Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MATERI BAB 4

MENIMBANG KELAYAKAN DESA SEBAGAI ENTITAS


PELAPORAN AKUNTANSI

Dosen Pengampu : Latifah Putranti, S.E., M.Sc.

Disusun oleh:
Sumaryadi (17133200156)
Valsa Ayunda Tisya (17133200176)
Arina Dwi Safitri (17133200178)

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020
Sejak diberlakukannya UU Nomor 6 Tahun 2014, desa diangkat menjadi
subjek kepemerintahan yang semula berstatus objek kepemerintahan. Hal ini
menjadi tonggak reformasi desa bersifat otonomi paling sejati. Dengan adanya
undang-undang tersebut memunculkan sumber dana yang diperuntukkan bagi
pengelolaan keuangan desa yang terbagi dua, yakni Alokasi Dana Desa (ADD)
yang bersumber dari 10% dari alokasi APBD Kabupaten/Kota dan Dana Desa
(DD) yang bersumber dari APBN. Setiap hak dan kewajiban desa akan
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa.
Pengelolaan keuangan desa ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban. Dengan adanya undang-undang dan sumber
dana tersebut, maka desa sudah seharusnya menjadi entitas pelaporan LK dan
desa berkewajiban menyelenggarakan akuntansi yang mendukung akuntabilitas
dan transparansi kepada publik. Oleh karena itu, kelayakan desa menjadi entitas
pelaporan keuangan (LK) akan dibahas lebih lanjut pada rangkuman materi bab
ini.

A. Status Hukum Sebuah Entitas Desa


Sebuah suku terbentuk oleh beberapa desa, maka tiap desa tersebut adalah
daerah hukum adat yang mandiri (daerah Toraja, Kepulauan Ternate).
Keluarga/famili/stam/stamdorpeni/juju/soa/etnate/hoana/fegnolin/fugmolin/ifan/
taranak dapat berupa masyarakat hukum atau bukan. Suku sebagai masyarakat
hukum, dibawahnya adalah famili juga sebagai masyarakat hukum, keluarga
dalam famili dan orang perseorangan adalah pihak yang berhak karena hukum
(Buru, Seram). Gabungan dusun di atas suku di daerah Buru disebut fogmolin
(zaman dahulu Minangkabau, Minahasa).
Konsep tentang entitas pelaporan dan/atau entitas akuntansi, konsep
Standar Akuntansi Pemerintahan Desa secara vertikal perlu menjelaskan
perbedaan ke atas antara (1) desa dengan bagian organisasi kewilayahan terkecil
pemerintah daerah kabupaten atau kota mandiri, dan perbedaan ke bawah antara
(2) desa dengan sub bagian organisasi desa yang berada di bawah desa, seperti
dusun, dukuh, desa, sosor, ampean, kampung, cantilan, dan lain sebagainya.
Secara horizontal, terdapat istilah lain selain istilah desa, mungkin entitas
lain setara desa, seperti persekutuan dusun, gabungan dusun, desi, dusun-dati,
gampong, kuta, uta, mendapo, distrik (pemerintah penjajahan Belanda) dan lain
sebaganya. Terdapat pula berbagai istilah perdikan desa, seperti desa merdeka,
mijen, pakuncen, dan muntilan, yang berpotensi menjadi entitas pelaporan LK.
Untuk keperluan akuntansi desa, berbagai entitas di atas entitas LK Desa
adalah sebagai berikut :
1. Pemeritah pusat, kementerian tertentu, dan lembaga tertentu.
2. Pemerintah daerah provinsi.
3. Pemerintah daerah kabupaten atau kota.
4. Kecamatan sebagai wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota yang
dipimpin seorang camat.
5. Desa induk
Jenis entitas LK Desa adalah sebagai berikut :
1. Entitas desa terdiri atas desa dan desa adat.
2. Terdapat kelompok entitas desa tertinggal, dibawah pengaturan, pengawasan,
dan pembinaan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Terting Transmigrasi.
3. Bukan entitas desa, adalah desa persiapan dan kelurahan dalam proses
menjadi desa.
4. Berbagai kemungkinan pembentukan, penggabungan, penghapusan, dan
perubahan status entitas.
5. Desa dan entitas bukan desa menjadi entitas desa, adalah sebagai berikut :
desa adat berubah menjadi desa dan sebaliknya, kelurahan berubah menjadi
desa atau desa adat, penggabungan beberapa desa, pemekaran menjadi lebih
dari satu desa, desa dan/atau desa adat secara hukum dihapus karena
penduduknya habis keluar desa, sebuah msyarakat misalnya transmigran
membentuk sebuah desa serta desa induk adalah sebuah desa,demikian
halnya dengan desa anak adalah sebuah desa

