Anda di halaman 1dari 12

Pemahaman Pengendalian Intern

Mata Kuliah : Pengauditan 1

Dosen Pengampu : Dr. I Nyoman Kusuma Amp, SE, MM

OLEH :

Kelas Akuntansi C Pagi

Kelompok 7

1. Komang Widyastuti (13) (2002622010073)


2. Aura Dicta Yufira (18) (2002622010078)
3. Anisatul Aisyah (32) (2002622010328)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun Ajaran 2021/2022
STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KEDUA

Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi “pemahaman memadai atas pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan anda dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan”.

DEFINISI PENGENDALIAN INTERN

SA Seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam Audit Laporan Keuangan
peragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN SUATU ENTITAS

Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Berikut ini keterbatasan
bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern yaitu Kesalahan dalam pertimbangan,
Gangguan, Kolusi, Pengabaian oleh manajemen, dan Biaya lawan manfaat

SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENGENDALIAN INTERN SUATU


ENTITAS ?

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern sebagai berikut :


1. Manajemen, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara
efektif pengendalian intern organisasinya.
2. Dewan komisaris dan komite audit, bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen memuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan
pengendalian intern.
3. Auditor intern, bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau
tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya.
4. Personel lain entitas, bertanggung jawab untuk menyediakan informasi atau menggunakan
informasi yang dihasilkan oleh pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan
dengan baik.
5. Auditor independen, perlu disadari bahwa tujuan auditor dalam studi terhadap pengendalian
intern kliennya adalah untuk memungkinkan auditor merencanakan prosedur auditnya, oleh
karena itu auditor independen tidak dapat diharapkan untuk menyatakan pendapat atas
efektivitas pengendalian intern kliennya
6. Pihak luar lain, yang bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas adalah badan
pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam. Badan pengatur ini mengeluarkan
persyaratan minimum pengendalian intern yang harus dipenuhi oleh suatu entitas dan
memantau kepatuhan entitas terhadap persyaratan tersebut.

UNSUR PENGENDALIAN INTERN

SA Seksi 319 Pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit Laporan keuangan paragraf
07 menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian,
penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian dan pemantauan.
1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam pengendalian dalam
suatu organisasi dan mepengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Berbagai
faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yaitu; Nilai integritas dan
etika, Komitmen terhadap kompetensi, Dewan komisaris dan komite audit, Filosofi dan gaya
operasi manajemen, Stuktur organisasi, Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab,
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan
tindakan para pemilik dan menajer entitas mengenai pentingnya pengendalian intern entitas.
Efektivitas informasi dan komunikasi serta aktivitas pengendalian sangat ditentukan oleh
atmosfer yang diciptakan oleh lingkungan pengendalian.
2. Penaksiran risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan
prinsip akuntansu berterima umum di Indonesia. Penaksiran risiko manajemen untuk tujuan
pelaporan keuangan adalah penaksiran risiko yang terkandung dalam asersi tertantu dalam
laporan keuangan dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk
mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat.
3. Informasi dan komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis,
mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban
kekayaan dan utang entitas tersebut. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat
memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah Sah, Telah
diotorisasi, Telah dicatat, Telah dinilai secara wajar, Telah digolongkan secara wajar, Telah
dicatat dalam periode yang seharusnya, Telah dimasukan kedalam buku pembantu dan telah
diringkas dengan benar.
Komunikasi mencangkup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam
pelaporan keuangan tentang bagaiman aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain,
baik yang berada didalam maupun diluar organisasi.

4. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh menajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian
memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi.
Aktivitas pengandalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat digolongkan
kedalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan yaitu sebagai berikut :
1) Pengendalian pengolahan informasi
a) Pengendalian umum; meliputi organisasi pusat pengolahan data, prosedur dan standar
untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan
data.
b) Pengendalian aplikasi; dikelompokan menjadi prosedur otorisasi yang memadai,
perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup, pengecekan secara
independen
2) Pemisahan fungsi yang memadai
3) Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
4) Review atas kinerja

Prosedur otorisasi yang memadai. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya atas dasar otoritas
dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu,
didalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otoritas atas
terlaksananya setiap transaksi.

Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup. Dalam perancangan
dokumen dan catatan, unsur pengendalian intern yang harus dipertimbangkan adalah :
1. Perancangan dukumen bernomor unit tercetak.
2. Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi.
3. Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin kemudahan
dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan tersebut.
4. Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan sekaligus.
5. Perancangan dokumen dan catatan yang mendorong pengisian data yang benar. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memasukkan unsur pengecekan intern dalam pengisian dokumen atau
catatan.

Pengecekan secara independen. Pengecekan secara independen mencakup verifikasi terhadap


(1) pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu atau departemen lain (2) penilaian
semestinya terhadap jumlah yang dicatat. Untuk menjamin bahwa setiap karyawan perusahaan
melaksanakan aktivitas pengendalian yang telah ditetapkan, diperlukan pengecekan secara
independen terhadap kinerja karyawan. Cara yang paling murah biayanya adalah dengan
pemisahan fungsi otorisasi transaksi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi.

Pemisahan Fungsi yang Memadai. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat
dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang
dibebankan kepada seseorang.

Pengendalian Fisik atas Kekayaan dan Catatan. Cara yang paling baik dalam perlindungan
kekayaan dan catatan adalah dengan menyediakan perlindungan secara fisik. Perlindungan fisik
juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Perusahaan lebih baik mengeluarkan biaya untuk
penjagaan catatan dan dokumen serta biaya untuk pembuatan catatan pengganti (back up
records) bila dibandingkan dengan menanggung resiko kerugian sebagai akibat kerusakan atau
hilangnya catatan atau dokumen. Penggunaan alat mekanik juga digunakan untuk menambah
jaminan bahwa informasi akuntansi dicatat secara teliti dan tepat waktu.
Review atas Kinerja
Review atas kineja mencakup review dan analisi yang dilakukan oleh manajemen atas: (a)
Laporan yang meringkas rincian jumlah yang tercantum dalam akun buku pembantu; (b) Kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut anggaran, prakiraan atau jumlah tahun yang
lalu; (c) Hubungan antara serangkaian data seperti data keuangan dan non keuangan

5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu,
pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya baik pada tahap desain maupun
pengoperasian pengendalian dan pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah pengendalian
intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan juga untuk menentukan apakah
pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.

PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pemahaman Atas Pengendalian Intern


Dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, auditor menggunakan tiga macam
prosedur audit berikut:
1. Mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur pengendalian
2. Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan
3. Melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan
Informasi yang dikumpulkan oleh auditor dalam melaksanakan prosedur audit tersebut di atas
adalah Rancangan berbagi kebijakan dan prosedur dalam tiap-tiap unsur pengendalian dan
Apakah kebijakan dan prosedur tersebut benar-benar dilaksanakan.

Pemahaman atas Lingkungan Pengendalian


Tidak seperti halnya unsur pengendalian intern seperti informasi dan komunikasi serta aktivitas
pengendalian, informasi tentang lingkungan pengendalian umumnya tidak didukung dengan
dokumentasi memadai. Informasi tentang lingkungan pengendalian umumnya dikumpulkan oleh
auditor dengan cara permintaan keterangan dari manajer yang bertanggung jawab atas unsur
pengendalian intern, inspeksi dokumen dan catatan dan pengamatan atas kegiatan perusahaan.

Pemahaman atas Penaksiran Resiko


Auditor harus mengumpulkan informasi tentang bagaimana manajemen mengidentifikasi resiko
yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan secara wajar, dan kepedulian manajemen
terhadap resiko tersebut, serta bagaimana manajemen merancang aktivitas pengendalian untuk
menangani resiko tersebut.

