0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
172 tayangan7 halaman
1. Desa memenuhi syarat sebagai entitas pelaporan keuangan karena memiliki aset dan pengendalian mandiri serta memenuhi syarat sebagai entitas hukum dan ekonomi.
2. Laporan keuangan desa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat, dan investor.
3. Status hukum desa sebagai entitas pelaporan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
1. Desa memenuhi syarat sebagai entitas pelaporan keuangan karena memiliki aset dan pengendalian mandiri serta memenuhi syarat sebagai entitas hukum dan ekonomi.
2. Laporan keuangan desa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat, dan investor.
3. Status hukum desa sebagai entitas pelaporan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
1. Desa memenuhi syarat sebagai entitas pelaporan keuangan karena memiliki aset dan pengendalian mandiri serta memenuhi syarat sebagai entitas hukum dan ekonomi.
2. Laporan keuangan desa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat, dan investor.
3. Status hukum desa sebagai entitas pelaporan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2020 Sejak diberlakukannya UU Nomor 6 Tahun 2014, desa diangkat menjadi subjek kepemerintahan yang semula berstatus objek kepemerintahan. Hal ini menjadi tonggak reformasi desa bersifat otonomi paling sejati. Dengan adanya undang-undang tersebut memunculkan sumber dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan keuangan desa yang terbagi dua, yakni Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari 10% dari alokasi APBD Kabupaten/Kota dan Dana Desa (DD) yang bersumber dari APBN. Setiap hak dan kewajiban desa akan menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Dengan adanya undang-undang dan sumber dana tersebut, maka desa sudah seharusnya menjadi entitas pelaporan LK dan desa berkewajiban menyelenggarakan akuntansi yang mendukung akuntabilitas dan transparansi kepada publik. Oleh karena itu, kelayakan desa menjadi entitas pelaporan keuangan (LK) akan dibahas lebih lanjut pada rangkuman materi bab ini.
A. Status Hukum Sebuah Entitas Desa
Sebuah suku terbentuk oleh beberapa desa, maka tiap desa tersebut adalah daerah hukum adat yang mandiri (daerah Toraja, Kepulauan Ternate). Keluarga/famili/stam/stamdorpeni/juju/soa/etnate/hoana/fegnolin/fugmolin/ifan/ taranak dapat berupa masyarakat hukum atau bukan. Suku sebagai masyarakat hukum, dibawahnya adalah famili juga sebagai masyarakat hukum, keluarga dalam famili dan orang perseorangan adalah pihak yang berhak karena hukum (Buru, Seram). Gabungan dusun di atas suku di daerah Buru disebut fogmolin (zaman dahulu Minangkabau, Minahasa). Konsep tentang entitas pelaporan dan/atau entitas akuntansi, konsep Standar Akuntansi Pemerintahan Desa secara vertikal perlu menjelaskan perbedaan ke atas antara (1) desa dengan bagian organisasi kewilayahan terkecil pemerintah daerah kabupaten atau kota mandiri, dan perbedaan ke bawah antara (2) desa dengan sub bagian organisasi desa yang berada di bawah desa, seperti dusun, dukuh, desa, sosor, ampean, kampung, cantilan, dan lain sebagainya. Secara horizontal, terdapat istilah lain selain istilah desa, mungkin entitas lain setara desa, seperti persekutuan dusun, gabungan dusun, desi, dusun-dati, gampong, kuta, uta, mendapo, distrik (pemerintah penjajahan Belanda) dan lain sebaganya. Terdapat pula berbagai istilah perdikan desa, seperti desa merdeka, mijen, pakuncen, dan muntilan, yang berpotensi menjadi entitas pelaporan LK. Untuk keperluan akuntansi desa, berbagai entitas di atas entitas LK Desa adalah sebagai berikut : 1. Pemeritah pusat, kementerian tertentu, dan lembaga tertentu. 2. Pemerintah daerah provinsi. 3. Pemerintah daerah kabupaten atau kota. 4. Kecamatan sebagai wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota yang dipimpin seorang camat. 5. Desa induk Jenis entitas LK Desa adalah sebagai berikut : 1. Entitas desa terdiri atas desa dan desa adat. 2. Terdapat kelompok entitas desa tertinggal, dibawah pengaturan, pengawasan, dan pembinaan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Terting Transmigrasi. 3. Bukan entitas desa, adalah desa persiapan dan kelurahan dalam proses menjadi desa. 4. Berbagai kemungkinan pembentukan, penggabungan, penghapusan, dan perubahan status entitas. 5. Desa dan entitas bukan desa menjadi entitas desa, adalah sebagai berikut : desa adat berubah menjadi desa dan sebaliknya, kelurahan berubah menjadi desa atau desa adat, penggabungan beberapa desa, pemekaran menjadi lebih dari satu desa, desa dan/atau desa adat secara hukum dihapus karena penduduknya habis keluar desa, sebuah msyarakat misalnya transmigran membentuk sebuah desa serta desa induk adalah sebuah desa,demikian halnya dengan desa anak adalah sebuah desa
