawai
DJP yang bertujuan untuk membatasi perilaku pegawai agar tidak melakukan perbuatan
yang dapat merendahkan citra dan kinerja pegawai DJP. Kode etik itu dibuat
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tentang Kode Etik
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Standar Operasional Prosedur.

C. Penilaian Risiko di KPP


Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.01/2016 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa proses
manajemen risiko terdiri atas tahapan sebagai berikut : (1) komunikasi dan konsultasi,
(2) penetapan konteks, (3) penilaian risiko yang meliputi identifikasi risiko, analisis
risiko, dan evaluasi risiko, (4) penanganan risiko, dan (4) pemantauan dan reviu.

Bentuk komunikasi dan kosultasi dalam penerapan manajemen risiko meliputi


rapat berkala, rapat insidential, focused group discussion, dan forum pengelola risiko.
Setelah Tim Manajemen Risiko terbentuk, rapat akan dilanjutkan dengan pembuatan
Piagam Manajemen Risiko yang merupakan proses inti dalam penerapan manajemen
risiko yang berisi penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
dan penanganan risiko.

Unsur pengendalian intern pemerintah yang ketiga berupa penilaian risiko,


diterapkan di KPP dalam bentuk pelaksanaan manajemen risiko yang diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 37 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam
keputusan tersebut dijelaskan bahwa identifikasi risiko dilakukan oleh seluruh elemen
lingkungan pengendalian, yakni setiap seksi yang ada, untuk kemudian dilakukan
analisis atas risiko-risiko berupa penentuan level kemungkinan dan dampak kemudian
ditentukan berdasarkan penilaian risiko tertinggi untuk dilakukan penanganan.

D. Kegiatan Pengendalian di KPP


Kegiatan Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk merespon
risiko. Kegiatan pengendalian diselenggarakan sesuai dengan ukuran, kompleksitas,
dan sifat dan tugas fungsi unit kerja yang bersangkutan.Kegiatan pengendalian yang
diterapkan di KPP antara lain berupa kegiatan pengendalian dilaksanakan antara lain
melalui pemberian persetujuan (approval), otorisasi (authorization), verifikasi
(verification), reviu atas kinerja operasi (review of operating performance),
pengamanan aktiva (security of asset), dan pemisahan tugas (segregation of duties).
Selain itu dalam hal pelaksanaan penugasan terkait tugas pokok dan fungsi, pegawai
KPP berpedoman pada standard operating prosedur (SOP) untuk melaksanakan
berbagai proses bisnis di KPP. SOP tersebut telah terdokumentasi dengan baik pada
aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan Aktiva (SIKKA) yang telah
dikelompokkan berdasarkan unit kerja maupun unit operasional. Penggunaan aplikasi
Tax Knowledge Base (TKB) dalam mencari peraturan perundang-undangan perpajakan
yang terbaru juga diterapkan di KPP sebagai bentuk kegiatan pengendalian.

E. Informasi dan Komunikasi di KPP


Komunikasi dan informasi adalah proses yang berkelanjutan dan berulang
antara organisasi dan para pemangku kepentingan dalam rangka saling memberikan,
berbagi, dan memperoleh informasi serta melakukan dialog terkait pengendalian intern.
Identifikasi, pencatatan, dan komunikasi informasi dilakukan dalam bentuk yang tepat
untuk memudahkan pelaksanan pengendalian, dan tanggung jawab. Penerapan
Informasi dan Komunikasi di KPP dilakukan melalui media lisan dan tulisan, seperti
rapat intern, pemberitahuan informasi kepada intern pegawai melalui nota dinas atau
pun kepada pihak ekstern (pemangku kepentingan) melalui surat.

F. Pemantauan di KPP
Sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 940 Tahun 2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian
Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam konsep Three Lines of Defense, Lini Pertahanan Kedua (Second Line)
dijalankan oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan
fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI) di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan
kantor pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan. UKI di KPP adalah Subbagian
Umum dan Kepatuhan Internal yang memiliki fungsi di antaranya melakukan
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukanpemantauan tindak lanjut
hasil pengawasan, dan melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