Pemahaman atas Informasi dan Komunikasi


Sistem akuntansi yang didesain dengan baik dan diimplementasikan dengan baik akan
menghasilkan informasi akuntansi yang andal. SA Seksi 319 memberi panduan tentang informasi
yang harus dikumpulkan oleh auditor untuk memahami sistem akuntansi kliennya: (1) Golongan
utama transaksi dalam kegiatan perusahaan; (2) Bagaimana transaksi-transaksi tersebut timbul
dan dilaksanakan; (3) Catatan akuntansi, dokumen sumber dan dokumen pendukung yang
digunakan, informasi yang hanya dapat dibaca dengan mesin, akun yang terkait dalam laporan
keuangan yang bersangkutan dengan pengolahan dan pelaporan transaksi; (4) Proses pengolahan
data akuntansi yang dilakukan sejak saat transaksi terjadi sampai disajikan dalam laporan
keuangan; (5) Proses penyusunan laporan keuangan yang digunakan untuk menyajikan laporan
keuangan perusahaan.

Pemahaman atas Aktivitas Pengendalian


Informasi tentang aktivitas pengendalian umumnya diperoleh auditor bersama dengan
pengumpulan informasi mengenai lingkungan pengendalian dan aktivitas pengendalian.

Pemahaman atas Pemantauan


Auditor harus memahami jenis aktivitas yang digunkana oleh klien untuk memantau efektivitas
pengendalian intern untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal. Selain itu auditor harus
pula memahami tindakan-tindakan yang diambil untuk memperbaiki unsur pengendalian intern
berdasarkan informasi yang diperoleh dalam pemantauan

PENGUJIAN PENGENDALIAN
Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, auditor melakukan dua macam
pengujian:
1. Pengujian Adanya Kepatuhan
Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan oleh auditor
benar-benar ada, auditor melakukan dua macam pengujian:
a. Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu
Dalam membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, auditor dapat memilih
transaksi tertentu, kemudian melakukan pengamatan adanya unsur-unsur pengendalian
intern dalam pelaksanaan tersebut sejak transaksi dimulai sampai selesai.
b. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat
Dalam hal ini auditor harus memilih transaksi tertentu kemudian mengikuti
pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-dokumen
yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.
2. Pengujian Tingkat Kepatuhan
Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian intern (misal pembelian) auditor
dapat menempuh prosedur audit berikut:
1. Mengambil sampel bukti kas masuk dan memeriksa kelengkapan dokumen
pendukungnya serta tanda tangan pejabat yang berwenang baik dalam bukti kas keluar
maupun dokumen pendukungnya
2. Melaksanakan pengujian bertujuan ganda yang merupakan kombinasi antara pengujian
yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern dan pengujian yang
tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

