Disusun Oleh :
Muhammad Catur Istiawan
1401160238
9-1 Akuntansi Alih Program / 19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu unit eselon I di bawah Kementerian Keuangan, pelaksanaan proses
pengendalian internal di Direktorat Jendral Pajak sebenarnya sudah dilakukan sebelum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 diterbitkan . Pada tahun 2012
pengendalian internal mulai dilakukan sesuai dengan KEP-238/PJ/2012 tentang Penerapan
Pengendalian Intern Direktorat Jendral Pajak yang salah satunya menjadi awal terbentuknya
UP3I (Unit Pelaksana Pemantauan Pengendalian Intern) yang sekarang berubah menjadi
UKI. Pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI) ditujukan untuk melaksanakan tugas
memantau pengendalian intern, memantau pengelolaan/manajemen risiko, memantau
1
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai, memantau tindak lanjut hasil
pengawasan, dan merumuskan rekomendasi perbaikan proses bisnis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, rumusan masalah dalam paper ini
adalah bagaimana penerapan pengendalian intern di Lingkungan Kementerian Keuangan
yakni pada Direktorat Jenderal Pajak khususnya di KPP Pratama Watampone.
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk
mencapai suatu tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan. Sedangkan definisi pengendalian internal dalam Committee of Sponsoring
Organizations (COSO) adalah:
3
B. Tujuan Dan Manfaat Sistem Pengendalian Intern
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 pasal (2) ayat 3
menyatakan bahwa tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah untuk untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menjadi pondasi bagi unsur-unsur lainnya dalam kerangka
kerja pengendalian internal COSO. Lingkungan pengendalian merupakan kondisi yang
dibangun dan diciptakan dalam organisasi yang memengaruhi efektivitas penegndalian
intenal. Oleh karena itu, organisasi harus membangun lingkungan kondusif yang
4
mendorong terimplementasinya sistem pengendalian yang efektif. Kunci lingkungan
pengendalian adalah sebagai berikut:
a) Integritas dan etika;
b) Komitmen terhadap kompetensi;
c) Struktur Organisasi;
d) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab;
e) Praktik dan kebijakan sumber daya manusia yang baik.
Faktor lingkungan pengendalian melingkupi integritas, nilai etik, dan kompetensi
orang-orang di dalam entitas; filosofi manajemen dan gaya operasi, serta bagaimana cara
manajemen menugaskan otoritas dan pertanggungjawaban serta mengorganisasi dan
mengembangkan pegawai.
2) Penilaian Risiko
Pengendalian internal yang baik memungkinkan manajemen melakukan penilaian
risiko yang dihadapi organisasi, baik dari dalam maupun luar organisasi. Langkah-langkah
penilaian risiko adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi risiko;
b) Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan;
c) Menentukan tindakan yang dilakukan untuk mengelola risiko.
Oleh karena kondisi ekonomi, peraturan, operasi, dan teknologi akan terus berubah,
dibutuhkan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menangani risiko yang muncul akibat
perubahan tersebut.
3) Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang
digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian
meliputi hal-hal berikut:
a) Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup;
b) Otoriasasi transaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai;
c) Pendokumentasian dan pencatatan yang cukup;
d) Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan;
e) Evaluasi secara independen atas kinerja;
f) Pengendalian terhadap pemrosesan informasi;
g) Pembatasan akses terhadap sumber daya dan catatan.
5
Aktivitas pengendalian memberikan jaminan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan entitas telah dilakukan.
4) Informasi dan Komunikasi
Informasi seharusnya dicatat dan dikomunikasikan kepada manajemen dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan di dalam organisasi dan dalam bentuk dan jangka waktu
yang memungkinkan diselenggarakannya pengendalian internal dan tanggung jawab lain
terhadap informasi tersebut. Di dalam menjalankan dan mengendalikan operasinya,
manajemen harus mengomunikasikan kejadian yang relevan, andal, dan tepat waktu.
Semua personel dalam organisasi harus menerima pesan yang jelas dari manajemen
puncak yang melakukan pengendalian terhadap tanggung jawab, apakah tanggung jawab
tersebut dilaksanakan secara serius. Mereka harus memahami peran mereka terhadap
sistem pegendalian internal dan juga bagaimana aktivitas individu berhubungan dengan
pekerjaan personel lain. Mereka harus memiliki media komunikasi dengan atasan
mengenai informasi-informasi penting.
5) Pemantauan
Pemantauan menilai kualitas kinerja sepanjang waktu dan meyakinkan bahwa
temuan-temuan audit danm tinjauan lainnya diselesaikan dengan tepat. Hal ini meliputi
evaluasi temuan dan rekomendasi audit atau tinjauan secara tepat, penentuan tindakan
yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit atau tinjauan, dan
penyelesaian dalam waktu yang telah ditentukan tentang tindakan yang digunakan untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.
1) Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai dalam proses bisnis.
Lini pertahanan ini merupakan lini pertahanan terpenting dalam mencegah kesalahan,
mendeteksi kecurangan, serta mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan pengendalian.
Dengan demikian, seluruh pimpinan dan pegawai harus memahami dan melaksanakan
dengan sungguh-sungguh tugas dan tanggung jawab pengendalian kegiatan masing-
masing.
6
Peran dan tanggung jawab manajemen dan setiap pegawai Kementerian Keuangan
adalah (1) pimpinan unit eselon I menetapkan kebijakan penerapan pengendalian intern
unit eselon I, (2) pimpinan unit eselon I melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern
unit eselon I kepada Menteri Keuangan, (3) setiap level pimpinan unit eselon I sampai
dengan unit eselon IV berperan aktif dalam menciptaan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang kondusif, dan (4) setiap level pimpinan unit eselon I sampai dengan
unit eselon IV dan setiap pegawai berperan aktif dalam melaksanakan unsur-unsur
pengendalian intern berupa penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan berkelanjutan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan.
Dalam konteks pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan
oleh Unit Kepatuhan Internal yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap
tingkatan manajemen. Unit pemantau ini harus memperingatkan lini pertahanan pertama
apabila dijumpai kelemahan pengendalian intern baik dari segi tahapan rancangan sampai
dengan tahapan pelaksanaanya.
Peran dan tanggung jawab Unit Kepatuhan Internal adalah (1) mendorong
pengembangan dan penerapan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung jawabnya,
(2) melakukan pemantauan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan
(3) melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern kepada pimpinan dan Inspektur
Jenderal.
3) Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal.
Dalam konteks pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan
oleh Inspektorat Jenderal. Dengan demikian, seluruh organisasi harus memperhatikan
dengan seksama rekomendasi Inspektorat Jenderal untuk peningkatan pengendalian intern
dan memperbaiki kekurangan.
Peran dan tanggung jawab Inspektorat Jenderal sebagai auditor internal Kementerian
Keuangan adalah (1) memberikan konsultasi penerapan pengendalian intern di lingkungan
Kementerian Keuangan, (2) memberikan assurance secara independen dan objektif bahwa
pengendalian intern telah dilaksanakan secara efektif dan efisien antara lain melalui audit
atas lini pertahanan pertama dan kedua untuk memastikan pelaksanaan tugas dengan baik,
dan (3) melaporkan kecurangan atau kekeliruan yang terjadi dan kelemahan pengendalian
yang membahayakan organisasi.
7
E. Unit Kepatuhan Internal
1) Bagian Umum (c.q. Kepala Subbagian Bantuan Hukum, Pelaporan, dan Kepatuhan
Internal) pada Kanwil
2) Bagian Umum dan Kepatuhan Internal pada PPDDP
3) Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal pada KPP
4) Subbagian Tata Usaha dan Kepatuhan Internal pada KPDDP, KPDE, dan KLIP DJP.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Watampone merupakan salah satu instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah koordinasi dari Kantor
Wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. KPP Pratama Watampone berlokasi di Jalan
Ahmad Yani No. 9, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
KPP Pratama Watampone merupakan salah satu unsur pelaksana DJP yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan
sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, BPHTB, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam
wilayah kerjanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9
Secara umum lingkungan pengendalian dari KPP Pratama Watampone adalah sebagai
berikut:
10
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib
Pajak baru, serta penyuluhan perpajakan.
6) Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan memiliki tugas dalam mengkoordinasikan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta
pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
7) Seksi Penagihan
Seksi Penagihan memilki tugas dalam mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksan Pajak (FPP)
yang mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan serta pengujian terhadap kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan pemeriksaan tujuan lain yang bertanggung jawab
secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat
FPP berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.
Selain lingkungan pengendalian yang berada dalam satu wilayah kantor, KPP Pratama
Watampone juga memiliki lingkungan pengendalian yang letaknya berada di kabupaten lain.
Hal ini dikarenakan KPP Pratama Watampone membawahi dua kantor vertikal yang lebih
kecil setingkat unit eselon IV dengan nama Kantor Penyuluhan Perpajakan dan Konsultasi
(KP2KP). KP2KP yang termasuk dalam lingkungan pengendalian KPP Pratama Watampone
yaitu :
1) KP2KP Sengkang yang beralamat di Jalan Nusa Indah No. 2, Kabupaten Wajo
2) KP2KP Watansoppeng yang beralamat di Jalan Pemuda No. 9, Kabupaten Watansoppeng.
Selain lingkungan pengendalian KPP Pratama Watampone yang telah disusun sesuai
dengan kebutuhan organisasi dengan pembatasan tugas yang telah dijelaskan diatas. KPP
Pratama Watampone juga memiliki sekumpulan kode etik yang berisi kewajiban dan
larangan pegawai DJP yang bertujuan untuk membatasi perilaku pegawai agar tidak
melakukan perbuatan yang dapat merendahkan citra dan kinerja pegawai DJP. Kode etik itu
dibuat berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3?2007 tentang Kode Etik
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
11
B. Penilaian Risiko KPP Pratama Watampone
Bentuk komunikasi dan kosultasi dalam penerapan manajemen risiko itu meliputi rapat
berkala, rapat insidential, focused group discussion, dan forum pengelola risiko. Dalam
penerapannya, proses komunikasi dan konsultasi penerapan manajemen risiko ini sangat
minim dilaksanakan. Pada KPP Pratama Watampone hanya dilakukan rapat berkala yang
biasanya dilakukan sekali per semester dalam penetapan konteks dan penilaian risiko. Dalam
rapat berkala tersebut akan dibahas mengenai pembentukan Tim Manajemen Risiko.
Dalam pelaksanaan rapat berkala tersebut, terkadang tidak semua anggota Tim
Manajemen Risiko ikut dikarenakan berbagai kewajiban sehubungan dengan tugas dan fungsi
pokoknya masing-masing. Tim Manajemen Risiko tersebut ditetapkan setiap tahun dengan
Surat Keputusan Tim Manajemen Risiko yang ditandatangani oleh Kepala KPP dan dapat
diubah jika terdapat perubahan nama jabatan atau pegawai yang namanya ditetapkan sebagai
Tim Manajemen Risiko mengalami mutasi.
Setelah Tim Manajemen Risiko terbentuk, rapat akan dilanjutkan dengan pembuatan
Piagam Manajemen Risiko yang merupakan proses inti dalam penerapan manajemen risiko
yang berisi penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, dan
penanganan risiko. Piagam Manajemen Risiko terdiri dari lima formulir yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
12
terjadinya, dan kategori risiko, (b) analisis risiko berupa sistem pengendalian yang
dilakukan, level kemungkinan, level dampak, level risiko, dan besaran risiko, (c) evaluasi
risiko berupa prioritas risiko, keputusan penanganan, dan indikator risiko utama (IRU).
Setelah seluruh proses penilaian resiko dilaksanakan, maka hasil dari penilaian tersebut
agar digambarkan pada peta resiko yang nantinya akan menunjukkan prioritas risiko dari
level risiko yang sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
3) Formulir III Penanganan Risiko
Formulir ini berisi rincian berupa (a) prioritas risiko (sudah diurutkan dari level risiko
yang sangat tinggi ke sangat rendah), (b) uraian risiko, (c) level kemungkinan, level
dampak, dan level risiko sebelum penanganan, (d) opsi penanganan risiko, (e) rencana aksi
penanganan risiko, output, target kinerja, jadwal implementasi, dan penanggung jawabnya,
dan (f) risiko residual yang diharapkan setelah penanganan.
4) Formulir IV Pemantauan Triwulan
Formulir ini berisi rincian berupa prioritas risiko, uraian risiko dan penanganan risiko yang
sudah diuraikan pada formulir III ditambah dengan indikator risiko utama dan status
risiko. Indikator risiko utama berisi nama, batasan nilai, nilai aktual, dan status. Status
risiko berisi tren IRU dan outlook besaran/ level risiko.
5) Formulir V Laporan Pemantauan Tahunan
Formulir ini berisi rincian penilaian efektivitas penanganan risiko dan peta risiko hasil
penanganan risiko. Penilaian efektivitas penanganan risiko berisi rincian prioritas risiko,
uraian risiko, level risiko sebelumnya, risiko residual yang diharapkan setelah penanganan,
level risiko aktual, tren risiko, devasi/kesenjangan, dan langkah korektif dan rekomendasi.
Peta risiko hasil penanganan risiko menunjukkan gambaran level risiko setelah dilakukan
penanganan risiko.
13
C. Kegiatan Pengendalian KPP Pratama Watampone
Terkait verifikasi dan otorisasi, setiap pegawai telah mempunyai username dan
password masing-masing dalam melaksanakan tugas sesuai kewenangannya. Username dan
password tersebut merupakan tanggung jawab dari masing-masing pegawai dan tidak
disebarluakan untuk pegawai lain, kecuali ada penugasan yang sangat mendesak dan pegawai
yang mempunyai hak untuk mengotorisasi tugas tersebut sedang tidak berada di kantor.
Setiap Kepala Seksi juga sudah cukup melakukan reviu dalam penugasan yang diberikan
kepada pelaksananya, termasuk memberikan arahan dan petunjuk jika ada hal-hal yang
14
memang tidak bisa diselesaikan di level pelaksana khususnya dalam hal pengambilan
kebijakan yang berpengaruh terhadap seksi terkait.
Dalam hal pelaksanaan penugasan terkait tugas pokok dan fungsi KPP, pegawai KPP
Pratama Watampone berpedoman pada standard operating prosedur untuk melaksanakan
berbagai proses bisnis di KPP. Standard operating procedure tersebut telah terdokumnetasi
dengan baik pada aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan Aktiva yang telah
dikelompokkan berdasarkan unit kerja maupun unit operasional. Pegawai KPP Pratama
Watampone juga menggunakan aplikasi TKB dalam mencari peraturan perundang-undangan
perpajakan yang terbaru. Jika dalam pelaksanaan tugas tidak ditemukan dasar hukum atau
standard operating procedure yang sesuai, pegawai KPP Pratama Watampone akan
mendiskusikan hal tersebut kepada pimpinannya sesuai keahliannya masing-masing.
15
pencapaian tujuan organisasi. Internalisasi Corporate Value (ICV) dilakukan baik di di kantor
dalam bentuk transfer knowledge maupun di luar kantor dalam bentuk seminar yang dikemas
dalam acara yang menarik seperti outbound untuk meningkatkan keakraban seluruh pegawai.
Kegiatan Internalisasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Watampone telah diinformasikan
dan dikomunikasikan dengan cukup baik, dengan menggunakan media nota dinas, surat
dinas, maupun winpop messenger. Tetapi karena wilayah kerja KPP Pratama Watampone
yang juga membawahi KP2KP Sengkang di Kabupaten Wajo dan KP2KP Watansoppeng di
Kabupaten Watansoppeng, terkadang selain menggunakan surat dinas juga menggunakan
media email dan whatsapp dalam mengirimkan informasi terkait peningkatan penerapan
pengendalian intern.