Tugas UKI di KPP diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 42
Tahun 2013 (PER-42/PJ/2013) tentang Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal
pada Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak. Untuk tahun 2018, Rencana Pemantauan Tahunan (RPT) mengacu pada Surat
Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA)
Nomor 1001 Tahun 2017 (S-1001/PJ/2017) tentang Rencana Pemantauan Tahunan
Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018. Namun,
pada pertengahan tahun 2018 Direktur KITSDA mengeluarkan Surat Nomor 455 Tahun
2018 (S-455/PJ/2018) tentang Penegasan terkait Tata Cara Pelaksanaan Tugas Unit
Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, surat ini
menggantikan keberadaan PER-42/PJ/2013 yang dirasa tidak relevan dengan terbitnya
aturan-aturan baru tentang pengendalian internal di lingkungan DJP. Sehingga per
tanggal 1 Juli 2018 pelaksanaan pemantauan harus berpedoman kepada KMK-
940/KMK.09/2017 dengan petunjuk teknis berupa surat tersebut sampai dengan
diterbitkannya pengganti petunjuk teknis pelaksanaan pemantauan oleh pelaksana UKI
yang selama ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
42/PJ/2013. Sehubungan dengan diterbitkannya S-455/PJ/2018, Direktur KITSDA juga
menerbitkan Surat Nomor 456 Tahun 2018 (S-456/PJ/2018) tentang Penyampaian
Perubahan Rencana Pemantauan Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018.

Berdasarkan S-455/PJ/2018 tugas UKI terdiri dari Pemantauan Pengendalian


Intern, Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko, Pemantauan Kepatuhan terhadap
Kode Etik dan Disiplin Pegawai, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan, serta
Perumusan Perbaikan Proses Bisnis. Berikut akan dibahas mengenai tindakan
pemantauan yang dilakukan UKI di KPP:
1. Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan pengendalian intern dilaksanakan dengan dua cara yaitu Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) dan Pemantauan Pengendalian Intern
Tingkat Aktivitas (PPITA).
a. EPITE
Langkah awal untuk melaksanakan pemantauan pengendalian intern adalah
melaksankaan EPITE. Berdasarkan pertimbangan Direktorat Kepatuhan Internal
dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA), EPITE dilakukan setiap tahun
yaitu pada akhir tahun (bulan November – Desember). Waktu pelaksanaannya
ditetapkan dalam Rencana Pemantauan Tahunan (RPT). EPITE tersebut digunakan
untuk menentukan populasi/sampel pada periode pemantauan tahun berikutnya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan EPITE adalah sebagai berikut:
1) Menyusun program kerja
2) Melaksanakan Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap seluruh faktor dari kelima unsur pengendalian
intern dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik
yang bersifat saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang
antara lain Review dokumen, wawancara, survei, dan observasi.
3) Penyusunan hasil evaluasi
Nilai EPITE akhir menunjukkan tingkat penerapan pengendalian intern tingkat
entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besaran
sampel pemantauan pengendalian utama yang dilakukan secara sampling,
semakin tinggi hasil EPITE, semakin kecil sampel yang perlu diambil pada
Pemantauan Pengendalian Utama (PPU); dan apabila dalam suatu tahun tertentu
tidak dilakukan evaluasi pengendalian tingkat entitas, maka penentuan sampel
PPU periode tersebut menggunakan hasil EPITE tahun sebelumnya.
b. PPITA
PPITA dilaksanakan setelah EPITE dilaksanakan. Tahapan dalam pelaksanaan
PPITA terdiri dari 2 (dua) yaitu Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) dan
Pemantauan Keakuratan Pengendalian Utama (PKPU).
1) Pemantauan Pengendalian Utama (PPU)
PPU dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Pemilihan proses bisnis dan kegiatan yang akan dipantau
b) Pemetaan Rancangan Pengendalian
c) Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR)
d) Penyusunan Tabel Rancangan Pengendalian (TRP)
e) Penyusunan Perangkat Pemantauan
Berdasarkan TRP di atas, Direktorat KITSDA menyusun perangkat
pemantauan yang akan digunakan oleh UKI di setiap unit kerja dalam
melakukan pemantauan pengendalian utama atas seluruh kegiatan dalam
RPT. Perangkat pemantauan tersebut antara lain: Tabel Pemantauan
Pengendalian Utama (TPPU), Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU),
Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU), dan Tabel Reperformance
Pengendalian Utama (TRPU)

