Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok

• M. Gantang Alfiandito 41183506220012


• Ari Wibisono 41183506220040
• Ravi Arvia Daniswara 41183506220045

1. BAB IX PENGATURAN DESA PADA MASA REFORMASI (TAHUN 1999-2004) dan


BAB X PENGATURAN DESA SETELAH PERUBAHAN UNDANG UNDANG DASAR
1945 (TAHUN 2004-2013). pada Buku Hukum Pemerintahan Desa !
2. Kedudukan Desa dan Pemerintah Desa

3. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

4. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

5. Mekanisme Pengelolaan Pemerintahan Desa , Pemilihan Kepala Desa, Pengangkatan


Perangkat Desa dan Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD). (no. 2,3,4 dan 5
sumber bacaan pada buku Seri Buku Saku UU Desa Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa

Jawab

1.

Bab IX membahas berbagai aspek pemerintahan desa, seperti tanggung jawab kepala
pemerintahan desa kepada rakyat, peran Badan Perwakilan Desa, pengaturan keuangan dan
pendapatan desa, dan pengelolaan keuangan desa. Beberapa poin penting yang dapat
disorot dari bab ini antara lain:

a) Tanggung Jawab Kepala Pemerintahan Desa: Pasal 102 menetapkan bahwa kepala
pemerintahan desa, melalui Badan Perwakilan Desa, bertanggung jawab kepada rakyat
dan harus melaporkan kepada bupati tentang pelaksanaan tugas.
b) Peran Badan Perwakilan Desa: Badan Perwakilan Desa memainkan peran penting dalam
mewakili kebutuhan masyarakat, terutama selama proses pembuatan perencanaan
pembangunan desa. Selain itu, mereka memiliki otoritas untuk mengambil inisiatif untuk
mengajukan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD).
c) Keuangan dan Pendapatan Desa: Alokasi Dana Desa (ADD) diperkenalkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005,
yang memberikan hak kepada desa untuk mendapatkan alokasi keuangan negara. Hal ini
meningkatkan otoritas kepala desa atas pengelolaan keuangan.
d) Perencanaan Pembangunan Desa: Proses ini mencakup pemerintah desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan warga. Namun, ada kelemahan dalam peraturan pemerintah
yang tidak menegaskan bahwa desa harus diberi hak dan otoritas yang memadai.
e) Pengelolaan Keuangan Desa: Meskipun kepala desa memiliki peran sebagai pemegang
kekuasaan dalam pengelolaan keuangan desa, peraturan bupati atau walikota
menetapkan aturan untuk penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran desa serta
pertanggungjawaban atas pelaksanaannya.
f) Dampak Birokratisasi: Birokratisasi dapat membawa kepala desa ke arah birokrasi yang
lebih kompleks dan menjauhkan mereka dari rakyat. Ini juga dapat menyebabkan
kecemburuan sosial di kalangan perangkat desa dan mengubah orientasi pengabdian
sekretaris.
Bab IX membahas semua aspek pemerintahan desa, seperti tanggung jawab, peran
Badan Perwakilan Desa, keuangan dan pendapatan desa, perencanaan pembangunan
desa, pengelolaan keuangan desa, dan efek birokratisasi. Ini menunjukkan upaya untuk
meningkatkan pemerintahan desa dan menjamin bahwa masyarakat terlibat dalam proses
pengambilan keputusan tentang pembangunan desa.

Bab X membahas perencanaan pembangunan desa di Indonesia. Beberapa topik


yang dibahas ini termasuk skema perencanaan pembangunan desa, fungsi lembaga
kemasyarakatan dan perangkat desa, pengelolaan keuangan desa, birokratisasi desa, dan
berbagai jenis perencanaan desa.

Sebenarnya, skema perencanaan pembangunan desa hanya mengulangi model


perencanaan yang sudah ada sebelumnya, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa.
Namun, skema ini mengandung kelemahan dan distorsi, terutama karena partisipasi
masyarakat di tingkat desa yang rendah dan, yang lebih penting, Desa tidak memiliki kekuatan
dan otoritas yang memadai dalam sistem perencaan. Pemerintah kabupaten menentukan,
tetapi desa hanya mengusulkan. Ketidakjelasan tentang bagaimana kewenangan dibagi
antara desa dan kabupaten adalah sumber dari semua masalah ini.