DOKUMENTASI INFORMASI TENTANG PENGENDALIAN INTERN YANG BERLAKU


Ada tiga cara yang biasanya digunakan oleh auditor untuk mendokumentasikan informasi
mengenai pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan, yaitu:
1. Kuisioner pengendalian intern baku (standard interual control questionnaire), disusun
untuk dapat diterapkan dalam berbagai macam perusahaan dan biasanya dibuat untuk
tiap-tiap siklus kegiatan perushaan yang diperiksa.
2. Uraian tertulis (written description), berisi identitas karyawan yang melaksanakan suatu
fungsi dan uraian terinci cara pelaksanaan fungsinya. Penggunaan uraian tertulis hanya
praktis digunakan pada audit atas laporan keuangan perusahaan yang kecil saja.
3. Bagan alir system (system flowchart), suatu sistem digambarkan dengan menggunkan
simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol yang dapat digunakan oleh auditor untuk
membuat deskripsi pengendalian intern kliennya.
SUMBER INFORMASI UNTUK MEMPEROLEH GAMBARAN PENGENDALIAN
INTERN YANG BERLAKU
Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan studi terhadap
pengendalian intern kliennya adalah:
1. Bagan organisasi dan deskripsi jabatan. Memberikan gambaran pembagian kekuasaan
dalam suatu perusahaan, berbagai fungsi yang dibentuk dalam organisasi, nama manajer
yang menduduki jabatan dalam jenjang organisasi, dan sistem otorisas dalam organisasi.
2. Buku pedoman akun (account manual). Akun buku besar merupakan wadah untuk
menampung data keuangan dan sekaligus merupakan sumber informasi untuk menyusun
berbagai jenis laporan keuangan. Oleh karena itu, penggolongan akun buku besar sangat
menentukan mutu informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan
3. Buku pedoman sistem akuntansi. Memberikan informasi proses pengolahan dokumen
sumber dan dokumen pendukung yang digunakan dalam menjalankan transaksi keuangan
perusahaan. Dari buku pedoman sistem ini auditor dapat memperoleh gambaran tentang
unit organisasi yang terkait, dokumen, catatan akuntansi, laporan keuangan, dan bagan
alir sistem yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pokok
perusahaan.
4. Wawancara kepada karyawan inti. Unsur pengendalian intern dapat diperoleh dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan ini mengenai adanya unsur-
unsur pengendalian intern.
5. Permintaan keterangan kepada karyawan pelaksana. Karena karyawan pelaksana
yang melaksanakan berbagai sistem akuntansi perusahaan, auditor dapat memperoleh
informasi mengenai unsur pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan kliennya
dengan mewawancarai karyawan pelaksana.
6. Laporan, kertas kerja, dan program audit auditor intern. Auditor intern dalam suatu
perusahaan bertanggung jawab untuk mendeteksi pelaksanaan berbagai unsur
pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Untuk memperoleh gambaran tentang
pengendalian intern kliennya, auditor dapat me-review program audit, kertas kerja, dan
laporan auditor intern untuk menilai efektivitas fungsi audit intern ini.
7. Pemeriksaan terhadap catatan akuntansi, dokumen, peralatan mekanis, dan media
lain yang digunakan untuk mencatat transaksi, mengolah data keuangan dan data
operasi. Keandalan informasi akuntansi sebagian ditentukan oleh media yang digunakan
untuk mengolahnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran tentang pengendalian
intern auditor perlu memeriksa dokumen, catatan akuntansi, dan peralatan mekanis yang
digunakan untuk mengolah data akuntansi.
8. Kunjungan keseluruh kantor dan pabrik. Dimaksudkan untuk memperoleh informasi
lokasi berbagai kantor para karyawan inti sehingga memudahkan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan selama audit berlangsung. Di samping itu, kunjungan ke
seluruh kantor dan pabrik akan memberikan gambaran bagi auditor mengenai tempat
penyimpanan catatan akuntansi, file komputer, dan arsip dokumen serta keamanan
penyimpanan kas yang ada di tangan, sediaan barang gudang, dan aktiva tetap.
9. Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan
auditor tahun sebelumnya yang telah diterbitkan oleh auditor. . Auditor
berkewajiban memberikan saran perbaikan terhadap unsur pengendalian intern yang
dipandang lemah. Saran ini umumnya disajikan dalam laporan rekomendasi perbaikan
pengendalian intern yang terpisah dari laporan audit, atau jika sifatnya saran kecil dapat
dicantumkan dalam laporan audit. Oleh karena itu, gambaran pengendalian intern klien
dapat diperoleh auditor dari rekan seprofesinya dengan me-review laporan mengenai
rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan audit tahun sebelumnya.

