Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Desa

Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 1 menjelaskan bahwa

Desa adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2.1.1.1 Ciri Desa

Dikutip dari Geografi Kota dan Desa (2014) karya Daldjoni, ada tiga ciri desa

yang bisa membedakannya dari kota. Berikut tiga ciri dan penjelasannya :

1. Desa dan masyarakatnya sangat dekat dengan alam. Kegiatan mereka sangat

bergantung pada iklim dan cuaca.

2. Penduduk desa merupakan satu unit kerja dan unit social. Dengan jumlah

yang tak besar, mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian.

3. Ikatan kekeluargaan penduduk desa lebih kuat dengan penduduk lain.

2.1.1.2 Unsur Desa

Menurut Bintarto (2014), desa mempunyai tiga unsur yakni :

9
10

1. Daerah

Dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak.Juga penggunaannya,

termasuk juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan lingkungan

geografi setempat.

2. Penduduk

Meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, rasio jenis kelamin, komposisi

penduduk, persebaran, dan kualitas penduduknya.

3. Tata Kehidupan

Ini berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan aspek budaya lainnya.

2.1.2 Pengertian Pemerintah Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2018 menjelaskan

bahwa pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan juga Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Pada Undang-

Undang No. 6 2014tentang desa, dijelaskan bahwa desa merupakan sebuah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dan juga UU Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan

pelaksanaannya telah mengamankan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam


11

mengelola pemerintah dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di

dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Untuk mengatur serta

menjalankan suatu kewenangan dalam mengatur desa disebut dengan pemerintah

desa, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat yang bertempat tinggal

di desa diperlukan pendapatan desa agar tujuan pembangunan tercapai.

Dalam konteks Desa, Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa, disebutkan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah yang berwenang untuk menagtur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

berada di Kabupaten/Kota. Dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk

atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah

3. Bagian wilayah kerja

4. Perangkat

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari

perangkat daerah Kabupaten/Kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat

daerah.Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih

luas.Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi

kelurahan. Kewenangan desa adalah :


12

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

asal-usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni

urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan

pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

5. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintah desa terdiri atas

pemerintah desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

6. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 5 tahun, dan dapat

diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.Kepala desa juga memiliki

wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan

bersama BPD.

7. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

oleh penduduk desa setempat.Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa

mengikuti Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005.Perangkat Desa

bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya.Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat


13

Desa lainnya.Salah satu perangkat desa adalah sekretaris desa, yang diisi

Pegawai Negri Sipil. Sekretaris desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya

diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan

keputusan kepala desa.Perangkat desa juga mempunyai tugas untuk

mengayomi kepentingan masyarakatnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai wewenang yang

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, antara

lain :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.

2. Mengerjakan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama

Badan Permusyawaratan Desa.

4. Menyusun dan mengerjakan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran

Pendapatan Belanja Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama Badan

Permusyawaratan Desa.

5. Membina kehidupan masyarakat desa.

6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan Perundang-

undangan.
14

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2.1.3 Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Permendagri Nomor 20 tahun 2018 pasal 6 menjelaskan bahwa

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa dengan periodisasi 1(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1

Januari sampai dengan 31 Desember. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa

dipegang oleh kepala desa, dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 menyatakan

bahwa dalam siklus pengelolaan keuangan desa merupakan tanggung jawab dan

tugas dari kepala desa dan pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa.

Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai

berikut :

2.1.3.1 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Adapun 5 siklus Pengelolaan Keuangan Desa, sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dalam Permendagri No 20 Tahun 2018 pasal 31 menjelaskan bahwa

Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa merupakan perencanaan

penerimaan dan pengeluaran pemerintahan.Desa pada tahun anggaran

berkenaan yang dianggarkan dalam APBDesa.


15

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 adalah

sebagai berikut :

a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Desa tentang APBDesa

berdasarkan RKPDesa. Kemudian Sekretaris Desa menyampaikan

kepada Kepala Desa.

b. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan Kepala

Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih

lanjut.

c. Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatan

tersebut paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati

bersama, kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 hari

sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota dapat

mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa

kepada camat atau sebutan lain.

e. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa

paling lama 20 hari kerja diterimanya Rancangan Peraturan Desa

tentang APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja Bupati/Walikota

tidak memberikan hasil evaluasi maka Peraturan Desa tersebut berlaku

dengan sendirinya.

f. Jika Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.


