Dosen Pengampu :
Dr. Sri Rahayu, S.E., MSA., Ak.
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Anastasya Laga C1C019081
Maya Fransiska C1C019153
Niken Hervina C1C019009
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah peraturan desa yang
memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu
tahun. APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan
APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan
Desa.
1. Alat perencanaan
Anggaran merupakan alat pengendali manajemen desa dalam rangka mencapai tujuan.
Anggaran desa digunakan untuk merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh desa
beserta rincian biaya yang dibutuhkan dan rencana sumber pendapatan yang akan diperoleh
desa. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sejalan dengan visi, misi dan sasaran
yang sudah ditetapkan.
2. Alat pengendalian
Dalam menyusun anggaran, pasti antar unit kerja akan melakukan komunikasi dan
koordinasi. Dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh
perangkat desa. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya ikonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan desa.
6. Alat motivasi
Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada perangkat desa dalam
bekerja secara efektif dan efisien. Dengan membuat anggaran yang tepat dan dapat
melaksanakannya sesuai target dan tujuan desa, maka desa dikatakan mempunyai kinerja
yang baik.
Format APB Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permendagri 113 Tahun
2014 bersifat tidak mengikat khususnya pada Kode Rekening Objek Belanja yang bertanda
"-" seperti pasir, semen dsb (Level 4). Pemerintah Kabupaten/Kota dapat mengatur lebih
lanjut (Perkada Pengelolaan Keuangan Desa) dengan merinci kode rekening belanja hingga
Objek Belanja (level 4) sebagai alat pengendalian dan pengklasifikasian.
Didalam Permendagri 113 tahun 2014 yang telah diubah kedalam Permendagri 20
tahun 2018 yang akan mulai berjalan ditahun 2019. Ada tiga komponen pokok struktur
APBDesa,yang perlu anda pahami.
1. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa terdiri sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:
Transfer
Pendapatan Lain-Lain
ALIRAN MASUK KEUANGAN DESA
Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha Milik
Desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang
mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber
lainnya dan tidak untuk dijualbelikan.
2) Hasil Aset, misalnya tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum dan jaringan
irigasi.
3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong misalnya adalah membangun dengan kekuatan
sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang yang dinilai
dengan uang.
Dana Desa;
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa
secara nasional dalam APBN setiap tahun.Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
2015 Anggaran yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa dan
dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan
geografis desa setiap kabupaten/kota.
Yang dimaksud alokasi dasar adalah alokasi minimal dana desa yang diterima
kabupaten/kota berdasarkan perhitungan tertentu, antara lain perhitungan yang dibagi secara
merata kepada setiap Desa.Tingkat kesulitan geografis ditunjukkan oleh indeks kemahalan
konstruksi.
Penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan
ketentuan:
Pengalokasian Bagian Dari Hasil Pajak dan Retribusi kepada desa tersebut ditetapkan dalam
Peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan:
Bantuan keuangan tersebut dapat bersifat umum dan khusus. Bantuan keuangan yang
bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada desa penerima
bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di desa.
Bantuan Keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengel olaannya ditetapkan
oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat. Bantuan Keuangan bersifat khusus yang dikelola dalam APB
Desa tidak diterapkan ketentuan penggunaan paling sedikit 70% dan paling banyak 30%.
Gubernur / Bupati / Walikota menyampaikan informasi kepada Kepala Desa tentang Bantuan
Keuangan yang akan diberikan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah KUA/PPAS
disepakati kepala daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Informasi dari gubernur
/ bupati / walikota menjadi bahan penyusunan rancangan APB Desa.
Kelompok Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah berupa Hibah dan Sumbangan dari
pihak ketiga yang tidak mengikat berupa pemberian berupa uang dari pihak ke tiga, hasi l
kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
2. Belanja Desa
Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan
kewenangan desa.
Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal 100 PP Nomor 47 Tahun
2015 digunakan dengan ketentuan:
Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk:
a. Kelompok Belanja
Tambatan perahu;
Jalan pemukiman;
Sanitasi l ingkungan;
Sarana dan prasarana pendi dikan dan pelatihan l ainnya sesuai kondisi desa.
Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain:
Pasar desa;
Penggilingan padi;
Lumbung desa;
Tambak garam;
Kandang ternak;
Instalasi biogas;
Keadaan Luar Biasa (KLB) merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang dan/atau mendesak antara lain dikarenakan bencana alam, sosial,
kerusakan sarana dan prasarana.
Dalam keadaan darurat dan/atau KLB, Pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum
tersedia anggarannya.
Keadaan Darurat dan Luar Biasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Dalam
pelaksanaanya, Belanja Tak Terduga dalam APB Desa terlebih dul u harus dibuat Rincian
Anggaran Biaya yang disahkan oleh Kepala Desa.
b. Jenis Belanja
Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa, dan
Belanja Modal.
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi
Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD yang pelaksanaannya dibayarkan
setiap bulan. Belanja Pegawai tersebut dianggarkan dalam kelompok Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, dengan kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan.
Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang
nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan. Belanja Barang dan Jasa antara lain:
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau
bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk
kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa. Contoh Belanja Modal adalah Pembangunan
Jalan Desa, Pembangunan Jembatan Desa, Pengadaan Komputer, Pengadaan Meubeulair dan
l ain sebagainya.
3. Pembiayaan
Pembiayaan meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.
Pembiayaan desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan.
a. Penerimaan Pembiayaan
SiLPA antara lain berupa pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan
belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan penerimaan pembiayaan yang
digunakan untuk:
Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi
belanja;
Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
Pencairan Dana Cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari
rekening Dana Cadangan ke Rekening Kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan.
3) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan
Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasi l
penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pemerintah Desa dapat membentuk Dana Cadangan untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Pembentukan Dana Cadangan tersebut ditetapkan dengan peraturan desa, yang
memuat paling sedikit:
Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal Desa, misalnya kepada BUM Desa
A. Pengguna Akuntansi
1. Pihak Internal
Pihak internal adalah pihak yang berada di dalam struktur organisasi Desa, yaitu Kepala
Desa, Sekretaris Desa, Bendahara, dan Kepala Urusan/Kepala Seksi.
3. Pemerintah
Dalam hal ini baik pemerintah pusat, pemerintah Provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota
mengingat bahwa anggaran Desa berasal baik dari APBN dan APBD melalui transfer, bagi
hasil, dan bantuan keuangan.
4. Pihak Lainnya
Selain pihak-pihak yang telah disebutkan sebelumnya, masih banyak lagi pihak yang
memungkinkan untuk melihat laporan keuangan Desa, misalnya Lembaga Swadaya Desa,
RT/RW, dan sebagainya.
B. Persamaan Akuntansi
Akan mudah melakukan pencatatan transaksi jika kita memahami persamaan akuntansi yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Persamaan akuntansi dasar ini sangat sederhana dengan mengambil 3 (tiga) elemen
pokok dalam laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban, dan kekayaan bersih, maka didapat
rumusan persamaan akuntansinya sebagai berikut :
Persamaan akuntansi yang diperluas dari persamaan akuntansi dasar ini memiliki 2 (dua)
rumus yaitu :
Unsur-unsur yang ada pada laporan keuangan desa dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aset
Merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan dapat
diperoleh serta dapat diukur dengan satuan uang. Aset dapat dikelompokkan dalam :
1) Aset Lancar, yaitu aset yang dalam periode waktu tertentu (tidak lebih dari satu tahun)
dapat dicairkan menjadi uang kas atau menjadi bentuk aset lainnya.Misalnya Kas, Piutang,
Persediaan.
2) Aset Tidak Lancar, yaitu aset yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun.
Misalnya Investasi Permanen, Aset Tetap, Dana Cadangan, Aset Tidak Lancar Lainnya.
b. Kewajiban
Merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaian-nya mengakibatkan
aliran keluar sumber dayaekonomi yang dimiliki. Kewajiban ini bisa berupa Kewajiban
Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Misalnya Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang
Pemotongan Pajak, Utang Cicilan Pinjaman, Pinjaman Jangka Panjang.
c. Kekayaan Bersih
Merupakan selisih antara aset yang dimiliki desa dengan kewajiban.yang harus dipenuhi desa
sampai dengan tanggal 31 Desember suatu tahun.
d. Pendapatan
Merupakan penerimaaan yang akan menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah Desa, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah Desa.
e. Belanja
Merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah Desa.
f. Pembiayaan