Anda di halaman 1dari 22

AUDIT KEUANGAN NEGARA

“hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko pengendalian dan


pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah”

DOSEN PENGAMPU:
DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA

DISUSUN OLEH :
Anika Isnaini Putri (1602114221)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui
“Hubungan antara struktur pengendalian internal, risiko pengendalian dan pemeriksaan atas
laporan keunagn pemerintah pusat dan daerah.”

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 September 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengendalian intern ...................................................................................2
2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern .................................................................................................... 3
2.3 Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP ............................................................................. 10
2.4 Konsep SPIP ............................................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 18
3.2 Saran ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sudah cukup banyak memiliki perangkat hukum untuk mengatur
penyelenggaraan prinsip good governance. Kesemuanya mengamanatkan kepada presiden
untuk mengendalikan langsung penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah
satunya seperti yang ditegaskan pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Di sana dikatakan bahwa pengatur dan penyelenggara sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP) untuk mengelola transparansi keuangan negara adalah
kepala pemerintahan.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengatakan bahwa pemegang kekuasaan
pemerintahan menurut undang-undang dasar berada di tangan presiden. Karena itu selaku
kepala pemerintahan, presiden wajib melaksanakan SPIP di seluruh organisasi pemerintahan.
Pengendalian internal akan melengkapi pengendalian eksternal yang sudah ditegakkan
pemerintah, seperti melalui lembaga kepolisian, kejaksaan, pemberantas korupsi, pengawas
keuangan maupun lembaga peradilan lainnya. Yang membedakan sistem pengendalian intern
ini adalah mekanisme pengendaliannya yang lebih menjamin kualitas dan kinerja
pemerintahan secara keseluruhan (apalagi jika berhasil diterapkan di seluruh lembaga
pemerintah pusat dan daerah). Prakondisi ini selanjutnya akan menghindarkan penyelenggara
negara dari tuntutan hukum administrasi, perdata maupun pidana.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian pengendalian intern ?
2. Apa Tujuan Sistem Pengendalian Intern ?
3. Apa Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP ?
4. Apa yang dimaksud dengan Konsep SPIP ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian intern.
2. Untuk mengetahui tujuan system pengendalian intern.
3. Untuk mengetahui penguatan efektivitas penyelenggaraan SPIP.
4. Untuk mengetahui konsep SPIP.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pengendalian intern


Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-
unsur pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh
kegiatan agar tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya
informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD
(Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada
suatu pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal
58 dengan sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala Pemerintahan,
agar mengatur dan menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan pemerintahan
secara menyeluruh, untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah / negara.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:
1. Integral pada tindakan dan kegiatan
2. Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang:
 efektif dan efisien
 keandalan pelaporan keuangan
 pengamanan aset negara,
 ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Pengawasan Intern adalah seluruh proses :
 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi

2
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Organisasi Pengawas:
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
 Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada gubernur.
 Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota

2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern


Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
1. lingkungan pengendalian
2. penilaian risiko
3. kegiatan pengendalian
4. informasi dan komunikasi
5. pemantauan pengendalian intern.

1.Unsur SPIP: LINGKUNGAN PENGENDALIAN


PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan
komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan
pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi
motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan

3
pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal
negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:
- menyusun dan menerapkan aturan perilaku
- memberikan keteladanan
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang
luas
c. .Kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan
- menerapkan manajemen berbasis kinerja
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih
rendah
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan
dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern
4
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan
cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan
SPIP.
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara:
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai
dengan pemberhentian pegawai
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya
mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.

2.Unsur SPIP: PENILAIAN RISIKO


* Penilaian risiko terdiri atas:
a) identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara

5
- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor
eksternal dan factor internal
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b) analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

* Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman


pada peraturan perundang- undangan. menetapkan:
a) Tujuan Instansi Pemerintah;
Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.
Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah
menetapkan:
- strategi operasional yang konsisten
- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.
b) Tujuan pada tingkatan kegiatan,
Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis
- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya
- relevan dengan seluruh kegiatan utama
- mengandung unsur kriteria pengukuran
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

* Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat


risiko yang dapat diterima.