16

g. Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan

umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka

Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

h. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa tetap

menetapkan Rancangan Pearturan Desa tentang APBDesa menjadi

Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.

i. Pembatalan Peraturan Desa, sekaligus menyatakan berlakunya

APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal pembatalan, Kepala

Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional

penyelenggaraan Pemerintah Desa.

j. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama

7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalana dan selanjutnya Kepala Desa

bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

2. Pelaksanaan

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 pasal 43, Pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran Desa

yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank yang ditunjuk

Bupati/Walikota. Jika desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung

oleh bukti yang lengkap dan sah.Dalam kondisi Desa yang belum
17

memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya, rekening kas desa dibuka di

wilayah terdekat.

3. Penatausahaan

Dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 63, penatausahaan

keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi

kebendaharaan. Penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam

buku kas umum.Pencatatan dalam buku kas umum sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditutup setiap akhir bulan. Menurut Permendagri No 20

Tahun 2018 laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat oleh

bendahara desa adalah :

a. Buku Kas Umum

Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang

menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai

maupun kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau

kesalahan dalam pembukuan.Buku kas umum dapat dikatakan sebagai

sumber dokumen transaksi.

b. Buku Kas Pembantu Pajak

Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.

c. Buku Bank

Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.


18

4. Pelaporan

Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 68, Kepala Desa

menyampaikan laporan pelaksanaan APBDesa semester pertama kepada

Bupati/Walikota melalui Camat. Adapun kewenangan Kepala Desa dalam

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut yaitu :

a. Menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada

Bupati/Walikota berupa :

1) Laporan semester pertama berupa laporan realisasi PABDesa,

disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

2) Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada

akhir bulan Januari tahun berikutnya.

b. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Dsa (LPPD)

setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.

c. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada

akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota.

d. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan

desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.

5. Pertanggungjawaban

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 70, Kepala Desa

menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa kepada

Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan

pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan


19

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang

ditetapkan sengan Peraturan Desa.

Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan :

a. Laporan keuangan, terdiri dari :

1) Laporan realisasi APBDesa, dan

2) Catatan atas laporan keuangan.

b. Laporan realisasi kegiatan

c. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang

masuk ke desa.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan

Keuangan Desa yaitu :

1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang

dianggarkan merupakan batas tertinggi tersedianya pengeluaran belanja.

2. Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan

dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang

belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB

Desa/Perubahan APB Desa.

3. Semua penerimaan dan pengeluaran derah dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APB Desa dan dilakukan melalui

rekening desa.

Menurut Soleh dan Rochmansjah (2015:3) menyatakan bahwa pengelolaan

keuangan desa adalah Pengelolaan Keuangan Desa (APBDesa) yaitu mencakup


20

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Berdasarkan Permendagri 20 tahun 2018 pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa

pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

2.1.4 Akuntabilitas

Dalam PP RI Nomor 29 tahun 2014 pasal 1 Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP, adalah rangkaian sitematik

dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan

pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengiikhtisaran, dan pelaporan

kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan

kinerja instansi pemerintah.Dalam pasal 7 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang

menentukan bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Menurut Ardianto (2014:97), akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses

pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta

sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan

kinerja pada masa yang akan datang.

Akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah) untuk mengelola sumber

daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan

dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat


21

(Principle).Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja

pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mahmudi

2015:9).Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban

untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan sesorang/badan

hukum/kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Waluyo

2009:195). Menurut Harahap (2015:66) pengertian akuntabilitas dalam penelitian ini

yaitu pertanggungjawaban tim pelaksana pengelolaan keuangan desa kepada

masyarakat, dimana kepala desa sebagai penanggungjawab utama. Pengertian ini

didasarkan pada pendapat beberapa ahli antara lain : Menurut Rasul (2012:81)

akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi

atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu

organisasi. Menurut Hadi (2010:29), Akuntabilitas yakni para pengambil keputusan

dalam organisasi sektor publik, swasta serta masyarakat madani memiliki

pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum) sebagaimana

halnya pada pemilik kepentingan.