Kesinambungan entitas desa (going concern) berada di tangan gubernur
dan bupati/wali kota atau desa itu sendiri. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan penataan entitas desa, meliputi : pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan, dan penetapan desa karena bencana alam atau kepentingan nasional dalam hal ini program nasional sesuai Pasal 9 UU Nomor 6 Tahun 2014. Secara kasatmata sebuah entitas desa dalam konteks kewilayahan merupakan sebuah wilayah yang memenuhi kaidah kartografis sesuai Pasal 12 PP Nomor 43 Tahun 2014 dan Nomor 47 Tahun 2015 ayaiu : (1) berada dalam wilayah kabupaten/kota dan (2) merupakan bagian wilayah entias kabupaten/kota. Sesuai UU Nomor 6 Tahun 2014, desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota. Oleh karena berada pada wilayah sebuah kabupaten, batas desa harus kasatmata. Selain itu, secara kasatmata desa dapat menjadi wilayah perdagangan bebas, pelabuhan bebas, kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi, kawasan baru, kawasan ekonomi khusus, dan lain sebagainya sesuai Pasal 360 UU Nomor 23 Tahun 2014. Oleh karena secara kasatmata terlihat perbatasan desa, maka pungutan desa dapat dibentuk dalam wilayah desa tersebut. Pimpinan entitas desa serupa dengan direktur utama korporasi adalah kepala desa dan memperoleh imbalan kerja dari APBN/APBD. Kepala desa dan perangkat desa memperoleh: (1) penghasilan tetap dari dana perimbangan dalam APBD kabupaten/kota, (2) menerima tunjangan bersumber dari APB Desa, (3) jaminan kesehatan dan penerimaan lain. Perubahan status hukum entitas adalah sebagai berikut. 1. Desa adat dapat berubah menjadi desa atau kelurahan, atau sebaliknya 2. Sebuah desa dapat berinisiatif sendiri menjadi kelurahan dan sebaliknya 3. Sebuah desa dapat dimekarkan menjadi dua desa 4. Dua desa dapat berinisiatif sendiri untuk bergabung menjadi sebuah desa, 5. Sebuah kelurahan dapat berubah status sebagian atau seluruhnya menjadi 6. Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan desa pada kawasan strategis seperti perbatasan, pembentukan desa hasil transmigrasi, atau program lain 7. Perubahan status kelurahan menjadi status desa, menyebabkan pengakuan awal aset desa yang berasal dari aset/kekayaan kabupaten/kota dan sebaliknya. 8. Perubahan status kelurahan menjadi status desa adat, harus melalui status desa. Sebaliknya. hal ini menyebabkan pengakuan awal aset desa yang berasal dari aset/kekayaan kabupaten/kota, lalu diserahkan kepada desa adat dan begitupun sebaliknya dalam perubahan status desa adat menjadi kelurahan. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 berhasil menggabungkan fungsi self governing commumity dengan local self goverment, sehingga desa memenuhi syarat entitas pelaporan, karena mempunyai bentuk umum desa menurut peraturan perundang-undangan. B. Argumen Desa Sebagai Entitas Pelaporan LK Desa memenuhi syarat kepemilikan aset dan pengendalian mandiri dari dan untuk masyarakat desa. Desa memenuhi syarat sebagai entitas ekonomi (sekelompok entitas yang terdiri atas entitas pengendali dan satu atau lebih entitas kendalian). Desa memenuhi syarat sebagai entitas hukum, karena didirikan secara hukum dengan sebutan desa dan bernama unik. Desa dapat menerbitkan laporan keuangan bertujuan umum (LKBU) yang dibutuhkan untuk konsumsi pemangku kepentingan yang luas. Setiap entitas yang menjadi entitas pelaporan, wajib menyiapkan LKBU. Entitas pelaporan LK Desa wajib memperkirakan adanya pemakai LK yang bergantung pada LKBU untuk memperoleh informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, termasuk permintaan dan penetapan pertanggungjawaban warga desa, pemerintah pusat dalam hal ini kementerian tertentu, investor, dan mitra kerja sama pemerintahan desa terhadap pengelolaan entitas desa. Banyak pengguna LK meminta informasi keuangan tentang kelompok kegiatan bisnis tertentu dan banyaknya permintaan informasi keuangan teraudit ini menyebabkan dan memicu lahirnya