Kesinambungan entitas desa (going concern) berada di tangan gubernur


dan bupati/wali kota atau desa itu sendiri. Pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota dapat melakukan penataan entitas desa, meliputi : pembentukan,
penghapusan, penggabungan, perubahan, dan penetapan desa karena bencana
alam atau kepentingan nasional dalam hal ini program nasional sesuai Pasal 9 UU
Nomor 6 Tahun 2014.
Secara kasatmata sebuah entitas desa dalam konteks kewilayahan
merupakan sebuah wilayah yang memenuhi kaidah kartografis sesuai Pasal 12 PP
Nomor 43 Tahun 2014 dan Nomor 47 Tahun 2015 ayaiu : (1) berada dalam
wilayah kabupaten/kota dan (2) merupakan bagian wilayah entias kabupaten/kota.
Sesuai UU Nomor 6 Tahun 2014, desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota.
Oleh karena berada pada wilayah sebuah kabupaten, batas desa harus kasatmata.
Selain itu, secara kasatmata desa dapat menjadi wilayah perdagangan bebas,
pelabuhan bebas, kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi, kawasan
baru, kawasan ekonomi khusus, dan lain sebagainya sesuai Pasal 360 UU Nomor
23 Tahun 2014. Oleh karena secara kasatmata terlihat perbatasan desa, maka
pungutan desa dapat dibentuk dalam wilayah desa tersebut.
Pimpinan entitas desa serupa dengan direktur utama korporasi adalah
kepala desa dan memperoleh imbalan kerja dari APBN/APBD. Kepala desa dan
perangkat desa memperoleh: (1) penghasilan tetap dari dana perimbangan dalam
APBD kabupaten/kota, (2) menerima tunjangan bersumber dari APB Desa, (3)
jaminan kesehatan dan penerimaan lain. Perubahan status hukum entitas adalah
sebagai berikut.
1. Desa adat dapat berubah menjadi desa atau kelurahan, atau sebaliknya
2. Sebuah desa dapat berinisiatif sendiri menjadi kelurahan dan sebaliknya
3. Sebuah desa dapat dimekarkan menjadi dua desa
4. Dua desa dapat berinisiatif sendiri untuk bergabung menjadi sebuah desa,
5. Sebuah kelurahan dapat berubah status sebagian atau seluruhnya menjadi
6. Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan desa pada kawasan strategis
seperti perbatasan, pembentukan desa hasil transmigrasi, atau program lain
7. Perubahan status kelurahan menjadi status desa, menyebabkan pengakuan
awal aset desa yang berasal dari aset/kekayaan kabupaten/kota dan
sebaliknya.
8. Perubahan status kelurahan menjadi status desa adat, harus melalui status
desa. Sebaliknya. hal ini menyebabkan pengakuan awal aset desa yang
berasal dari aset/kekayaan kabupaten/kota, lalu diserahkan kepada desa
adat dan begitupun sebaliknya dalam perubahan status desa adat menjadi
kelurahan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 berhasil menggabungkan fungsi self
governing commumity dengan local self goverment, sehingga desa memenuhi
syarat entitas pelaporan, karena mempunyai bentuk umum desa menurut
peraturan perundang-undangan.
B. Argumen Desa Sebagai Entitas Pelaporan LK
 Desa memenuhi syarat kepemilikan aset dan pengendalian mandiri dari dan
untuk masyarakat desa.
 Desa memenuhi syarat sebagai entitas ekonomi (sekelompok entitas yang
terdiri atas entitas pengendali dan satu atau lebih entitas kendalian).
 Desa memenuhi syarat sebagai entitas hukum, karena didirikan secara hukum
dengan sebutan desa dan bernama unik.
 Desa dapat menerbitkan laporan keuangan bertujuan umum (LKBU) yang
dibutuhkan untuk konsumsi pemangku kepentingan yang luas.
 Setiap entitas yang menjadi entitas pelaporan, wajib menyiapkan LKBU.
Entitas pelaporan LK Desa wajib memperkirakan adanya pemakai LK
yang bergantung pada LKBU untuk memperoleh informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan ekonomi, termasuk permintaan dan penetapan
pertanggungjawaban warga desa, pemerintah pusat dalam hal ini kementerian
tertentu, investor, dan mitra kerja sama pemerintahan desa terhadap
pengelolaan entitas desa. Banyak pengguna LK meminta informasi keuangan
tentang kelompok kegiatan bisnis tertentu dan banyaknya permintaan
informasi keuangan teraudit ini menyebabkan dan memicu lahirnya entitas
pelaporan LK.
 Pengguna potensial LK Desa adalah: (a) pihak yang menyediakan sumber
daya yang kemudian dikendalikan oleh entitas, misalnya, dana desa dan dana
pendampingan desa dari BUN, BUD, deposan, afiliasi, anggota serik dagang,
dan kreditur, (b) pihak yang menerima barang, jasa, manfaat dari entitas desa,
misalnya produsen dan konsumen, (c) pihak yang wajib melakukan jasa
pengawasan atau jasa review mewakili anggota masyarakat bahkan NKRI,
misalnya BPK, BPKP, SPI Kabupaten, regulator, grup komunitas, dan media
massa.
 Banyak dari para pengguna LK tidak mampu memberi perintah penyiapan
informasi keuangan yang mereka butuhkan, sehingga mereka bergantung pada
LKBU yang disiapkan entitas.
Entitas LKBU wajib mengungkapkan informasi yang relevan dengan
kebutuhan informasi para pengguna LK dan LKBU juga wajib menyajikan
informasi untuk membantu pembebasan kewajiban akuntabilitas para
pengelola entitas tersebut. Laporan keuangan bertujuan umum untuk sebuah
entitas harus mencakupi semua entitas yang dikendalikan olehnya, misalnya
BUMA Pasar Desa, dan Balai Lelang Desa. Entitas dapat melakukan
aktivitas melalui berbagai rupa struktur administratif desa dan struktur
organisasi desa.
LK Desa harus memungkinkan para pengguna LK memperoleh
pandangan menyeluruh (whole seeing) tentang kinerja entitas desa, posisi
keuangan desa, aktivitas pembiayaan dan investasi desa termasuk kepatuhan
terhadap RPJM, rencana kerja tahunan dana anggaran desa, sesuai peraturan
desa dan kebijakan strategis desa.
 Desa harus mengelola utang desa secara baik, karena utang desa tidak
dijamin kabupaten.
Pertimbangan karakteristik keuangan meliputi besar entitas yang
direfleksikan oleh besar nilai aset, jumlah karyawan/aparat, hubungan dagang
dan utang-piutang dengan entitas lain di luar desa. Implikasi konsep entitas
pelaporan yang mendapat alokasi sumber daya alam nasional, misalnya izin
tambang, HPH, dan lain-lain berdasarkan PP wajib membuat LKBU bagi
pemerintah. Entitas desa yang bertransaksi secara luas dengan publik dan
bertanggung jawab secara hukum atas transaksinya, misalnya penjualan hasil
hutan menyebabkan desa mempunyai potensi menjadi entitas pelaporan LK.
 Sebuah entitas desa dapat mempunyai berbagai sumber pendapatan serta
bagai segmen kegiatan dan segmen geografis yang dipertanggungjawabkan
dalam LK Desa.
Entitas pelaporan LK Desa dapat menggunakan asumsi kesinambungan
usaha (going concern) sesuai SAP tanpa perlu khawatir atas kemungkinan
peleburan atau pemekaran desa di masa yang akan datang. Tanpa peduli
posisi entitas desa sebagai entitas pengendali atau entitas kendalian,
masing-masing entitas wajib membuat LKBU.
KESIMPULAN

