Disusun oleh:
Agung Triyadi
NPM 1401180002
KELAS 7-2
B. Ruang Lingkup.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................................... 2
B. Unsur-unsur SPIP................................................................................................ 5
II
B. Lingkungan Pengendalian di KPP .................................................................... 20
F. Pemantauan di KPP........................................................................................... 22
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................................. 30
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan paper
dengan judul “Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Audit Internal.
1. Bapak Eddy RS, selaku Dosen Mata Kuliah Audit Internal yang telah memberikan
ilmu, wawasan, dan bimbingan yang mendasari penulisan paper ini,
2. Rekan-rekan kelas 7-2 Program Diploma IV PKN STAN Tahun Akademik
2018/2019 yang telah menjadi kawan seperjuangan selama mengikuti pendidikan,
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian paper ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntabilas penyelenggaraan pemerintahan merupakan tanggung jawab
pemerintah yang harus dicapai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyelenggaraan pemerintahan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban serta pengawasan. Untuk dapat memastikan bahwa
penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan semestinya sesuai aturan maka
diperlukan pengendalian intern yang memadai sehingga dapat memberikan keyakinan
yang memadai juga. Pengendalian intern ini disusun dalam sebuah sistem pengendalian
intern yang dirancang dan dijalankan tidak terpisah dari kegiatan pemerintahan namun
sistem ini tidak juga mengganggu penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai
efektivitas dan efisiensi. Karena itu, dalam membangun suatu sistem pengendalian
intern harus diperhitungkan cost benefit dan efektivitas dan efisiensi dari sistem
pengendalian intern tersebut. Sistem ini harus dirancang sesuai dengan kebutuhan tiap
instansi pemerintah karena setiap instansi membutuhkan sistem pengendalian yang
mungkin saja tidak sama, tergantung dari tugas dan fungsinya masing-masing.
Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket undang-
undang keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut
mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan
Pemerintah. Dengan adanya amanat tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah nomo
60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tanggal28 Agustus 2008 Sistem
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
1
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif
dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai pengelolaan keuangan
negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Menteri/Pimpinan lembaga,
Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan.
B. Ruang Lingkup
Paper ini memuat informasi pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) . Pembahasan akan dilakukan dalam lingkup penerapan
pemantauan pengendalian intern di KPP, berdasarkan studi literatur dengan sumber
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak, dan Surat Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan paper ini meliputi :
1. Mendapatkan gambaran tentang proses pelaksanaan SPIP di KPP
2. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Audit Internal.
D. Manfaat Penulisan
Pembuatan Paper ini diharapkan akan memberikan manfaat, antara lain :
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam paper ini terdiri dari empat bab, dengan setiap bab
akan berisi pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan, manfaat,
serta sistematika dalam penulisan paper.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap empat hal, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya.
Hal ini merupakan komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di
dalam SPIP. Kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan memelihara
lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi motivasi kuat bagi para pegawai
untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan pekerjaannya. Sebaliknya,
pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan lingkungan yang positif
akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal negatif yang
dapat merugikan instansinya.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber
daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan suatu proses pengidentifikasian dan penganalisaan
risiko-risiko yang relevan dalam rangka pencapaian tujuan entitas dan penentuan
reaksi yang tepat terhadap risiko yang timbul akibat perubahan (Djasoerah:2010).
Ini berarti bahwa penilaian risiko dimulai dari penetapan tujuan dan berakhir
dengan penentuan reaksi terhadap risiko.
Oleh karena itu, pimpinan instansi pemerintah melakukan penilaian resiko melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Menetapkan tujuan instansi dengan cara memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu.
b. Menetapkan tujuan pada tingkatan kegiatan berdasarkan pada tujuan dan
rencana strategis Instansi Pemerintah.
c. Melakukan identifikasi risiko untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan
faktor internal dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan
Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif.
d. Melakukan analisa risiko untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Selanjutnya, pimpinan instansi menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat risiko yang dapat diterima. Dalam mempertimbangkan risiko,
pimpinan Instansi Pemerintah mengambil keputusan setelah dengan cermat
menganalisis risiko terkait dan menentukan bagaimana risiko tersebut
diminimalkan (Penjelasan Pasal 7).
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “kegiatan pengendalian”
adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi
risiko telah dilaksanakan secara efektif.
Karakteristik kegiatan Pengendalian:
a. kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah;
b. kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah;
d. kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
e. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan
secara tertulis; dan
f. kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.
5. Pemantauan
Untuk memastikan apakah SPIP dijalankan dengan baik oleh suatu instansi
pemerintah, maka perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan akan menilai kualitas
kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pemantauan dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
a. Pemantauan berkelanjutan, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin,
supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas
b. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.