FUNGSI AUDIT INTERN (INTERNAL AUDITING)


Fungsi audit intern hanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar. Dalam perusahaan
ini, pimpinan perusahaan membentuk banyak departemen, bagian, seksi atau satuan organisasi
yang lain dan mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada kepala-kepala unit organisasi
tersebut. Pendelegasian wewenang kepada sejumlah unit organisasi inilah yang mendorong
perlunya dibentuk fungsi audit intern. Tugas fungsi audit intern adalah menyelidiki dan menilai
pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Dengan demikian
fungsi audit intern merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan
menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain.
Fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam
organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk
memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara
menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan
manajemen, auditor intern menyediakan jasa tersebut. Audit intern berhubungan dengan semua
tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan
akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor intern melaksanakan kegiatan-kegiatan
berikut ini:
1. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dan mendorong
penggunaan pengendalian intern yang efektif dengan biaya yang minimum.
2. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi
3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari segala macam kerugian.
4. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam
perusahaan.
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.

PENENTUAN KOMPETENSI DAN OBJEKTIVITAS AUDITOR INTERN


Untuk meletakkan kepercayaan terhadap hasil pekerjaan auditor intern, auditor independen
berkepentingan untuk menilai kompetensi dan objektivitas auditor intern. Dalam menerapkan
kompetensi dan objektivitas auditor intern, auditor independen biasanya mempertimbangkan
informasi yang diperoleh dari pengalaman dalam audit sebelumnya dengan fungsi audit intern,
dari diskusi dengan manajemen, dan dari review mutu yang terakhir dilaksanakan oleh pihak
eksternal. Auditor dapat pula menggunakan standar profesional auditing intern sebagai kriteria
untuk melakukan penilaian atas kompetensi dan objektivitas auditor intern. Jika auditor
independen menentukan bahwa auditor intern cukup kompeten dan objektif, auditor independen
kemudian perlu mempertimbangkan bagaimana pekerjaan auditor intern berdampak terhadap
audit atas laporan keuangan.

DAMPAK PEKERJAAN AUDITOR INTERN ATAS AUDIT YANG DILAKSANAKAN


OLEH AUDITOR INDEPENDEN
Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup audit yang
dilaksanakan oleh auditor independen, yang mencakup:
1. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami pengendalian
intern entitas. Auditor independen berusaha memahami desain kebijakan dan prosedur
pengendalian intern untuk merencanakan auditnya dan untuk menentukan apakah
kebijakan dan prosedur tersebut dilaksanakan.
2. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menaksir risiko. Auditor independen
menaksir risiko salah saji material baik pada tingkat laporan keuangan maupun pada
tingkat saldo akun atau golongan transaksi.
3. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor. Beberapa prosedur yang
dilaksanakan oleh auditor intern dapat memberikan bukti langsung tentang salah saji
material dalam asersi mengenai saldo akun atau golongan transaksi tertentu
PENGGUNAAN AUDITOR INTERN DALAM PENYEDIAAN BANTUAN LANGSUNG
BAGI AUDITOR INDEPENDEN
Dalam melaksanakan audit, auditor independen dapat meminta bantuan langsung dari auditor
intern. Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh auditor
independen dari auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor
independen. Sebagai contoh, auditor intern dapat membantu auditor independen dalam
memahami pengendalian intern atau dalam melaksanakan pengujian pengendalian atau
pengujian substantif, sesuai dengan pedoman tentang tanggung jawab auditor independen. Bila
bantuan langsung disediakan, auditor independen harus menentukan kompetensi dan objektivitas
auditor intern dan melakukan supervisi, review, evaluasi, serta pengujian pekerjaan yang
dilaksanakan oleh auditor intern yang luasnya disesuaikan dengan keadaan. Auditor independen
harus memberitahu auditor intern mengenai tanggung jawab auditor intern tersebut. tujuan
prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern, serta hal-hal yang mungkin berdampak terhadap
sifat, saat, dan lingkup prosedur audit, seperti masalah akuntansi dan auditing. Auditor
independen juga harus memberitahu auditor intern bahwa semua masalah akuntansi dan auditing
yang signifikan yang ditemukan selama audit harus diberitahukan kepada auditor independen.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2002. Auditing 1 Edisi Keenam Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai