Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Akuntansi Sektor Publik


“SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM
PEMERINTAHAN”

Dosen: Dr. Rimi Gusliana Mais, SE, Msi, CSRS, CSRA

Disusun Oleh :
Kelompok 5 :
 Salman Nuraly
 Tabah Muhammad Fajar
 Irfan Wardana

Program Studi S1 Akuntansi


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Akuntansi Sektor Publik
dengan judul “SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMERINTAHAN”

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….… 2
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Pembahasan……………………………………………..……….5
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………………..….. 6
2.1 Pokok-pokok Keuangan Negara Dan Daerah………………………..…. 6
2.2 Regulasi Keuangan Negara dan Daerah……………………………...…. 8
2.3 Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah………….…. 11
2.4 Akuntansi BUMN Dan BUMD……………………………………..…. 16
2.5 Akuntansi BLU / BLUD…………………………………………….… 16
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………….…… 18
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….…. 18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP adalah sebuah proses yang
terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam suatu lembaga yaitu pimpinan beserta
seluruh pegawainya dengan konsisten dan terus menerus dengan tujuan memberikan
keyakinan yang memadai atas berjalannya kegiatan organisasi dengan efektif dan efisien,
memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan, adanya sistem pengamanan aset yang
memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. SPIP
hendaknya dilaksanakan oleh organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah.

Keandalan penyajian suatu laporan keuangan pemerintah dapat terwujud dengan


menyelenggarakan SPIP dengan baik misalnya dengan menerapkan prosedur rekonsiliasi antara
dua data transaksi keuangan yang dibuat oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna
anggaran dengan yang dibuat oleh Bendahara Umum Negara ataupun daerah. Terbitnya
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 yang mengatur tentang SPIP mempertegas
bahwa setiap entitas pelaporan dan akuntansi memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pengendalian intern.

Definisi SPIP sesuai peraturan diatas adalah sistem pengendalian intern yang wajib untuk
diselenggarakan secara masif dan terintergrasi di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Unsur-unsur SPIP terdiri atas lima bagian yang semuanya saling terhubung yaitu
Lingkungan Pengendalian yang kondusif, Penilaian Risiko yang cukup dan memadai, Kegiatan
Pengendalian untuk menghilangkan dampak atas risiko yang ada, Informasi dan Komunikasi
antar elemen pelaksana kegiatan pengendalian serta Pemantauan Pengendalian oleh supervisor
atau pimpinan entitas.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Tujuan SPI Pemerintahan
2. Elemen SPI Pemerintahan
3. Pertanggung jawaban SPIP
4. Rerangka Sistem Pengendalian Internal Dalam Pemerintahan

1.3 Tujuan Pembahasan


Mampu Menguasai Dan Menjelaskan Sistem Pengendalian Internal dalam Pemerintahan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan SPI Pemerintahan


Tujuan dibangunnya Sistem Pengendalian Internal adalah Untuk
 Melindungi Aset negara baik aset fisik maupun data
 Memelihara acatatan dan dokumen secara rinci dan akurat
 Menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal
 Memberikan aminan yang memadai bahwa laporan keuangan pemerintah telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Standar
AkuntansiPemerintah/SAP)
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi organisasi
 Menamin ditaatinya kebiakan manaemen dan peraturan perundang undangan yang
berlaku

Sistem pengendalian internal merupakan suatu pengendalian yang melekat pada: tindakan
dan pengendalian organisasi beserta seluruh karyawan yang dilakukar bukan hanya bersifat
insidental dan responsif terhadap kasus tertentu saja tetapi bersifa terus menerus. Sistem
pengendalian internal memberikan jamninan yang memadai, bukar jaminan mutlak, karena
sangat sulit dan mahal untuk membangun sistem yang sempurna Di samping itu, sistem
pengendalian internal itu sendiri masih mangandung kelemahan dari keterbatasan sehingga
memungkinkan untuk dilanggar, dan dilakukar kesalahan. Sistem pengendalian sesuatu yang
final, harus selalu diriviu diuji, diuji, dikembangkan dan diperbaiki.

Sistem pengendalian internal memiliki tiga fungsi utama yaitu:


Pengendalian preventif
Pengendalian pengendalian
Pengendalian korektif
Pengendalian preventif merupakan pengendalian yang bersifat mencegahan sebelum suatu
masalah dan ancaman terjadi. Pengendalian preventif dapat dilakukan melalui perbaikan dan
penguatan sistem dan prosedur melalui rencana pengendalian fraud. Merekrut karyawan
yang berkualitas dan bermoral tinggi, pemisahan tugas, pembuatan SOP, pengendalian akses
atas aset, fasilitas, dan data merupakan bentuk-bentuk pencegahan. Karena tidak semua
masalah pengendalian dapat mencegah, maka diperlukan pengendalian dan perbaikan.
Pengendalian pengendalian adalah pengendalian untuk menemukan masalah segera setelah
terjadi. Pengendalian detektil dapat dilakukan misalnya melalui pengecekan tidak ada
kesalahan perhitungan, rekonsiliasi bank, pemasangan CCTV, dan alarm. korektif yang
digunakan untuk memperbaiki masalah pengendalian yang sudah terjadi. Termasuk dalam
bentuk pengendalian korektif misalnya pembuatan back-up file dan kopi dokumen. Selain
ketiga bentuk pengendalian tersebut, masih terdapat pengendalian yang merupakan
pengendalian pre-emtive dan pengendalian represi. Pengendalian awal merupakan
pengendalian yang sifatnya edukatif, antisipasi dan pencegahan seperti halnya.
Pengendalian preventif.  pengendalian pre-emtif misalnya berupa pemberian sosialisasi
program anti korupsi, pendidikan antikorupsi di sekolah dan perguruan tinggi.  sedangkan
pengendalian Represif hampir sama dengan pengendalian detektif dilakukan melalui audit

6
investigasi, inspeksi mendadak, dan penyidikan.  pengendalian Represif pada dasarnya juga
dapat untuk memperkuat pengendalian preventif.

2.2 Elemen SPI Pemerintahan

Pada tahun 2008 Pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah no. 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan. Elemen Sistem Pengendalian Internal
sebagaimana diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008 terdiri atas lima unsur yaitu :
a) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan elemen terpenting yang melandasi unsur-unsur
lainnya dalam sistem pengendalian. lingkungan pengendalian berkaitan dengan
orang, moralitas, integritas, kejujuran, dan kompetensi. sebaik apapun sistem
pengendalian yang dibangun jika orang-orang yang melaksanakan pengendalian
tersebut tidak baik maka akan merusak sistem yang dibangun. sebaliknya meskipun
sistemnya belum sempurna tetapi jika dijalankan oleh orang-orang yang baik maka
akan mampu membawa kebaikan. karena organisasi tidak dapat menjamin bahwa
semua orang baik atau orang yang yang baik akan selalu baik, maka diperlukan unsur
pengendalian lainnya.
pada prinsipnya pengendalian merupakan tone from the top, sehingga komitmen,
peran, dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan anne-marie laku positif dan mendukung
terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat melalui:
 penegakan integritas dan nilai etika
 komitmen terhadap kompetensi
 kepemimpinan yang kondusif
 pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
 pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
 perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan
 hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait
Penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
 Menyusun dan menerapkan aturan perilaku
 memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan
instansi pemerintah
 tindakan penyimpan kebijak dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku
 menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern, Dan
 menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong Perilaku tidak etis

komitmen terhadap kompetensi sekurang-kurangnya dilakukan dengan


 mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam instansi pemerintah
 menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing
posisi dalam instansi pemerintah
 menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya, dan
 dan memilih pimpinan instansi pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan
pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan instansi pemerintah

7
kepemimpinan yang kondusif sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan
 Mempertimbangkan resiko dalam pengambilan keputusan
 menerapkan manajemen berbasis kinerja
 mendukung fungsi tertentu dalam penerapan e-spip
 melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah
 melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah,
dan
 merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan
penganggaran, program, dan kegiatan

pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sekurang-kurangnya


dilakukan dengan:
 menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan instansi pemerintah
 memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam instansi pemerintah
 Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam instansi
pemerintahan
 melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis, dan dan
 menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sekurang-kurangnya dilaksanakan


dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
 wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawab dalam rangka pencapaian tujuan instansi pemerintah
 pegawai yang Diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam instansi pemerintah yang bersangkutan, dan dan
 pegawai yang Diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b Memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP
 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya hal sebagai
berikut
 Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian
pegawai
 penelusur latar belakang calon Pegawai dalam proses rekrutmen, dan
 supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai

perwujudan peran aparat pengawasan pemerintah yang efektif sekurang-kurangnya harus


 memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan Penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah,
dan
 memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah

b) Penilaian Risiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit
organisasi baik dari luar maupun dari dalam. penilaian risiko terdiri atas:
 identifikasi risiko, dan
 analisis resiko

8
c) kegiatan pengendalian
kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan instansi
pemerintah dilaksanakan. kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan organisasi. kegiatan pengendalian antara lain meliputi:
 review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
 pembinaan sumber daya manusia
 pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
 pengendalian fisik atas aset
 penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja
 pemisahan fungsi
 otorisasi atas Transaksi dan kejadian yang penting
 pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas Transaksi dan kejadian
 pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
 akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya, dan
 dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan
kejadian penting

kegiatan pengendalian terdiri atas dua bentuk yaitu, pengendalian umum dan
pengendalian aplikasi:
Pengendalian umum
Pengendalian umum terdiri atas
 pengamanan sistem informasi
 pengendalian atas akses
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi
 pengendalian atas perangkat lunak sistem
 pemisahan tugas, dan
 kontinuitas pelayanan
pengendalian aplikasi
 pengendalian aplikasi terdiri atas
 pengendalian otoritasi
 pengendalian kelengkapan
 pengendalian akurasi, dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data

d) Informasi dan Komunikasi


Informasi dan komunikasi pada dasarnya merupakan pendukung dari elemen
sistem Pengendalian internal lainnya. inti dari informasi dan komunikasi adalah
manajemen dan karyawan dapat memperoleh informasi dan dapat berkomunikasi
dengan atasan dan atau rekan kerjanya yang memungkinkan mereka memahami tugas
dan tanggung jawab pengendalian dan secara baik dalam rangka. dan informasi dan
komunikasi juga digunakan untuk memastikan bahwa dalam organisasi terdapat alur
informasi yang jelas dan mudah ah antara pimpinan dengan bawahan. dari bawahan
ke atasan, atau antara karyawan. informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. informasi disajikan
dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan
pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya
Selain itu informasi dan komunikasi diperlukan untuk memastikan bahwa
komplain dari pelanggan segera diinformasikan dan dikomunikasikan ke pimpinan
serta direspon dengan cepat. pimpinan manajemen di semua level wajib

9
mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan
waktu yang tepat serta efektif. untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif,
pimpinan harus sekurang-kurangnya: nya
 menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk sarana dan komunikasi, dan
 mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.
e) Pemantauam Pengendalian Internal
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan
bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian
intern. pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah ah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dana
review lainnya. pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan
pengelolaan rutin, supervisi, perbandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait
dalam pelaksanaan tugas. evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri,
review, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern. evaluasi terpisah dapat
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.
tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
refill lainnya yang ditetapkan.

2.3 Pertanggung jawaban SPIP

Tanggungjawab pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal terletak pada manaemen dalam


organisasi pemerintahan, Menteri/pimpinan Lembaga, gubernur, dan bupati, walikota
bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian internal di
lingkungan masing masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem
pengendalian internal dilakukan melalui 2 hal yaitu :
a) Pengawasan internal atas penyelenggaraan tugas dan fungsiinstansi pemerintah
termasuk akuntabilitas keuangan negara
b) Pembinaan penyelenggaraan SPIP
Pengawasan Intern atas Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah dilakukan
oleh apparat pengawasan internal pemerintah. Aparat pengawasan Internal Pemerentahan
melakukan pengawasan internal melalui:
a) Audit
b) Reviu
c) Evaluasi
d) Pemantauan
e) Kegiatan Pengawasan lainnya
Aparat pengawasan intern pemerintah ( APIP) Terdiri atas:
 BPKP
 inspektorat jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern
 inspektorat provinsi atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern di tingkat pemerintah provinsi, dan
 inspektorat Kabupaten/ kota atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern di tingkat kabupaten/ kota

10
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral
 kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan Penetapan oleh menteri Keuangan
selaku bendahara umum negara, dan
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden
inspektorat jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan
tugas dan fungsi kementerian negara/ lembaga Angga pendapat dan belanja negara.
inspektorat provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja Perangkat daerah provinsi yang Di danai
dengan anggaran Pendapatan dan belanja daerah provinsi
Inspektorat kabupaten/ kota melak pengawasan terhadap seluruh kegiatan dan
penyelenggaraan tugas dan satu Perangkat daerah kabupaten/ kota yang ditandai dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/ kota.

2.4 Rerangka Sistem Pengendalian Internal Dalam Pemerintahan

Terdapat beberapa rerangka model pengembangan sistem pengendalian internal yang baik,
antara lain (Romney dan Steinbart, 2009)
 Rerangka COBIT (Control Obectives for Information and Realited Technology)
 Rerangka pengendalian Internal COSO (the Committee of Sponsoring Organization)
 Rerangka Enterprise Risk Management ERM COSO
Ketiga reranngka pengendalian tersebut pada dasarnya merupakan model pengendalian yang
dikembangkan di Amerika Serikat terutama Untuk sector bisnis tetapi juga sector public.

