Anda di halaman 1dari 66

TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA

SONDOANG KECAMATAN KALUKKU


KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

OLEH :

ANDIKA
NIM/ NIRM : 1802502010049 /181025021311298049

PROGRAM STRATA-1
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TOMAKAKA MAMUJU

2023

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuntutan penerapan asas transparansi mengharuskan adanya

kebutuhan akan pencatatan dan palaporan kinerja dari pemerintah

sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap penggunaan keuangan

dalam satu tahun anggaran. Pertanggung jawaban tersebut adalah

bentuk dari penyediaan informasi terhadap kinerja pemerintah dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Penerapan asas

transparansi tidak hanya diterapkan pada pemerintah pusat saja, namun

pada tingkat pemerintah daerah sampai pemerintah desa harus

menerapkan asas transparansi tersebut. Smith (Tahir, 2004: 66)

mengemukakan bahwa proses transparansi meliputi :

1. Standard procedural requirements (persyaratan standar prosedur)

bahwa proses pembuatan peraturan harus melibatkan partisipasi dan

memperhatikan kebutuhan masyarakat;

2. Conclusion processes (proses konsultasi) adanya dialog antara

pemerintah dan masyarakat;

3. Appeal right (permohonan ijin) adalah pelindung utama dalam proses

pengaturan. Standar dan tidak berbelit, transparan guna menghindari

adanya korupsi.
3

Pemerintahan desa dalam menjalankan pengelolaan keuangan

desa harus berdasarkan asas pengelolaan keuangan desa sebagaimana

yang telah diatur dalam undang-undang.Salah satunya yaitu

transparansi, di mana transparansi adalah keterbukaan pemerintah

dalam membuat kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh

masyarakat. Transparansi pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas

antara pemerintah dengan rakyat (Abu Masihad 2018).

Membangun kepercayaan masyarakat adalah suatu hal yang sulit

tetapi mempertahankan kepercayaan masyarakat jauh lebih sulit.Oleh

karena itu, pemerintah desa diperhadapkan dengan kondisi yang cukup

berat, mengingat desa merupakan entitas yang berhadapan langsung

dengan masyarakat. Untuk dapat menjalankan peranannya secara efektif

dan efisien, pemerintah desa dituntut untuk selalu update terhadap

perkembangan masyarakat dan daerah lain sebagai dampak dari

pembangunan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang

Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa Pengelolaan Keuangan

Desa adalah keseluruhan kegiatan yangmeliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa mulai dari tahap

perencanaan sampai pada pertanggungjawaban dilakukan dengan Basis

Kas yang merupakan pencatatan transaksi pada saat kas diterima atau

dikeluarkan dari rekening kas desa.


4

Dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM), pemerintah desa harus mengacu pada RPJM kabupaten/kota.

RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa untuk 6 (enam) tahun ke

depan yang terdiri atas rencana penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,pemberdayaan

masyarakat, dan arah kebijakan pembangunan desa. RPJM Desa

disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif desa dan prioritas

pembangunan kabupaten/kota.Sedangkan Rencana Kerja Pemerintah

Desa yang selanjutnya disebut RKP Desa merupakan penjabaran dari

RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.RKP Desa memuat

rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat desa.

Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan

dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa

pada bank yang ditunjuk oleh Bupati/Wali Kota. Selanjutnya kepala desa

akan menyetujui Daftar Perencanaan Anggaran yang selanjutnya disebut

DPA yang terdiri atas :

1. Rencana Kegiatan dan Anggaran Desa;

2. Rencana Kerja Kegiatan Desa; dan

3. Rencana Anggaran Biaya.


5

Nantinya Kaur dan Kasi melaksanakan kegiatan berdasarkan DPA

tersebut yang dilakukan dengan pengadaan melalui swakelola

(diutamakan) dan/atau penyedia barang/jasa.Pengadaan melalui

swakelola dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan

material/bahan dari wilayah setempat dan gotong royong dengan

melibatkan partisipasi masyarakat untuk memperluas kesempatan kerja

dan pemberdayaan masyarakat setempat.Dalam hal pelaksanaan

kegiatan jika tidak dapat dilaksanakan melalui swakelola, baik itu

sebagian ataupun keseluruhan maka dapat dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa yang dianggap mampu dan memenuhi persyaratan.

Kepala desa menyampaikan laporan pertanggung jawaban

keuangan desanya persemester atau tahunan kepada Bupati/Wali Kota

dan ada juga yang diserahkan kepada Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Rincian laporannya sebagai berikut :

1. Laporan kepada Bupati/Walikota (melalui camat) :

a. Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APB Desa;

b. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran;

c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa.

2. Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) :

a. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APB Desa terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan


6

b. Desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai

kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan

mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal-usulnya

(Nurcholis, 2011: 1). Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa pada pasal (1) dijelaskan mengenai

pengertian Desa yaitu “Desa adalah desa dan desa adat atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia”.

Dari dua pengertian diatas, sudah jelas bahwa desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan warganya

dalam segala aspek seperti pelayanan (public service), pengaturan

(regulation), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).Tidak bisa

dipungkiri bahwa pemerintah desa untuk saat ini adalah objek yang

sangat penting dalam pembangunan di Indonesia.Tentunya peranan

pemerintah daerah juga diharapkan dalam membimbing dan mengawasi

setiap program serta kebijakan yang dikerjakan oleh pemerintah desa

sehingga hasilnya bisa efektif dan efisien khususnya bagi masyarakat

desa dan pemerintah daerah secara umum.


7

Tersedianya anggaran yang cukup adalah konsekuensi dari

pelaksanaan otonomi desa. Sadu Wasistiono (dalam Misno, 2015:540)

menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor

essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa,

sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah yang

mengatakan bahwa “autonomy” indentik dengan “auto money“, maka

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa

membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan

pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa ada tujuh sumber-sumber pendapatan

desa, yaitu :

1. Pendapatan Asli Desa, terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya

dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa;

2. Alokasi APBN (Dana Desa);

3. Bagian dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)

kabupaten/kota, minimal sebesar 10% dari hasil pajak daerah dan

retribusi daerah kabupaten/kota;

4. Alokasi Dana Desa, yaitu bagian dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota diluar DAK (DAU dan DBH) sebesar 10%;

5. Bantuan keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota;

6. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

7. Lain-lain pendapatan desa yang sah.


8

Saat ini Pemerintah semakin serius dalam membangun wilayah

pedesaan, salah satu bentuk nyatanya adalah dengan mengalokasikan

dana desa ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi No. 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana

Desa Tahun 2022 dapat dijadikan pedoman bagi desa dalam

menentukan program dan prioritas pembangunan desa sebagaimana

yang tertuang dalam pasal 4, yaitu :

1. Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai

pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pembangunan Desa

dan pemberdayaan masyarakat Desa.

2. Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan

kegiatan prioritas yang bersifat lintas bidang.

3. Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2), diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi masyarakat Desa berupa peningkatan kualitas hidup,

peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan serta

peningkatan pelayanan publik di tingkat Desa.

Desa merupakan organisasi pemerintah yang berada pada posisi

terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia dan memiliki hak

otonom sendiri.Disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa adalah sebuah langkah yang tepat menuju kemandirian


9

desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan

desa.Sebagai organisasi pemerintah yang berada dalam sistem

pemerintahan daerah kabupaten/kota, kedudukan desa awalnya sebagai

local state government. Namun, setelah diterbitkannya UU Desa maka

kedudukan desa berubah menjadi campuran antara self-governing

community dengan local-self government sebagai bukti (evidence)

adanya pengakuan danpenghormatan terhadap kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya serta memposisikan

masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan desa.

Khususnya di Desa Sondoang Kecamatan Kalukku Kabupaten

Mamuju untuk pengelolaan dana desanya masih terdapat beberapa

permasalahan. Misalnya pada tahun 2021 di mana APB-Desa tidak

dibuat yang mengakibatkan pembangunan desa tidak berjalan. Menurut

penuturan aparat desa hal tersebut terjadi karena kepala desa yang

menjabat pada saat itu merasa lelah dengan tuduhan masyarakat yang

mengatakan bahwa kepala desa tidak transparan dalam mengelola dana

desanya dan menyalahgunakan wewenangnya. Penyerahan laporan

pertanggung jawaban yang lambat menjadi permasalahan lainnya karena

untuk pengelolaan dana desa tahun 2020 ke bawah kurang lebih

kondisinya sama. Kemudian pada tahun 2021 di mana pemerintah desa

sedikit terlambat dalam proses pembangunan desa karena harus

menyelesaikan berbagai permasalahan administrasi tahun sebelumnya.

Proses pengelolaan dana desa pada tahun ini mendapatkan tantangan


10

karena kepercayaan masyarakat yang mulai berkurang kepada

pemerintah desa sebagai imbas dari permasalahan sebelumnya.

Berangkat dari penjelasan di atas dan berdasarkan kondisi yang

terjadi di lapangan, maka penulis akan mengkaji lebih jauh

untukmenyingkapi kenyataan tersebut dengan mengangkat

permasalahan ini ke dalam penelitian ilmiah dengan judul

penelitian :TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA

SONDOANG KECAMATAN KALUKKU KABUPATEN MAMUJU

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka

pertanyaan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagaimana transparansi dalam pelaksanaan pemanfaatan dana

desa?

2. Bagaimana transparansi dalam pengawasan pemanfaatan dana

desa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah penulis uraikan diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui transparansi dalam pelaksanaan pemanfaatan

dana desa

2. Untuk Mengetahui transparansi dalam pengawasan pemanfaatan

dana desa
11

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka manfaat dilakukannya

penelitian ini terdiri atas dua, yaitu :

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan konsep ilmu pemerintahan khususnya yang berkaitan

dengan transparansi pengelolaan dana desa.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi

seluruh stakeholders khususnya Pemerintah Desa Sondoang dalam

transparansi pengelolaan dana desa dan juga sebagai bahan informasi

bagi masyarakat Desa Sondoang.

3. Manfaat metodologis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

pustaka atau bahan bacaan bagi aparatur pemerintahanmaupun

mahasiswa yang sedang mengembangkan pengetahuan dalam bidang

transparansi pengelolaan dana desa.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Utama

2.1.1 Konsep Transparansi

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah dalam Pasal 4 ayat 7 menerangkan bahwa transparan

adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya

mengenai keuangan daerah. Transparansi adalah pemberian

pelayanan publik harus bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses

oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti.Transparansi juga memiliki arti

keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait

dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-

pihak yang menjadi pemangku kepentingan (Mahmudi. 2015: 17-

18).

Transparansi merupakan penyampaian informasi tentang

proses pengelolaan maupun penyelenggaraan pemerintah Desa

secara terbuka dan jujur kepada seluruh masyarakatberdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

serta dapat mengakses informasi secara terbuka dan menyeluruh


13

atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber

daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya kepada

peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut (Ristya Dwi:

2013) menyatakan bahwa transparansi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan secara memadai dan mudah

dimengerti oleh seluruh masyarakat. Transparansi merupakan salah

satu prinsip good governanace yaitu adanya keterbukaan dalam

proses pengelolaan dana desa yang memungkinkan masyarakat

dapat mengetahui serta bisa mengakses informasi dengan mudah

tentang penyelenggaraan pemerintah, baik informasi tentang

kebijakan, proses, pembuatan dan pelaksanaannya yang telah

dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam melakukan

transparansi pengelolaan dana desa (Wienda, 2018: 4-5).

Menurut Mardiasmo (2004:30) transparansi adalah

keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikaninformasi

yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya publik

kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah

memiliki kewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan

informasi lainnya yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dalam mengambil keputusan. Transparansi

dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang


14

berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung oleh mereka

yang membutuhkan (Mardiasmo, 2004: 18).

Ada sebelas dimensi atau kondisi aktual yang diharapkan

terjadi dalam transparansi penyelenggaraan pelayanan publik

(Ratminto dan Winasih, 2005: 63) :

1.Manajemen dan pelaksanaan pelayanan publik harus

diinformasikan dan mudah diakses oleh masyarakat;

2. Prosedur pelayanan harus dibuat dalam bentuk bagan alir.

Bagan alir sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan

publik karena berfungsi sebagai berikut :

a. Petunjuk kerja bagi pemberi pelayanan;

b. Informasi bagi penerima pelayanan;

c. Media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja

pelayanan mengenai prosedur;

d. Pelayanan kepada penerima pelayanan;

e. Pendorong terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang

efektif dan efisien;

f. Pengendali (kontrol) dan acuan bagi masyarakat dan aparat

pengawasan untuk memberi penilaian.

3. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan harus

diinformasikan secara jelas kepada masyarakat. Masyarakat

harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi

pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan persyaratan


15

administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

4. Kepastian rincian dan biaya pelayanan harus diinformasikan

secara jelas kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat

mengerti standar apa yang diberikan pemerintah dalam

pelayanan publik.

5. Kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan harus

diinformasikan secara jelas pada masyarakat;

6. Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggungjawab

memberikan pelayanan harus ditetapkan secara formal

berdasarkan SK;

Transparansi pengelolaan keuangan menjadi salah satu asas

dalam pelaksanaan good governance yang harus dan wajib

diterapkan oleh lembaga pemerintah maupun non

pemerintah.Dengan menerapkan asas transparansi berarti

memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan

informasi seputar kinerja pemerintah seperti perumusan kebijakan

sampai pada hasil-hasil yang dicapai yang pada nantinya dapat

meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

itu sendiri. Dengandilakukannya transparansi tersebut publik akan

memperoleh informasi yang aktual dan fluktual, sehingga mereka

dapat menggunakan informasi tersebut untuk :


16

1. Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang

direncanakan;

2. Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran;

3. Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan yang terkait;

4. Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu

antara manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat

dan dengan pihak lain yang terkait.

Dalam Transparansi Anggaran Pemerintah, Kristianten

(Indra, 2018:12) menyebutkan bahwa transparansi anggaran adalah

informasi terkait perencanaan penganggaran merupakan hak setiap

masyarakat. Hak masyarakat yang terkait penganggaran yaitu:

1. Hak untuk mengetahui;

2. Hak untuk mengamati dan menghadiri pertemuan publik;

3. Hak untuk mengemukakan pendapat;

4. Hak untuk memperoleh dokumen publik;

5. Hak untuk diberi informasi

Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintahan,

pemerintah desa mengungkapkan hal-hal yang sifatnya meterial

secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan,

dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip keterbukaan ini

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan


17

akses informasi seluas-luasnya tentang kondisi pengelolaan

keuangan desa. Prinsip transparansi dalam anggaran pemerintah

(Kristianten,2006:73) diukur menggunakan beberapa indikator

antara lain :

1. Ketersediaan dan aksesibiltas dokumen;

2. Kejelasan dan kelengkapan informasi;

3. Keterbukaan proses;

4. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi.

Transparansi sangat penting bagi pemerintah desa dalam

mengemban amanat dari masyarakat karena seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah desa merupakan entitas

yang langsung bersentuhan denganmasyarakat sehingga kebijkan

yang dikeluarkan akan langsung dirasakan oleh masyarakat. Mulai

dari tahap perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban,

pemerintah desa harus melibatkan masyarakat desanya yang

direpresentasikan melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

sehingga program kerja yang disusun dapat mengakomodir

kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut.

2.1.2 Konsep Desa

“Desa” di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman

Warner Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad van Indie pada

masa penjajahan kolonial Inggris, yang merupakan pembantu


18

Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa pada tahun 1811 di

Indonesia. Dalam sebuah laporannya tertanggal 14 Juli 1817

kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya desa-desa di

daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa. Dan di kemudian hari

ditemukan juga desa- desa di kepulauan luar Jawa yang kurang

lebih sama dengan desa yang ada di Jawa (Soetardjo, 2011: 36).

Kata “desa” sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi”

yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah

leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup,dengan satu

kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas (Soetardjo, dalam

M. Irwan Tahir : Padanan kata “desa” dalam bahasa asing antara

lain seperti dorp, dorpsgemeente, village, village community, rural

area, rural society, dan sebagainya.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa mengartikan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau

yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

disusun dengan semangat konstitusi UUD 1945 yang tertuang


19

dalam pasal 18B ayat (2) yaitu “Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang” kemudian

dipertegas dalam ketentuan pasal18 ayat (7) bahwa “Susunan dan

tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam

Undang-Undang”.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam

sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten

(Wijaya HAW, 2003: 65). Desa dalam pengertian umum adalah

sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimana pun di

dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil yang terikat pada lokalitas

tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi

pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang tergantung

pada sektor pertanian.