Pelaporan Hasil PPU


Setiap temuan perlu diberikan rekomendasi yang dapat mengeliminasi/
meminimalkan penyebab utama terjadinya temuan. Temuan hasil pemantauan
pengendalian utama disampaikan dalam lampiran Laporan Hasil Pengujian
Pengendalian Utama (LHPPU) yang disusun berdasarkan DUPU, TOPU, dan
TRPU serta disampaikan secara periodik minimal sekali dalam sebulan, yang
periodisasi penyampaian LHPPU-nya ditetapkan oleh masing-masing unit
Eselon I bersamaan dengan penetapan RPT. Jenis laporan hasil PPU selain
LHPPU di antaranya Laporan Temuan Segera (LTS), Laporan Temuan
Berindikasi Kecurangan/Fraud(LTBF), dan Laporan Akhir Triwulanan (LAT).
2) Pemantauan Keakuratan Pengendalian Utama (PKPU)
PKPU dilakukan untuk membuktikan bahwa aktivitas pengendalian telah
dilaksanakan secara akurat dengan menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut:
a) Pelaksanaan ulang suatu pengendalian (reperformance)
b) Observasi
c) Observasi (TOPU) dan Reperfromance (TRPU) bersifat substitutif, jika
telah dilakukan observasi maka dapat tidak dilakukan reperformance dan
sebaliknya
d) Dalam pelaksanaan reperformance atau observasi dapat dilakukan minimal
atas 1 sampel.

2. Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko


Pemantauan pengelolaan/manajemen risiko dibagi menjadi pemantauan
kepatuhan tata kelola dan pemantauan pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko.
Pemantauan kepatuhan tata kelola terbagi menjadi (1) pemantauan tata kelola
pertama dan (2) pemantauan tata kelola kedua. Pemantauan penanganan/mitigasi
risiko juga terbagi dua, yaitu (3) pemantauan mitigasi risiko pertama dan (4)
pemantauan mitigasi risiko kedua. Keempat tahapan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Pemantauan kepatuhan tata kelola pertama, meliputi pemantauan atas (a)
pembentukan tim manajemen risiko; (b) proses penyusunan dan pengisian formulir
pengelolaan/manajemen risiko; dan (c) kelengkapan formulir
pengelolaan/manajemen risiko. Dilanjutkan dengan pemantauan kepatuhan tata
kelola kedua yang terdiri dari pemantauan atas (a) kesesuaian tindak lanjut dengan
rekomendasi; dan (b) ketepatan waktu pelaporan formulir pengelolaan/manajemen
risiko.
Pemantauan mitigasi risiko pertama, meliputi pemantauan atas (a) pelaksanaan
penanganan/mitigasi risiko triwulan pertama pada masing-masing semester; dan (b)
bukti-bukti pendukung pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko. Selanjutnya
dilakukakn pemantauan mitigasi risiko kedua dengan pemantauan atas (a) Laporan
Pelaksanaan Penanganan/Mitigasi Risiko; dan (b) bukti-bukti pendukung
pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko.

3. Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai


Pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai adalah kegiatan
pemantauan yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pegawai DJP
terhadap ketentuan terkait Kode Etik Pegawai DJP dan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Pada Rencana Pemantauan Tahunan KPP Tahun 2018, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin di KPP direncanakan menggunakan dua
metode yaitu:
a. Metode Inspeksi Mendadak (Sidak)

Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai dengan


metode inspeksi mendadak (sidak) dilakukan oleh UKI pada KPP oleh Kepala
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal serta Pelaksana Subbagian Umum
dan Kepatuhan Internal untuk KPP.

UKI pada KPP melakukan Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan
Disiplin Pegawai dengan metode sidak, dengan ketentuan sebagai berikut: (1)
sidak di unitnya sendiri yang dilakukan satu kali dalam satu tahun; (2) sidak di
KP2KP yang termasuk dalam wilayah kerjanya dilakukan satu kali dalam satu
tahun (jika ada);

b. Metode Pemantauan dalam Bentuk Lain

Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai (KED)


dengan Metode Pemantauan dalam Bentuk Lain dilakukan selain dengan
metode Inspeksi Mendadak (Sidak) dan Blind Surveillance. Pemantauan di KPP
dilakukan oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal serta
Pelaksana Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal Rencana Pemantauan
dalam Bentuk Lain di KPP Tahun 2018 dilaksanakan dengan melakukan:
1) pemantauan kepatuhan jam kerja pegawai
2) pemantauan penerapan kode etik terhadap proses kunjungan (visit) oleh
Account Representative (AR),
3) Pemantauan penerapan kode etik terkait proses pemeriksaan lapangan oleh
Fungsional Pemeriksa, dan
4) Pemantauan dalam bentuk lain berdasarkan instruksi Direktur KITSDA.
Hasil pemantauan penerapan kode etik dilaporkan oleh KPP kepada Kanwil melalui
Laporan Pemantauan Penerapan Kode Etik dan Laporan Semesteran Pelaksanaan
Pemantauan Penerapan Kode Etik Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kanwil
DJP.
Penerima
No Jenis Kegiatan Output Isi Laporan Waktu Pelaporan
Laporan
UKI pada KPP
1 Laporan 1. Kepala KPP
Pemantauan Penerapan
Pemantauan Hasil Pemantauan dan 20 (dua puluh) hari
Kode Etik dengan metode 2. Kepala Kanwil kerja sejak
Penerapan Rekomendasi
Inspeksi Mendadak dan DJP
Kode Etik pelaksanaan
Pemantauan dalam Bentuk
Nota Dinas Rekomendasi atas Hasil pemantauan
Lain di unitnya sendiri Kepala KPP
Rahasia UKI Pemantauan
2 Laporan 1. Kepala KPP
Pemantauan Kepatuhan Pemantauan Hasil Pemantauan dan
2. Kepala Kanwil
terhadap Kode Etik dan Penerapan Rekomendasi 20 (dua puluh) hari
DJP
Disiplin Pegawai dengan Kode Etik kerja sejak
metode Inspeksi Mendadak Pihak Terkait pelaksanaan
di KP2KP yang termasuk Surat Rahasia Rekomendasi atas hasil dengan tembusan pemantauan
wilayah kerjanya Kepala KPP pemantauan kepada Kepala
Kanwil DJP
3 Kertas Kerja
Simpulan
Persentase Pegawai yang
Hasil Pemantauan Hasil Paling lambat 14
Melanggar dan Menjalankan Kepala Kanwil DJP
Penerapan Kode Etik Pemantauan Desember 2018
Kode Etik
Penerapan
Kode Etik

Tabel 3.1 Matriks laporan hasil Pemantauan Penerapan Kode etik


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan fungsi UKI
memiliki tugas dan tanggung jawab membantu manajemen unit kerja dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern. Di KPP sendiri UKI berada pada
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal yang memiliki fungsi di antaranya
melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko,
pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukanpemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan, dan melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan
proses bisnis.
2. Tugas UKI di KPP meliputi Pemantauan Pengendalian Intern, Pemantauan
Pengelolaan/Manajemen Risiko, Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan
Disiplin Pegawai, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan, serta Perumusan
Rekomendasi Perbaikan Proses Bisnis. UKI memegang peranan penting dalam
penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai pelaksana unsur
SPIP kelima pemantauan, sekaligus Lini kedua dalam konsep Three Lines of
Defense, yakni mengawasi jalannya keempat unsur lain pada KPP.
3. Dalam melaksanakan tugasnya, UKI di KPP berpedoman kepada Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 940 Tahun 2017 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian
Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, dan dengan petunjuk teknis berupa
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur Nomor
455 Tahun 2018 tentang Penegasan terkait Tata Cara Pelaksanaan Tugas Unit
Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pemantauan Pengendalian Intern dilaksanakan dengan dua cara yaitu Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) dan Pemantauan Pengendalian Intern
Tingkat Aktivitas (PPITA). Nilai akhir dari EPITE digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan besaran sampel pemantauan pengendalian utama
yang dilakukan secara sampling, semakin tinggi hasil EPITE, semakin kecil sampel
yang perlu diambil pada Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada PPITA.
PPITA dilakukan tiap bulan dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil
Pemantauan Pengendalian Utama (LHPPPU). LHPPU dikirim ke Kantor Wilayah
setiap bulan.

B. Saran
1. Untuk mencapai pengelolaan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel setiap
KPP agar mengoptimalkan peran UKI di unitnya masing-masng.
2. Peran UKI juga harus didukung oleh lingkungan pengendalian, yakni seluruh
elemen di KPP mulai dari jabatan terendah hingga kepala kantor, agar dapat
meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi atas kegiatan dalam proses bisnis KPP.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


210 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Pajak.

Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


171 Tahun 2016 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan.

Republik Indonesia. 2017. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


940 Tahun 2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan
Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan.

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 42 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal pada Instansi Vertikal
dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak. 2018. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 455 Tahun 2018 tentang Penegasan terkait Tata
Cara Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 1001 Tahun 2017 tentang Rencana Pemantauan
Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2018.
Direktorat Jenderal Pajak. 2018. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 456 Tahun 2018 tentang Penyampaian Perubahan
Rencana Pemantauan Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018.

Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Keputusan Direktur Direktur Jenderal Pajak Nomor
37 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.

Anda mungkin juga menyukai