3.Unsur SPIP: KEGIATAN PENGENDALIAN


Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:
- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok
6
- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.
Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian :
- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan
kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi
kepada pegawai
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan
dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan
fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta
rencana pengembangan karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system
informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi
 pengendalian atas akses
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi
 pengendalian atas perangkat lunak system
 pemisahan tugas
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi
 pengendalian kelengkapan
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.

7
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan
ukuran dan indikator kinerja
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh
aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah
wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada
seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan
Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi
atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan
sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut
secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan
secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

8
4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus
sekurang-kurangnya:
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.

5.Unsur SPIP: PEMANTAUAN


Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:
1. pemantauan berkelanjutan; melalui:
a. pengelolaan rutin
b. pembandingan
c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.
d. Supervise
e. rekonsiliasi
2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem
Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian
intern
3. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.

Intinya sistem pengendalian intern bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan
dari organisasi dapat tercapai, diantaranya yaitu tercapainya efektifitas dan efesiensi,
keandalan laporan keuangan serta ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uraian lebih jelasnya dari tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi

9
Merupakan rerangka pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan organisasi atau dapat disrtikan sebagai
menggidentifikasikan kerangka hubungan formal untuk Mencapai Tujuan Organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketelitiannya dalam
melaksanakan operasi. Sistem pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan
kesalahan.
3. Mendorong Efesiensi Usaha
Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda yang
tidak perlu, dan mencegah pemborosan terhadap semua aspek kegiatan termasuk pencegahan
penggunaan dana yang tidak efesien.
4. Mendorong Efesiensi ditaatinya Kebijakan Manajemen
Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem
pengendalian intern (SPI) memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan tersebut dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.
Tindakan pengendalian diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Pengendalian intern akan menciptakan keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tujuan akhir sistem pengendalian intern ini adalah untuk mencapai
efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah merasa perlu merumuskan SPIP karena telah terjadi perubahan dalam
penganggaran, sistem pencatatan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Hal ini
berdampak terhadap pendekatan sistem pengendalian internal, sehingga menjadi menjadi
tanggung jawab setiap pimpinan instansi --yang tentunya akan dibantu oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

2.3 PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP


Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP).

10
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan,lingkup tugas,
kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
termasuk akuntabilitas keuangan negara
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:
a. audit (kinerja dan tujuan tertentu)
b. reviu
c. evaluasi
d. pemantauan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:
a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral
 kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.

11
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang
telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui keikutsertaan
dan kelulusan program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan
intern pemerintah, disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai
dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi
Pemerintah yang diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan
umum Negara laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan
hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

12
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala
dilaksanakan telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.

2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP


Pembinaan penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP dan meliputi:
a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP
b. sosialisasi SPIP
c. pendidikan dan pelatihan SPIP
d. pembimbingan dan konsultansi SPIP
e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah

2.4 Konsep SPIP


SPIP diadopsi dari sebuah konsep yang mencoba mengaitkan terjadinya perubahan
bertahap terhadap sistem pengendalian intern. Konsep ini telah disempurnakan berdasarkan
pengalaman selama menjalankan dan mempelajari sistem pengendalian intern. SPIP mencoba
meninggalkan pemahaman sistem pengendalian intern yang semula hanya berbasis
accounting control dan administrative control kemudian dapat dipadukan dengan unsur
lingkungan pengendalian (control environment). Meskipun demikian, SPIP masih tetap
mengaitkan tanggung jawab audit dengan laporan keuangan. Konsep SPIP diadopsi dari
sebuh grup studi: The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission
(COSO), berdasarkan publikasi laporan Internal Control-Integrated Framework (September
1992).
Menurut COSO, pengendalian manajemen terdiri lima komponen utama yang saling
berkaitan. Komponen tersebut bersumber dari cara manajemen (pimpinan)
menyelenggarakan tugasnya. Jika kinerja pimpinan organisasi baik, maka seluruh komponen
utama tersebut akan menyatu (built in) dan saling menjalin (permeatted) di dalam proses
manajemen. Oleh COSO, lima komponen sistem pengendalian intern dirumuskan sebagai:

13
lingkungan pengendalian (control environment); penilaian resiko (risk assessment); aktivitas
pengendalian (control activities); informasi dan komunikasi (information and
communication); serta pemantauan (monitoring);
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).
Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap operasi secara
umum dan konsep kontrol secara khusus yang mencakup etika, kompetensi serta integritas
dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Integritas dan nilai etika, merupakan produk standar etika, perilaku organisasi dan
bagaimana standar tersebut dikomunikasikan serta didorong untuk dilaksanakan.
Standar tersebut mencakup tindakan-tindakan manajemen untuk menghindarkan diri
atau mengurangi dorongan atau godaan yang mungkin mendorong seseorang untuk
bertindak tidak jujur, melanggar hukum, atau tindakan lain yang tidak etis.
b. Komitmen atas kompetensi, mencakup pertimbangan manajemen atas tingkat
kompetensi untuk tugas-tugas tertentu dan bagaimana tingkat-tingkat kompetensi ini
diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keahlian yang dipersyaratkan.
c. Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, memberikan tanda yang jelas bagi para
staf tentang arti pentingnya pengendalian. Auditor dapat mengidentifikasi aspek-aspek
yang memberikan kepadanya pemahaman tentang sikap manajemen terhadap
pengendalian.
d. Struktur organisasi, merumuskan garis tanggung jawab dan wewenang yang ada.
Dengan memahami struktur organisasi auditor dapat mempelajari dan memahami
unsur manajerial dan fungsional serta merasakan bagaimana pengendalian dikaitkan
dengan kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan.
e. Komite Audit, sub komponen ini pada saat ini masih lebih ditekankan pada lingkungan
sektor swasta dan badan usaha milik negara,sedangkan di sektor pemerintah belum
ada. Dalam hal ini adanya komunikasi antara Dewan Pengawas dengan auditor, baik
internal maupun eksternal, menjadi suatu hal yang penting dalam
memecahkan/membahas berbagai masalah yang terkait dengan integritas dan
tindakantindakan manajemen lainnya.
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab, merupakan bentuk komunikasi formal
berkaitan dengan pengendalian atas kegiatan yang dilaksanakan.
g. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia, yang mencakup penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekruitment sampai
dengan pemberhentian pegawai, penelusuran latar belakang calon rekruitment dan
14
supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai dengan tetap berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.

2. Penentuan Resiko (Risk Assesment).


Penentuan risiko adalah identifikasi dan analisis risiko untuk menetapkan tujuan organisasi
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada organisasi
bersangkutan.

3. Pengendalian Aktivitas (Control Activities),


Pengendalian aktivitas adalah kebijakan dan prosedur yang dapat meyakinkan bahwa
tindakan telah dilakukan untuk mengantisipasi risiko yang muncul. Pengendalian aktivitas
terdiri dari :
a. Pemisahan tugas yang cukup, meliputi : pemisahan penyimpangan aset-aset dari pencatatan
akuntansi, pemisahan otorisasi transaksi, pemisahan tanggungjawab operasional dari
tanggungawab pencatatan dan pemisahan tugas teknologi informasi dari penggunaannya.
b. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang tepat, setiap transaksi yang terjadi dapat diotorisasi
dengan tepat apabila pengendalian internnya memuaskan.
c. Dokumentasi dan catatan yang cukup, dokumentasi dan catatan harus mempunyai nomor,
dibuat pada saat transaksi terjadi, simple dan mudah dimengerti, dirancang untuk banyak
kegunaan, disusun dalam bentuk yang memungkinkan adanya pengecekan intern dalam
formulir atau catatan tersebut.
d. Pengendalian fisik terhadap aset-aset dan catatan-catatan.
e. Pengecekan terhadap pelaksanaan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication), dan


Organisasi dapat mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi
dalam bentuk dan waktu yang tepat serta diselenggarakan secara efektif. Untuk
menyelenggarakan komunikasi yang efektif organisasi harus dapat menyediakan dan
memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, serta dapat mengelola,
mengembangkan dan memperbaharui sistem informasi secara terus-menerus.
5. Pemantauan (Monitoring).
Pemantauan merupakan penilaian kualitas sistem pengendalian intern secara terus-
menerus oleh manajemen, untuk menentukan apakah sistem pengendalian intern telah

15
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan apakah sistem pengendalian intern tersebut
dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.

Dengan pengertian tersebut, sistem pengendalian intern diartikan sebagai rangkaian


kegiatan, prosedur, proses, dan aspek lain yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
penciptaan pengendalian intern. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi pergeseran
karakter pengendalian yang tidak hanya mencakup rangkaian kegiatan dan prosedur, namun
menjadi suatu proses yang integral yang dipengaruhi oleh setiap orang di dalam organisasi.
Keterlibatan seluruh sumber daya manusia tersebut menjadi strategi manajemen organisasi
untuk mengantisipasi ketidakpastian yang mungkin terjadi (dialami) ketika sedang mencapai
tujuan organisasi.
Akibatnya karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju soft
control. Hal ini akan ditandai dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas
kinerja organisasi. Capaian itu tidak hanya dilakukan melalui prosedur dan mekanisme
pengendalian tetapi juga dengan meningkatkan kompetensi, kepercayaan, nilai etika, dan
penyatuan pandangan terhadap visi, misi, dan strategi organisasi.
COSO menjelaskan bahwa ciri yang paling berpengaruh pada efektivitas
pengendalian terletak pada 'proses'. Hal ini membawa konsekuensi bahwa kesadaran terhadap
pentingnya pengendalian tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab pimpinan lembaga
(manajemen puncak). Kesadaran terhadap manfaat pengendalian harus tersebar ke seluruh
anggota organisasi, tidak hanya kepada unit dan bagian organisasi terkecil, tetapi juga sampai
ke tingkat individu.
Akibatnya seluruh anggota organisasi harus memandang pengendalian sebagai alat
untuk mencapai tujuan, dan tanggung jawab penerapannya menjadi kewajiban bersama.
Meskipun demikian agar penerapannya efektif, konsep COSO tetap mengakui suatu ”tone at
the top”. Karena itu, pimpinan Instansi Pemerintah tetap ditekankan untuk mengambil
peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengendalian intern ini.
Dengan demikian, SPIP memiliki suatu pemahaman bahwa pengendalian dirancang
untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan. Rancangan pengendalian yang
ditetapkan akan disesuaikan dengan bentuk, luasan, dan kedalaman dari tujuan dan ukuran
organisasi, karakter dan lingkungan di mana operasi organisasi akan dilaksanakan. Melalui
konsep ini tidak ada pengendalian generik yang langsung dapat ditiru dan diterapkan pada
organisasi lain. Sehingga pengendalian harus dirancang sesuai dengan ciri kegiatan serta
lingkungan yang melingkupinya.
16
Intinya, seluruh komponen bangsa harus mengawal pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP. Karena dari peraturan ini terlihat upaya mandiri
aparatur pemerintah untuk menciptakan dirinya sebagai pegawai negara yang profesional,
berani menghindar dari perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme, dan ingin menciptakan
budaya kerja yang beradab (mulia) di lingkungan organisasinya. Namun semua semangat itu
hendaknya dibarengi dengan langkah cepat pemerintah untuk menciptakan tingkat
kesejahteraan yang memadai bagi para aparaturnya. Sebab tanpa itu, apa pun bentuk
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pasti akan selalu menemui jalan buntu. Yakni, lagi-
lagi tidak mampu dijalankan dan ditegakkan dengan konsisten, penuh integritas, serta
bertanggung jawab.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-
unsur pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh
kegiatan agar tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya
informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD
(Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada
suatu pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.
SPIP diadopsi dari sebuah konsep yang mencoba mengaitkan terjadinya perubahan
bertahap terhadap sistem pengendalian intern. Konsep ini telah disempurnakan berdasarkan
pengalaman selama menjalankan dan mempelajari sistem pengendalian intern. SPIP mencoba
meninggalkan pemahaman sistem pengendalian intern yang semula hanya berbasis
accounting control dan administrative control kemudian dapat dipadukan dengan unsur
lingkungan pengendalian (control environment). Meskipun demikian, SPIP masih tetap
mengaitkan tanggung jawab audit dengan laporan keuangan.

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan

18
DAFTAR PUSTAKA
Rai, I Gusti Agung.2008.Audit Kinerja pada Sektor Publik-Konsep-Praktik-Studi
Kasus:Salemba Empat

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang system


pengendalian intern pemerintah

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

http://maielvasundari.blogspot.com/2014/11/hubungan-antara-struktur-pengendalian.html

19

Anda mungkin juga menyukai