Sementara itu, Koentjaraningrat (Andi Siti: 2017) memberikan

pengertian tentang desa melalui pemilihan pengertian komunitas

dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti: kota, negara

bagian, negara) dan komunitas kecil (seperti: band, desa, rukun

tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini Koentjaraningrat


20

mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang menetap tetap di

suatu tempat.PendapatKoentjaraningrat tersebut tidak memberikan

penegasan bahwa komunitas desa secara khusus tergantung pada

sektor pertanian atau bercocok tanam. Dengan artian bahwa

masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil dapat saja

memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi lain yang lebih dominan, tidak di

sektor pertanian saja.

Kebanyakan orang jika membahas mengenai desa memiliki

pola pikir bahwa desa adalah sebuah permukiman yang tertinggal

jauh dari kota dengan ciri utama yaitu bahasa yang digunakan

masih sangat kental dengan “bahasa ibu”, memiliki strata

pendidikan yang rendah, dan pada umumnya mata pencahariannya

bergelut di sektor pertanian yang semakin memperkuat istilah

bahwa desa merupakan tempat tinggal para petani.

Desa menurut Widjaja HAW (dalam Andi Siti, 2017: 12)

dalam bukunya yang berjudul Otonomi Desa menyatakan bahwa

desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.
21

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan

memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.Pembentukan desa dapat berupa

penggabungan beberapa desa (difusi), atau bagian desa yang

bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa

atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

Pembentukan desa tidak semata-mata sesuai dengan keinginan

perangkat desa selaku pihak yang berwenang mengatur

keseluruhan kegiatan di desa tetapi dalam pembentukan desa baru

harus mengacu pada landasan hukum pembentukan desa yaitu UU

No 6 tahun 2014 tentang Desa dan diatur lebih lanjut dalam PP No

43 tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47 tahun 2015

tentang peraturan pelaksanaan UU No 6 tahun 20144.

Desa memiliki wewenang sesuai dengan yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, yaitu:

1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

2. Kewenangan lokal berskala desa;

3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


22

Dalam tulisan ilmiah, khususnya sosiologi desa, desa dapat

dikaji dalam dua ontologi: sebagai statika dan dinamika. Sebagai

statika, desa ditempatkan sebagai entitas diam dalam ruang dan

waktunya, yang dalam kediamannya tersimpan berbagai

aspek.Sebagai statika, desa terbentang dalam aspek hukum dan

administratif. Maka ia terdefinisikan sebagai kesatuan wilayah

berbasis hukum. Desa adalah “suatu kesatuan hukum”, di mana

bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa yang

mengadakan pemerintahan sendiri. Sebagai statika, desa

terbentang dalam aspek geografis, maka ia terdefinisikan sebagai

permukaan mulai dari pesisir dan pulau kecil, persawahan dan

dataran rendah, hingga dataran tinggi dan pinggir hutan, yang

didalamnya manusia berinteraksi dengan buminya. Sebagai statika,

desa terbentang dalam aspek ekonomis, maka ia didefinisikan

sebagai ruang, produksi,distribusi, dan konsumsi yang di dalamnya

berinteraksi manusia yang hendak memenuhi kebutuhannya di

tengah keterbatasan sumber daya. Sebagai statika, desa

terbentang dalam aspek sosiologis, maka ia didefinisikan sebagai

arena struktural fungsional dan konflik, arena interaksionisme

simbolik dan fenomenologis, serta arena konstruksi sosial atas

realitas. Sebagai statika, desa terbentang dalam aspek budaya,

maka ia didefinisikan sebagai arena yang di dalamnya hadir

kumpulan nilai, norma, dan pengetahuan serta proses belajar


23

individual dan kolektif dalam merepresentasikan diri dan merespons

dinamikanya. Sebagai statika, desa terbentang dalam aspek

ekologi, maka ia terdefinisikan sebagai relasi antara sistem sosial

dengan sistem lingkungannya, yang di dalamnya berlangsung

pertukaran materi, energi, dan informasi secara timbal balik

(Salman, 2012: 4).

Sebagai dinamika, desa ditempatkan sebagai entitas

bergerak melintasi waktu, yang dalam pergerakannya berlangsung

sejumlah proses. Sebagai dinamika, seperti halnya entitas lain,

desa adalah proses yang terus mengalir dalam waktu, dalam

keniscayaan untuk berubah sesuai spirit yang menggerakkannya,

suatu kepastian akan evolusi. Evolusi desa adalah gerak perubahan

dalam arah dan kecepatan alamiahyang lahir dari saling pengaruh

atas multi variabel secara gradual pada ruang lokalnya. Ia adalah

dialektika antara preskripsi struktur pada kolektivitas masyarakat

dengan tindakan elektif aktor pada hasrat bebas individual, yang

lalu melahirkan spirit bagi bergeraknya perubahan melalui inovasi,

berupa kemunculan fitur baru akan nilai, norma, pengetahuan,

teknologi, struktur dan kelembagaan, tindakan dan prilaku serta

benda material (Salman, 2012: 6).

Definisi di atas menerangkan banyak gambaran tentang

desa, dalam istilah yang berbeda sebutan untuk desa dapat dilihat

dari tinjauan sudut pandang suatu daerah misalnya : di Aceh dipakai


24

nama “Gampong” atau “Meunasah” buat daerah hukum yang paling

bawah. Di daerah Batak, daerah hukum setingkat desa disebut

“Kuta” atau “Huta”. Di daerah Minangkabau daerah hukum yang

demikian dinamakan “Nagari”, di Sumatera bagian selatan daerah

hukum ini dinamakan “Dusun” atau “Tiuh”, di daerah Luwu

dinamakan “Tondo” atau “Tondok”.

Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing

community dengan local self government, diharapkan kesatuan

masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari

wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa danDesa

Adat.Desa dan Desa Adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan

desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitas dan pembinaan

dari pemerintah kebupaten/kota. Dalam posisi seperti ini, Desa dan

Desa Adat mendapat perlakuan yang sama dari Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

2.1.3 Konsep Pemerintahan Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud yang dimaksud

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan mengenai urusan bagi

pemerintahan dan kepentingan bagi masyarakat setempat dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan dalam pasal 1 ayat(2) pemerintah desa adalah kepala


25

desa yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa.Pemerintah desa sebagai pemegang otoritas

kebijakan publik di daerah wajib mempertanggungjawabkan

tindakan yang diambil kepada masyarakat.

Pemerintah desa merupakan bagian terkecil dari pemerintah

Nasional, yang penyelenggaraannya hanya ditujukan kepada Desa.

Pemerintah desa yaitu sebuah prosesdimana adanya usaha-usaha

pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat desa yang masih jauh tertinggal dengan desa-desa

yang sudah maju dan berkembang baik dari segi perekonomian

maupun dari segi pembangunan.

1. Kepala Desa

Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang

mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk

menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan

tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Dengan masa

jabatan 6 tahun yang dapat dipilih kembali sebanyak 3 kali

berturut-turut maupun tidak berturut-turut. Dalam melaksanakan

tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, kepala

desa wajib :

a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota;


26

b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota;

c. Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) setiap akhir tahun anggaran;

dan

d. Memberikan dan/atau menyebarkan informasi

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada

masyarakat desa setiap akhir tahun anggaran.

2. Perangkat Desa

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa dibantu oleh

perangkat desa. Perangkat Desa terdiri atas :

a. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh

unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala desa

dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretaris desa

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan.

Kepala urusan mempunyai tugas untuk membantu sekretaris

desa dalam bidang urusan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sesuai pasal 62 PP Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa

sekretaris desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 bidang

urusan.Secara umum, kepala urusan keuangan merangkap

sebagai bendahara desa sedangkan kepala urusan umum

merangkap sebagai pengurus kekayaan milik desa.


27

b. Pelaksana Wilayah merupakan unsur pembantu kepala desa

sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana

kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana

kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan

desa.

c. Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu kepala desa

sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis

sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 64 paling banyak

terdiri atas 3 (tiga) seksi.

