Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH


“Paper ini diajukan guna memenuhi tugas pada mata kuliah
AkuntansiSektorPublik”

Disusun Oleh:

Kelas ASP, Selasa 08.00 R. C101

1. Aisiyah Pangesti 11180000080


2. Aisyah Hilwani 11180000134
3. Shifa Nur Fadillah 11180000108
4. FaizAnandieto R. 11197000037

FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesempatan kepada kami. Sehingga paperyang berjudul “SistemPengendalian Intern
Pemerintah”ini selesai.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen Pengampu yaitu Ibu Rimi Gusliana Mais M.Si, CSRS,CSRA, serta semua pihak
yang telah membantu penyelesaian Tugas Mandiri  ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana saya pun sadar
bahwasannya kami hanya lah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa hingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. oleh  karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa saya nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan
dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi kami, pembaca dan  bagi seluruh mahasiswa/i.

Jakarta, 26 Maret 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1


BAB II PEMBAHASAN
2.1 PengertianSistemPengendalian Intern Pemerintah......................... 2
2.2TujuanSistemPengendalian Intern Pemerintah............................... 2
2.3Elemen SistemPengendalian Intern Pemerintah.............................. 4
2.4 Pertanggung Jawaban SistemPengendalian Intern Pemerintah....... 9
2.5RerangkaSistemPengendalian Intern Pemerintah.......................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP adalah
sebuah proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam suatu lembaga
yaitu pimpinan beserta seluruh pegawainya dengan konsisten dan terus menerus dengan
tujuan memberikan keyakinan yang memadai atas berjalannya kegiatan organisasi
dengan efektif dan efisien, memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan, adanya
sistem pengamanan aset yang memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. SPIP hendaknya dilaksanakan oleh organisasi pemerintah baik
pusat maupun daerah.
Keandalan penyajian suatu laporan keuangan pemerintah dapat terwujud dengan
menyelenggarakan SPIP dengan baik misalnya dengan menerapkan prosedur rekonsiliasi
antara dua data transaksi keuangan yang dibuat oleh pengguna anggaran atau kuasa
pengguna anggaran dengan yang dibuat oleh Bendahara Umum Negara ataupun daerah.
Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 yang mengatur tentang SPIP
mempertegas bahwa setiapentitas pelaporan dan akuntansi memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pengendalian intern. PP tersebut mengacu pada Konsep dari Comitte
of Sponsoring Organizations (COSO) dalam mengatur kewajiban penyelenggaraan
Pengendalian Internal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan masalah yang
akan dibahas dimakalah ini sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah?
b. Apa saja Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah?
c. Apa saja Elemen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah?
d. Bagaimana Pertanggung Jawaban Sistem Pengendalian Intern Pemerintah?
e. Apa saja Rerangka Sistem Pengendalian Intern Pemerintah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PengertianSistemPengendalian Intern Pemerintah


Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern melekat
sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak, sehingga dalam pengembangan dan
penerapannya perlu dilakukan secara komprehensif dan harus memperhatikan aspek
biaya manfaat (cost and benefit), rasa keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah adalahProses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana
terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat
mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir
terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara.

2.2 TujuanSistemPengendalian Intern Pemerintah


Tujuan Sistem Pngendalian InternEsensi dari organisasi yang dikendalikan
dengan efektif terletak pada setiap manajemen, jika manajmen puncak merasa bahwa
pengendalian intern itu penting maka anggota dalam organisasi akan merasakan hal itu
dan bereaksi dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi kebijakan dan prosedur yang

2
telah ditetapkan. Di lain pihak, jika pengendalian intern tidak dijadikan kepentingan
uatama manajemen puncak dan hanya dijadikan lip service maka dapat dipastikan bahwa
tujuan pengendalian intern tidak dapat dicapai dengan efektif. Menurut tujuannya
pengendalian intern dirancang untuk memberikan jaminan bahwa tujuan organisasi akan
dapat dicapai melalui efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan yang
dapat dipercaya, dan ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yangberlaku seperti
yang tertera dalam pengertian pengendalian menurut COSO (Committee of Sponsoring
Organization treadway Commision).
Sedangkan tujuan pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008 adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang:
1. Tercapainya efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuanpenyelenggaraan pemerintah
negara.
2.Keandalan Pelaporan Keuangan.
3.Pengamanan Aset Negara.
4.Ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan”.
Tujuan PenerapanSistem Pengendalian Intern Pemerintah(SPIP)Menurut Mulyadi
(2010:163) tujuan sistem pengendalian intern adalah:
a.Menjaga kekayaan organisasi
b.Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
c.Mendorong efesiensi
d.Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua
macam: pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian
administratif (internal administrative control). Pengendalian intern akuntansi yang
merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang terkoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi
yang mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern
akuntansiyang baik akan menajaga keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang
ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Pengendalian administratif meliputi struktur organisasi, metode dan 27ukuran-