Akuntabilitas dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (Agent)

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya

kepada pihak pemberi amanah (Principle) yang memiliki hak dan kewenangan untuk

meminta pertanggungjawaban (Mardiasmo 2009:20):


22

1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)

Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih

tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

2. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada

masyarakat luas.

Akuntabilitas dapat diperoleh melalui :

1. Usaha untuk membuat para aparat pemerintah mampu

bertanggungjawab untuk setiap perilaku pemerintah dan responsif

pada identitas dimana mereka memperoleh kewenangan.

2. Penetapan kriteria untuk mengukur performa aparat pemerintah serta

penetapan mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi.

2.1.4.1 Dimensi Akuntabilitas

Menurut Rasul (2012:81), dimensi akuntabilitas ada 5 yaitu :

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (Accuntability for Probity and

Legality),

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan

akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,

korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya supremasi


23

hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya praktik

organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas

kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk

melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa program-program organisasi

hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam

pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus

mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pelaksanaan

program.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan

kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa

depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa kebijakan

tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

5. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik

untuk menggunakan dana publik secara ekonmis, efisien dan efektif, tidak ada

pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas finansial ini

sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.Akuntabilitas

finansial ini mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan


24

keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak

luar.Dari pendapat tersebut ada beberapa dimensi akuntabilitas yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban hukum kepala desa,

pertanggungjawaban kinerja, pertanggungjawaban program,

pertanggungjawaban kebijakan dan pertanggungjawaban oleh tim pelaksana

atas pengelolaan keuangan desa.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan RI dalam Subroto (2009) akuntabilitas adalah kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak

atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang

penting untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, reliabilitas,dan

prediktibiltas. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi konkrit dan harus ditentukan oleh

hukum melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja

yang harus dipertanggungjawabkan.

Sulistiyani dan Subroto (2009) menyatakan bahwa transparansi dan

akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun

penyelenggaraan perusahaan yang baik, dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas

terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama

dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas

dapat dilaksanakan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang

berkepentingan, bertanya atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil

keputusan dan pelaksanaan baik ditingkat program, daerah dan masyarakat.


25

2.1.4.2 Indikator Akuntabilitas

Indikator akuntabilitas menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 70

yaitu :

1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa

kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.

2. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran

berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

3. Peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan :

a. Laporan keuangan terdiri atas :

1) Laporan realisasi APBDesa

2) Catatan atas laporan keuangan

b. Laporan realisasi anggaran

c. Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang

masuk ke desa.

2.1.5 Transparansi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen Dalam

Negeri (2002), menyebutkan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi terhadap penyelenggaraan

pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Dalam PP RI Nomor 86 Tahun 2017

pasal 6 ayat 1 transparan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, yaitu


26

membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,

jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintah Daerah dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia

Negara. Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 37

Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan transparan

adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

Transparansi adalah pemberian pelayanan publik harus bersifat terbuka,

mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti (Mahmudi 2015:224).Transparansi dibangun atas

dasar kebebasan arus informasi.Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi yang

secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus

dapat dipahami dan dimonitor (Solekhan 2012:19).Transparansi dibangun atas dasar

kebebasan memperoleh informasi, informasi yang berkaitan dengan kepentingan

publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo

2009:18).

Salah satu unsur utama dalam pengelolaan keuangan yang baik adalah dengan

adanya transparansi. Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance

transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak

yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat

dimengerti dan dipantau. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan


27

pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti

keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas

pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku

kepentingan (Mahmudi 2016:17-18).

Transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk

memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi

tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang

dicapai. Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi

pemerintah dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat ini

memiliki kewenangan mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi

orang banyak, pemerintah harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa

yang dikerjakannya. Tahap perencanaan dan penganggaran, pemerintah desa harus

melibatkan masyarakat desa yang dipresentasikan oleh Badan Pemusyawarahan Desa

(BPD), sehingga program kerja dan kegiatan yang disusun dapat mengakomodir

kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh desa tersebut.