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa atau yang disebut dengan

nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi

pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk

desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara

demokratis8. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga,

pemangku adat, golongan profesi,8 UU No. 6 Tahun 2014

Tentang Desapemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya dengan masa jabatannya adalah 6 tahun dan

dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan

berikutnya serta pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan

untuk rangkap jabatan baik itu sebagai kepala desa maupun

perangkat desa. Dalam Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014

pasal 18 menjelaskan bahwa BPD berfungsi menetapkan


28

peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan

terhadap kinerja kepala desa.

2.1.4 Konsep Pengelolaan Keuangan Desa

Secara etimologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelola

(to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau

menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Nugroho (2003:

119) mengemukakan bahwa pengelolaan merupakan istilah yang

dipakai dalam ilmu manajemen. Jadi pengelolaan merupakan ilmu

manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan

menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin

dicapai. Sementara Terry (2009:9) mengemukakan bahwa

pengelolaan sama dengan manajemen sehingga pengelolaan

dipahamisebagai suatu proses membeda-bedakan atas

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan

dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat

menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan

Desa, yang dimaksud dengan Keuangan Desa adalah semua hak

dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala

sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Sedangkan Pengelolaan


29

Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban.

Tjahjanulin Domai (2003: 13) pengelolaan keuangan daerah

adalah proses pengurusan penyelenggaraan penyediaan uang dan

penggunaan uang dalam setiap usaha kerja sekelompok orang

untuk tercapainya suatu tujuan. Menurut G.R. Terry dalam Malayu

(2006:2) pengelolaan adalah proses yang terdiri dari fungsi

perencanaan,pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Adapun sifat pengelolaan keuangan desa ada tiga yaitu partisipatif,

transparan, dan akuntabel.Partisipatif berarti melibatkanberbagai

pihak dalam pengelolaan keuangan desa (bottom up), transparan

berarti terbuka dalam pengelolaan, tidak ada yang dirahasiakan,

dan akuntabel berarti dapat dipertanggung jawabkan secara formal

maupun meteril.

2.1.5Konsep Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi

desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.


30

Setiap tahunnya desa akan menerima dana dari pemerintah

pusat berupa transferan dalam bentuk uang bukan dalam bentuk

proyek yang selama Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa masih berlaku maka desa akan terus menerimanya setiap

tahun. Walaupun mekanisme transfernya melalui APBD

Kabupaten/Kota, tetapi seluruh transferan Dana Desa tersebut wajib

disalurkan kepada desa tanpa dipangkas sedikitpun. Rekening Kas

Umum Daerah (RKUD)

Kabupaten/Kota hanya berperan sebagai tempat

penyimpanan sementara Dana Desa hasil transfer dari Pemerintah

Pusat. mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua)

tahap yakni tahap mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas

Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)

dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas desa.

Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan secara bertahap pada

tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tahap I, pada bulan April sebesar 40%;

2. Tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40%; dan

3. Tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20%.

Besaran Dana Desa adalah 10% dari dan di luar Transfer

Daerah (atau on top) yang dialokasikan di dalam APBN secara

bertahap. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014

tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, dengan luasnya


31

lingkup kewenangan desa dan dalam rangka mengoptimalkan

penggunaan Dana Desa, maka penggunaanDana Desa

diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa.

Dana Desa merupakan salah satu sumber pendapatan Desa

yang harus dicantumkan dalam dokumen Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa). Setiap tahun Desa akan

mendapatkan Dana Desa dari pemerintah pusat yang

penyalurannya dilakukan melalui Kabupaten/Kota

2.2 Teori Pendukung

2.2.1 Penelitan terdahulu yang relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

tema penelitian penulis adalah sebagai berikut:

Juliana, E., (2017) melakukan penelitian tentang “Efektivitas

Pemanfaatan Dana Desa dalam Menunjang Pembangunan

Pedesaan di Kabupaten Asahan” dengan menggunakan metode

analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan dana

desa telah berperan memberikan peningkatan pendapatan riil

masyarakat pedesaan dan hal tersebut diakui oleh 69%

masyarakat yang diwawancarai. Kebijakan dana desa juga

memiliki peran dalam penambahan sarana dan prasarana fisik di

pedesaan dan hasil kajian menemukan sebesar 86%menyatakan


32

setuju bahwa adanya penambahan sarana dan prasarana

pedesaan. Pengelolaan dana desa dilihat dalam konteks

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan transparansi serta

dampaknya bagi masyarakat sudah dilaksanakan dengan baik

namun masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan

masyarakat pedesaan. Dari hasil analisa di atas maka dapat

disimpulkan bahwa dampak yang diharapkan dari dana desa

dalam menunjang pembangunan di pedesaan dalam jangka

pendek dapat dikatakan cukup baik.

Zakkiyah, A., (2017) melakukan penelitian tentang “Analisis

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Tinggi Mae Kec.

Barombong Kabupaten Mamasa” dengan menggunakan metode

kualitatif.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) tergolong sudah baik. Terdapat

beberapa temuan dalam pengelolaan dana ADD, diantaranya (1)

Dalam perencanaan pengelolaan ini sudah melibatkan masyarakat

meskipun masyarakat belum dapat mengakses semua informasi

tentang ADD itu sendiri, (2) Pengelolaan pembangunan seperti

irigasi, pembuatan talut, serta rabat jalan telah dibangun, (3)

Kurangnya partisipasi dalam masyarakat terkait pembangunan

desa,(4) Pengelolaan dana ADD ini masih belum tepat sasaran, ini

menjadi hambatan dalam proses pengelolaan ADD di Desa

Tinggimae. Dari hasil analisa di atas maka dapat disimpulkan


33

bahwa pegelolaan ADD pada Desa Tinggimae tergolong

baik.Adapun beberapa yang perlu diperhatikan yaitu melibatkan

masyarakat dalam pembangunan desa, serta menigkatkan

penyelenggaraan pengelolaan ang transparan serta akuntabel.

2.2.2 Relevansi Teori Pendukung antara penelitian sebelumnya

Dengan penelitian yang akan dilaksanakan

1. Juliana, E. (2017)“Tipe penelitian ini menggunakan metode

penelitian Deskriptif Kuantitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif

ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual yang akurat mengenai fakta-

fakta,sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian tersebut

berbeda, dari hal yang mendasar yaitu objek penelitian dan

Subyek Penelitian.

2. Zakkiyah, A., (2017)Berdasarkan kualitatif pada sifat dan tujuan

peneliti maka metode yang digunakan dengan penelitian ini

bertujuan untuk membentuk penglihatan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu tentang kinerja aparat pemerintah desa

dalam rangka otonomi desa.Perbedaan penelitian penulis

dengan penelitian tersebut berbeda, dari hal yang mendasar

yaitu objek penelitian dan Subyek Penelitian,Wawancara.


34

2.3 Kerangka Pikir

Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa

1. Transparansi Dalam
Perencanaan Pemanfaatan
Dana Desa
2. Transparansi Dalam
Pelaksanaan Pemanfaatan
Dana Desa
3. Transparansi Dalam
Pengawasan Pemanfaatan
Dana Desa

Indikator Transparansi (Kristianten : 2006)

1) Ketersediaan dan aksesibiltasdokumen;


2) Kejelasan dan kelengkapaninformasi;
3) Keterbukaanproses;
4) Kerangka regulasi yang menjamin
transparansi dalam hal ini
mekanisme pengaduan jika
terjadipelanggaran.
35
BAB III

MOTODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini akan dilakukan di

desa Sondoang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju . Peneliti

tertarikmemilih desa tersebut karena desa Sondoang merupakan Desa

yangterbilang masih jauh dari pusat kota dan masyarakat Desa tersebut

juga belummemahami apa itu transparansi, walaupun pemerintah Desa

sudahmemahami apa itu transparansi namun, masyarakat masih

memahami transparansiitu dengan pemahaman mereka sendiri . Oleh

karena itu perlu kiranya untukmelihat bagaimana mekanisme dan

transparansi yang dilakukan oleh pemerintahDesa dalam melakukan

pengelolaan Dana Desa

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitiandeskriptif, penelitian ini bertujuan dapat memberikan gambaran

secara terarahdan jelas baik secara lisan maupun tulisan yang

didapatkan dari hasil pengamatanperilaku yang diamati secara sistematis

yang berkaitan dengan objek penelitiandengan memberikan data dan

informasi yang akurat. Pada dasarnya penelitiankualitatif merupakan

penelitian yang memfokuskan pada fenomena-fenomena dankegiatan

untuk mengetahui pandangan secara mendalam terhadap

karakteristikumum tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan

36
37

masyarakat baik secara individu maupun kelompok Dengan

menggunakan pendekatan ini diharapkanmampu memberikan

pemahaman mengenai transparansi dalam pengelolaan danadesa

Sondoang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian kualitatif dalam memperoleh data didapatkan melalui

kata-katamaupun tindakan. Sumber data merupakan salah satu proses

dalam sebuahpenelitian, maka dari itu pengambilan sampel harus

dilengkapi dengan adanyapenentuan subjek dan objek guna untuk dapat

memudahkan peneliti dalammelakukan proses penelitian. Sumber data

yang diperoleh dalam penelitian inididapatkan dengan data primer dan

data skunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data maupun informasi yang langsung

diberikankepada peneliti (pengumpul data) Maka dari itu data primer

harusdilakukan langsung oleh peneliti tanpa melalui perantara orang

lain.Dalam penelitian ini data primer merupakan data yang

didapatkanlangsung dari hasil wawancara dengan informan yang telah

ditentukanuntuk mengetahui informasi dan data yang berkaitan

dengan transparansipengelolaan dana desa.

2. Data Skunder

Data skunder yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu data

yangdidapatkan dari berbagai dokumen atau buku yang disediakan


38

olehdesa Sondoang maupun dari skripsi, peraturan

perundangundangan, jurnal penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya yang dapatmemberikan informasi terkait dengan

Transparansi Pengelolaan DanaDesa yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah desa Sondoang

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Arikunto (2004) bahwa populasi adalah semua

orang yang menjadi obyek penelitian dan dianggap dapat

mengetahui dan dapat memberikan keterangan atau data yang

akurat mengenai permasalahan yang di bahas.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka populasi dalam

penelitian ini yakni orang-orang yang penulis anggap dapat

mengetahui dan dapat memberikan keterangan atau data yang

akurat mengenai permasalahan yang penulis bahas. Oleh karena

itu, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat

desa Sondoang dengan jumlah populasi sebanyak 2496orang

3.4.2 Sampel

Mengingat besarnya populasi maka penentuan sampel

penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu penarikan sampel secara acak,dengan

berdasarskan pertimbangan peneliti yang dianggap dapat mewakili

populasi yang ada. (Menurut Gay,dalam Bambang Dwiloka 2006)


39

Dinyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil untuk penelitian

Deskriptip minimal 30 responden.Dengan demikian, jumlah sampel

yang ditentukan dalam penelitian ini yakni 30 responden yang

urutannya sebagai berikut :

1. Kepala Desa Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

dan penggunaan Dana Desa

2. Sekretaris desaBertanggungjawab terhadap penataan

administrasi dan pengelolaan Dana Desa

3. Bendahara desa Bertanggungjawab terhadappenatausahaan

pengeluarandan penerimaan dana desaserta melakukan

pencatatanseluruh transaksi keuanganyang disertai dengan

laporan

4. Masyarakat 27 Orang Sebagai penerima hasil

Total sampel 30 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat

dilakukandengan tiga cara yaitu :

1. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukandengan cara di sengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial denganmelakukan pengamatan dan pencatatanDalam

penelitian ini penelitilangsung terjun ke lapangan untuk melihat

kegiatan yang dilakukan olehpemerintah Desa dalam melakukan

pengelolaan dana desa. Denganmelakukan observasi peneliti akan


40

menemukan dan mengumpulkaninformasi yang berkaitan dengan

transparansi pengelolaan dana desa.Dalam penelitian ini

dokumentasi foto dapat menjadi bukti yang akurat,seperti foto

sebelum dan sesudah pembangunan maupun foto bentuktransparan

dalam memberikan informasi mengenai desa Sondoang

2. Wawancara merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan

secaralangsung dengan cara pengajuan pertanyaan kepada informan

danmemfokuskan pada satu permasalahan untuk mendapatkan

informasiyang penting terkait dengan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini Maka dari itu mengenai informasi atau data langsung

didapatkan dariorang yang mempunyai pengalaman terkait dengan

pengelolaan danadesa.

3. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukandengan cara mengumpulkan berbagai pengetahuan baik itu

dari bukuyang tersedia di Desa Sondoang maupun jurnal penelitian

yangdilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan

dalampenelitian ini. Kemudian data yang dapat dikumpulkan dari

bukulaporan tahunan, browsur informasi, papan informasi, baliho,

RPJMK,APBDes, maupun RKPDes terkait dengan transparansi

pengelolaandana desa Sondoang

3.6 Teknik Analisis Data

1. Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan data

yangterkait dengan fokus penelitian, dengan melakukan analisis


41

danmengolah data mentah/kasar dengan tujuan dapat menjadi acuan

dalammelengkapi hasil penelitian.

2. Penyajian data yaitu proses yang dilakukan dalam penyusunan

informasimenjadi bentuk yang sederhana agar dapat dipahami

maknanya. Dengansistematika sesuai dengan pembahasan yang telah

direncanakan.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu langkah terakhir

yangdilakukan dalam penelitian dengan melakukan penafsiran

secukupnyaterhadap data yang telah diolah dengan tujuan dapat

menjawab rumusanmasalah yang diteliti dalam penelitian sebagai hasil

kesimpulan yangvalid.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Mekanisme Pengelolaan Dana Desa Sondoang Kecamatan Kalukku

Kabupaten Mamuju

Berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa.Dalam peraturan tersebut dapat dijelaskan

bahwa pengelolaan keuangan desa harus dilakukan dengan baik yang

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan sampai dengan

pelaporan dan pertanggungjawaban.Keuangan desa juga harus dikelola

dengan baik sesuai dengan tatalaksana pemerintahan yang baik (good

governance).Dalam tata kelola pemerintahan yang baik prinsip

transparansi menjadi hal yang paling utama untuk diterapkan dalam

pengelolaan keuangan desa.

Keuangan desa merupakan sumber pendapatan desa yang dikelola

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pengelolaan

keuangan dilakukan oleh kepala desa yang di tuangkan dalam peraturan

desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Pengelolaan keuangan desa harus dilakukan secara transparan, jujur

dan adil. Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1

menjelaskan bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban

desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu yang berupa

42
43

uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban desa.

Sumber pendapatan Sondoang merupakan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang berbentuk dana desa. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Dana desa merupakan Anggaran

yang diberikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah desa.

Pemerintah pusat memberikan kewenangan serta kepercayaan penuh

kepada pemerintah desa untuk dapat mengutamakan dana desa untuk

kepentingan umum yaitu masyarakat seperti, membangun, meningkatkan

perekonomian masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan Anggaran yang dicairkan oleh pemerintah setiap tahunnya.

Mekanisme pengelolaan dana desa di Sondoangpada tahun 2022

diawali dengan melakukan perencanaan APBK Desa yang diajukan

kepada pihak kecamatan dan di sampaikan kepada pihak DPM atau

keuangan daearah, kemudian setelah di cek kebenaran dokumen APBK

maka dana itu dikeluarkan melalui rekomendasi DPM kepada dinas

keuangan maka dinas keuangan akan melimpahkan dana tersebut

kepada Bank BPD yang terletak di Desa Sondoang.

Mekanisme yang dilakukan oleh pemerintah Sondoan gpada tahun

anggaran 2022 yaitu setelah dana tersebut dikeluarkan oleh pihak Bank

maka Sondoang Melakukan pra musyawarah untuk membahas

perencanaan dan proses pelaksanaan pembangunan Desa pada tahun

2022 yang akan dilakukan Desa Sondoang. Pencairan anggaran Dana


44

Desa pada tahun 2022 dilakukan secara bertahap adapun tahapan yang

pertama yaitu berjumlah 40%, tahapan kedua berjumlah 40%, kemudian

tahapan ketiga berjumlah 20%. Oleh karena itu dana yang dicairkan 40%

pertama menjadi modalapa yang perlu dibangun maka itu yang

didahulukan untuk pelakanaan pembangunan Desa.

