Anda di halaman 1dari 5

Kelompok Pencari Ilmu

Nama :

1. Ari Wibisono 41183506220040

2. M. Gantang Alfiandito 41183506220012

1. Jelaskan tentang kedudukan desa dalam UU No. 6 Tahun 2014, serta pelaksanaan

kewenangannya !

2. Jelaskan intisari artikel (lihat di GC) tentang EKSISTENSI PEMERINTAHAN DESA

DITINJAU DARI PERSPEKTIF ASAS SUBSIDIARITAS DALAM UNDANG-UNDANG


NOMOR

6 TAHUN 2014 TENTANG DESA.

3. Jelaskan pemerintahan desa dalam perspektif otonomi daerah!

4. Jelaskan perbedaan desa & desa adat sesuai UU Desa ! berikan contohnya !

Jawab

1.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan landasan hukum
bagi pemerintahan desa di Indonesia. Berikut adalah penjelasan tentang kedudukan desa
dalam UU No. 6 Tahun 2014 dan kewenangan pelaksanaannya:

1. Kedudukan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014:

a) Entitas Hukum: Desa diakui sebagai entitas hukum yang memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat, serta
pembangunan di wilayahnya.
b) Otonomi dan Kemandirian: Desa diberikan otonomi dan kemandirian dalam
mengelola urusan pemerintahannya sesuai dengan prinsip otonomi dan kemandirian
serta asal usul dan karakteristik masyarakat hukum adat dan masyarakat hukum
adat istiadat.
c) Dewan Perwakilan Rakyat Desa (DPRD): Desa memiliki DPRD yang merupakan
perwakilan langsung dari rakyat desa dan memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan.
d) Kewenangan Desa: Desa diberikan kewenangan dalam berbagai bidang, termasuk
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, serta pengelolaan
keuangan desa.

2. Pelaksanaan Kewenangan Desa:

a) Pemerintahan Desa : Desa mempunyai kewenangan dalam menyelenggarakan


pemerintahan, baik yang bersifat umum maupun khusus sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa.
b) Pembangunan Desa: Desa memiliki kewenangan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan desa, termasuk penataan ruang dan lingkungan
hidup.
c) Pemberdayaan Masyarakat: Desa berperan dalam memberdayakan masyarakat
desa

2.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa: Eksistensi Pemerintahan Desa
dari Perspektif Asas Subsidiaritas

Dalam pemerintahan Indonesia, eksistensi pemerintahan desa sangat penting,


terutama setelah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa berlaku. Prinsip
subsidiaritas adalah salah satu aspek penting yang harus dipertimbangkan saat
mengevaluasi eksistensi pemerintahan desa.

Basis Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 tentang Subsidiaritas

Konsep hukum yang dikenal sebagai asas subsidiaritas menekankan bahwa otoritas
yang lebih rendah harus mengambil keputusan dan tindakan kecuali intervensi dari otoritas
yang lebih tinggi. Pemerintahan desa dapat mengelola urusan pemerintahan yang ada di
tingkat desa berdasarkan prinsip subsidiaritas, yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Pemerintahan Desa dalam Subsidiaritas


Kemampuan pemerintahan desa untuk mengelola urusan pemerintahan di tingkat
desa tanpa bantuan dari otoritas yang lebih tinggi adalah salah satu cara untuk menilai
eksistensi pemerintahan desa. Kemampuan ini mencakup kemampuan pemerintahan desa
untuk mengatur dan mengelola urusan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal.

Pentingnya Subsidiaritas dalam Pemerintahan Desa

Sejauh mana pemerintahan desa memiliki kemampuan untuk membuat keputusan


sendiri tanpa campur tangan dari otoritas yang lebih tinggi, termasuk pengelolaan sumber
daya alam, pengembangan ekonomi lokal, penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan,
serta berbagai urusan lain yang menjadi kewenangan pemerintahan desa.

Kesimpulan

Oleh karena itu, melihat keberadaan pemerintahan desa dari sudut pandang asas
subsidiaritas yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sangat penting untuk menentukan sejauh mana pemerintahan desa mampu mengelola
urusan pemerintahan di tingkat desa secara mandiri.

3.) Dalam perspektif otonomi daerah di Indonesia, pemerintahan desa memiliki


kedudukan kewenangan tertentu yang diakui dan diatur oleh Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. Otonomi daerah memperkuat kedudukan desa sebagai entitas
yang memiliki otonomi dan kemandirian dalam mengelola urusan pemerintahannya. Berikut
adalah beberapa aspek pemerintahan desa dalam konteks otonomi daerah:

1. Kedudukan Desa dalam Otonomi Daerah:

a) Entitas Hukum: Desa diakui sebagai entitas hukum yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat, serta pembangunan di wilayahnya.
b) Otonomi dan Kemandirian: Prinsip otonomi dan kemandirian desa memberikan
ruang gerak bagi desa untuk mengambil keputusan dan mengelola sumber daya
lokalnya sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.
c) Keterlibatan Masyarakat: Otonomi daerah mendorong partisipasi aktif masyarakat
desa dalam proses pengambilan keputusan. Desa yang diharapkan dapat
mencerminkan aspirasi dan kepentingan masyarakatnya.

2. Kewenangan Pemerintahan Desa :

a) Pemerintahan Umum: Desa memiliki kewenangan dalam menyelenggarakan


pemerintahan umum di tingkat desa, termasuk administrasi desa, penyelenggaraan
keamanan dan kesejahteraan, serta pelayanan dasar kepada masyarakat.
b) Pembangunan Desa: Desa memiliki kewenangan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan di tingkat desa. Ini mencakup pembangunan fisik,
ekonomi, sosial, dan lingkungan.
c) Pengelolaan Keuangan Desa: Desa memiliki otonomi dalam mengelola
keuangannya sendiri, termasuk penyusunan, pengesahan, dan pelaksanaan
APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa).

3. Pemberdayaan Masyarakat:

a) Partisipasi Masyarakat: Desa didorong untuk meningkatkan partisipasi aktif


masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan dan pengambilan keputusan di
tingkat desa.
b) Program Pemberdayaan: Desa dapat menyelenggarakan program pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan potensi warga dalam berbagai
bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
c) Transparansi dan Akuntabilitas: Desa diharapkan menjalankan pemerintahan dengan
transparansi dan akuntabilitas, termasuk terlibat dalam pemantauan masyarakat dan
evaluasi program pembangunan.
d) Otonomi daerah di Indonesia memberikan kesempatan bagi pemerintah desa untuk
berperan aktif dalam pembangunan daerahnya. Seiring dengan otonomi, desa
diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan menjaga serta mengembangkan nilai-nilai lokal dan
budaya.

4.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengakui dua bentuk desa,
yaitu desa dan desa adat. Berikut adalah perbedaan antara desa dan desa adat sesuai UU
Desa beserta contohnya:
1. Desa:

a) Definisi: Desa dalam UU Desa adalah unit pemerintahan dan pembangunan


masyarakat yang memiliki batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat, serta pembangunan di wilayahnya.
b) Pembentukan: Desa dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan kebijakan
pemerintah daerah dan aspirasi masyarakat setempat.
c) Pemerintahan: Desa memiliki pemerintahan yang dipimpin oleh kepala desa dan
DPRD desa yang merupakan perwakilan warga desa.
d) Pemilihan Kepala Desa: Kepala desa dipilih melalui pemilihan umum oleh warga
desa. Contoh: Desa Tegaldlimo, Desa Sumberagung.

2. Desa Adat:

a) Definisi: Desa adat adalah desa yang merupakan kesatuan masyarakat hukum adat
yang memiliki batas wilayah hukum adat dan sistem pemerintahan adat yang
dipimpin oleh kepala adat.
b) Pembentukan: Desa adat dapat diakui statusnya oleh pemerintah daerah setelah
memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki sistem hukum adat yang hidup, adat
istiadat yang berkembang, dan partisipasi dalam kepengurusan desa adat.
c) Pemerintahan Adat: Desa adat memiliki sistem pemerintahan adat yang dipimpin
oleh kepala adat, dan dalam UU Desa diakui sebagai bagian dari sistem
pemerintahan desa.
d) Pemilihan Kepala Adat: Kepala adat dipilih berdasarkan mekanisme adat dan tradisi
yang berlaku di desa adat tersebut.
Contoh: Desa Adat Sade di Lombok, Desa Adat Tana Toraja di Sulawesi Selatan.

Perlu diperhatikan bahwa desa adat diakui dan dilindungi oleh negara, termasuk hak-
hak masyarakat adatnya, dan tetap berada dalam sistem pemerintahan desa. Selain itu,
pemerintah daerah berkewajiban untuk melibatkan masyarakat adat dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan wilayah dan sumber daya alam di desa adat tersebut.

Sementara desa merupakan bentuk pemerintahan umum yang berlandaskan pada


asas otonomi dan pemberdayaan masyarakat, desa adat menekankan pada nilai-nilai adat
dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Anda mungkin juga menyukai