Kesimpulan menurut kami adalah desa layak menjadi entitas pelaporan LK


Desa. Faktor yang paling utama adalah dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagai tonggak pengembalian otonomi desa yang paling sejati
dan menjadikan desa sebagai subjek kepemerintahan NKRI, bukan lagi menjadi objek
kepemerintahan. Hal ini menyangkut perihal bahwasanya desa sebagai entitas desa
yang dianggap dan diakui dapat mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan
desanya dengan segala potensi desa yang dimiliki dan dengan adanya aset desa, maka
sudah selayaknya desa memiliki pelaporan keuangan. Faktor pendukung lainnya
adalah desa memenuhi syarat sebagai entitas ekonomi dan entitas hukum, desa wajib
membuat LKBU karena sebagai pemilik serta hak atas sumber daya alam desa,
terdapat banyak pengguna potensial LK Desa, adanya kewajiban atau utang desa, dan
entitas desa dapat mempunyai berbagai sumber pendapatan serta beragai segmen
kegiatan dan segmen geografis yang nantinya seharusnya dipertanggungjawabkan
dalam LK Desa.
Desa adalah perwujudan sejati NKRI, sebagai sebuah negara kesatuan terdiri
atas sekumpulan desa, peningkatan kesejahteraan desa (bukan sekadar kota besar)
adalah perwujudan demokrasi ekonomi bagi rakyat banyak, PDB desa dan pendapatan
per kapita desa adalah perwujudan tingkat hidup sejati bangsa Indonesia (bukan
sekadar UMR), karena itu modernisasi produktif (bukan konsumtif), sistem demokrasi
serta rerata pendidikan angkatan kerja di desa adalah segalanya. Dari berbagai
argumen tersebut di atas, desa bukan entitas akuntansi kabupaten, desa berderajat
sebagai entitas pelaporan LK Desa, berderajat setara kabupaten sebagai entitas
pelaporan LK Pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai