Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pemerintahan Desa

Dalam UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa, Pemerintahan Desa

adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

Lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah

dan ditetapkan secara demokratis. Keuangan Desa adalah semua hak dan

kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa

uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

Desa.

Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Desa terdiri atas

Desa dan Desa Adat. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa.

Penataan desa tersebut meliputi pembentukan, penghapusan,

penggabungan, perubahan status, dan penetapan Desa.

Desa memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemsyarakatan Desa,


dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan adat istiadat Desa. Kewenangan Desa meliputi:

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas kepastian hukum,

tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum,

keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan

efisiensi, kearifan lokal, keberagaman, dan partisipatif.

2. Keuangan Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat

dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Keuangan desa

dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta

dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa

dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai 1 Januari sampai

dengan 31 Desember. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut

RKPDesa, adalah penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah rencana keuangan

tahunan Pemerintah Desa. (Permendagri No. 20 Tahun 2018).

Dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pendapatan Desa

bersumber dari:

a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbanagan

yang diterima Kabupaten/Kota;

e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi dan Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

g. Lain-lain Pendapatan Desa yang sah.

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, Pengelolaan Keuanagan

Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Pemegang Kekuasaan

Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya disingkat PKPKD, adalah

Kepala Desa atau sebutan nama lain yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.


Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya disebut

PPKD, adalah perangkat desa yang melaksanakan penegelolaan keuangan

desa berdasarkan keputusan Kepala Desa yang menguasakan Sebagian

kekuasaan PPKD. PPKD Terdiri atas:

a. Sekretaris Desa;

b. Kaur dan Kasi; dan

c. kaur keuangan

Sekretaris Desa bertugas sebagai koordinator PPKD. Kaur dan Kasi

sebagai pelaksana kegiatan anggaran. Kaur keuangan melaksanakan fungsi

kebendaharaan.

4. Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 pasal 31, perencanaan

pengelolaan keuangan Desa merupakan perencanaan penerimaan dan

pengeluaran pemerintahan Desa pada tahun anggaran berkenaan yang

dianggarkan dalam APBDesa.

a. Penyusunan RKP Desa

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2018

pasal 1 dinyatakan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Ketentuan umum perelaksanaan perencanaan keuangan desa sebagai

berikut:
1. Pemerintah Desa Menyusun RKP Desa sebagai penjabaran

RPJMDesa

2. RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi

dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif

Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah propinsi,

dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

3. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan juli tahun

berjalan.

4. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir

bulan September tahun berjalan.

5. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.

6. Kepala Desa Menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan

masyarakat Desa.

b. Penyusunan APBDesa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut

APB Desa adalah Rencana Keuangan tahunan Pemerintah Desa.

(Permendagri No. 20 tahun 2018). Dalam Buku I Petunjuk Teknis

Operasional Perencananan Keuangan Desa (Ditjen Bina Pemerintahan

Desa, Kemendagri. 2021) yang merupakan instrumen teknis dan rinci

dari Permendagri Nomor 20 tahun 2018 menyebutkan tahapan-tahapan

perencanaan keuangan Desa/penyusunan APB Desa antara lain:

1. Atas perintah kepala desa Sekretaris Desa

mengkoordinasikan penyusunan Rancangan APB Desa


berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan dan pedoman

penyusunan APB Desa yang diatur dengan Peraturan

Bupati/Walikota setiap tahun. Rancangan APB Desa yang

telah disusun merupakan bahan penyusunan rancangan

Peraturan Desa tentang APB Desa.

2. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa

tentang APB Desa Kepada Kepala Desa.

3. Rancangan Peraturan Desa tentang APB desa disampaikann

kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati

bersama dalam musyawarah BPD, Rancangan Peraturan

Desa tentang APB Desa disepakati bersama paling lambat

bulan Oktober tahun berjalan.

4. Atas Dasar kesepakatan bersama kepala desa dan BPD,

Kepala Desa menyiapkan Rancangan Peraturan Kepala

Desa mengenai penjabaran APB Desa. Sekretaris Desa

mengkoordinasikan penyusunan Rancangan Peraturan

Kepala Desa.

5. Rancangan Peraturan tentang APB Desa disampaikan

Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau

sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati

untuk dievaluasi. Penyampaian Rancangan Peraturan Desa

tentang APB Desa dilengkapi dengan dokumen paling

sedikit meliputi: Surat Pengantar, Rancangan Peraturan


Kepala Desa mengena penjabaran APBDes, Peraturan Desa

mengenai RKP Desa, Peraturan Desa mengenai

kewenenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan

lokal berskala desa, Peraturan Desa mengenai pembentukan

dana cadangan, jika tersedia, Peraturan Desa mengenai

penyertaan modal, jika tersedia, Berita acara hasil

muisyawarah BPD

6. Penyampaian hasil evaluasi dituangkan dalam Keputusan

Bupati/Walikota dan dsampaikan kepada kepala Desa

paling lama 20 hari kerja terhitung sejak diterimanya

rancangan Perdes APB Desa.

7. Kepala Desa menetapkan rancangan perdes menjadi

Peraturan Desa. Peraturan Desa tentang APB Desa

ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun

anggaran sebelumnya.

8. Kepala Desa menetapkan Rancangan Peraturan Kepala

Desa tentang Penjabaran APB Desa sebagai peraturan

pelaksana dari Peraturan Desa tentang APB Desa.

9. Kepala Desa menyampaikan Peraturan Desa tentang

APBDesa dan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran

APB Desa kepada Bupati/Walikota paling lama 7 (Tujuh)

hari kerja setelah ditetapkan.


10. Kepala Desa menyampaikan informasi mengenai APB Desa

kepada masyarakat melalui media informasi. Informasi

paling sedikit memuat: APB Desa, Pelaksana Kegiatnn

Anggaran dan Tim yang melaksnakan kegiatan, Alamat

pengaduan

Pemerintah Desa dapat melakukan perubahan APB Desa apabila

terjadi:

1. Penambahan dan atau pengurangan dalam pendapatan Desa

tahun anggaran berjalan

2. Sisa penghematan belanja dan sisa lebih perhitungan

pembiayaan tahun berjalan yang akan digunakan dalam

tahun berjalan

3. Keadaan yang menyebabklan harus dilakukan pergeseran

antar bidang, antar sub bidang, antar kegiatan, dan antar

jenis belanja, dan

4. Keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun sebelumya harus

digunakan dalam anggaran tahun berjalan

Perubahan APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan 1

(satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Kriteria

keadaan luar biasa diatur dalam Peraturan Bupati/Wali kota mengenai

Pengelolaan Keuangan Desa. Perubahan APBDes ditetapkan dengan

Peraturan Desa mengenai Perubahan APB Desa dengan tetap

berpedoman pada RKP Desa.


B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitiann yang dilakukan. Menurut Ismani, Sukanto dan

Sukirno (2008:11), penelitian yang relevan memuat uraian hasil penelitian yang

terdahulu yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, berbagai penelitian

yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain atau peneliti sebelumnya yang

relevansi atau berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Berikut

ini merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan

penelitian ini:

1. Penelitian oleh Zulaifah, Marwata 2020 yang berjudul Perencanaan

Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Jlumpang Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian ini bertujuan menunjukan bahwa Tahap perencanaan

susah dikelola dengan benar, sudah sesuai dengan peraturan pemerintah

terbukti dengan adanya perencanaan dalam segi partisipasi masyarakat yang

ikut serta dalam musyawarah desa, karena masyarakat disitu tidak Cuma

hadir saja akan tetapi masyarakat juga menyampaikan pendapat disetiap

perwakilan padukuhan. Perncanaan dalam segi akuntabel ditunjukan

dengan adanya sikap tanggungjawab aparat desa terhadap pembuatan

dokumen RPJMDes dan RKP Desa sehingga menjadi APBDesa dan Kepala

Desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban relaisasi


pelaksanaan APBDes, perencanaan dalam segi transparansi ditunjukan

dengan adanya sosialisasi program kebijakan kepada masyarakat secara

terbuka, apart desa juga terbuka dalam rapat-rapat, keterbukaan dalam

menerima peran serta masyarakat dalam menyampaikan pendapat dan

keterbukaann dalam informasi dan apparat desa juga memasang baliho

ditempat tempat yang terjangkau masyarakat.