3
ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efesiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Sedangkan tujuan pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan Pemerintah No.
60 Tahun 2008 adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang:
1.Tercapainya efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintah
negara.
2. Keandalan Pelaporan Keuangan.
3. Pengamanan Aset Negara.
4. Ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan”
Tujuan dibangunnya sistem pengendalian intern menurut Mahmudi (2010:20) adalah :
1. Untuk melindungi aset (termasuk data) negara
2. Untuk memelihara catatan secara rinci dan akurat
3. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal
4. Untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP)
5. Untuk efisiensi dan efektifitas operasi6. Untuk menjamin ditaatinya kebijakan
manajemen dan peraturan perundangan yang berlaku.

2.3 Elemen SistemPengendalian Intern Pemerintah


1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan diciptakan dalam
suatu organisasi yang akan mempengaruhi efektivitas pengendalian. Kondisi
lingkungan kerja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya penegakan integritas
dan etika seluruh anggota organisasi, komitmen pimpinan manajemen atas
kompetensi, kepemimpinan manajemen yang kondusif, pembentukan struktur
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewewnang dan tanggung
jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan yang efektif
dan hubungan kerja yang baik dengan pihak ekstern.

4
Dalam lingkup organisasi pemerintahan maka lingkungan pengendalian terkait
dengan integritas, etika, dan kompetensi pegawai, kepemimpinan manajemen, serta
pengawasan Intern yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
Pegawai diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan, pendidikan, pengalaman
dan keterampilan sesuai dengan fungsi kerjanya, namun juga memiliki integritas dan
etika yang tinggi. Penyebab terjadinya kecurangan adalah karena lemahnya integritas
dan etika dari pegawai pemerintah. Motivasi ekonomi menjadi hal yang paling berat
yang harus dihadapi oleh organisasi pemerintahan, karena masih terbatasnya standar
pendapatan untuk pegawai pemerintahan jika dibandingkan dengan pegawai
perusahaan swasta atau BUMN, terutama bagi pegawai pelaksana. Penegakan etika
dan integritas ini sebaiknya dinyatakan dalam bentuk peraturan tertulis seperti kode
etik dan peraturan kepegawaian. Sehingga nantinya pegawai dapat melakukan hal
tersebut dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari dan membentuk budaya kerja yang
baik. Sanksi dan penghargaan merupakan salah satu sarana agar pegawai dapat terus
mengembangkan integritas dalam kegiatan pekerjaannya.
Kepemimpinan mengandung arti keteladanan, sehingga dibutuhkan pemimpin
yang menjadi teladan bagi pegawai yang dipimpinnya, terutama dalam hal penegakan
integritas dan etika. Pemimpin dalam pemerintahan juga harus mendukung penetapan
kompetensi pegawainya sehingga tidak terjadi penilaian yang subjektif dalam
penentuan posisi pegawai sesuai fungsi dan tanggung jawab. Penetapan key
performance indicator (KPI) atau sasaran pekerjaan setiap pegawai menjadi penting
untuk menilai prestasi kerja pegawai. Selain itu, pemimpin memberikan kesempatan
kepada pegawai untuk mengembangkan pengetahuan serta keterampilan dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan pegawai. Dan yang terutama adalah pemimpin
harus dapat menjaga agar lingkungan kerja tetap kondusif sehingga setiap pegawai
mau dan mampu bekerja dengan baik agar tujuan organisasi dapat terwujud.
Pengawasan intern diperlukan untuk memberikan peringatan dini, meningkatkan
efektivitas pengelolaan risiko, serta nenelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah. Sehingga kinerja yang baik dari aparat
pengawasan intern pemerintah dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi
masyarakat.