Selain itu, pemerintah desa harus bias menyelenggarakan pencatatan atau

minimal melakukan pembukuan atas transaksi keuangannya sebagai wujud

pertanggungjawaban keuangan yang dilakukannya. Definisi dari berbagai sumber

diatas maka dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah keterbukaan pemerintah

kepada masyarakat untuk dapat mengakses berbagai informasi tentang pengelolaan

dana desa, berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk


28

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah

tersebut. Dengan adanya transparansi maka publik akan memperoleh informasi yang

aktual dan faktual sehingga masyarakat dapat menggunakan informasi tersebut

(Mahmudi 2015:18) untuk :

1. Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan

(realisasi vs anggaran).

2. Menilai adanya tidak unsur korupsi dan manipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.

3. Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait

4. Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen

organisasi sektor publik dengan masyarakat dan pihak lain yang terkait.

Menurut Hadi (2010:29) transparansi merupakan prinsip yang menjamin

akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintah, yakni meliputi informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan, dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparan yakni

adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang dimaksud dengan

informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat

dijangkau oleh publik.Sabarno (2010:38) transparansi merupakan salah satu aspek

mendasar bagi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Perwujudan

tata pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan

kemudahan akses bagi masyarakat terhadap proses penyelenggaraan

pemerintah.Keterbukaan dan kemudahan informasi penyelenggaraan memberikan

pengaruh untuk mewujudkan berbagai indikator lainnya.Menurut Dwiyanto


29

(2015:80) transparansi adalah sebagai penyedia informasi tentang pemerintahan bagi

publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-informasi yang

akurat dan memadai.Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

transparansi adalah memberikan informasi yang terbuka baik itu mengenai informasi

keuangan maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah sserta menjamin akses

bagi setiap orang atau masyarakat dalam memperoleh informasi tersebut.

Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi

pemerintah dalam menjalankan mandate dari rakyat. Mengingat pemerintah saat

memiliki kewenangan mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi

orang banyak, pemerintah harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa

yang dikerjakannya. Dengan transparansi, kebohongan sulit untuk

disembunyikan.Dengan demikian transparansi menjadi instrument penting yang dapat

menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi (Kumalasari).Menurut Didjaja

(2013:25) dan kemudian dipertegas kembali pada Arif (2017:17), tansparansi adalah

keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan sehungga dapat

diketahui oleh masyarakat.Ardianto (2014:50), dan kemudian di pertegas kembali

pada Setiyanningrum (2017:11) Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah

kepada publik tentang semua informasi yang berkaitan dengan aktivitas

penyelenggaraan pemerintahan.Mardiasmo (2012:30) menyebutkan transparansi

adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan

aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan yaitu

masyarakat.
30

2.1.5.1 Indikator Transparansi

Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan terbuka

terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat

menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and

balance antara lembaga eksekutif dan legislatif. Tujuan dari transparansi adalah

membangun rasa saling percaya antara pemerintah dengan publik dimana pemerintah

harus memberi informasi akurat bagi publik yang membutuhkan, terutama informasi

handal berkaitan dengan masalah hukum, peraturan, dan hasil yang dicapai dalam

proses pemerintahan, adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat

mengakses informasi yang relevan, adanya peraturan yang mengatur kewajiban

pemerintah daerah menyediakan informasi kepada masyarakat, serta membutuhkan

budaya ditengah masyarakat untuk mengkritisi kebijakan yang dihasilkan pemerintah

Transparansi berarti keterbukaan dalam memberikan informasi tanpa ada yang

dirahasiakan oleh pengelola kepada para pemangku kepentingan. Transparansi

memiliki beberapa indikator. Indikator transparansi menurut Mardiasmo (2009:19)

adalah sebagai berikut:

1.Informatif (Informativeness)

Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur data, fakta

kepada stakeholder yang membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.

2.Keterbukaan (Opensses)

Keterbukaan informasi publik memberi hak kepada setiap orang untuk

memperoleh informasi dengan mengakses data yang ada dibadan publik, dan
31

menegaskan bahwa informasi publik itu harus bersifat terbuka dan dapat

diakses oleh setiap pengguna informasi publik.

