Nama :
1. Jelaskan tentang kedudukan desa dalam UU No. 6 Tahun 2014, serta pelaksanaan
kewenangannya !
4. Jelaskan perbedaan desa & desa adat sesuai UU Desa ! berikan contohnya !
Jawab
1.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan landasan hukum
bagi pemerintahan desa di Indonesia. Berikut adalah penjelasan tentang kedudukan desa
dalam UU No. 6 Tahun 2014 dan kewenangan pelaksanaannya:
a) Entitas Hukum: Desa diakui sebagai entitas hukum yang memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat, serta
pembangunan di wilayahnya.
b) Otonomi dan Kemandirian: Desa diberikan otonomi dan kemandirian dalam
mengelola urusan pemerintahannya sesuai dengan prinsip otonomi dan kemandirian
serta asal usul dan karakteristik masyarakat hukum adat dan masyarakat hukum
adat istiadat.
c) Dewan Perwakilan Rakyat Desa (DPRD): Desa memiliki DPRD yang merupakan
perwakilan langsung dari rakyat desa dan memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan.
d) Kewenangan Desa: Desa diberikan kewenangan dalam berbagai bidang, termasuk
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, serta pengelolaan
keuangan desa.
2.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa: Eksistensi Pemerintahan Desa
dari Perspektif Asas Subsidiaritas
Konsep hukum yang dikenal sebagai asas subsidiaritas menekankan bahwa otoritas
yang lebih rendah harus mengambil keputusan dan tindakan kecuali intervensi dari otoritas
yang lebih tinggi. Pemerintahan desa dapat mengelola urusan pemerintahan yang ada di
tingkat desa berdasarkan prinsip subsidiaritas, yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Kesimpulan
Oleh karena itu, melihat keberadaan pemerintahan desa dari sudut pandang asas
subsidiaritas yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sangat penting untuk menentukan sejauh mana pemerintahan desa mampu mengelola
urusan pemerintahan di tingkat desa secara mandiri.
a) Entitas Hukum: Desa diakui sebagai entitas hukum yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat, serta pembangunan di wilayahnya.
b) Otonomi dan Kemandirian: Prinsip otonomi dan kemandirian desa memberikan
ruang gerak bagi desa untuk mengambil keputusan dan mengelola sumber daya
lokalnya sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.
c) Keterlibatan Masyarakat: Otonomi daerah mendorong partisipasi aktif masyarakat
desa dalam proses pengambilan keputusan. Desa yang diharapkan dapat
mencerminkan aspirasi dan kepentingan masyarakatnya.
3. Pemberdayaan Masyarakat:
4.) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengakui dua bentuk desa,
yaitu desa dan desa adat. Berikut adalah perbedaan antara desa dan desa adat sesuai UU
Desa beserta contohnya:
1. Desa:
2. Desa Adat:
a) Definisi: Desa adat adalah desa yang merupakan kesatuan masyarakat hukum adat
yang memiliki batas wilayah hukum adat dan sistem pemerintahan adat yang
dipimpin oleh kepala adat.
b) Pembentukan: Desa adat dapat diakui statusnya oleh pemerintah daerah setelah
memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki sistem hukum adat yang hidup, adat
istiadat yang berkembang, dan partisipasi dalam kepengurusan desa adat.
c) Pemerintahan Adat: Desa adat memiliki sistem pemerintahan adat yang dipimpin
oleh kepala adat, dan dalam UU Desa diakui sebagai bagian dari sistem
pemerintahan desa.
d) Pemilihan Kepala Adat: Kepala adat dipilih berdasarkan mekanisme adat dan tradisi
yang berlaku di desa adat tersebut.
Contoh: Desa Adat Sade di Lombok, Desa Adat Tana Toraja di Sulawesi Selatan.
Perlu diperhatikan bahwa desa adat diakui dan dilindungi oleh negara, termasuk hak-
hak masyarakat adatnya, dan tetap berada dalam sistem pemerintahan desa. Selain itu,
pemerintah daerah berkewajiban untuk melibatkan masyarakat adat dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan wilayah dan sumber daya alam di desa adat tersebut.