Seorang informan memaparkan hasil wawancaranya mengenai

mekanisme pengelolaan dana desa :

“sebelum pelaksanaan pencairan dana itu tahapan-tahapan harus diikuti,


yang pertama tahapannya musyawarah apa apasaja kira-kira yang mau
di bangun, diinput dulu dari dusun, setelah terkumpul dari dusun-dusun
dibawa ke lembaga musyawarah desa (musdes) didalam bentuk
lembaga musyawarah desa ni ada beberapa unsur termasuk unsur
pemerintahan itu sudah mencakup Petue, Rgm, Linmas, perwakilan
wanita, mungkin dari seksi pertanian akan kita ikutkan dalam
musyawarah.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme

pengelolaan dana desa di Sondoangdiawali dengan adanya

pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) kemudian melakukan

tahapan-tahapan yang harus diikuti sebelum melakukan pembangunan.

Dalam melakukan perencanaan pemerintah Desa Sondoangselalu

melibatkan masyarakat untuk memberikan saran dan masukan untuk

pembangunan Desa.

Berdasarkan Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa menjelaskan bahwa mekanisme

pengelolaan dana desa dilakukan melalui beberapa tahapan mekanisme

yang dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,


45

pelaporan dan pertanggungjawaban. Adapun tahapan-tahapan tersebut

akan diuraikan sebagai berikut :

4.1.1 Perencanaan

Dalam proses perencanaan pembangunan Sondoang sudah

tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMK). Rencana Kerja Pembangunan Desa (RPJMK) akan

menjadi petunjuk dalam pembangunan Sondoangdalam jangka

waktu satu tahun berjalan. Berdasarkan dalam peraturan desa,

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPK) akan menjadi dokumen

yang utama dalam menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Desa

(APBK).

Seorang informan bapak Feri Ariansyah Putra memaparkan hasil

wawancaranya kepada penulis mengenai perencanaan

pembangunan :

“iya, dalam perencanan pembangunan Desa ini kami selaku

pemerintah Desa melibatkan beberapa unsur yang terkait, setelah

musyawarah kita menentukan titik-titik dimana akan kita lakukan

pembangunan seperti, rabat beton, pembangunan paud,

pembangunan TK, pembangunan pagar masjid, pembangunan

gudang aset Desa, dll. Kemudian perencanaan tersebut dibukukan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBK) Desa”.


46

Hal serupa juga disampaikan oleh informan bapak banta selaku

masyarakat Sondoangkepada penulis :

“kami juga diikutsertakan dalam hal memusyawarahkan tentang


pembangunan tentu mulai dari perencanaan sampai dengan
penyerahan hasil pembangunan”.

Berdasarkan pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa perencanaan pelaksanaan pembangunan Sondoangsudah

melibatkan beberapa unsur yang terkait terutama dari kalangan

masyarakat untuk melakukan musyawarah pra pembangunan agar

sesuai dengan prioritas yang dibutuhkan masyarakat. Tujuan

melakukan musyawarah yaitu agar pembangunan sesuai dengan

apa yang telah disepakati bersama sehingga pembangunan dapat

berjalan secara efektif dan efisien.

Berikut adalah siklus dari musyawarah dalam perencanaan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa Sondoang

Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.Berdasarkan gambar siklus

diatas dapat disimpulkan bahwa Musyawarah Dusun (Musdus)

merupakan tahapan yang paling awal dilakukan dalam melakukan

perencanaan karena musyawarah yang dilakukan di dusun dapat

menentukan kebutuhan dari masyarakat masing-masing Desa.

Kemudian tahapan kedua dilakukan dengan mengadakan

Musyawarah Desa (Musdes) di dalam musyawarah ini membahas

dan mengumpulkan laporan dari masing- masing dusun mengenai

arah pembangunan, kemudian pembahasan dilanjutkan dengan


47

melihat kembali Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMK) untuk digunakan didalam penyusunan Rencana Kerja

Pembangunan Desa (RKPK). Sedangkan tahapan yang terakhir

mengadakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

(Musrenbang), musyawarah ini merupakan forum tertinngi yang

dilakukan oleh pemerintah desa untuk membahas dan membuat

keputusan rancanangan RKPK.

4.1.2 Pelaksanaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 49 Tahun 2016 menjelaskan tentang tata cara

pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan dan evaluasi

Dana Desa. Proses penyaluran dana desa diawali dengan

pemindahan buku Rekening Kas Umum Negara (RKUN) kedalam

Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) kemudian selanjutnya

melakukan pemindahan dari buku Rekening Kas Daerah (RKD)

menjadi buku Rekening Kas Desa (RKD). Sedangkan pencairan

dana desa di Sondoangdilakukan dengan dua (2) cara yaitu melalui

transfer dan cash. Dalam melakukan pembelian bahan-bahan

material untuk pembangunan pembayaran melalui

ditransfer,kemudian dana cash hanya digunakan untuk upah tukang

yang kita sediakan di bendahara.

Seorang informan bapak Feri Ariansyah Putra memaparkan hasil

wawancara kepada penulis :


48

“iya betul dek, kalau untuk dalam pelaksanaan pembangunan


Desa ini kami menggunakan rekening kas Desa sebagai alat
pembayaran untuk material-material seperti, pasir, semen,bata,
besi, kayu dan bahan yang lain dek. Kalau uang cash kami ambil
cuman untuk ongkos tukang atau hari upah kerja (HUK), karna
masyarakat ini dia butuh uang, kadang-kadang sore dia butuh
uang setelah kerja, kami sudah menyediakan dan tinggal kami
salurkan saja kepada tukang tersebut”.

Hal serupa juga disampaikan oleh informan bapak banta kepada

penulis :

“betul,,dalam pelaksanaan pembangunan pun kami selaku


masyarakat diikutsertakan, termasuk yang menjadi tukang pun
diambil dari Desa ini jika masyarakat disini memiliki kemampuan
dalam bidang tersebut. Kalau masalah ongkos kadang kami yang
meminta untuk kebutuhan perhari dari bendahara”.

Dari pemaparan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

Sondoangmelakukan seluruh penerimaan dan pengeluaran untuk

pembangunanDesa hanya menggunakan rekening kas

Desa.Selanjutnya pengambilan uang secara cash hanya dilakukan

untuk beberapa keperluan seperti untuk ongkos tukang.Kemudian

dengan adanya sistem pengelolaan keuangan desa secara terarah

dapat terciptanya tatalaksana pemerintahan yang baik (Good

Governance). Dengan adanya sitem pengelolaan keuangan yang

baik tersebut akan lebih memungkinkan transparansi itu akan

terjamin adanya.

4.1.3Penatausahaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia (Permendagri) Pasal 35 menjelaskan bahwa


49

Penatausahaan dilakukan oleh bendahara Desa. Dalam melakukan

penatausahaan Bendahara desa berkewajiban melakukan

pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran dana serta

melakukan tutup buku pada setiap akhir bulan secara tertib dan

disertai dengan bukti-bukti. Bendahara desa juga memiliki

kewajiban mempertanggungjawabkan uang tersebut melalui laporan

pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban tersebut akan

disampaikan setiap bulannya kepada kepala desa dan paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya.

Seorang informan bapak Lakmana memaparkan hasil

wawancarannya kepada penulis :

“ wee penatausahaan setelah jelas semua pembangunan itu


kemudian diikuti dengan tahapan, tahapan ini ada yang pertama
40% pertama, kemudian setelah udah keluar dana tersebut
kadang ada yang diambil untuk pembangunan,pemberdayaan,
pembinaan, penyelenggaraan pemerintahan, dana tersebut
diambil dan dibagi secara merata”.

Dari pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

penatausahaan yang dilakukan oleh pemerintah

Sondoangdilakukan secara bertahap dengan pengambilan dana

secara merata untuk setiap pembangunan Desa meliputi,

pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat, penyelenggaraan

pemerintahan Desa, dan pembinaan masyarakat Desa.

Pemerintah Desa memiliki peran yang sangat penting dalam

melakukan pencatatan baik itu penerimaan maupun pengeluaran


50

dan juga melakukan penutupan buka pada setiap akhir bulannya,

yang dibuat secara terperinci di dalam buku kas umum, buku bank,

dan buku pemasukan. Dengan adanya pencatatan yang baik akan

memudahkan pemerintah Desa dalam melakukan pelaporan.

Pencatatan juga di buat secara tertulis guna untuk menjadi

cadangan jika ada masalah dalam proses komputer.

Seorang informan bapak Abdul Khadir memaparkan hasil

wawancaranya kepada penulis :

“penatausahaan ni udah pakek komputer sistem keuangan desa


yang terhubung dengan Rekening Kas Desa (RKD). nanti setelah
diambil uang kemudian di spj nanti diambil diliat tanggal berapa
uang itu diambil terus untuk keperluan apa uang itu
diambil,,kemudian uang masuk dan keluar selama setahun berapa
kali penarikan harus dengan bukti. Kemudian untuk ongkos dan
bahan kayu itulahh harus ada uang cash dibendahara.Habis itu
data tersebut dibuat dengan manual juga karena jika komputer
error data itu masih ada”.

Berdasarkan pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa penatausahaan Dana Desa dilakukan dengan sistem

keuangan desa yang saling terhubung dengan Rekening Kas RK).

Kemudian setiap pengambilan maupun pengeluran dan pemasukan

dana baik itu dana yang sudah ditransfer atau penarikan secara

tunai harus disertai dengan bukti sebagai Surat

Pertanggungjawaban (SPJ).

4.1.4Pelaporan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia (Permendagri) Nomor 113 Tahun 2014 tentang


51

pengelolaan keuangan desa.Kepala desa memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) kepada Bupati/Walikota

berupa laporan. Laporan semester pertama yang berupa laporan

realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

kemudian laporan realisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDes) tersebut disampaikan paling lambat pada

akhir bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan laporan semester akhir

tahun diisampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari pada

tahun berikutnya.

Seorang informan bapak Lakmana memaparkan hasil

wawancaranya kepada penulis :

“40% pertama setelah selesai pekerjaan foto visual 0%, 50%,


100%. Kemudian dilampirkan ke dalam surat
pertanggungjawaban, untuk melakukan pelaporan ke DPM melalui
camat laporan tersebut sudah dilengkapi rincian-rincian kegiatan,,
dan kalau laporan dana desa itu sudah terangkum dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang kami
laporkan setiap tahunnya...”.

Berdasarkan pemeparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa bentuk pelaporan yang dilakukan oleh pemerintah

Sondoangdilakukan secara bertahap mulai dari sebelum

pembangunan 0% sampai dengan hasil pembangunan 100%.

Kemudian dalam setiap pencairan Dana Desa pemerintah Desa

harus melampirkan buku laporan realisasi dana Dana Desa.


52

Kemudian laporan realisasi Dana Desa juga dicantumkan didalam

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBK), untuk

disampaikan kepada DPM melalui camat.

Berikut adalah salah satu bentuk foto visual proses

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Sondoangpada

Tahun 2022 lalu.

Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerintah Desa yaitu

harus membuat laporan tentang pengelolaan Dana Desa. Prinsip

tatalaksana pemerintah yang baik (good governance) menjelaskan

bahwa pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada satu

pihak atau pihak pemerintah saja, akan tetapi harus disampaikan

kepada seluruh masyarakat Desa dengan harapan tidak ada

terjadinya perselisihan antar pihak masyarakat dan pemerintah

Desa.
53

Seorang informan Bapak Abdul Khadir memaparkan hasil

wawancaranya kepada penulis :

“benar, dokumennya yang pertama melalui Surat


Pertanggungjawaban (SPJ) kepada DPM melalui camat, kemudian
direkomendasi oleh camat ke DPM yaitu SPJ apa apa saja yang
sudah di kerjakan di tahapan pembangunan tersebut, ooo
minsalnya tentang pembangunan rabat beton ini ini dana nya
habis, maka itu tetap sesuai dengan draf yang dibuat oleh
konsultan...umpama sudah habis dana yang tersebut diatas, maka
seperti itulah pertanggungjawaban atau SPJ yang disampaikan
kepada pemerintah Desa, kecamatan, DPM, dan keuangan
daerah. Begitulah kira-kira proses pertanggungjawaban dana desa
yang sudah dilaksanakan oleh Sondoangini”.

Berdasarkan pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerintah

Sondoangterkait dengan pengelolaan Dana Desa yaitu pemerintah

Desa telah mempersiapkan dokumen-dokumen tentang rincian dan

realisasi penggunaan maupun pengelolaan Dana Desa.Kemudian

dokumen-dokumen tersebut disampaikan kepada pemerintah pihak-

pihak yang terkait baik kepada pemerintah kecamatan maupun

pemerintah kabupaten/kota.Pertanggungjawaban juga harus

disampaikan kepadamasyarakat secara jujur, jelas, dan adil seperti

adanya papan informasi maupun baliho tentang penyelenggaraan

pembangunan Desa untuk mencegah terjadinya kecurigaan dan

perselisihan didalam masyarakat dan pemerintah Desa.

Seorang informan Ibu Marian memaparkan hasil wawancaranya

kepada penulis :
54

“pemerintah Sondoangini melakukan pertanggungjawaban hasil


daripada pembangunan kepada masyarakat dengan memasang
baliho yang besar dan papan informasi di Desa ini”

Dari beberapa pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa mekanisme pengelolaan Dana Desa yang dilakukan oleh

pemerintah Sondoangsudah terapkan dengan baik sesuai dengan

Peraturan Perundang- undangan maupun ketentuan-ketentuan

yang belaku. Kemudian proses pengelolaan Dana Desa pemerintah

Desa juga sudah melibatkan masyarakat yang dimulai dari tahapan

prencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan sampai

dengan tahapan pertanggungjawaban.

4.2 Transparansi Pengelolaan Dana Desa SondoangKecamatan

KalukkuKabupaten Mamuju

Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik. Dalam peraturan tersebut dapat dijelaskan

bahwa transparansi atau keterbukaan merupakan prinsip yang dapat

menjamin kemudahan bagimasyarakat untuk mengakses informasi yaitu

informasi yang berhak diketahui oleh masyarakat seperti, pengambilan

keputusan maupun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Desa baik

dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan serta pelaporan dan

pertanggungjawaban dalam pembangunan Desa. Pemerintah

Sondoangmemberikan informasi terkait dengan pengelolaan dana desa.


55

Tatalaksana pemerintahan yang baik (good governance)akan tercapai

jika prinsip transparansi sudah diterapkan dengan baik. Transparansi

dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu sebagai berikut:

1. Adanya Ketersediaan Aksesibilitas Dokumen

Indikator yang pertama yaitu dapat diukur dengan adanya

ketersediaan aksesibilitas dokumen untuk meghindari terjadinya

kecurangan dan penyalahgunaan dalam proses pengelolaan Dana

Desa. Ketersediaan aksesibilitas dokumen diharapkan juga dapat

memudahkan masyarakat Desa untuk mengakses informasi tentang

penyelenggaraan kegiatan pembangunan Desa yang dilakukan oleh

pemerintah Desa.

Seorang informan bapak Feri Ariansyah Putra memaparkan hasil

wawancaranya kepada peneliti :

“kami selaku pemerintah Desa selalu menyediakan dokumen dalam


bentuk buku yaitu buku tentang realisasi anggaran yang tertuang
didalam APBK Desa setiap tahunnya,,,dan buku tersebut sudah kami
tuang kankedalam baliho untuk di pasang di Desa supaya masyarakat
tau kemana anggaran itu dihabiskan”.

Hal tersebut juga disampaikan oleh seorang informan Ibu Mariam

kepada peneliti :

kami selaku masyarakat dapat melihat dan mengetahui proses dan


hasil pembangunan di Desa ini melalui buku yang udah dibuat sama
pemerintah Desa ni yang disertai dengan gambar dan jumlah
dananya,,,buku itu bisa kami lihat di kantor reje kalau ngak di rumah
reje pun disediakan,,,,tapi kami masyarakat lebih sering lihat papan
informasi yang dipasang kayak baliho itu.

2. Adanya Kejelasan dan Kemudahan Akses Informasi


56

Indikator yang kedua dapat diukur dengan adanya kejelasan dan

kelengkapan informasi yang disediakan oleh pemerintah Desa menjadi

hal yang sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Kemudian

pemerintah Desa harus dapat memberikan informasi yang jelas

mengenai proses pelaksanaan pengelolan Dana Desa dengan cara

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.