3.Pengungkapan (Disclouser)

Pengungkapan kepada masyarakat atau publik atas aktivitas dan kinerja

informasi finansial. Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu

pengungkapan sukarela, adalah pengungkapan informasi yang dilakukan

secara sukrela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku

atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan, sedangkan pengungkapan

wajib adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang

diwajibkan oleh standar akuntansi atau badan pengawas.

2.1.6 Pemahaman Perangkat Desa

Perangkat desa merupakan bagian dari unsur pemerintah desa yang terdiri dari

sekretaris desa dan perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur desa dibawah

naungan Kepala Desa (Gunawan, 2013).Perangkat desa dituntut mengelola dan

mengembangkan masyarakat dan segala sumber daya yang kita miliki secara baik

yang bercirikan demokratis juga desentralistis (Indrianasari 2017).Perangkat Desa

adalah seseorang yang berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa yang

bergabung dalam pemerintahan desa.Perangkat Desa sebagai satu unsur pelaku desa

memiliki peran penting tersendiri dalam mengembangkan kemajuan bangsa melalui

desa.Kalimandhanu (2014) mengungkapkan bahwa pemahaman sebagian perangkat

desa terhadap pengelolaan keuangan desa masih rendah. Lestari et al. (2016)

menyatakan bahwa faktor utama yang jadi penghambat kesiapan desa dalam
32

penerapan akuntansi desa adalah pemahaman tentang akuntansi desa karena masih

kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan pemerintah dan fasilitas yang

tersedia di desa kurang memadai.Terkait dengan hal tersebut maka setiap pengelola

keuangan harus memiliki pemahaman yang baik agar laporan keuangan yang

disajikan dapat dipublikasikan dan dapat disajikan secara wajar dan di mengerti

pembaca laporan.

1. Kepala Desa

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kepala Desa (kades) merupakan

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa

dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Kepala Desa sebagai

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, mempunyai kewenangan :

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Menetapkan PTKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa).

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa.

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa.

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.

2. Sekretaris Desa

Menurut Permendagri No 20 tahun 2018 Sekretaris Desa bertindak selaku

koordinator PTPKD yang mempunyai tugas :

a. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa.

b. Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBD

PTPKD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.


33

c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan

dalam APBDesa.

d. Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

e. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran

APBDesa.

Menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014 bagian kelima Perangkat Desa,

Pasal 48 dan Pasal 49 ayat (1) yaitu, Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa,

Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis. Pasal 49 ayat (1), perangkat desa

bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. .

Peraturan Pemerintah tersebut bertujuan agar penyelenggaraan administrasi

Pemerintahan Desa terlaksana lebih baik.Mengingat posisi Sekretaris Desa bisa

dikatakan sebagai “otak” dari penyelenggaraan Pemerintah Desa. Segala proses

administrasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintah Desa diatur dan

dikendalikan oleh Sekretaris Desa. Dengan kata lain bagian sekretariat desa adalah

dapur penyelenggaraan Pemerintah Desa. Dengan demikian wajar apabila

ketentuan tersebut diberlakukan untuk Sekretaris Desa.

3. Kepala Seksi

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kepala Seksi bertindak sebagai

pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya yang mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

telah ditetapkan di dalam APBDesa.


34

c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran

belanja kegiatan.

d. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada Kepala Desa.

f. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

4. Kaur Keuangan

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 Kaur Keuangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 4 huruf c melaksanakan fungsi kebendaharaan. Kaur keuangan

mempunyai tugas :

a. Menyusun RAK Desa; dan

b. Melakukan penatausahaan yang meliputi menerima, menyimpan,

menyetor/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka

pelaksanaan APBDesa.