Sepertinya lembaga kemasyarakatan desa seperti Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan,


RT/RW, Karang Taruna, dan lainnya memiliki kekuatan yang besar terhadap lembaga
kemasyarakatan. Ini sepertinya akan memberikan ruang bagi masyarakat sipil desa untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan. Namun, dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Daerah yang menindaklanjuti, ada beberapa risiko yang mungkin
muncul. Ini adalah lembaga baru dan satu-satunya lembaga yang bekerja sama dengan
pemerintah desa untuk merancang, menerapkan, dan mengevaluasi pembangunan.

Perangkat desa yang dibentuk oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 berbeda dengan
perangkat desa yang dibentuk oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Perangkat desa
yang dibentuk oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdiri dari sekretaris desa dan
perangkat desa lainnya. Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menetapkan
bahwa pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan harus menjabat sebagai sekretaris
desa. Dalam penjelasan pasal tersebut juga disebutkan bahwa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, sekretaris desa yang ada yang sebelumnya bukan pegawai negeri sipil
akan secara bertahap diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Oleh karena itu, ada dua opsi:
Men-Sekdes-kan PNS atau Mem-PNS-kan Sekdes.

Menurut Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, jenis perencanaan desa
terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD), yang berlangsung
selama lima tahun, dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa), yang berfungsi
sebagai penjabaran dari RPJMD, yang berlangsung selama satu tahun. Meskipun sistem
perencanaan ini memberikan tanggung jawab dan beban kepada Desa, itu tidak memberikan
kekuatan atau kekuatan. Menyusun RPJMD adalah ide yang bagus, tetapi itu juga menjadi
tantangan jika Desa tidak memiliki hak dan otoritas yang memadai. Menurut Pasal 65
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, perencanaan pembangunan desa harus
didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini
memaksa desa untuk melakukan perubahan dalam pendataan dan administrasi mereka.

2.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menetapkan posisi dan pemerintahan
desa sebagai entitas masyarakat hukum adat. Menurut Undang-Undang tersebut, desa
memiliki kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, dan tugas
pembantuan untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintahan desa
adalah bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bertanggung jawab atas urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat.
Perangkat desa dan kepala desa, masing-masing, bertanggung jawab atas pemerintahan
desa.
Selain itu, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup urusan pemerintahan yang
sudah ada sejak awal berdirinya desa, urusan pemerintahan yang diserahkan pengaturannya
kepada kabupaten atau kota, tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota, serta urusan pemerintahan lainnya yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, status desa sebagai entitas masyarakat hukum adat memungkinkan
pemerintahan desa untuk mengelola urusan pemerintahan dan kepentingan lokal dalam
sistem pemerintahan Republik Indonesia.

3.

A. Penyelenggaran Pemerintahan Desa

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa
(Kepala Desa dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (Bamusdes)
tergabung dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala Desa memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa, dan Bamusdes melakukan musyawarah desa untuk
memutuskan hal-hal strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan menyusun
kebijakan pemerintahan desa bersama Kepala Desa. Mereka bekerja secara seimbang dan
profesional, melakukan konsultasi, koordinasi, dan bekerja sama dalam hal penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa, dengan musyawarah desa sebagai forum tertinggi
dalam pengambilan keputusan strategis

Untuk memastikan bahwa kegiatan pemerintahan di kelurahan atau desa berjalan dengan
lancar dan efektif, penyelenggaran pemerintahan desa adalah proses pengorganisasian dan
pengelolaan kegiatan pemerintahan. Proses ini termasuk pembuatan rencana pembangunan
desa, pengawasan penggunaan anggaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan
komunikasi dengan masyarakat.

B. Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi pemerintahan desa, ada beberapa badan pemerintahan, termasuk
Lembaga Pemerintahan Desa (LPD), Badan Pengawas Pemerintahan Desa (BPP), dan
Badan Pengelola Sumber Daya Desa (BPSDD). LPD berfungsi sebagai badan pimpinan
pemerintahan desa dan bertanggung jawab atas pengelolaan kegiatan pemerintahan,
sementara BPP bertanggung jawab atas pengawasan kegiatan pemerintahan.

C. Tata Cara Pengelolaan Anggaran Pemerintah Desa

Untuk memastikan bahwa anggaran pemerintahan desa digunakan secara efektif dan efisien,
tata cara pengelolaan anggaran pemerintahan desa mencakup elemen seperti pembuatan
rencana anggaran, pemantauan penggunaan anggaran, pengelolaan sumber daya manusia,
dan laporan keuangan.

D, Komunikasi Masyarakat dengan Pemerintah Desa

Komunikasi masyarakat dengan pemerintahan desa adalah cara masyarakat berkomunikasi


dengan badan pemerintahan desa. Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan bahwa
masyarakat terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan yang
berkaitan dengan pemerintahan desa. Desa dapat mengkomunikasikan ini melalui berbagai
media, seperti rapat, surat kabar desa, sosial media, dan teguran masyarakat.