5
2. Penilaian Risiko
Risiko merupakan hal-hal yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan.
Identifikasi terhadap risiko (risk identification) diperlukan untuk mengetahui potensi-
potensi kejadian yang dapat menghambat dan menghalangi terwujudnya tujuan
organisasi. Setelah dilakukan identifikasi maka dilakukan analisis terhadap risiko
meliputi analisis secara kuantitatif (quantitative risk analysis) dan kualitatif
(qualitative risk analysis). Analisis risiko akan menentukan dampak kejadian, serta
merupakan input untuk mendapatkan cara mengelola risiko tersebut. Kemudian
dilakukan pengelolaan risiko (risk management) yaitu dengan alternatif sebagai
berikut :
 Memindahkan risiko seperti penggunaan asuransi jiwa oleh pegawai,
 Mentolerir risiko misalnya menggunakan peralatan yang ada karena keterbatasan
sumber daya peralatan,
 Menghilangkan risiko misalnya dengan mengubah jenis pekerjaan karena
pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan atau risikonya terlalu besar.
Penilaian terhadap risiko merupakan hal yang baru dikembangkan. Bidang usaha
perbankan merupakan salah satu bidang pekerjaan yang sudah memiliki berbagai
ketentuan mengenai manajemen risiko ini. Sedangkan untuk bidang usaha konstruksi
dan infrastruktur masih dalam tahap pengembangan dan analisis risiko.
Hal yang terutama dalam penilaian risiko ini adalah adanya kesadaran
(awareness) pegawai dan pimpinan instansi pemerintahan bahwa setiap kegiatan
pekerjaan, terutama kegiatan pokok pekerjaan, memiliki risiko yang harus dikelola.
Pengelolaan akan tergantung pada tingkat risiko yang dihadapi.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko,
menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta prosedur,serta memastikan bahwa
tindakan tersebut telah dilaksanakan secara efektif.
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi risiko dapat dibagi menjadi 2
jenis tindakan yaitu tindakan preventif dan tindakan mitigasi. Tindakan preventif
adalah tindakan yang dilakukan sebelum kejadian yang berisiko berlangsung,
sedangkan tindakan mitigasi adalah tindakan yang dilakukan setelah kejadian

6
berisiko berlangsung, dalam hal ini tindakan mitigasi berfungsi untuk mengurangi
dampak yang terjadi. Tindakan-tindakan tersebut juga harus dilakukan evaluasi
sehingga dapat dinilai keefektifan serta keefisienan tindakan tersebut. Umumnya
tindakan preventif dapat mengurangi dampak lebih besar dibandingkan tindakan
mitigasi, sehingga dalam organisasi pemerintahan diperlukan tindakan preventif agar
tidak banyak pengeluaran yang diperlukan untuk melakukan tindakan mitigasi.
Penetapan kebijakan dan prosedur di lingkungan organisasi pemerintahan erat
kaitannya dengan perundang-undangan, peraturan, dan ketetapan-ketetapan.
Kebijakan seharusnya tidak menabrak peraturan yang ada. Sedangkan prosedur
sudah seharusnya disusun dan ditetapkan hingga ke struktur terkecil dalam suatu
organisasi pemerintahan, misalnya prosedur pekerjaan dalam satu unit/bagian kerja.
Kebijakan dan prosedur ini sudah dalam bentuk tertulis agar setiap pegawai dapat
mengetahui dan melaksanakan setiap kebijakan dan prosedur yang ada.
Beberapa kegiatan pengendalian intern pemerintah meliputi reviu kinerja,
pembinaan sumber daya manusia, pengendalian sistem informasi, pengendalian fisik
aset, penetapan ukuran kinerja, pemisahan fungsi, otorisasi transaksi dan kejadian,
pencatatan yang akurat dan tepat waktu, pembatasan akses terhadap sumber daya,
akuntabilitas terhadap sumber daya, dan dokumentasi atas sistem pengendalian
intern.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi adalah data yang sudah diolah yang digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsiorganisasi. Informasi yang
salah dapat menyebabkan keputusan dan kebijakan yang salah pula. Hal ini juga
berlaku untuk organisasi pemerintahan. Kesalahan informasi dapat terjadi saat
melakukan pengambilan data, analisis data dan kesimpulan data menjadi informasi
serta pengelolaan informasi. Unit pengumpul dan pengolah data serta pengelola
informasi merupakan unit yang sentral dalam unsur pengendalian informasi yang
berkualitas. Informasi berkualitas sendiri harus memenuhi beberapa syarat yaitu
informasi harus sesuai kebutuhan, tepat waktu, mutakhir, akurat, dan dapat diakses
dengan mudah oleh pihak-pihak yang terkait.

7
Informasi yang berkualitas tentunya harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak
yang terkait. Penyampaian informasi yang tidak baik dapat mengakibatkan kesalahan
interpretasi penerima informasi. Dalam suatu instansi pemerintahan harus dibentuk
unit khusus yang menangani penyampaian informasi, atau ditunjuk pejabat yang
berwenang untuk melakukan penyampaian informasi tersebut.
Unsur pengendalian terhadap informasi dan komunikasi menjadi penting karena
berkembangnya ilmu dan teknologi. Teknologi informasi dapat menjadikan
pengendalian intern pemerintah lebih efektif dan efisien, namun di sisi lain menuntut
adanya pengembangan terhadap pengetahuan dan keterampilan pegawai akan
teknologi informasi.
5. Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan (monitoring) adalah tindakan pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam
pelaksanaan tugas sebagai penilai terhadap kualitas dan efektivitas sistem
pengendalian intern. Pemantauan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pemantauan
berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi yang terpisah (separate evaluation),
dan tindak lanjut atas temuan audit.
Pemantauan berkelanjutan merupakan bahasa lain dari supervisi oleh atasan
langsung. Pemantauan ini dapt dilakukan setiap saat, dapat menggunakan sarana
laporan pekerjaan harian (daily activity), mingguan, atau laporan bulanan.
Pemantauan meliputi berbagai aspek kegiatan pekerjaan sesuai kebijakan dan
prosedur yang ada. Pelaksanaan terhadap prosedur yang telah ditetapkan diharapkan
dapat mengurangi penyimpangan kegiatan pekerjaan.
Evaluasi terpisah adalah penilaian secara periodik atas kinerja organisasi dengan
standar pengukuran yang sudah disepakati sebelumnya.
Peranan pemantauan (monitoring) pengendalian internal memiliki peran yangpenting
dalam seluruh komponen pengendalian internal. Setiap komponen pengendalian
internal akan mendapatkan pemantauan dan pengawasan. Di sinilah peran dari tim
khusus pengawasan intern atau yang dikenal dengan tim audit.

8
2.4 Pertanggung Jawaban SistemPengendalian Intern Pemerintah
Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal Menurut Jalu
Aribowo (2009) peran dan tanggung jawab orang-orang dalam organisasi terhadap SPIP
adalah
a. Manajemen
Dalam hal ini adalah Menteri/Pimpinan, lembaga, Gubernur, dan bupati/walikota
serta jajaran manajemen di lingkungannya. Para pimpinan inilah yang paling
bertanggungjawab menyelenggarakan SPIP dilingkungan kerjanya. Disamping itu
pimpinan memegang peranan penting dalam penerapan SPIP yang memerlukan
keteladanan dari pimpinan yang mempengaruhi integritas, etika dan faktor lainnya dari
lingkungan pengendalian yang positif.
b. Seluruh pegawai
SPIP dengan berbagai tingkatan, menjadi tanggungjawab semua pegawai dalam
suatu instansi dan seharusnya ada dalam uraian pekerjaan setiap pegawai. Setiap
pegawai menghasilkan informasi yang digunakan dalam sistem pengendalian intern
atau melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk mempengaruhi pengendalian.
Setiap pegawai juga harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah
dalam pelaksanaan kegiatan instansi, ketidakpatuhan terhadap aturan prilaku, serta
pelanggaran kebijakan atau tindakan-tindakan yang illegal lainnya.
c. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran yang penting untuk
mengevaluasi efektivitas penerapan SPIP, dan memberikan kontribusi terhadap
efektivitas SPIP yang sedang berlangsung. Karena posisi organisasi APIP independen
19dari manajemen serta otoritas yang disandangnya, APIP sering berperan dalam
fungsi pemantauan.
d. Auditor Eksternal dan Pihak Luar Instansi
Sejumlah pihak luar sering memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
instansi. Auditor eksternal membawa pandangan yang objektif dan independen,
mengkontribusikan langsung melalui pernyataan audit atas laporan keuangan dan tidak
langsung menyediakan informasi penting untuk manajemen dalam menjalankan
tanggung jawabnya termasuk sistem pengendalian intern. Pihak lain yang juga

9
memberikan pengaruh kepada instansi adalah legislator, regulator dan stakeholders
lainnya yaitu pihak-pihak yang berkepentingan atau terkait dengan instansi. Namun
pihak luar tidak bertanggung jawab atau tidak menjadi bagian dalam sistem
pengendalian intern.

2.5 RerangkaSistemPengendalian Intern Pemerintah


Terdapat beberapa rerangka model pengembangan sistem pengendalian internal yang
baik, antara lain (Romney dan Steinbart, 2009):
Rerangka COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
Dikembangkan oleh the Information System Audit and Control Foundation (ISACF).
Merupakan suatu rerangka pengendalian teknologi informasi yang dapat diaplikasikan
secara umum pada praktik pengendalian dan keamanan sistem informasi.
Rerangka Pengendalian Intern COSO (the Committee of Sponsoring Organizations)
COSO adalah organisasi swasta yang terdiri dari
-   The American Accounting Association
-   The AICPA
-   The Institute of Onternal Auditors
-   The Institute of Management Accountants
-   The Financial Executives Institute.

Rerangka Enterprise Risk Management (ERM) COSO


Pada tahun 2004 COSO menghasilkan suatu dokumen untuk memperkuat tata kelola
organisasi yang disebut Enterprise Risk Management – Integrated Framework (ERM).
ERM memperluas elemen-elemen pada rerangka sebelumnya yang berjumlah lima
menjadi delapan. Tujuan ERM adalah untuk mencapai seluruh tujuan rerangka
pengendalian intern dan membantu organisasi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, menekankan pada suatu proses
penyadaran akan pengendalian, penilaian dan pengelolaan risiko dengan aktivitas
pengendalian yang dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi. Pengendalian internal
bukan suatu kejadian atau keadaan, namun suatu rangkaian tindakan yang mencakup
seluruh kegiatan organisasi yang dilakukan orang untuk mendapatkan keyakinan yang
wajar bahwa tujuan akan dicapai. Tindakan-tindakan ini melekat dan melingkupi ke
dalam cara manajemen dan personil lain dalam organisasi menjalankan aktivitas
kegiatannnya.
Arah menuju pengendalian yang bersifat lunak (soft control) terlihat dari
dikedepankannya unsur lingkungan pendendalian, yang merupakan pondasi dan atmosfer
sistem pengendalian intern. Lingkungan pengendalian memiliki dampak yang sangat kuat
terhadap struktur kegiatan, penetapan tujuan dan penilaian risiko. Lingkungan
pengendalian juga mempengaruhi kegiatan pengendalian, sistem informasi dan
komunikasi, dan kegiatan pemantauan. Lingkungan pengendalian dipengaruhi oleh
budaya dan sejarah organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orang
dalam organisasi. Faktor-faktor pembentuk lingkungan pengendalian termasuk integritas,
nilai-nilai etik dan kompetensi orang-orang dalam organisasi, filosofi manajemen, gaya
operasi, cara manajemen melaksanakan wewenang dan tanggung jawab, cara
mengorganisir dan mengembangkan orang-orang, serta perhatian dan arahan manajemen
tertinggi mempengaruhi sistem pengenalian intern secara keseluruhan.
Namun demikian, pengendalian intern hanya mampu memberikan sebuah
keyakinan memadai kepada manajemen terkait dengan pencapaian tujuan organisasi. Hal
ini berlaku untuk keseluruhan, tidak peduli bagaimana pengendalian intern dirancang dan
dioperasikan, karena pencapaian tujuan dipengaruhi oleh keterbatasan yang melekat
dalam seluruh sistem pengendalian intern. Kenyataan menunjukkan bahwa pertimbangan
manusia dalam pengambilan keputusan bisa saja salah. Di samping itu, orang-orang yang
bertanggung jawab dalam penetapan pengendalian perlu mempertimbangkan biaya dan

11
manfaat. Dan kemacetan pengendalian dapat terjadi karena kegagalan faktor manusia dan
pengendalian dapat dirusak oleh kolusi antara dua orang atau lebih.

3.2 Saran
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,
dengan segala keterbatasan yang melekat pada sistem pengendalian intern, instansi
pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
dalam upaya untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel. Dengan diterapkannya SPIP, diharapkan dapat memberikan
keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pimpinan Instansi
Pemerintah diharapkan sepenuhnya sadar akan pentingnya sistem pengendalian intern.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bpkp.go.id/spip/konten/400/sekilas-spip.bpkp

https://www.klikharso.com/2016/03/makna-dan-tanggung-jawab-pengendalian.html?m=1

https://hamzahzakaria-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/hamzahzakaria.wordpress.com/2013/01/17/3-5-elemen-sistem-
pengendalian-intern-spi-versi-coso

https://pemerintah.net/sistem-pengendalian-intern-pemerintah/

13

Anda mungkin juga menyukai