Anda di halaman 1dari 11

Kertas Kerja

Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya dan kesimpulan yang dibuatnya
berkenan dengan pelaksanaan audit.

Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan audit
yang dihasilkan oleh auditor.

Isi Kertas Kerja


Kertas Kerja biasanya berisi dokumentai yang memperlihatkan:
1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan
disupervisi dengan baik.
2) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang telah dilakukan.
3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur
audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa
auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
2. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada
pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh
auditor dalam auditnya.
3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai
waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk
kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan kertas kerja.
4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan
audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan
informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan
rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang
disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
(a) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan
disupervisi dengan baik,
(b) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai atas pengendalian
intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
telah dilakukan, dan
(c) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur
pemeriksaan telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan yang memberikan bukti kompeten yang
cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Kertas kerja dan standar auditing, berhubungan erat dengan tiga kelompok yaitu:
1. Kertas kerja audit dan standar umum, standar umum yang menyatkan tentang kopentensi, independensi, dan
kecermatan dan keseksamaan pelaksanaan tugas.
2. Keras kerja audit dan standar pekerjaan lapangan, hal ini berhubungan dengan perencanaan dan pengawasan
stuktur pengendalian internal bukti audit kompeten yang memadai.
3. Kertas kerja dan standar pelaporan. Kertas kerja juga berhubungan erat dengan standar pelaporan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja adalah sebagai berikut:
1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti:
a) Berisi semua informasi yang pokok.
b) Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan
tulis dan perhitungan.
3. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan
audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang tidak perlu,
serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan
klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara
sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-review
hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari kertas kerja
tersebut
Kertas Kerja Audit merupakan dokumentasi yang disusun oleh auditor dalam sebuah proses audit yang
terdiri dari:
1. Prosedur audit yang dilakukan
2. Pengujian yang dilakukan
3. Sumber informasi dan bukti audit yang diperoleh
4. Kesimpulan yang diambil atas proses audit yang dilakukan
5. Prinsip umum yang berkaitan dengan pembuatan dan penyimpanan kertas kerja.
Prinsip umum tersebut antara lain:
1. Pembuatan kertas kerja harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
2. Hindarkan pekerjaan salin-menyalin yang tidak diperlukan.
3. Buktikan keterangan lisan yang diperoleh melalui pengajuan pertayaan (inquiry)
4. Jangan meninggalkan suatu pertanyaan tanpa ada jawaban yang jelas.
5. Tulisan segala masalah relevan yang temukan pada saat melaksanakan audit.

Tipe kertas audit ada tujuh yang biasanya dikenal, yaitu:


1. Program audit,yaitu daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-elemen tertentu.
2. Working trial balance, adalah suatu daftar yang berisikan saldo berbagai akun buku besar pada
akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya.
3. Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, yaitu jurnal untuk mengoreksi
kembali atas kesalahan yang dilakukan auditor.
4. Daftar pendukung, yaitu daftar untuk melakukan verikasi elemen-elemen yang terdapat dalam
laporan keuangan
5. Daftar utama, yaitu ringkasan akun-akun yang saling berkaitan.
6. Memorandum audit dan dokumentasi audit, merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam
bentuk negatif.
7. Skedul dan analisis, yaitu akun yang ditunjukan dalam masing-masing buku besar dan
mengidentifikasinya.

Susunan kertas kerja, adapun susunannya adalah sebagai berikut:


1. Draf laporan audit.
2. Laporan keuangan auditing.
3. Ringkasan informasi bagi penelaah.
4. Program audit.
5. Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien.
6. Ringkasan jurnal penyesuaian.
7. Working Trial Balace.
8. Daftar utama.
9. Daftar pendukung
Auditor menyebutkan dalam program audit :

1. Pemeriksaan yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap elemen yang tercantum dalam
laporan keuangan.
2. Tanggal pelaksanaan prosedur audit.
3. Paraf pelaksana prosedur audit.
4. Penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan auditor.
Berikut adalah beberapa fungsi KKA:
1. KKA sebagai dasar pemberian opini audit atas laporan keuangan. Standar pekerjaan lapangan
mengharuskan auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung opininya
atas laporan keuangan (SPAP SA Seksi 326). Dalam hal ini, KAA berfungsi sebagai: pendukung dalam
pemberian opini audit, dan sebagai bukti auditor telah melaksanakan audit secara memadai sesuai SPAP.
2. KKA sebagai dasar bagi auditor untuk mengambil kesimpulan dan menunjukan kompetensi hasil
audit yang dilakukannya. Jika pekerjaan atau pertimbangan auditor dipertanyakan oleh pihak tertentu di
kemudian hari, maka auditor tidak dapat mendukung kesimpulannya atau memberikan apa alasan yang
melandasi kesimpulan tersebut tanpa didukung dengan KKA.
3. KKA sebagai dasar supervisi dan evaluasi pekerjaan yang dilakukan anggota tim. KKA berfungsi
sebagai dasar untuk menilai kualitas pekerjaan yang dilaksanakan dan kompetensi anggota tim audit.
Dengan adanya KKA, supervisor dapat mengetahui penalaran, logika dan seberapa kuat anggota tim audit
dalam melaksanakan pemeriksaan atas akun-akun laporan keuangan.
4. KKA sebagai panduan dalam melaksanakan audit tahun-tahun berikutnya. Auditor dapat
menggunakan KAA sebagai acuan dalam melaksanakan penugasan berikutnya, seperti: pemahaman bisnis
klien, catatan dan kebijakan akutansi klien, masalah masalah audit tahun sebelumnya; saran perbaikan yang
diberikan kepada klien dan hal-hal lainnya yang yang harus diperhatikan auditor dalam menyiapkan
program audit dan dalam merencanakan pelaksanaan prosedur audit untuk audit tahun berikutnya.