4.

Pedoman utama untuk operasi pemerintahan desa di Indonesia adalah Asas Penyelenggaran
Pemerintahan Desa, atau APD. APD membantu mengelola pemerintahan desa dan
memberikan layanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat setempat. Tujuan dari
reformasi desentralisasi adalah untuk meningkatkan otonomi dan akuntabilitas pemerintah
desa. Kebijakan ini pertama kali diterapkan pada tahun 2015.

• Komponen Asas Penyelenggaran Pemerintahan Desa

APD terdiri dari beberapa komponen utama yang menjelaskan struktur, fungsi, dan proses
pemerintahan desa. Komponen-komponen ini termasuk:

a) Struktur Pemerintahan Desa: Komponen ini menjelaskan peran, tanggung jawab, dan
hubungan antara dewan desa, sekretaris desa, dan kepala desa. Perencanaan
Pembangunan Desa: Komponen ini berfokus pada pembuatan dan pelaksanaan
rencana pembangunan tingkat desa yang sesuai dengan agenda pembangunan
provinsi dan nasional.
b) Pengelolaan Keuangan Desa: Bagian ini berbicara tentang pengelolaan keuangan
desa, yang mencakup pengumpulan pendapatan, penganggaran, dan pelacakan
pengeluaran.
c) Penyelenggaraan Pelayanan Publik: Bagian ini membahas prosedur dan standar
penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat desa, seperti pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur.
d) Partisipasi Masyarakat: Bagian ini menekankan betapa pentingnya bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pemerintahan desa dengan mempromosikan transparansi,
akuntabilitas, dan daya tanggap.

• Dampak Dari Asas Penyelenggaran Pemerintahan Desa

Di Indonesia, penerapan APD telah membawa banyak manfaat bagi tata kelola desa,
termasuk:

a) Peningkatan Otonomi dan Akuntabilitas: APD telah meningkatkan kualitas dan


efisiensi pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dengan
menetapkan standar dan prosedur yang jelas. Ini telah meningkatkan akuntabilitas dan
daya tanggap pemerintah desa.
b) Peningkatan Partisipasi Masyarakat: APD telah meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pemerintahan desa dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
Pengelolaan Sumber Daya yang Lebih Baik: APD telah meningkatkan pengelolaan
keuangan dan sumber daya desa untuk memastikan pembangunan yang lebih efisien
dan berkelanjutan.

5.

A. Mekanisme Pengelolaan Pemerintahan Desa

Sistem yang digunakan untuk mengelola pemerintahan desa mencakup beberapa aspek
penting, antara lain:

a) Perencanaan Pemerintahan Desa: Pemerintah desa harus membuat perencanaan


pembangunan desa (RPJM Desa dan RKP Desa) untuk berbagai program dan
kegiatan yang berkaitan dengan urusan pemerintahan, pembangunan, pembinaan
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Setelah memiliki dokumen perencanaan
pembangunan desa, pemerintah desa kemudian menyusun perencanaan anggaran
(RAPB Desa)
b) Pengorganisasian Kelembagaan Pemerintahan Desa: Pemerintah desa
mengorganisasikan kelembagaan yang ada di desa dan mengatur hubungan dengan
pemerintah desa dengan tujuan menjadi mitra dalam pembangunan desa.
Pembangunan, pemberdayaan, dan pembinaan masyarakat desa bergantung pada
peran kelembagaan masyarakat desa.
c) Penggunaan Sumber Daya: Manajemen sumber daya pemerintahan desa mencakup
sumber daya aparatur, sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya sosial,
sumber daya keuangan, dan peralatan. Untuk memaksimalkan kinerja pemerintahan,
sangat penting untuk membagi tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah desa.
Selain itu, salah satu aspek pengelolaan pemerintahan desa adalah mengatur sumber
daya, aset, dan potensi desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d) Pelaksanaan Urusan Rumah Tangga Pemerintahan dan Urusan Pemerintahan Umum:
Berdasarkan kewenangan dalam bidang pemerintahan desa, pemerintah desa
bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan rumah tangga pemerintahan dan urusan
pemerintahan umum.
e) Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan: Pengawasan dilakukan untuk
memastikan pemerintahan desa berjalan sesuai dengan kewenangannya dan
berdasarkan prinsip partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Oleh karena itu, mekanisme pengelolaan pemerintahan desa mencakup banyak aspek
penting untuk memastikan bahwa pemerintahan desa berjalan dengan baik, efisien, dan
berfokus pada pelayanan masyarakat dan pembangunan desa.