Pemantauan evaluasi terpisah dilakukan oleh UKI KPP melalui dua cara yaitu
pemantauan pengendalian utama (PPU) dan pemantauan efektivitas implementasi dan
kecukupan rancangan (PEIKR). PPU merupakan pemantauan pengendalian intern pada
tingkat kegiatan dengan cara menguji atribut yang menunjukkan pengendalian utama tiap
kegiatan pada unit kerja telah dijalankan. Bermanfaat untuk mencegah terjadinya kesalah
16
fatal, memperbaiki kesalahan, dan membangun dan memastikan kepatuhan terhadap sistem
dan prosedur. PEIKR dilakukan untuk mengevaluasi keandalan pengendalian intern pada
tingkat entitas dan mengevaluasi efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan
pengendalian tingkat kegiatan. Hasil pemantauan perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
tepat dan memiliki wewenang untuk melaksanakan langkah perbaikan, terutama apabila ada
temuan. Untuk setiap temuan perlu diberikan rekomendasi yang dapat
mengeliminasi/meminimalkan penyebab utama terjadinya. UKI KPP menyusun Laporan
Akhir Triwulanan Unit Kerja berdasarkan kompilasi LHPPU unit kerja masing-masing
sampai dengan akhir triwulan bersangkutan.
Pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai adalah kegiatan
pemantauan yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pegawai DJP terhadap
ketentuan terkait Kode Etik Pegawai DJP dan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pada Rencana
Pemantauan Tahunan KPP Tahun 2017, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan
disiplin di KPP direncanakan menggunakan dua metode yaitu:
17
a) Metode Inspeksi Mendadak (Sidak)
Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai dengan metode inspeksi
mendadak (sidak) dilakukan oleh UKI pada KPP oleh Kepala Subbagian Umum dan
Kepatuhan Internal serta Pelaksana Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal untuk KPP.
UKI pada KPP melakukan Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan Disiplin
Pegawai dengan metode sidak, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) sidak di unitnya
sendiri yang dilakukan satu kali dalam satu tahun; (2) sidak di KP2KP yang termasuk
dalam wilayah kerjanya dilakukan satu kali dalam satu tahun (jika ada);
b) Metode Pemantauan dalam Bentuk Lain
Pemantauan di KPP dilakukan oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal
serta Pelaksana Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal Rencana Pemantauan dalam
Bentuk Lain di KPP Tahun 2017 dilaksanakan untuk melakukan: (1) pemantauan
kepatuhan jam kerja pegawai, (2) pemantauan KED terhadap proses kunjungan (visit) oleh
Account Representative (AR), (3) Pemantauan KED terkait proses pemeriksaan oleh
Fungsional Pemeriksa, dan (4) Pemantauan dalam bentuk lain berdasarkan instruksi
Direktur KITSDA.
Dalam pelaksanaan pemantauan oleh UKI KPP di KPP Pratama Watampone, dapat diuraikan
sebagai berikut:
18
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Penerapan pengendalian intern yang dilakukan oleh KPP Pratama Watampone sudah
sangat baik dan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013
tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Lingkungan pengendalian KPP Pratama Watampone yang telah disusun sesuai
dengan kebutuhan organisasi dengan pembatasan tugas yang jelas. Adanya Kode Etik
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang berisi kewajiban dan larangan pegawai DJP ikut
membatasi perilaku pegawai untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merendahkan citra
dan kinerja pegawai DJP. Dalam penilaian risiko, pelaksanaan manajemen risiko dan mitigasi
risiko juga sudah dilakukan dengan sangat baik baik terkait formal maupun materian dari
proses manajemen risiko yang tertuang dalam Piagam Manajemen Risiko.
B. Saran
Penerapan pengendalian internal di KPP Pratama Watampone yang telah
dilaksanakan dengan sangat baik harus terus dipertahankan untuk menjaga proses pencapaian
tujuan organisasi. Terkait kendala yang masih terjadi dapat diatasi dengan cara pembelajaran
keseluruhan proses bisnis dan peningkatan integritas dan netralitas dalam menjalankan peran
sebagai tim Unit Kepatauhan Internal demi kepentingan pencapaian tujuan organisasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Kementerian Keuangan. 2013. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013
tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis
Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Kementerian Keuangan. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 845/KMK.01/2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
Surat Direktur KITSDA Nomor S-313/PJ.11/2017 tentang Perubahan Rencana Pemantauan
Tahunan (RPT) Unit Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak Tahun 2017
20