2. Penelitian oleh Baihaqi, Sari, Asmawanti (2016) yang berjudul Proses

Perencanaan dan Pennganggaran di Desa-Desa Kecamatan Giri Mulya

Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kesesuiaian perencanan

dan penganggaran pengelolaa keuangan desa dengan Permendagri No 113

tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukan Perencanaan Desa di semua

wilayah desa wilayah kecamatan Giri Mulya secara garis besar telah sesuai

dengan Permendagri Nomor 113 tahun 2014. Namun tentang Pengelolaan

Keuangan Desa dalam penetapan RKP Desa terjadi masalah keterlambatan

penyusunan peraturan desa. Hal ini disebabkan karen pagu indikatif dari

pemerintah daerah kabupaten/Kota untuk tahun 2016 diterima kepala desa

di semua desa di wilayah Kecamatan Giri Mulya di bula Mei 2016 dan juga

disebabkan karena kulaitas SDM yang kurang.

3. Penelitian oleh Fitri, Kurnianningsih, Elviani, Barus (2021) yang berjudul

Analisis Penerapan Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri

Nomor 20 Tahun 2018 Studi Kasus di Desa Ujung Rambe Kecamatan


Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian ini bertujuan menganalisis Proses perencanaan keuangan

pengelolaan keuangan desa di desa Ujung Rambe tidak sesuai dengan

Permendagri Nomor 20 tahun 2018. Hasil penelitian menunjukan Proses

Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa tidak sesuai dengan Permendagri

Nomor 20 tahun 2018 karena penggunaan biaya tak terduga

dimusyawarahkan atas perubahan anggaran. Proses Penatausahaan

pengelolaan keuangan desa tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 20

tahun 2018 karena proses penatusahaannya tidak hanya dilakukan oleh kaur

keuangan tetapi juga dilakukan oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Kasi

Pemerintahan. Proses pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan Desa telah sesuai dengan Permendagri Nomro 20 tahun 2018.

4. Penelitian oleh Citra Etika (2020) yang berjudul Analisis Perencanaan

Pengelolaan Keuangan Desa Jungai Kecamatan Rembang Kapak Tengah

Kota Prabumulih. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kesesuaian perencanaan

rancangan peraturan desa dengan Kemendagri Nomor 113 Tahun 2014.

Hasil peneletian ini adalah evaluasi dilakukan secara lisan, padahal

kurangnya pengetahuan perangkat desa mengenai Permendagri Nomor 113

Tahun 2014 sehingga membutuhkan bimbingan secara langsung dan


kontinyu. Dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat

dalam tahapan penyusunan APBDesa.

5. Penelitian oleh Yusuf, Romandhon, Kaukab (2020) yang berjudul Analisis

Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa. Studi Kasus di Slukatan

Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian perencanaan

pengelolaan keuangan desa dengan Permendagri Nomor 114 tahun 2014

tetang pengelolaan keuangan desa. Hasil penelitian ini menunujukan masih

belum sesuai anatara perencanaan pengelolaan keuangan desa dengan

Permendagri Nomor 114 tahun 2014.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2022), setelah sintesa atau kesimpilan sementara dapat

dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir

yang dihasilkan dapat berupa kerangka yang asosiatif/hubungan maupun

komparatif/perbandingan. Berdasarkan kerangka berpikir kemudian

selanjutnya dapat disusun hipotesis.

Berdasarkan pandangan diatas, peneliti dapat menyajikan kerangka berpikir

proses pelaksanaan perencanaan keuangan desa sebagai berikut:


Gambar 2.1 Kerangka berfikir

Sumber data: Data Olah Peneliti


D. Perntanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah proses penyusunan perencanaan keuangan desa di Desa Betet

dilakukan?, apakah sudah dikatakan baik apabila ditinjau berdasarkan

Permendagri No. 20 Tahun 2018?

2. Apakah kendala yang dialami selama proses Penyusunan perencanaan

keuangan desa di Desa Betet?

3. Apakah strategi yang tepat untuk mengatasi kendala dalam proses

penyusunan perencanaan keuangan desa?

Anda mungkin juga menyukai