B. Pemilihan Kepala Desa

Salah satu proses penting dalam pengelolaan pemerintahan desa adalah pemilihan kepala
desa. Berikut adalah tahapan pemilihan:

a) Pembentukan Panitia Pemilihan: Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus


membentuk panitia pemilihan kepala desa dalam waktu 15 hari terhitung sejak
pemecatan kepala desa.
b) Pengajuan Biaya Pemilihan: Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak penubuhan
panitia, panitia pemilihan harus mengajukan biaya pemilihan dengan beban APB Desa
kepada penjabat kepala desa.
c) Pengumuman dan Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa: Dalam waktu 15 hari,
panitia pemilihan mengumumkan dan membuka pendaftaran calon kepala desa.
d) Penelitian Kelengkapan Persyaratan Administrasi Bakal Calon: Dalam jangka waktu 7
hari, panitia pemilihan melakukan penelitian tentang kelengkapan persyaratan
administrasi bakal calon.
e) Penetapan Calon Kepala Desa: Panitia pemilihan menetapkan calon kepala desa
secara bertahap, dengan paling sedikit dua calon dan paling banyak tiga calon yang
dimintakan pengesahan musyawarah desa untuk dipilih dalam Musyawarah Desa.
f) Musyawarah Desa: Musyawarah Desa dilakukan paling lama dalam jangka waktu 6
bulan terhitung sejak kepala desa diberhentikan untuk memilih kepala desa baru.
Masyarakat desa memilih calon kepala desa yang diusulkan oleh panitia pemilihan
dalam musyawarah desa tersebut.

Untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa, pegawai negeri sipil harus mendapatkan izin
tertulis dari pejabat pembina kepegawaian. Jika mereka terpilih, mereka akan dibebaskan dari
jabatannya sebagai pegawai negeri sipil untuk sementara waktu tanpa kehilangan hak mereka
sebagai pegawai negeri sipil. Perangkat desa yang mencalonkan diri sebagai kepala desa
diberi cuti dari tanggal terdaftar sebagai calon sampai dengan selesainya proses pemilihan
calon terpilih.

C. Pengangkatan Perangkat Desa

a) Perangkat desa dipilih dari warga yang memenuhi persyaratan berikut:


b) Memiliki pendidikan menengah umum paling rendah atau sekolah menengah;
c) Berusia antara 20 dan 42 tahun;
d) Terdaftar sebagai penduduk desa dan tinggal di sana paling kurang 1 tahun sebelum
pendaftaran; dan
e) Syarat lain yang ditetapkan oleh peraturan daerah kabupaten/kota.

Syarat lain antara lain :

a) Kepala desa mencari kandidat untuk perangkat desa


b) Kepala desa berkonsultasi dengan camat atau orang lainterkait pengangkatan
perangkat desa
c) Konsultasi dengan kepala desa tentang rekomendasi tertulis dari camat atau nama
lain mengenai calon perangkat desa
d) Keputusan kepala desa menggunakan rekomendasi tertulis dari camat atau nama lain
sebagai dasar pengangkatan perangkat desa.

D. Anggota Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )

Ada badan permusyawaratan desa (BPD), lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan,
yang anggotanya adalah wakil dari penduduk desa yang dipilih secara demokratis. Untuk
anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

a) Jumlah Anggota: Anggota BPD harus memiliki jumlah gasal antara 5 (lima) dan 9
(sembilan) orang, tergantung pada wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan
keuangan desa.
b) Masa Keanggotaan: Keanggotaan BPD berlangsung selama enam tahun, dimulai
pada tanggal pengucapan sumpah janji.
c) Fungsi: BPD menjaga adat istiadat, membahas dan menyetujui Rancangan Peraturan
Desa dengan kepala desa, menerima dan menyebarkan aspirasi masyarakat, dan
mengawasi operasi pemerintah desa.
d) Musyawarah Desa: BPD juga ikut serta dalam Musyawarah Desa sebagai alat
pengambilan keputusan bersama di tingkat desa untuk menciptakan suasana
kehidupan pemerintahan yang demokratis dan partisipatif.

BPD meningkatkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat serta meningkatkan kinerja


kelembagaan di tingkat desa. Pemerintah Desa dan/atau BPD mendukung musyawarah desa
sebagai cara untuk menerapkan demokrasi Pancasila dan berkedudukan sejajar. Mereka juga
menjadi mitra pemerintah desa dan berbicara tentang dan menyetujui kebijakan yang
berkaitan dengan pemerintahan desa.

Anda mungkin juga menyukai