1. Lini Pertahanan Pertama, yang dilaksanakan oleh manajemen unit kerja dan seluruh
pegawai unit kerja yang bersangkutan, di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan
kantor pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Lini Pertahanan Kedua (Second Line), yang dijalankan oleh Unit Kepatuhan
Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal
(UKI) di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan kantor pelayanan di lingkungan
Kementerian Keuangan; dan
3. Lini Pertahanan Ketiga (Third Line), yang dijalankan oleh Inspektorat Jenderal.
UKI atau unit kerja yang melaksanakan fungsi UKI memiliki tugas dan
tanggung jawab membantu manajemen unit kerja dalam melaksanakan pemantauan
pengendalian intern, yang dalam pelaksanaan tugas terdapat pada tiga level organisasi
berikut:
2. Proses EPITE
a. Menyusun program kerja evaluasi.
1) Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah
kerja pelaksanaan EPITE
2) Program kerja EPITE dapat disusun pada saat awal tahun anggaran maupun
beberapa saat sebelum kegiatan EPITE direncanakan untuk dilaksanakan.
b. Melaksanakan evaluasi faktor pengendalian
Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima unsur pengendalian intern
dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik yang
bersifat saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan sebagai
berikut:
1) Reviu Dokumen
mempelajari dokumen-dokumen terkait pelaksanaan unsur-unsur
pengendalian intern.
2) Observasi
mengamati secara cermat pegawai/pejabat, kondisi lingkungan, dan
pelaksanaan kegiatan unit kerja terkait lima unsur pengendalian intern.
3) Wawancara
Diskusi dengan pegawai yang bertanggung jawab terhadap rancangan atau
implementasi pengendalian.
4) Survei
mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis untuk mendapatkan tanggapan
dari pegawai/pejabat terkait unsur pengendaian intern unit kerja.
c. Perumusan nilai sementara, temuan, dan rekomendasi EPITE
1) Nilai sementara diperoleh dari persentase total skor terhadap jumlah faktor
yang dievaluasi dengan rentang 0% s.d. 100%.
2) Temuan menguraikan kondisi pelanggaran dan/atau penyimpangan
terhadap penerapan pengendalian intern, akibat, dan penyebabnya.
3) Rekomendasi menguraikan saran-saran perbaikan dan rencana aksi yang
diperlukan.
d. Penguatan EPITE melalui pemantauan penerapan kode etik
1) Penerapan kode etik merupakan bagian dari unsur lingkungan pengendalian
yang memiliki pengaruh luas (pervasive) dan bagian dari pengendalian
intern tingkat entitas yang penting dalam organisasi Kementerian
Keuangan, yang juga berperan dalam menciptakan tata kelola yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2) Pemantauan penerapan kode etik perlu dilakukan dalam rangka menjaga
keberhasilan penerapan kode etik dan penguatan pengendalian intern tingkat
entitas.
3) Pemantauan kode etik dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun yang
tata caranya diatur dalam Pedoman Teknis Pemantauan Penerapan Kode
Etik.
4) Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari kegiatan pemantauan penerapan
kode etik yaitu terwujudnya sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai
yang sesuai dengan kode etik sehingga pengendalian intern tingkat entitas
akan semakin kuat terutama pada unsur lingkungan pengendalian dimana
kode etik merupakan salah satu komponen penyusunnya.
5) Keberhasilan penerapan kode etik dapat diwakili paling tidak dengan dua
kriteria, yaitu:
a) Lebih dari 75% pegawai telah menjalankan seluruh kode etik yang
ditetapkan; dan
b) Tidak ada pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud)
atau yang berdampak non kecurangan (non-fraud) dengan pengaruh
signifikan.
e. Merumuskan kesimpulan akhir.
1) Nilai EPITE sementara + Kesimpulan Pemantauan Kode Etik = Nilai EPITE
Akhir
2) Nilai EPITE akhir dikategorikan ke dalam tiga tingkatan kesimpulan
sebagai berikut: Rendah (0-33%), sedang (34-66%), tinggi (67-100%).
3) Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan pengendalian
intern tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan besaran sampel pemantauan pengendalian utama yang
dilakukan secara sampling, sebagai berikut:
a) Semakin tinggi hasil evaluasi pengendalian intern tingkat entitas,
semakin kecil sampel yang perlu diambil pada PPU.
b) Apabila dalam suatu tahun tertentu tidak dilakukan evaluasi tingkat
entitas maka penentuan sampel PPU periode tersebut menggunakan
hasil evaluasi pada tahun sebelumnya.
1. pelayanan pajak;
2. penyuluhan pajak;
3. pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. penatausahaan dan penyimpanan dokumen perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
5. pengawasan kepatuhan Wajib Pajak;
6. pelaksanaan konsultasi perpajakan;
7. pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi perpajakan
serta pengamatan potensi perpajakan;
8. pendataan, pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak, penilaian, dan pengenaan;
9. pemberian dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
10. pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak;
11. pemberian dan/atau penghapusan Nomor Obj ek Pajak secara jabatan;
12. pemeriksaan pajak;
13. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
14. penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib Pajak;
15. penatausahaan piutang pajak dan penagihan pajak;
16. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan pembetulan ketetapan pajak;
17. penghapusan sanksi administrasi secara jabatan dalam rangka pengampunan pajak;
18. pengawasan dan pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak;
19. pengelolaan kinerja dan pengelolaan risiko;
20. pelaksanaan dan pemantauan kepatuhan internal;
21. pelaksanaan tindak lanjut kerja sama perpajakan; dan
22. pelaksanaan administrasi kantor.
Untuk menopang fungsi-fungsi tersebut, KPP terdiri atas beberapa Seksi sebagai
berikut:
Kepala Kantor
Kelompok
Jabatan
Fungsional
F. Pemantauan di KPP
Sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 940 Tahun 2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian
Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam konsep Three Lines of Defense, Lini Pertahanan Kedua (Second Line)
dijalankan oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan
fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI) di tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan
kantor pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan. UKI di KPP adalah Subbagian
Umum dan Kepatuhan Internal yang memiliki fungsi di antaranya melakukan
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukanpemantauan tindak lanjut
hasil pengawasan, dan melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
Tugas UKI di KPP diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 42
Tahun 2013 (PER-42/PJ/2013) tentang Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal
pada Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak. Untuk tahun 2018, Rencana Pemantauan Tahunan (RPT) mengacu pada Surat
Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA)
Nomor 1001 Tahun 2017 (S-1001/PJ/2017) tentang Rencana Pemantauan Tahunan
Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018. Namun,
pada pertengahan tahun 2018 Direktur KITSDA mengeluarkan Surat Nomor 455 Tahun
2018 (S-455/PJ/2018) tentang Penegasan terkait Tata Cara Pelaksanaan Tugas Unit
Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, surat ini
menggantikan keberadaan PER-42/PJ/2013 yang dirasa tidak relevan dengan terbitnya
aturan-aturan baru tentang pengendalian internal di lingkungan DJP. Sehingga per
tanggal 1 Juli 2018 pelaksanaan pemantauan harus berpedoman kepada KMK-
940/KMK.09/2017 dengan petunjuk teknis berupa surat tersebut sampai dengan
diterbitkannya pengganti petunjuk teknis pelaksanaan pemantauan oleh pelaksana UKI
yang selama ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
42/PJ/2013. Sehubungan dengan diterbitkannya S-455/PJ/2018, Direktur KITSDA juga
menerbitkan Surat Nomor 456 Tahun 2018 (S-456/PJ/2018) tentang Penyampaian
Perubahan Rencana Pemantauan Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018.
UKI pada KPP melakukan Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan
Disiplin Pegawai dengan metode sidak, dengan ketentuan sebagai berikut: (1)
sidak di unitnya sendiri yang dilakukan satu kali dalam satu tahun; (2) sidak di
KP2KP yang termasuk dalam wilayah kerjanya dilakukan satu kali dalam satu
tahun (jika ada);
A. Kesimpulan
1. Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang melaksanakan fungsi UKI
memiliki tugas dan tanggung jawab membantu manajemen unit kerja dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern. Di KPP sendiri UKI berada pada
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal yang memiliki fungsi di antaranya
melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko,
pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukanpemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan, dan melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan
proses bisnis.
2. Tugas UKI di KPP meliputi Pemantauan Pengendalian Intern, Pemantauan
Pengelolaan/Manajemen Risiko, Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan
Disiplin Pegawai, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan, serta Perumusan
Rekomendasi Perbaikan Proses Bisnis. UKI memegang peranan penting dalam
penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai pelaksana unsur
SPIP kelima pemantauan, sekaligus Lini kedua dalam konsep Three Lines of
Defense, yakni mengawasi jalannya keempat unsur lain pada KPP.
3. Dalam melaksanakan tugasnya, UKI di KPP berpedoman kepada Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 940 Tahun 2017 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian
Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, dan dengan petunjuk teknis berupa
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur Nomor
455 Tahun 2018 tentang Penegasan terkait Tata Cara Pelaksanaan Tugas Unit
Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pemantauan Pengendalian Intern dilaksanakan dengan dua cara yaitu Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) dan Pemantauan Pengendalian Intern
Tingkat Aktivitas (PPITA). Nilai akhir dari EPITE digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan besaran sampel pemantauan pengendalian utama
yang dilakukan secara sampling, semakin tinggi hasil EPITE, semakin kecil sampel
yang perlu diambil pada Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada PPITA.
PPITA dilakukan tiap bulan dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil
Pemantauan Pengendalian Utama (LHPPPU). LHPPU dikirim ke Kantor Wilayah
setiap bulan.
B. Saran
1. Untuk mencapai pengelolaan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel setiap
KPP agar mengoptimalkan peran UKI di unitnya masing-masng.
2. Peran UKI juga harus didukung oleh lingkungan pengendalian, yakni seluruh
elemen di KPP mulai dari jabatan terendah hingga kepala kantor, agar dapat
meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi atas kegiatan dalam proses bisnis KPP.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 42 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal pada Instansi Vertikal
dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2018. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 455 Tahun 2018 tentang Penegasan terkait Tata
Cara Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 1001 Tahun 2017 tentang Rencana Pemantauan
Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2018.
Direktorat Jenderal Pajak. 2018. Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi
Sumber Daya Aparatur Nomor 456 Tahun 2018 tentang Penyampaian Perubahan
Rencana Pemantauan Tahunan Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018.
Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Keputusan Direktur Direktur Jenderal Pajak Nomor
37 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.