AK-3E
i
I. PENDAHULUAN
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari
apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Bukti audit yang diperoleh selama
pekerjaan lapangan harus didokumentasi- kan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai
dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar
auditor mudah dalam melakukan analsisis dan evaluasi lebih
lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik
berdasarkan unsur- unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat
berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan
auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas
kerja.
I.III TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana Bukti Audit dan Kertas Kerja
1
II. ISI
1. KERTAS KERJA
1.1 Kertas Kerja
Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas
kerja (working papers) sebagai catatan yang di simpan oleh auditor tentang
prosedur audit yang diterapkan, pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kerta
kerja memberikan:
a. Dukungan utama bagi laporan audit
b. Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
c. Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS
2
1.3 Persyaratan Kertas Kerja
Audit Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian
profesional dari auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten
dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang
bermanfaat. Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap,teliti, ringkas, jelas
dan rapi:
a. Kertas kerja yang lengkap”
b. Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasi
penting harus dicantumkan dalam kertas kerja
c. Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-
kanbahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya untuk
penyusunan laporan dan reviu hasil audit
d. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga bebas dari kesalahan.
e. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan
dan relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak
memuat data yang tidak perlu.
f. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan
sistematis, penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu
dihindari.
g. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas
kerja diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu
hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit
3
2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap
item laporan keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan
keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam
kasus seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul
kelompok yang menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan
untuk item atau pos laporan keuangan ini.
Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas
kerja (working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung
item-item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf sebelumnya
telah disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabung untuk
tujuan pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group
schedule) atau sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule)
Selain menunjukkan akun masing-masing buku besar yang adat dalam
kelompok tersebut, skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis
kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-
masing akun dalam kelompok tersebut.
Setiap skedul atau analisis sering kali menunjukkan komposisi saldo akun
pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit)
seperti yang terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas
terintegrasi. Contoh lain berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri
dari saldo akun pengendali piutang usaha serta sebuah daftar investasi yang
terdiri dari saldo akun sekuritas yang dapa diperdagangkan.
Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang
disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-
komentar atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup
pekerjaan, (2) temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh,
auditor dapat menulis sebuah memoyang berisikan ikhtisar dari lingkup
konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh. Selain itu, auditor juga dapat
menyusun memoranda audit untuk mendokumentasikan informasi
penguat sebagai berikut :
1. Salinan risalah rapat dewan direksi
2. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari
luar organisasi
3. Salinan kontrak-kontrak penting
Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
4
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas
kesalah klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh
karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh
klien sehingga saldo buku besardapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal
reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar
dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi
hampir sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada
ayat jurnal reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu.
Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada
awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”, karena
pertimbangan akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut
mungkin tidak akan terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya
susunan setiap ayat jurnal yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas
kerja. Namun, apabila klien menolak u tuk membuat ayat jurnal penyesuaia
akan melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.
5
pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak
yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan
yang tela dicapaioleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja
apabila pekerjaan lapangan telah diselesaikan semuanya.
6
klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi
catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan jarang yang
melampui waktu enam bulan.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien
kepada pihaklain adalah
1. Jika klien tersebut menginginkannya,
2. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan public lain
jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien
3. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
4. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama
akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar
auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum
dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public
lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas
kerja tersebut.
7
2. BUKTI AUDIT
2.1 Bukti Audit
Bukti audit adalah bukti yang dikumpulkan dan diuji oleh auditor untuk menentukan
apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar pelaporan keuangan yang
berlaku (sesuai dengan SAK/sesuai dengan framework pelaporan keuangan – financial
reporting framework). Bukti audit laporan keuangan terdiri dari:
1) Bukti pembukuan (accounting records), seperti jurnal, buku pembantu, dan buku
besar, atau file transaksi dan file induk (master file).
2) Bukti pendukung (corraborating information), seperti bukti transaksi dan bukti-bukti
pendukung pembukuan yang lain.
8
2.4 Keputusan Penting Tentang Bukti Audit
Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting
tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
9
akan memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), 4)
siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan staf audit).
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti tiga
alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta
akumulasinya pada saldo piutang usaha.
10
kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien
telah menggadaikan atau menjual piutang.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam
empat sub keputusan berikut ini:
a. Pemeriksaan Fisik
11
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud,
seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset
tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan
fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang
diperiksa.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan
mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya
tertulis). Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
a) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik
informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika
informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan -
hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data
yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit
dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang
diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang
diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non –
keuangan yang ada kaitannya (relationship)
12
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan
langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan
jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi verifikasi
ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan
dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order
pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan
terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam
organisasi klien.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau
memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15
personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk
melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15
orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor.
Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess),
auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya
13
menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan,
kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal
diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data
atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5
juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang
dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada
diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
14
III. PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Bukti audit adalah bukti yang dikumpulkan dan diuji oleh auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar pelaporan
keuangan yang berlaku (sesuai dengan SAK/sesuai dengan framework pelaporan
keuangan – financial reporting framework).
Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas kerja
(working papers) sebagai catatan yang di simpan oleh auditor tentang prosedur audit
yang diterapkan, pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit.
Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan
sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri dari: program audit, hasil
pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi,
pernyataan dari klien,ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan,
daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan
sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita
magnetis, film, atau media yang lain.
Jenis-jenis kertas kerja meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan
analisis, (3) memoranda audit dandokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal
penyesuaian dan reklasifikasi.
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi, disimpan
dan dijaga kerahasiaanya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas kerja audit
dikelompokkan dalam berkas permanen (permanent file), berkas berjalan (current
file), berkas lampiran dan berkas khusus.
B. Saran-saran
15