RERANGKA COBIT
Rerangka COBIT dikembangkan oleh the information systems audit and control foundation
(ISACF). COBIT merupakan suatu rerangka pengendalian teknologi informasi yang dapat
diaplikasikan secara umum pada praktik pengendalian dan keamanan sistem informasi.
Rerangka COBIT menekankan pengendalian pada tiga dimensi, yaitu:
 Tujuan organisasi, meliputi tujuh kategori: efektivitas, efesiensi, kerahasiaan,
integritas, ketersediaan, kepatuhan tehadap peraturan perundangan yang disyaratkan,
dan keandalan.
 Sumber daya Teknologi Informasi (IT Resources), meliput: orang, sistem aplikasi,
teknologi, fasilitas, dan data
 Proses Teknologi Informasi (IT process), meliputi: perencanaan dan
pengorganisasian, perolehan dan implementasi, pengiriman dan layanan pendukung,
serta monitoring dan evaluasi.

11
Rerangka Pengendalian Internal COSO
The Committee of Sponsoring Organizations (COSO) adalah organisasi swasta yang terdiri
dari:
 The America Accounting Association
 The AICPA
 The Institute of Internal Auditors
 The Institute of Management Accountans
 The Financial Executives Institute
Pada tahun 1992 COSO mengeluarkan “Internal Control-Integrated Framework” yang
menjelaskan tentang definisi pengendalian internal serta memberikan pedoman untuk
mengevaluasi dan memperkuat sistem pengendalian internal.
Model pengendalian intern COSO memiliki 5 komponen utama, yaitu:
 Lingkungan pengendalian (control environment)
 Aktivitas pengendalian (control activities)
 Penilaian risiko (risk assessment)
 Informasi dan komukasi
 Pemantauan (monitoring)
Sistem Pengendalian Internal Pemenrintah (SPIP) yang diatur dalam pp no.60 tahun 2008
juga mengacu pada rerangka pengendalian internal COSO dengan menggunakan ilmu unsur
utama dalam sistem pengendalian internal.

12
Rerangka ERM COSO
Pada tahun 2001 atau sembilan tahun setelah COSO mengeluarkan model pertama
pengendalian internal dengan lima unsur utama, COSO memulai menginvestigasi bagaimana
secara efektif mengidentifikasi, menghitung, dan mengelola risiko sehingga organisasi dapat
memperbaiki prosses manajemen risiko. Pada tahun 2004 COSO kemudian menghasilkan
suatu dokumen untuk memperkuat tata kelola organisasi yang disebut Enterprise Risk
Management-Intergrated Framework (ERM). ERM memperluas elemen elemen pada
kerangka sebelumnya yang berjumlah lima menjadi delapan. ERM COSO memberikan fokus
lebih luas pada manajemen risiko perusahaan.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan
Tujuan ERM adalah untuk mencapai seluruh tujuan rerangka pengendalian intern dan
membantu organisasi:
 Memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dicapai
dan berbgai masalah dapat diminimumkan
 Mencapai target kinerja dan keuangan
 Menghitung risiko secara berkelanjutan dan mengidentifikasi langkah langkah yang
akan diambil dari sumber daya yang dialokasi untuk menanggulangi atau mitigasi
risiko
 Menghindari publikasi negatif yang dapat merusak repurtasi organisasi
ERM COSO menggunakan pendekatan berbasis risiko (risk-based) sedangkan rerangka
COSO yang lama berbasis pengendalian (controls-based). ERM COSO bersifat melengkapi
dan bukan mengganti rerangka pengendalian interanal COSO yang lama.
Model pengendalian internal ERM COSO memiliki 8 komponen, yaitu:
 Lignkungan internal
 Penetapan tujuan
 Identifikasi peristiwa
 Penilaian risiko
 Respon risiko
 Aktivitas pengendalian
 Informasi dan komukasi
 Monitoring

13
Kolom kolom dinagian atas menggambarkan empat ejnis penetapan tujuan yang
harus dipenuhi manajemen untuk mencapai sasaran perusahaan meliputi:
 Strategik
 Operasional
 Pelaporan
 Kepatuhan
Kolom kolom disebelah kanan mempresentasikan sistem pengendalian pada
unit unit organisasi, meliputi:
a. Level entitas
b. Level divisi
c. Level unit bisnis
d. Level sub unit
Lima komponen yaitu lingkungan internal, penilaian resiko, aktivitas dan orang
orang didalamnya mengenai manajemen resiko, nilai nilai moral, keyakinan,
dan budaya organisasi. Lingkungan internal harus dikondisikan sehingga dapat
mengenali peristiwa peristiwa baik yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan yang mungkin terjadi. Lingkungan internal meliputi pembangunan
budaya tanggap risiko dalam organisasi.

Penetapan Tujuan
Sistem pengendalian harus memberikan jaminan bahwa manajemen
mengimplementasikan sebuah proses untuk memformulasikan tujuan strategik,
operasional, pelaporan, dan kepatuhan yang mendukung misi organisasi.
manajemen puncak harus mengartikulasi Mengapa organisasi ada dan dan Apa
tujuan yang ingin dicapai. dengan kata lain manajemen harus memahami dan
mewujudkan visi dan misi organisasi. kemudian berdasarkan visi dan misi,

14
manajer harus menetapkan tujuan organisasi. tujuan organisasi harus mudah
dipahami dan diukur, diprioritaskan, dan dihubungkan dengan sensitifikasi
risiko. serangkaian tujuan pada jenjang entitas dihubungkan, diintegrasikan,
dan diselaraskan dengan tujuan unit-unit jenjang yang lebih rendah yaitu level
divisi, unit dan Sub unit organisasi. setiap harus memiliki Ki critical success
Factor dan memiliki ukuran kinerja guna menentukan apakah tujuan tercapai
atau tidak.
Identifikasi peristiwa
kerangka ERM COSO menghendaki manajemen untuk mengidentifikasi
kejadian yang dimungkinkan mempengaruhi organisasi dalam
mengimplementasikan strategi dan mencapai tujuan. manajemen harus
menentukan apakah kejadian atau peristiwa tertentu merupakan suatu risiko
yang mengancam kegagalan organisasi atau merupakan peluang yang
menguntungkan organisasi. kejadian yang harus diidentifikasikan meliputi
kejadian yang berasal dari internal maupun eksternal organisasi. manajemen
harus melakukan tindakan dan membuat keputusan terbaik untuk
mengantisipasi seluruh kemungkinan peristiwa itu baik yang positif maupun
negatif yang mungkin mempengaruhi organisasi. oleh karena itu, itu
manajemen harus peka dan selalu mengamati setiap perubahan lingkungan
organisasi. jika diperlukan dapat dibuat suatu sistem peringatan dini organisasi.
penilaian resiko
risiko harus dianalisis dan dievaluasi terkait dengan kemungkinan terdapat
risiko dan dampaknya terhadap organisasi. penilaian risiko digunakan sebagai
dasar untuk mengelola resiko. penilaian resiko menggunakan metode penilaian
baik kuantitatif maupun kualitatif. penilaian risiko juga meliputi risiko melekat
atau bawaan maupun risiko residual.
respon resiko
setelah dilakukan identifikasi risiko secara cermat dan tepat, manajemen harus
memberikan respon atas Resiko yang diidentifikasi. risiko dapat dilakukan
dengan cara:
 menghindari
 mengurangi
 berbagai (Sharing)
 menerima
Aktivitas pengendalian

15
aktivitas pengendalian meliputi kebijakan dan prosedur yang diterapkan
organisasi untuk memastikan telah dilakukan pengendalian yang memadai serta
respon resiko dilakukan secara efektif. aktivitas pengendalian dilakukan pada
seluruh level dan fungsi dalam organisasi. termasuk dalam aktivitas
pengendalian berupa pengendalian umur dan pengendalian aplikasi teknologi
informasi.
informasi dan komunikas
informasi yang relevan diidentifikasi, ditangkap, dan dikomunikasikan dalam
bentuk data rentang waktu yang tepat sehingga memungkinkan orang-orang
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. terdapat komunikasi
yang efektif yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya, serta antar
pegawai.
monitoring
keseluruhan manajemen resiko harus dipantau dan dilakukan modifikasi
seperlunya jika ditemukan masalah. Monitoring dilakukan secara terus-
menerus bersama dengan aktivitas manajemen, penilaian terpisah atau
keduanya.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pengendalian intern merupakan salah satu fungsi manajemen suatu organisasi yang
harus dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Saat ini
sistem pengendalian intern yang digunakan adalah berdasarkan definisi dari COSO yang
mencakup 5 unsur yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Kelima unsur tersebut merupakan syarat-syarat
suatu manajemen organisasi yang berlaku. Dalam sistem pengendalian intern pemerintah pun
persyaratan di atas diperlukan, sehingga tercipta manajemen publik yang mampu
memberikan pelayanan kepada publik/masyarakatnya dengan efektif, efisien dan ekonomis,
serta taat pada peraturan, perundangan dan ketentuan-ketentuan lainnya.

17
Daftar Pustaka :
Buku Akuntansi Sektor Publik (Mahmudi)
https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/implementasi_pengendalian_intern_di_lingkungan_ke
menterian_kesehatan_ri
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/1516

18

Anda mungkin juga menyukai