entitas pelaporan LK. Pengguna potensial LK Desa adalah: (a) pihak yang menyediakan sumber daya yang kemudian dikendalikan oleh entitas, misalnya, dana desa dan dana pendampingan desa dari BUN, BUD, deposan, afiliasi, anggota serik dagang, dan kreditur, (b) pihak yang menerima barang, jasa, manfaat dari entitas desa, misalnya produsen dan konsumen, (c) pihak yang wajib melakukan jasa pengawasan atau jasa review mewakili anggota masyarakat bahkan NKRI, misalnya BPK, BPKP, SPI Kabupaten, regulator, grup komunitas, dan media massa. Banyak dari para pengguna LK tidak mampu memberi perintah penyiapan informasi keuangan yang mereka butuhkan, sehingga mereka bergantung pada LKBU yang disiapkan entitas. Entitas LKBU wajib mengungkapkan informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi para pengguna LK dan LKBU juga wajib menyajikan informasi untuk membantu pembebasan kewajiban akuntabilitas para pengelola entitas tersebut. Laporan keuangan bertujuan umum untuk sebuah entitas harus mencakupi semua entitas yang dikendalikan olehnya, misalnya BUMA Pasar Desa, dan Balai Lelang Desa. Entitas dapat melakukan aktivitas melalui berbagai rupa struktur administratif desa dan struktur organisasi desa. LK Desa harus memungkinkan para pengguna LK memperoleh pandangan menyeluruh (whole seeing) tentang kinerja entitas desa, posisi keuangan desa, aktivitas pembiayaan dan investasi desa termasuk kepatuhan terhadap RPJM, rencana kerja tahunan dana anggaran desa, sesuai peraturan desa dan kebijakan strategis desa. Desa harus mengelola utang desa secara baik, karena utang desa tidak dijamin kabupaten. Pertimbangan karakteristik keuangan meliputi besar entitas yang direfleksikan oleh besar nilai aset, jumlah karyawan/aparat, hubungan dagang dan utang-piutang dengan entitas lain di luar desa. Implikasi konsep entitas pelaporan yang mendapat alokasi sumber daya alam nasional, misalnya izin tambang, HPH, dan lain-lain berdasarkan PP wajib membuat LKBU bagi pemerintah. Entitas desa yang bertransaksi secara luas dengan publik dan bertanggung jawab secara hukum atas transaksinya, misalnya penjualan hasil hutan menyebabkan desa mempunyai potensi menjadi entitas pelaporan LK. Sebuah entitas desa dapat mempunyai berbagai sumber pendapatan serta bagai segmen kegiatan dan segmen geografis yang dipertanggungjawabkan dalam LK Desa. Entitas pelaporan LK Desa dapat menggunakan asumsi kesinambungan usaha (going concern) sesuai SAP tanpa perlu khawatir atas kemungkinan peleburan atau pemekaran desa di masa yang akan datang. Tanpa peduli posisi entitas desa sebagai entitas pengendali atau entitas kendalian, masing-masing entitas wajib membuat LKBU. KESIMPULAN
Kesimpulan menurut kami adalah desa layak menjadi entitas pelaporan LK
Desa. Faktor yang paling utama adalah dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai tonggak pengembalian otonomi desa yang paling sejati dan menjadikan desa sebagai subjek kepemerintahan NKRI, bukan lagi menjadi objek kepemerintahan. Hal ini menyangkut perihal bahwasanya desa sebagai entitas desa yang dianggap dan diakui dapat mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan desanya dengan segala potensi desa yang dimiliki dan dengan adanya aset desa, maka sudah selayaknya desa memiliki pelaporan keuangan. Faktor pendukung lainnya adalah desa memenuhi syarat sebagai entitas ekonomi dan entitas hukum, desa wajib membuat LKBU karena sebagai pemilik serta hak atas sumber daya alam desa, terdapat banyak pengguna potensial LK Desa, adanya kewajiban atau utang desa, dan entitas desa dapat mempunyai berbagai sumber pendapatan serta beragai segmen kegiatan dan segmen geografis yang nantinya seharusnya dipertanggungjawabkan dalam LK Desa. Desa adalah perwujudan sejati NKRI, sebagai sebuah negara kesatuan terdiri atas sekumpulan desa, peningkatan kesejahteraan desa (bukan sekadar kota besar) adalah perwujudan demokrasi ekonomi bagi rakyat banyak, PDB desa dan pendapatan per kapita desa adalah perwujudan tingkat hidup sejati bangsa Indonesia (bukan sekadar UMR), karena itu modernisasi produktif (bukan konsumtif), sistem demokrasi serta rerata pendidikan angkatan kerja di desa adalah segalanya. Dari berbagai argumen tersebut di atas, desa bukan entitas akuntansi kabupaten, desa berderajat sebagai entitas pelaporan LK Desa, berderajat setara kabupaten sebagai entitas pelaporan LK Pemerintahan.