DOSEN PENGAMPU:
DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA
DISUSUN OLEH :
Anika Isnaini Putri (1602114221)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui
“Hubungan antara struktur pengendalian internal, risiko pengendalian dan pemeriksaan atas
laporan keunagn pemerintah pusat dan daerah.”
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengendalian intern ...................................................................................2
2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern .................................................................................................... 3
2.3 Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP ............................................................................. 10
2.4 Konsep SPIP ............................................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 18
3.2 Saran ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sudah cukup banyak memiliki perangkat hukum untuk mengatur
penyelenggaraan prinsip good governance. Kesemuanya mengamanatkan kepada presiden
untuk mengendalikan langsung penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah
satunya seperti yang ditegaskan pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Di sana dikatakan bahwa pengatur dan penyelenggara sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP) untuk mengelola transparansi keuangan negara adalah
kepala pemerintahan.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengatakan bahwa pemegang kekuasaan
pemerintahan menurut undang-undang dasar berada di tangan presiden. Karena itu selaku
kepala pemerintahan, presiden wajib melaksanakan SPIP di seluruh organisasi pemerintahan.
Pengendalian internal akan melengkapi pengendalian eksternal yang sudah ditegakkan
pemerintah, seperti melalui lembaga kepolisian, kejaksaan, pemberantas korupsi, pengawas
keuangan maupun lembaga peradilan lainnya. Yang membedakan sistem pengendalian intern
ini adalah mekanisme pengendaliannya yang lebih menjamin kualitas dan kinerja
pemerintahan secara keseluruhan (apalagi jika berhasil diterapkan di seluruh lembaga
pemerintah pusat dan daerah). Prakondisi ini selanjutnya akan menghindarkan penyelenggara
negara dari tuntutan hukum administrasi, perdata maupun pidana.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian pengendalian intern ?
2. Apa Tujuan Sistem Pengendalian Intern ?
3. Apa Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP ?
4. Apa yang dimaksud dengan Konsep SPIP ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pemantauan
Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Organisasi Pengawas:
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada gubernur.
Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota
3
pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal
negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:
- menyusun dan menerapkan aturan perilaku
- memberikan keteladanan
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang
luas
c. .Kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan
- menerapkan manajemen berbasis kinerja
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih
rendah
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan
dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern
4
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan
cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan
SPIP.
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara:
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai
dengan pemberhentian pegawai
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya
mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.
5
- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor
eksternal dan factor internal
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b) analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
7
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
menetapkan ukuran dan indikator kinerja
mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan
ukuran dan indikator kinerja
mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja
membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh
aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah
wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada
seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan
Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:
transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi
atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan
sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut
secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan
secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
8
4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus
sekurang-kurangnya:
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.
Intinya sistem pengendalian intern bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan
dari organisasi dapat tercapai, diantaranya yaitu tercapainya efektifitas dan efesiensi,
keandalan laporan keuangan serta ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uraian lebih jelasnya dari tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi
9
Merupakan rerangka pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan organisasi atau dapat disrtikan sebagai
menggidentifikasikan kerangka hubungan formal untuk Mencapai Tujuan Organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketelitiannya dalam
melaksanakan operasi. Sistem pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan
kesalahan.
3. Mendorong Efesiensi Usaha
Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda yang
tidak perlu, dan mencegah pemborosan terhadap semua aspek kegiatan termasuk pencegahan
penggunaan dana yang tidak efesien.
4. Mendorong Efesiensi ditaatinya Kebijakan Manajemen
Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem
pengendalian intern (SPI) memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan tersebut dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.
Tindakan pengendalian diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Pengendalian intern akan menciptakan keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tujuan akhir sistem pengendalian intern ini adalah untuk mencapai
efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah merasa perlu merumuskan SPIP karena telah terjadi perubahan dalam
penganggaran, sistem pencatatan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Hal ini
berdampak terhadap pendekatan sistem pengendalian internal, sehingga menjadi menjadi
tanggung jawab setiap pimpinan instansi --yang tentunya akan dibantu oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
10
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan,lingkup tugas,
kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
termasuk akuntabilitas keuangan negara
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:
a. audit (kinerja dan tujuan tertentu)
b. reviu
c. evaluasi
d. pemantauan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:
a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
kegiatan yang bersifat lintas sektoral
kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
11
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang
telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui keikutsertaan
dan kelulusan program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan
intern pemerintah, disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai
dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi
Pemerintah yang diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan
umum Negara laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan
hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
12
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala
dilaksanakan telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.
13
lingkungan pengendalian (control environment); penilaian resiko (risk assessment); aktivitas
pengendalian (control activities); informasi dan komunikasi (information and
communication); serta pemantauan (monitoring);
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).
Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap operasi secara
umum dan konsep kontrol secara khusus yang mencakup etika, kompetensi serta integritas
dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Integritas dan nilai etika, merupakan produk standar etika, perilaku organisasi dan
bagaimana standar tersebut dikomunikasikan serta didorong untuk dilaksanakan.
Standar tersebut mencakup tindakan-tindakan manajemen untuk menghindarkan diri
atau mengurangi dorongan atau godaan yang mungkin mendorong seseorang untuk
bertindak tidak jujur, melanggar hukum, atau tindakan lain yang tidak etis.
b. Komitmen atas kompetensi, mencakup pertimbangan manajemen atas tingkat
kompetensi untuk tugas-tugas tertentu dan bagaimana tingkat-tingkat kompetensi ini
diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keahlian yang dipersyaratkan.
c. Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, memberikan tanda yang jelas bagi para
staf tentang arti pentingnya pengendalian. Auditor dapat mengidentifikasi aspek-aspek
yang memberikan kepadanya pemahaman tentang sikap manajemen terhadap
pengendalian.
d. Struktur organisasi, merumuskan garis tanggung jawab dan wewenang yang ada.
Dengan memahami struktur organisasi auditor dapat mempelajari dan memahami
unsur manajerial dan fungsional serta merasakan bagaimana pengendalian dikaitkan
dengan kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan.
e. Komite Audit, sub komponen ini pada saat ini masih lebih ditekankan pada lingkungan
sektor swasta dan badan usaha milik negara,sedangkan di sektor pemerintah belum
ada. Dalam hal ini adanya komunikasi antara Dewan Pengawas dengan auditor, baik
internal maupun eksternal, menjadi suatu hal yang penting dalam
memecahkan/membahas berbagai masalah yang terkait dengan integritas dan
tindakantindakan manajemen lainnya.
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab, merupakan bentuk komunikasi formal
berkaitan dengan pengendalian atas kegiatan yang dilaksanakan.
g. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia, yang mencakup penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekruitment sampai
dengan pemberhentian pegawai, penelusuran latar belakang calon rekruitment dan
14
supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai dengan tetap berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
15
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan apakah sistem pengendalian intern tersebut
dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-
unsur pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh
kegiatan agar tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya
informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD
(Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada
suatu pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.
SPIP diadopsi dari sebuah konsep yang mencoba mengaitkan terjadinya perubahan
bertahap terhadap sistem pengendalian intern. Konsep ini telah disempurnakan berdasarkan
pengalaman selama menjalankan dan mempelajari sistem pengendalian intern. SPIP mencoba
meninggalkan pemahaman sistem pengendalian intern yang semula hanya berbasis
accounting control dan administrative control kemudian dapat dipadukan dengan unsur
lingkungan pengendalian (control environment). Meskipun demikian, SPIP masih tetap
mengaitkan tanggung jawab audit dengan laporan keuangan.
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan
18
DAFTAR PUSTAKA
Rai, I Gusti Agung.2008.Audit Kinerja pada Sektor Publik-Konsep-Praktik-Studi
Kasus:Salemba Empat
http://maielvasundari.blogspot.com/2014/11/hubungan-antara-struktur-pengendalian.html
19