Oleh Kelompok 4:
Kelas C Pagi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun Ajaran 2022
A. Pendahuluan
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan
klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam
profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau
membuat berbagai tipe bukti seperti yang telah dibahas dalam Bab 4, untuk mendukung
simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan
pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi 339
Kertas Kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam
audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Bab ini membahas definisi kertas
kerja, kepentingan auditor terhadap kertas kerja, berbagai faktor yang harus diperhatikan
oleh auditor dalam pembuatan kertas kerja yang baik, isi kertas kerja, cara pengarsipan
dan pembuatan indeks kertas kerja. Uraian dalam bab ini disusun berdasarkan ketentuan
yang dibuat oleh IAI dalam SA Seksi 339 Kertas Kerja.
Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja
(work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai
berikut:
a) Pengumpulan bukti transaksi.
b) Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu.
c) Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar.
d) Pembuatan lembar kerja (work sheet).
e) Penyajian laporan keuangan.
2) Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang merupakan
kombinasi huruf dan angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
Contoh:
A Skedul Utama Kas
A-1 Kas dan Bank
A-2 Konfirmasi Bank
A-3 Dana Kas Kecil
3) Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh:
1 Skedul Utama Kas
2 Kas dan Bank
3 Konfirmasi Bank
4 Dana Kas Kecil
Informasi dalam arsip permanen ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit.
Copy notulen rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang dibuat oleh klien,
perubahan anggaran rumah tangga dan perkembangan lain harus setiap tahunnya
ditambahkan dalam arsip permanen.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan
harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti tanah, gedung,
akumulasi depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang
termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun
ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang
akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan
memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun
tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena
perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip
permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun
sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.
Daftar Pustaka
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku 1, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat