Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PEKANBARU
Jalan Pemasyarakatan No.19 Kode Pos : 28282
Telp/Fax : (0761) 22262; E-mail: lapasdewasapekanbaru@yahoo.co.id

Nomor : W4.PAS.PAS.1.PW.02.03-1136 Pekanbaru, 18 Desember 2020


Lampiran :-
Perihal : Laporan Tahunan SPI Tahun 2020

Kepada Yth:
Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM
Riau
di-

Pekanbaru

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia Nomor: M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH-02.PW.02.03 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dengan ini kami sampaikan Laporan
Tahunan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2020 pada Lapas
Kelas IIA Pekanbaru. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih

KEPALA

Herry Suhasmin
NIP. 19700906 199603 1 001

Tembusan Yth :
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I
Di - Jakarta
2. Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM
R.I Di - Jakarta
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
(SPIP)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


KANTOR WILAYAH RIAU
LAPAS KELAS IIA PEKANBARU
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ……………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………
B. Dasar Hukum ………………………………………………………………
C. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………
D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………
II. Sekilas Tentang SPIP ……………………………………………………………
A. Pengertian …………………………………………………………………...
B. Tujuan SPIP …………………………………………………………………
C. Unsur-Unsur SPIP …………………………………………………………..
1. Lingkungan Pengendalian ……………………………………………….
2. Penilaian Resiko …………………………………………………………
3. Kegiatan Pengendalian …………………………………………………..
4. Informasi dan Komunikasi ………………………………………………
5. Pemantauan Berkelanjutan ………………………………………………
D. PernyataanTanggu Jawab (Statement of Responsibilities) ……………
III. Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Diharapkan …………………
A. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik ………………
B. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat ini …………………………......
C. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian ……………………….
IV. Risiko dan Kegiatan pengendalian ………………………………………………
A. Pernyataan Tujuan …………………………………………………………
B. Risiko-Risiko ………………………………………………………………
C. Pengendalian Terpasang ……………………………………………......
D. Pengendalian yang Masih Dibutuhkan ……………………………………
V. Informasi dan Komunikasi ……………………………………………………….
VI. Pemantauan dan Evaluasi ……………………………………………………….
VII. Penutup …………………………………………………………………………...
Lampiran
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN SPI
PADA LAPAS KELAS IIA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangat Reformasi Birokrasi dimaknai sebagai penataan ulang terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip
transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian dari Good
Governance secara konsisten. Akuntabilitas dilaksanakan melalui
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang dilakukan
melalui pelaksanaan pengawasan keuangan daerah oleh unit-unit
pengawasan internal maupun eksternal yang ada atau tindakan
pengendalian oleh masing-masing instansi pemerintah.
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu lnstansi Pemerintah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, Sampai dengan
pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta
efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang
dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuan. Sistem
inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
Mengingat pentingnya sistem pengendalian intern, selanjutnya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah
untuk menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Lapas Kelas IIA Pekanbaru, sebagai Unit Pelaksana Teknis dari
Kementerian Hukum dan HAM R.I, menyadari sepenuhnya akan pentingnya
menyelenggarakan SPIP. Didorong oleh kesadaran tersebut, Lapas Kelas
IIA Pekanbaruakan selalu menyelenggarakan SPIP. Agar sistem
pengendalian intern yang dibangun efektif dan efisien diperlukan suatu
rancangan yang tepat.
Untuk itu, diperlukan suatu rencana tindak pengendalian yang akan
menjadi penentu arah penyelenggaraan SPIP yang terintegrasi dalam setiap
tindakan dan
kegiatan di Lapas Kelas IIA Pekanbarudalam rangka mengamankan upaya
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SistemPengendalian Intern Pemerintah;
2. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor: M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diLingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor
PER- 1394 /K/SU/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Pada Kedeputian Sadan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.