5. Pelaksana Teknis Desa

a. Kepala Urusan Pemerintahan (KAUR PEM)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018, KAUR PEM bertugas untuk

membantu kepala desa dalam mengelola administrasi dan perumusan bahan

kebijakan desa. Berfungsi melaksanakan kegiatan berkaitan dengan

kependudukan, pertanahan, pembinaan ketentraman, dan ketertiban masyarakat.

b. Kepala Urusan Pembangunan (KAUR Pembangunan)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 KAUR Pembangunan bertugas untuk

membantu kepala desa dalam menyiapkan teknis pengembangan ekonomi desa


35

serta mengelola administrasi pembangunan dan layanan masyarakat.Berfungsi

untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan, menyiapkan analisa

dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat serta mengelola tugas

pembantuan.

c. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (KAUR KESRA)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 KAUR KESRA bertugas membantu

kepala desa mempersipakan perumusan kebijakan teknis penyusunan program

keagamaan dan melaksanakan program pemberdayaan dan social

kemasyarakatan.Berfungsi melaksanakan hasil persiapan program keagamaan,

pemberdyaan masyarakat dan social kemasyarakatan.

d. Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 bahwa KAUR KEU berfungsi untuk

membantu sekretaris desa dalam mengelola sumber pendapatan, administrasi

keuangan, penyusunan APB desa dan laporan keuangan desa. Serta melakukan

tugas lain yang diberikan sekretaris.

e. Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM)

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 tugas Kepala Urusan (KAUR

UMUM) adalah membantu sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi

umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta

mempersiapkan bahan rapat dan laporan.


36

2.1.6.1 Indikator Pemahaman Perangkat Desa

1. Pemahaman Kepala Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018 Pasal 3 No. 2)

a. Kepala Desa memahami penetapan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Kepala Desa memahami PTKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa).

c. Kepala Desa memahami penetapan petugas yang melakukan pemungutan

penerimaan desa.

d. Kepala Desa memahami persetujuan pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan

dalam APBDesa.

e. Kepala Desa memahami tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

APBDesa.

2. Pemahaman Sekretaris Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018 Pasal 5 No. 2)

a. Sekretaris Desa memahami penyusunan dan pelaksanaan Kebijakan

Pengelolaan APBDesa.

b. Sekretaris Desa memahami penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa, perubahan APBD PTPKD dan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBDesa.

c. Sekretaris Desa memahami pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang

telah ditetapkan dalam APBDesa.

d. Sekretaris Desa memahami penyusunan laporan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDesa. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan

dan pengeluaran APBDesa.

3. Pemahaman Kaur Keuangan Desa (menurut PP No. 20 Tahun 2018

pasal 8 No. 2
37

Menurut Permendagri No 20 Tahun 2018 bendahara dijabat oleh staf pada urusan

keuangan, Kaur Keuangan mempunyai tugas :

a. Kaur Keuangan Desa memahami penyusunan RAK Desa; dan

b. Kaur Keuangan Desa memahami dalam hal penerimaan, penyimpanan,

penyetoran/pembayaran, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka

pelaksanaan APBDesa.

2.2 Penelitian Terdahulu

Umami dan Nurodin (2017), Andriani (2019), Kumalasari (2016) menjelaskan

bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuang desa, sedangkan Sari,

Indra, Taqwa (2019), Zudewa (2019) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa

akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Umami,

Nurodin (2017), Andriani (2019), Kumalasari (2016), menjelaskan dalam

penelitiannya bahwa transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa,

sedangkan Sukmawati, Nurfitriani (2019), Naufal (2018) mengatakan bahwa

transparansi tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Yesina,

Yulianti, Puspitasari (2018), Yuliana (2017), Kurnia (2019) mengatakan dalam

penelitian yang dilakukan bahwa perangkat desa berpengaruh terhadap pengelolaan

keuangan desa, sedangkan Kurniawan (2019), Sari (2018) mengatakan bahwa

perangkat desa tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa.


38

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


Peneliti
1. Risya Pengaruh Independen: Transparansi dan
Umami, Transparansi Dan Transparansi, akuntabilitas secara
Idang Akuntabilitas Akuntabilitas parsial berpengaruh
Nurodin Terhadap Dependen : terhadap
(2017) Pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa Keuangan Desa keuangan desa
2. Matia Pengaruh Independen : Transparansi,
Andriani Transparansi Transparansi, akuntabilitas dan
(2019) Akuntabilitas dan Akuntabilitas, partipasi
Partisipasi Partisipasi masyarakat
Masyarakat Dependen : berpengaruh
Terhadap Pengelolaan terhadap
Pengelolaan Dana Dana Desa pengelolaan dana
Desa desa
3. Fitri Pengaruh Independen : Secara parsial
Sukmawati Transparansi dan Transparansi, transparansi tidak
dan Alfi Akuntabilitas Akuntabilitas berpengaruh
Nurfitriani Terhadap Dependen : terhadap
(2019) Pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa Keuangan Desa keuangan desa
Sedangkan
akuntabilitas
berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan desa
Secara simultan
transparansi dan
akuntabilitas
4. Nur Ida Analisis Faktor Independen : Perangkat desa
Yesinia, Yang Perangkat desa, berpengaruh
Norita Citra Mempengaruhi Sistem terhadap
Yulianti, Akuntabilitas Pengendalian akuntabilitas
Dania pengelolaan Internal pengelolaan alokasi
Puspitasari Alokasi Dana Desa Dependen : dana desa
(2018) Akuntabilitas
Pengelolaan
Alokasi Dana
Desa
39

No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


Peneliti
5. Kurniawan, Pengaruh Independen : Transparansi dan
Putra Adi Transparansi, Transparansi, akuntabilitas
(2019) Akuntabilitas dan Akuntabilitas, berpengaruh
Peran Perangkat Perangkat Desa terhadap
Desa Terhadap Dependen : pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan keuangan desa
Keuangan Desa Keuangan Desa Sedangkan peran
perangkat desa
tidak berpengaruh
terhadap
pengelolaan
keuangan desa
6. Setiana Pengaruh Independen : Pemahaman
Yuliana Pemahaman Pemahaman perangkat desa
(2017) Perangkat Desa Perangkat Desa berpengaruh
Terhadap Dependen : terhadap
Akuntabilitas Akuntabilitas akuntabilitas
Pengelolaan Dana Pengelolaan pengelolaan danan
Desa Dana Desa desa
7. Indrianasa Pengaruh Perangkat Independen : Peran perangkat
(2017) Desa Dalam Perangkat Desa desa berpengaruh
Akuntabilitas Dependen : terhadap
Pengelolaan Akuntabilitas akunatbilitas
Keuangan Desa Pengelolaan pengelolaan
Keuangan Desa keuangan desa
8. Putra (2017) Pengaruh Independen : Akuntabilitas dan
Akuntabilitas dan Akuntabilitas, transparansi
Transparansi Transparansi berpengaruh positif
Pengelolaan Dependen : terhadap
Alokasi Dana Desa Pengelolaan pengelolaan alokasi
Alokasi Dana dana desa
Desa
9. Kumalasari Pengaruh Independen: Akuntabilitas dan
(2016) Transparansi dan Transparansi, transparansi
Akuntabilitas Akuntabilitas berpengaruh positif
Pemerintah Desa Pemerintah Desa terhadap
dalam pengelolaan Dependen : pengelolaan alokasi
alokasi dana desa Pengelolaan dana desa
Alokasi Dana
Desa
10. Novia Pengaruh Perangkat Independen : Perangkat desa
Syahputri Desa dan Sistem Perangkat Desa, berpengaruh
40

No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


Peneliti
Saragih, Akuntansi Sistem terhadap
Denny Keuangan Desa Akuntansi pengelolaan
Kurnia Terhadap Keuangan Desa keuangan desa
(2019) Akuntabilitas Dependen :
Pengelolaan Akuntabilitas
Keuangan Desa Pengelolaan
Keuangan Desa
Sumber: berbagai Jurnal 2020

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Berpikir

Akuntabilitas
(X1) H1

H2 Pengelolaan
Transparansi
Keuangan
(X2) Desa (Y)
H3
Perangkat
Desa (X3)

H4

2.4 Originalitas Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Pemahaman

Perangkat Desa Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa sudah pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dan penelitian yang


41

dilakukan oleh Kurniawan (2019) perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu :

1. Independen penelitian ini adalah akuntabilitas, transparansi dan pemahaman

perangkat desa, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah transparansi,

akuntabilitas, dan peran perangkat desa.

2. Dependen variabel penelitian ini adalah pengelolaan keuangan desa sama

dengan sebelumnya.

3. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aparat Desa se-

kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang, populasi sebelumnya yaitu

Aparat Desa se-kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 2.2 Originilitas Penelitian

Uraian Penelitian Terdahulu Penelitian Milik Peneliti


Putra Adi Kurniawan
2019
Variabel Dependen Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Keuangan
Desa Desa
Variabel Independen Transparansi, Akuntabilitas,
akuntabilitas dan peran Transparansi,
perangkat desa Pemahaman Perangkat
Desa
Tahun Penelitian 2019 2020
Populasi Penelitian Aparat Desa se- Aparat Desa se-
Kecamatan Wates Kecamatan Biru-Biru
Sumber : berbagai jurnal, 2020
42

2.5 Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di

Kecamatan Biru-Biru

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab

atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai

hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang

dikerjakan secara berkala.Secara garis besar mengenai penjelasan akuntabilitas dapat

di ambil kesimpulan bahwa akuntabilitas adalah merupakan pertanggungjawaban

oleh lembaga yang diberi wewenang dalam mengelola sumber daya publik.

Umami, dan Nurodin, (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Andriani (2019) juga

mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

desa.Kumalasari (2018) juga mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap

pengelolaan keuangan desa pada penelitian yang sudah dilakukan. Berdasarkan hal

tersebut maka, hipotesis pertama dirumuskan adalah sebagai berikut :

H1 : Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan

desa di Kecamatan Biru-Biru.

2.5.2 Pengaruh Transparansi terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di

Kecamatan Biru-Biru

Menurut Dwiyanto (2015:80) transparansi adalah sebagai penyediaan

informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan didalam

memperoleh informasi-informasi yang akurat dan memadai.Transparansi adalah


43

pemberian pelayanan publik yang harus bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses

oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah di

mengerti (Mahmudi 2015:244).

Umami dan Nurodin (2017) dalam penelitiannya memiliki bahwa transparansi

berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa.Andriani (2019) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa transparansi berpengaruh terhadap Pengelolaan

Keuangan Desa, dan Kumalasari (2016) mengatakan bahwa transparansi berpengaruh

terhadap pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis kedua

dirumuskan adalah sebagai berikut :

H2 : Transparansi berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa

di Kecamatan Biru-Biru.

2.5.3 Pengaruh Pemahaman Perangkat Desa terhadap Pengelolaan Keuangan

Desa di kecamatan Biru-Biru

Perangkat desa merupakan dimana sekumpulan atau sekelompok orang yang

bekerja di dalam suatu instansi tertentu dan juga ikut serta dalam membuat laporan-

laporan yang ada.Perlu adanya pendamping perangkat desa untuk pemahaman

pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan penelitian dari Yesinia, Yulianti, Puspitasari (2018) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa Perangkat desa berpengaruh terhadap Pengelolaan

Keuangan Desa, Kurnia (2019) dan Yuliana (2017) dalam penelitiannya mengatakan

bahwa pemahaman perangkat desa berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis ketiga dirumuskan adalah sebagai berikut :
44

H3 : Pemahaman Perangkat Desa berpengaruh signifikan Terhadap

Pengelolaan Keuangan Desa.

2.5.4 Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pemahaman Perangkat Desa

terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di kecamatan Biru-Biru

Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang amanah/agent/kepala desa dan

aparatnya untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya

kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2019) mengatakan bahwa

Akuntabilitas, Transparansi dan Pemahaman Perangkat Desa berpengaruh terhadap

Pengelolaan Keuangan Desa. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hipotesis

keempat dirumuskan adalah sebagai berikut :

H4: Akuntanbilitas, Transparansi, dan Pemahaman Perangkat Desa

berpengaruh signifikan terhadap Pengelolaan Keuangan Desa.


45

2.6 Struktur Organisasi Desa

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Desa

Sumber : Kantor Desa Rumah Gerat

Penjelasan Struktur Organisasi Desa

1. Kepala Desa

Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintah desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi

pemerintahan.

3. Kepala Urusan bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan

administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintah desa.


46

a. Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan

keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-

sumber pendapatan dan pengeluaran.

b. Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan

perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja

desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan

monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

c. Kepala Kaur Tata Usaha bertugas menyusun laporan pelaksanaan kegiatan

sesuai bidang tugasnya untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes.

4. Kepala Dusun sebagai unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas

membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya.

5. BPD membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala

Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anda mungkin juga menyukai