Manfaat Kertas Kerja


 Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk menghubungkan catatan klien dengan laporan audit yang dihasilkan
oleh auditor.
 Kertas kerja dapat dimanfaatlan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa
auditor telah melaksanakan audit yang memadai
 Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya
dalam membuktikan telah dilaksanakannya dengan baik audit atas laporan keuangan.
 Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit yang
terdiri dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.
 Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
 Sebagai dasar perencanaan audit tahun selanjutnya.
 Sebagai catatan bahan bukti dan hasil pengujian yang telah dilakukan.
 Sebagai dasar untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas.
 Sebagai dasar untuk supervisi audit oleh supervisor dan partner.

4. Tanggung Jawab Auditor Atas Kertas Kerja


Audit atas laporan keuangan harus didasarkan atas standar auditing yang ditetapkan IAI. Standar
pekerjaan lapangan mengharuskan auditor melakukan perencanaan dan penyupervisian terhadap audit yang
dilaksanakan, memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, dan mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup melalui berbagai prosedur audit. Kertas kerja merupakan sarana yang dilakukan oleh auditor untuk
membuktikan bahwa standar pekerjaan lapangan tersebut dipatuhi.
Dalam melakukan auditnya, auditor harus memperoleh kebebasan dari klien dalam mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk kepentingan auditnya. Pembatasan terhadap kebebasan auditor dalam
menentukan tipe bukti yang diperlukan dan prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor akan berdampak
terhadap kompetensi dan kecukupan bukti yang diperlukan auditor sebagai dasar bagi auditor untuk
merumuskan pendapatnya atas laporan keuangan klien. Sebagai akibatnya, kompetensi dan kecukupan
bukti audit yang diperoleh auditor akan mempengaruhi pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.

Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Namun,
hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang
diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindari penggunaan
hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya. Hampir semua informasi
yang diperoleh audit dicatat dalam kertas kerja, maka bagi auditor, kertas kerja merupakan hal yang bersifat
rahasia.
SA Seksi paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena
sifat kerahasiaan yang melekat pada kertas kerja, auditor harus menjaga kertas kerja dengan cara mencegah
terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan.
Misalnya, klien memberitahukan kepada auditor untuk merahasiakan informasi mengenai gaji direksi,
manajer, dan aspek lain usaha perusahaan, maka auditor tidak boleh melanggar pesan klien tersebut dengan
mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan klien yang tidak berhak untuk mengetahuinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas
kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:

Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien.

Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien
mengizinkannya. Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien,
dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada
di tangan akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya
berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan
dilakukan oleh auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh
klien.
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arip kertas kerja untuk setiap kliennya, yaitu:
1) Arsip kini (current file), yaitu arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan.
2) Arsip permanen (permanent file), yaitu untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.

Cara Membuat Kertas Kerja yang Baik


Kecakapan teknis dan keahlian profesional seorang auditor independen agar tercermin pada kertas
kerja yang dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten, ia harus
dapat menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat.

FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH AUDITOR DALAM PEMBUATAN


KERTAS KERJA YANG BAIK
Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas kerja
yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-
benar bermanfaat. Ada lima ank e yang harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:
Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembar kerja (work sheet) yang digunakan
oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien
menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti transaksi
2. Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
3. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
4. Pembuatan lembar kerja
5. Penyajian laporan keuangan

Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan. Adapun tahap-
tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung (
supporting schedules).
2. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama ( lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment ke
dalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.
SKEDUL UTAMA
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul
pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-
akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan keuangan dalam satu
jumlah.
Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance.
Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan
working trial balance.
SKEDUL PENDUKUNG
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan
klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan
operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam
daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas
pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.
PEMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam bebagai daftar yang
terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas
kerja adalah sebagai berikut :
1) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2) Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
1. Indeks silang dari skedul utama.
2. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
3. Indeks silang antarskedul pendukung.
4. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
5. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
6. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.
3) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi indeks
kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.
METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul
pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.
SUSUNAN KERTAS KERJA
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya :
 Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini
(current file)
 Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja.
Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :
1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan pengendalian
4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
a) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-
tahun mendatang.
b) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama
kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan harus juga
dimasukkan ke dalam arsip permanin. Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi, depresiasi, investasi,
utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah
jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan
menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya
akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam
hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun
yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-
informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.
Peer Review BPKP Atas Kertas Kerja Auditor
Dalam konteks krisis, ketika banyak bank-bank yang ambruk padahal laporan keuangannya menunjukkan
prestasi bagus dan sehat, masyarakat mencurigai kalau banyak auditor sebenarnya mempunyai kontribusi
terhadap ambruknya dunia perbankan. Kecurigaaan masyarakat ini sebenarnya ditangkap oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan ditindaklanjuti dengan keinginan pada bulan April 1999 untuk membentuk
tim di bidang penegakan disiplin. Tim ini akan meneliti kertas kerja kantor akuntan publik (KAP) yang
mengaudit laporan keuangan 38 bank beku usaha (BBKU). Hal ini juga ditujukan agar auditor lebih
menjaga kualitas pekerjaan, menjalankan kode etik dan SPAP, yang nantinya berujung agar para bankir
tidak lagi melakukan rekayasa laporan keuangan.
Tetapi sayangnya niat tersebut tidak terlaksana, karena IAI sampai beberapa saat tidak mewujudkan niatnya
tersebut. Karena itu Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan, Departemen Keuangan pada Oktober 1999 meminta BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan) untuk menggantikan niat IAI dan melakukan peer review terhadap kertas kerja auditor bank
bermasalah untuk tahun buku 1995, 1996, 1997. Hal ini dilakukan berdasarkan SK Menteri Keuangan
No.472/KMK.01.017/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Pembentukan Tim Evaluasi terhadap Auditor
yang Mengaudit Bank-Bank Bermasalah.Tujuan dari peer review ini adalah untuk melaksanakan tugas
Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Departemen Keuangan sebagai pembina profesi akuntan
dan juga untuk menjawab kecurigan masyarakat berkaitan dengan kualitas pekerjaan auditor bank-bank
tersebut.
Peer review ini dilakukan dengan memeriksa kertas kerja yang dibuat auditor ketika mengaudit bank-bank
tersebut untuk melihat bagaimana pelaksanaan SPAP dipatuhi. Menurut Standar Auditing Seksi 339 Kertas
Kerja paragraf 03, kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Kertas Kerja ini dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe, yaitu (1) Program Audit, (2) Working Trial Balance,
(3) Ringkasan Jurnal Adjustment, (4) Lead Schedule atau Top Schedule, dan (5) Supporting Schedule.
Jadi peer review ini dilakukan BPKP dengan memeriksa kertas kerja yang dibuat auditor dalam mengaudit
bank-bank tersebut, bukan melakukan audit lagi terhadap bank-bank tersebut. Dengan memeriksa kertas
kerja, maka BPKP dapat melihat kualitas pekerjaan auditor, karena tujuan pembuatan kertas kerja ini adalah
untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan, menguatkan kesimpulan-kesimpulan
auditor dan kompetensi auditnya, mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit, serta
memberikan pedoman dalam audit berikutnya. Kemudian Standar Auditing Sksi 339 Kertas Kerja paragraf
05 menyatakan bahwa kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan
laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan dan
dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja ini biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan
disupervisi dengan baik.
b. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai atas struktur
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang telah dilakukan.
c. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur
audit telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan
Tetapi sayangnya hasil peer review BPKP atas kertas kerja auditor bank-bank bermasalah ternyata
menunjukkan bahwa banyak auditor tersebut yang melanggar SPAP. Peer review yang dilakukan atas kertas
kerja 10 KAP (ada 17 auditor yang menjabat sebagai partner) yang mengaudit 37 bank bermasalah
memperlihatkan bahwa:
1. Hampir semua KAP tidak melakukan pengujian yang memadai atas suatu account.
2. Pada umumnya dokumentasi audit kurang memadai (70%).
3. Terdapat auditor yang tidak memahami peraturan perbankan tetapi menerima penugasan audit terhadap
bank (1 auditor).
4. Pengungkapan yang tidak memadai di dalam laporan audit (80%).
5. Masih terdapat auditor yang tidak mengetahui laporan dan opini audit yang sesuai dengan standar.
KESIMPULAN
Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi
klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Manfaat kertas kerja audit yaitu : sebagai dasar
perencanaan audit tahun selanjutnya, sebagai dasar untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas,
sebagai dasar untuk supervisi audit oleh supervisor dan partner. Seorang auditor tidak dapat memberikan
informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Meskipun kertas kerja dibuat dan
dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak
pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada di tangan akuntan publik, bukan milik klien atau
milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan
klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan dilakukan oleh auditor, maka tidak semua informasi
yang tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien. Auditor biasanya menyelenggarakan dua
macam arip kertas kerja untuk setiap kliennya, yaitu: Arsip kini (current file) dan Arsip permanen
(permanent file ). Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten, ia harus dapat
menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini ada lima faktor cara
membuat kertas kerja yang baik yang harus diperhatikan, yaitu: lengkap, teliti, ringkas, jelas, dan rapi.

Anda mungkin juga menyukai