C. Maksud dan Tujuan


Langkah pertama dalam proses penilaian risiko adalah penetapan tujuan
baik itu tujuan strategis dari suatu instansi maupun tujuan operasional.
Dalam kaitannya dengan instansi pemerintah, Peraturan Pemerintah No.60
Tahun 2008 mengatur bahwa tujuan strategis instansi pemerintah harus
memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis dan terikat waktu. Tujuan strategis dari Lapas Kelas IIA
Pekanbaruharus disampaikan kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pimpinan instansi pemerintah wajib menetapkan strategi
operasional yang konsisten dan strategi manajemen terintegrasi serta
rencana penilaian risiko. Secara khusus, pembangunan lingkungan
pengendalian di lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbarubertujuan untuk:
1. Tegaknya integritas dan nilai-nilai etika;
2. Terciptanya komitmen terhadap kompetensi;
3. Terdptanya kepernirnpinan yang kondusif;
4. Terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6. Terwujudnya kebijakan yang sehat tentang pernbinaan surnber daya
manusia;
7. Terwujudnya aparat pengawasan intern pemerintah yang berperan
efektif; dan
8. Terwujudnya hubungan kerja yang baik antar unit kerja terkait.
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut dicapai
rnelalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Dalam tahun 2018, rencana tindak pengendalian yang disusun
Lapas Kelas IIA Pekanbarudiprioritaskan untuk pernbangunan pengendalian
dalarn rangka mencapai tujuan Terwujudnya Wilayah Bebas Korupsi (WBK).
Tujuan dimaksud dikatakan tercapai apabila Hasil Tim Audit dari lnspektorat
Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I bahwa Lapas Kelas IIA
Pekanbarudapat "Mernbangun Pemasyarakatan Bersih dan Melayani".

D. Ruang Lingkup
1. Periode Pelaporan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Tahun 2018 Triwulan I yang dilaksanakan pada Januari s.d
Maret 2018.
2. Laporan ini meliputi penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah dilingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru

II. SEKILAS TENTANG SPIP


A. Pengertian
Menurut Ketentuan Umum PP Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian
Intern (SPI) didefinisikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
didefinisikan sebagai Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Definisi SPI dan SPIP di atas dipahami oleh Lapas Kelas IIA
Pekanbarusebagai suatu mekanisme pengendalian yang ditetapkan oleh
pimpinan dan seluruh pegawai serta diintegrasikan dengan proses kegiatan
sehari- hari dan dilaksanakan secara berkesinambungan guna mencapai
tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi tersebut harus dapat diraih
dengan cara menjaga dan mengamankan aset negara/ daerah yang
diamanatkan kepada Lapas Kelas IIA Pekanbarumenjamin tersedianya
Laporan manajerial yang handal, mentaati ketentuan yang
berlaku, mengurangi dampak negatif keuangan I kerugian,
penyimpangan termasuk kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-
hatian, serta meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi
biaya.

B. Tujuan SPIP
Penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut dicapai
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset Negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.

C. Unsur-unsur SPIP
Penyelenggaraan SPIP meliputi unsur-unsur sistem pengendalian intern
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi suatu instansi pemerintah
yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Membangun
lingkungan pengendalian memiliki arti membangun dan menciptakan
suatu "atmosfir" yang kondusif yang mendorong terimplementasinya
sistem pengendalian intern secara efektif. Lingkungan pengendalian
yang baik merupakan kunci keberhasilan penyelenggaraan
pengendalian intern di lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru
Lingkungan pengendalian akan efektif bila suatu lingkungan dengan
orang- orang yang berkompeten memahami tanggung jawab dan
batasan kewenangannya, memiliki pengetahuan yang memadai,
memiliki kesadaran yang penuh dan komitmen untuk melakukan apa
yang benar dan yang
seharusnya dengan mematuhi kebijakan dan prosedur organisasi.
Peranan pimpinan dalam mewujudkan suatu lingkungan pengendalian
yang baik
sangat penting karena pimpinan berperan sebagai tone at the top
(penentu "irama" organisasi).

2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan bagian integral dalam proses pengelolaan
risiko dalam pengambilan keputusan pada tindakan dan kegiatan
melalui tahapan identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko. Penilaian risiko
merupakan pencerminan dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Lapas Kelas IIA Pekanbaru.

3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan
dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah
dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian merupakan
pencerminan dari aktualisasi penerapan kebijakan SPIP Lapas Kelas IIA
Pekanbaruuntuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian yang telah
ditetapkan.
Karakterisitik kegiatan pengendalian yang ditetapkan pada Lapas Kelas
IIA Pekanbaru sekurang-kurangnya telah memperhatikan bahwa
kegiatan pengendalian:
▪ Diutamakan pada kegiatan/tujuan pokok Lapas Kelas IIA
Pekanbaru;
▪ Dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
▪ Disesuaikan dengan sifat khusus Lapas Kelas IIA Pekanbaru
▪ Ditetapkan dengan kebijakan dan prosedur secara tertulis;
▪ Dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan;
▪ Dimonitor dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
eksistensi kegiatan pengendalian.
4. lnformasi dan Komunikasi
lnformasi dan komunikasi yang diselenggarakan Rumah Tahanan
Negara Kelas I Pekanbaru dalam rangka penyelenggaraan SPIP
merupakan proses pengumpulan dan pertukaran informasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan
kegiatan instansi. lnformasi dan komunikasi mencakup pengumpulan
dan penyajian informasi kepada pegawai agar mereka dapat melakukan
tanggungjawabnya, termasuk pemahaman akan peran dan
tanggungjawabnya sehubungan dengan pengendalian intern.

5. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan atas pengendalian intern dilingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbarupada dasarnya, dilaksanakan untuk memastikan apakah
sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah
berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-
perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi.

D. Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibilities)


Rencana Tindak Pengendalian merupakan sarana untuk mendukung
penyelenggaraan SPIP dan pernyataan pimpinan mengenai kondisi SPIP.
Hal ini disebabkan sejauh mana realisasi atas Rencana Tindak
Pengendalian menunjukan sejauh mana pengendalian telah dijalankan.

III. PENCIPTAAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN YANG DIHARAPKAN

1. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik


Unsur lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari unsur-unsur
pengendalian intern lainnya sehingga unsur lingkungan pengendalian
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). lingkungan pengendalian
yang baik/buruk menentukan keberhasilan/kegagalan penerapan unsur
SPIP lainnya. Oleh karena itu, secara umum pembangunan
lingkungan pengendalian bertujuan untuk menciptakan "atmosfir" yang
kondusif yang mendorong terimplementasinya sistem pengendalian intern
secara efektif di lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru. Secara khusus,
pembangunan lingkungan pengendalian di lingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbaru bertujuan untuk:
1. Tegaknya integritas dan nilai-nilai etika;
2. Terciptanya komitmen terhadap kompetensi;
3. Terciptanya kepemimpinan yang kondusif;
4. Terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang
tepat;
6. Terwujudnya kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia;
7. Terwujudnya aparat pengawasan intern pemerintah yang
berperan efektif; dan
8. Terwujudnya hubungan kerja yang baik antar unit kerja terkait.

2. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat lni


Berdasarkan hasil penilaian terhadap lingkungan pengendalian di
lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru, diperoleh gambaran sebagai berikut
:

No Sub Kondisi
Unsur
1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika Memadai
2 Komitmen terhadap Kompetensi Cukup
Memadai
3 Kepemimpinan yang Kondusif Cukup
Memadai
4 Struktur Organisasi yang Sesuai Cukup
dengan Kebutuhan Memadai
5 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Cukup
Jawab yang Tepat Memadai
6 Pengawasan Internal yang Efektif Cukup
Memadai
7 Hubungan Kerja yang Baik dengan Cukup
instansi Pemerintah Memadai

3. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian


Atas kelemahan lingkungan pengendalian yang ada saat ini,
tangkah- tangkah perbaikan yang dipertukan dan merupakan prioritas untuk
segera dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Rencana Tindak Perbaikan/Penguatan
No Sub Lingkungan Pengendalian
Unsur
I Sosialisasi aturan perilaku yang telah
disusun sesuai Peraturan Menteri Hukum
dan HAM RI Nomor 20 Tahun 2017
tentang Kode etik dan Kode Perilaku
Pegawai di Lingkungan Kementerian
Penegakan Integritas dan Hukum dan HAM RI
Nilai Etika Pembinaan integritas dan nilai etika
kepada seluruh pegawai secara rutin
Mengaktifkan media organisasi sebagai
sarana informasi pelaksanaan integritas
dan nilai etika
II Menindaklanjuti Hasil Analisis jabatan
agar bidang pekerjaan sesuai dengan
kompetensi
Komitmen Melakukan pelatihan yang memadai
Terhadap sesuai bidang pekerjaan
Kompetensi Metakukan sosialisasi prosedurpenilaian
kompetensi pegawai
Melakukan penilaian kompetensipegawai
secara periodik

Rincian rencana perbaikan dimaksud tertuang dalam lampiran 1.

IV. RISIKO DAN KEGIATAN PENGENDALIAN

A. Pernyataan Tujuan
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut
dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Dalam tahun 2018, rencana tindak pengendalian
yang disusun Lapas Kelas IIA Pekanbarudiprioritaskan untuk
pembangunan pengendalian dalam rangka mencapai tujuan Terwujudnya
Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang efektif
dan efesien. Tujuan dimaksud dikarenakan Sarana dan Prasarana tidak
memadai dalam Program Pembinaan dan Penyelenggaraan
Pemasyarakatan.
B. Risiko-risiko
Berdasarkan hasil penilaian atas pelaksanaan pengendalian yang
mengancam pencapaian tujuan, terdapat risiko-risiko yang menjadi
prioritas untuk ditangani. Risiko-risiko dimaksud metiputi risiko yang
teridentifikasi berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh pihak
auditor dan risiko yang teridentifikasi melalui diskusi manajemen, yaitu:
1. Kurangnya Diklat dan Bimtek bagi pegawai sehingga
kurangnya memahami tuposinya
2. DIPA yang tersedia tidak mencukupi dengan kebutuhan kegiatan di
LAPAS KELAS IIA PEKANBARU
3. Kurangnya perlengkapan alat pengamanan sehingga
kurangmaksimalnya pengawasan pengamanan
4. Kurangnya pemahaman SOP di sub seksi bagian
5. Alat kesehatan kurang memadai sehingga menghambat pelayanan
kesehatan dan perawatan tahanan
6. Kurangnya ventilasi udara di dalam blok hunian sehingga akan
mempercepat penyebaran penyakit menular. Rincian risiko teridentifikasi
tertuang dalam lampiran 2.
C. Kegiatan Pengendalian Terpasang
Sampai dengan saat ini, Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah membangun
berbagai pengendalian. Beberapa pengendalian dinilai telah efektif namun
beberapa lainnya kurang/tidak efektif mengatasi risiko dalam upaya
pencapaian tujuan. Pengendalian yang telah terpasang, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru dalam pengkomunikasian
integritas dan nilai etika diatur pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM
RI Nomor 20 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode Prilaku Pegawai di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam rapat
dinas bulanan yang telah dilakukan
2. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumelakukan pembinaan integritas dan
nilai etika kepada seluruh pegawai saat rapat dan apel pagi/siang
3. Apel pagi dan apel siang setiap senin s/d sabtu dalam rangka displin
egawai
4. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah menerapkan Sasaran Kerja
Pegawai
5. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumembentuk piket kontrol malam bagi
staf laki-laki
6. Rutan Kelas I Pekanbaru akan melakukan efesiensi anggaran sesuai
dengan kebutuhan.
7. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutentang
Pembentukan Satuan Tugas. SPIP pada Rutan Kelas I Pekanbaru
Nomor: W4.PAS.7.0111 IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
8. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang
Pembentukan Satgas Gabungan Pemberantasan Praktek Pungutan Liar
pada Lapas Kelas IIA Pekanbaru Nomor W4.PAS. 7.KP.04.01-0074
tanggal 17 Januari 2018
9. Surat Keputusan Kepala Rumah Tahanan Negara Ketas I Pekanbaru
tentang Pembentukan Tim Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
pada Kantor Lapas Kelas IIA Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.
7.0112.IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
10. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang
Pembentukan Tim Kerja Pembangunan Zona lntegritas Menuju
Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada
Lapas Kelas IIA Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.7.0T.02.02
tanggal 19 Maret 2018

D. Kegiatan Pengendalian yang Masih Dibutuhkan


Dalam rangka meningkatkan efektifitas penanganan risiko, beberapa
kegiatan pengendalian yang telah ada perlu ditingkatkan dan beberapa
kegiatan pengendalian baru perlu dibangun. Pembangunan kegiatan
pengendalian didasarkan kepada upaya untuk mengurangi kemungkinan
munculnya penyebab risiko dan upaya untuk mengurangi dampak apabila
risiko benar-benar terjadi. Sebagian kegiatan pengendalian yang
dibangun didasarkan kepada rekomendasi pihak auditor dan hasit diskusi
manajemen.
Kegiatan pengendalian yang masih perlu dibangun adalah sebagai berikut.
Berjalannya Program Pembinaan dan Penyelenggaraan
Pemasyarakatan di Lapas Kelas IIA Pekanbaru
− Mengsosialisasikan UU Nomor 12 Tahun 1995 dan PP Nomor 31
Tahun 1999
− Memaksimalkan Sarana dan Prasarana yang ada dalam Rutan
Kelas I Pekanbaru
− Membuat usulan dalam pembangunan gedung baru berkoordinasi
dengan pemda setempat maupun Kantor Wilayah Kemenkumham Riau
Mengkoordinasikan kebutuhan SDM ke Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Riau dengan melampirkan Data Permintaan
Kebutuhan.
− Melakukan koordinasi ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Riau dan pihak yang terkait tentang pelatihan/Diklat yang akan
diadakan untuk pengembangan SDM.
Kegiatan pengendalian yang dibangun terintegrasi dalam aktivitas
organisasi. Rincian lebih lanjut kegiatan pengendalian yang masih
dibutuhkan dalam rangka mengatasi risiko tertuang dalam lampiran 3.

V. INFORMASI DAN KOMUNIKASI


lnformasi dan komunikasi yang dimaksud dalam RTP ini adalah informasi
dan komunikasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung berjalannya
pengendalian yang dibangun. lnformasi dan komunikasi yang perlu
diselenggarakan terkait dengan pengendalian yang dibangun sesuai yang
direncanakan dalam RTP meliputi:
- Membuat Banner tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun
1995 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 dan
mensosialisasikannya. Penyediaan lahan perkebunan dan ruangan
pembinaan keagamaan yang akan dilakukan dengan bantuan pihak
tertentu
- Penerbitan sertifikat tanah, layout dan rincian anggaran untuk
proses persyaratan dalam pembangunan gedung baru yang
diusulkan ke Kantor Wilayah Kemenkumham Riau.
- Dokumen Data Kebutuhan SDM yang memadai untuk
kelancaran tugas dan fungsinya.
- Membuat Banner tentang Aturan Perilaku sesuai Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-07.KP.05.02 Tahun 2012.
- Penyampaian tentang pembinaan lntegrasi dan Nilai Etika
kepada seluruh pegawai dalam Apel atau Rapat Internal.
- Mengaktifkan media organisasi untuk sarana informasi
pelaksanaan integritas dan nilai etika.
- Penerbitan Surat Keputusan tentang tim yang bertugas
melakukan penanganan dan pengawasan atas pelaksanaan
integritas dan nilai etika.
Berita acara rapat internal dan penerbitan surat keputusan tentang
tindaklanjut hasil analisis jabatan sesuat dengan kompetensi.
- Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk
pelatihan/diklat bertujuan untuk mengembangkan pegawai.
- Dokumentasi sosialisasi prosedur penilaian kompetensi
pegawai dari BKN.
- Rapat internal tentang penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Laporan hasil penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Sosialisasi pemuktahiran tupoksi.
Rincian rancangan informasi dan komunikasi yang dibutuhkan dalam
rangka pengendalian dimaksud tertuang dalam lampiran 4.

VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pemantauan dan evaluasi atas pengendalian intern pada dasarnya
ditujukan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang terpasang
telah berjalan efektif mengatasi risiko dan apakah tindakan perbaikan yang
diperlukan telah dilaksanakan, Pernenteuan dan evaluasi yang
dilaksanakan meliputi;
1. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan berkelanjutan dilaksanakan atas pengendalian kunci
untuk meyakinkan bahwa pengendalian tersebut dijalankan
sebagaimana seharusnya. Masing-masing unit kerja SKPD pemilik
risiko membangun dan melaksanakan pemantauan berkelanjutan.
Pemantauan berkelanjutan yang perlu dilakukan meliputi sebagai
berikut :
- Pemantauan telah dibuatnya banner atau pengumunan
tentang pentingnya Sarana dan Prasarana dalam program
pembinaan.
- Pemantauan telah dilakukannya kegiatan-kegiatan pembinaan
- Pemantauan telah diprosesnya pengusulan pembangunan gedung
baru.
- Pemantauan telah ditaksanakannya proses permintaan
kebutuhan pegawai.
- Pemantauan telah dilakukannya sosialisasi tentang kode
etika/aturan perilaku.
- Pemantauan telah dilakukan pembinaan integritas dan nilai etika
kepada seluruh pegawai yang ada.
- Pemantauan telah diaktifkannya media organisasi media sebagai
sarana informasi pelaksanaan integritas dan nilai etika.
- Pemantauan tetah diaktifkannya tim penanganan dan
pengawasan integritas dan nilai etika.
- Pemantauan telah dilakukan analisis jabatan ke masing-
masing bagian.
- Pemantauan tetah ditaksanakannya petatihan untuk masing
bagian pekerjaan.
- Pemantauan telah dilakukan sosialisasi prosedur
penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Pemantauan telah dilaporkan hasil penilaian kompetensi pegawai.
- Pemantauan telah disusun SOP tupoksi masing-masing bagian. –
- Pemantauan telah prosedur pengelolaan dan pembinaan SDM.
- Pemantauan telah dilakukan penilaian kinerja pegawai
secara periodik.
- Pemantauan telah diterbitkannya kebijakan-kebijakan
terkait kompetensi atas kinerja pegawai.
- Pemantauan berkelanjutan atas pengendalian tertuang dan
terintegrasi dalam kebijakan dan prosedur pengendalian.
Rincian pemantauan berkelanjutan yang akan dilakukan tertuang
dalam Lampiran 5.

2. Evaluasi Terpisah
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau serta lnspektorat
Kementerian Hukum dan HAM RI melaksanakan evaluasi atas
penyelenggaraan SPIP pada unit-unit kerja strategis pada akhir tahun.
Evaluasi bertujuan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang
terpasang telah berjalan efektif.

3. Pelaksanaan Tindak Lanjut


Sebagai bagian dari penyelenggaraan dan perbaikan SPIP, atas setiap
rekomendasi hasil audit/evaluasi/reviu dari auditor internal,
melaksanakan tindak lanjutnya.
4. Pemantauan atas Pelaksanaan RTP
Lapas Kelas IIA Pekanbarumemberikan Laporan atas pelaksanaan
RTP sesuai tanggungjawabnya secara berkala kepada Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI serta lnspektorat selaku tim
pemantau. Hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

VII. PENUTUP
Pemantauan atas pelaksanaan sesuai rencana tindak pengendalian ini
dan evaluast atas efektffitas pengendalian yang ada akan menjadi dasar
pertimbangan pembuatan Statement of Responsibilty dalam Sarana
dan Prasarana.

Pekanbaru, 18 Desember 2020


KEPALA

Herry Suhasmin
NIP. 19700906 199603 1 001

Anda mungkin juga menyukai