Seorang informan bapak Banta memaparkan hasil wawancaranya

kepada peneliti :

“kalau mau ada pembangunan di Desaini kami selalu dapat informasi


dari reje Desa tentang kapan, dimana dan pembangunan apa yang
akan dilakukan,,kadang kami sendiri yang minta pekerjaan sama pak
reje. Pak reje dan perangkat Desa pun mengajak kami untuk ikut
serta dalam pembangunan sampai selesai,,,nanti didalam rapat hasil
pembangunan itupun di umumkan oleh perangkat Desa ni itu
termasuk tentang anggaran nya”.

3. Adanya Keterbukaan Proses

Indikator ketiga dapat diukur berdasarkan Undang-undang Nomor

14 Tahun 2008 pasal 7 ayat 2 tentang keterbukaan informasi

menyatakan bahwa badan publik termasuk pemerintah Desa

berkewajiban menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan

tidak menyesatkan. Seluruh masyarakat Desa mempunyai hak untuk

mengetahui proses pengelolaan Dana Desa secara menyeluruh.

Seorang informan Ibu Mariam memaparkan hasil wawancaranya

kepada peneliti :
57

“kami kalau mau melihat informasi tentang pembangunan Desa ini


bisa ke kantor reje pun karena disitu udah dipasang baliho besar dan
papan informasinya pun ada lengkap sama jumlah uang nya pun”.

4. Adanya Kerangka Regulasi Yang Menjamin

Indikator yang keempat dapat diukur dengan adanya kerangka

regulasi yang menjamin transparansi, pengelolaan Dana Desa pada

dasarnya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2014. Kemudian selain regulasi dan pertanggungjawaban pemerintah

Desa juga harus membuat laporan rincian anggaran beserta dokumen

pendukung dalam setiap kegiatan proses pembangunan yang

dilaksanakan dengan disertai dokumen.

Seorang informan Ibu Mariam memaparkan hasil wawancaranya

kepada peneliti :

“sudah jelas, karena jika tidak secara transparansi tentu masyarakat


tidak senang, karna memang sudah transparan lah makanya
masyarakat pun senang. Kami juga diikut sertakan dalam
memusyawarahkan kegiatan pembangunan Desa, mulai dari
perencanaan hingga sampai serah terima dari pada pembangunan itu
kami juga ikut serta. Jadi, transparansi itu sudah benar-benar ada
walaupun tidak 100% kalau 75% sudah bisa diharapkan transparansi.”

Hal serupa juga dipaparkan oleh Bapak Banta terkait dengan

transparansi pemerintah Desa kepada peneliti :

“iya betul, jadi bentuk transparansi yang dilaksanakan oleh pemerintah


Sondoangini yaitu dengan mengadakan musyawarah perencanaan,
untuk apa anggaran yang diturunkan oleh pemerintahan baik APBN
maupun APBK itu direncanakan apa yang perlu dibangun ditahun
2022 ini, dari hasil musyawarah itu minsal, untuk pembuatan bak air
bersih, rabat beton jalan kebun, pembuatan pagar masjid, itu yang
direncanakan sudah terealisasi semua”
58

Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa pemerintah Sondoangsudah menerapakan keempat indikator

transparansi tersebut serta melakukan tranparansi dengan melibatkan

sejumlah masyarakat yang dimulai dari proses perencanaan

pembangunan sampai dengan penerimaan dan penyerahan hasil

pembangunan. Pemerintah Desa melakukan transparansi dengan

melakukan musyawarah bersama masyarakat dan tokoh- tokoh yang

lain untuk membahas pembangunan apa yang akan dilaksanakan

dengan anggaran yang telah dicairkan oleh pemerintah baik itu dana

yang bersumber dari APBN maupun APBK.

Dalam mewujudkan tatalaksana pemerintahan yang baik (good

governance) yaitu salah satunya harus menerapkan prinsip

transparansi dalam pengelolaan Dana Desa dengan melibatkan

Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPK), Masyarakat,

Tokoh-tokoh Desa meliputi, Petue, Rgm, maupun perwakilan dari

setiap seksi atau bidang meliputi, Ibu Pkk, Karang Taruna, dan lain-

lain. Tujuan melibatkan masyarakat dalam setiap musyawarah atau

pengambilan keputusan yaitu agar masyarakat Desa mengetahui

Anggaran Dana Desa (ADD) dihabiskan untuk keperluan program apa

saja. Sehingga masyarakat Desa itu sendiri mendapatkan kemudahan

untukmengawasi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa dan dapat

mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.


59

Seorang informan bapak Abdul Khadir memaparkan hasil

wawancaranya kepada peneliti :

“iya nak usaha dari pemerintah Sondoangini sendiri dalam


mewujudkan transparansi yaitu dengan mengikutsertakan perwakilan
dari setiap kalangan meliputi, masyarakat Desa ini sendiri, tokoh adat,
ibu pkk, dll, yang dimulai dengan mengadakan musyawarah untuk
merencanakan pembangunan di Desa ini, bahkan dalam
pembangunan pun masyarakat diikut sertakan baik itu sebagai
tukang/pekerja. Habis itu pemerintah Desa memberikan informasi
kepada masyarakat dengan memasang bahilo dan papan informasi
tentang Anggaran Dana Desa serta rincian biaya pada setiap kegiatan
pembangunan”

Berdasarkan pemaparan wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa Pemerintah Sondoangjuga melakukan transparansi dengan

melibatkan masyarakat dalam melakukan musyawarah maupun

pengawasan dalam pembangunan Desa yaitu melalui bagian-bagian

dari 16 orang perangkat Desa sampai dengan operator Desa. Akan

tetapi dalam musyawarah maupun pengawasan tersebut hanya

diwakilkan oleh ketua seksi saja seperti, ibu pkk, ketua Linmas, ketua

Karang Taruna, ketua Ibu pengajian, ketua pemuda, ketua ibu kader.

Kemudian perwakilan tersebutyang menyampaikan keluh kesah atau

aspirasi dari masyarakat yang berada dibawah pimpinannya.Kemudian

pemerintah Desa memberikan informasi mengenai pembangunan

tersebut melalui papan informasi maupun baliho dengan jujur dan

benar sesuai dengan kenyataan.

Dalam penggunaan Dana Desa, dana tersebut harus dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat Sondoanguntuk meningkatkan


60

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Desa .Dalam

melakukan pelaksanaan program kerja maka Tim Pelaksana Kegiatan

(TPK). Sebagai acuan tim pelaksana kegiatan harus melihat Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMK). Oleh karena itu

pengambilan keputusan harus dilakukan melalui musyawarah,

sehingga dengan adanya musyawarah perencanaan pembangunan

serta partisipasi dari masyarakat Desa dapat menciptakan proses

pembangunan yang transparan dan kegiatan tersebut akan dapat

berjalan secara efisien dan efektif. Kemudian setelah melakukan

proses pelaksanaan pembangunan pemerintah harus dapat

memberikan pelaporan serta pertanggungjawaban terkait dengan

pembangunan tersebut.

Seorang informan bapak Feri Ariansyah Putra memaparkan hasil

wawancaranya kepada peneliti :

“untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat kami selaku


pemerintah Sondoangselalu melibatkan pihak yang berkaitan dan
masyarakat dalam musyawarah dan pelaksanan kegiatan
pembangunan Desa.Setelah itu dalam kegiatan musyawarah atau
rapat kami mengumumkan,membahas dan
mempertanggungjawabkanhasil pembangunan dan mengenai
Anggaran Dana Desa. Kemudian kalau masalah informasi pemerintah
Desa sudah menyediakan baliho dan juga papan informsi agar
masyarakat dapat melihat dan mengaksesnya”.

Dari beberapa pemaparan hasil wawancara diatas dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun


61

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Menurut informan

Pemerintah Sondoangsudah menerapkan prinsip transparansi

walaupun belum berjalan 100% namun, transparansi sudah dilakukan

75% dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan

musyawarah mulai dari perencanaan pembangunan Desa sampai

dengan serah terima hasil pembangunan masyarakat juga diikut

sertakan.

Usaha pemerintah Sondoangdalam memberikan informasi secara

jelas kepada masyarakat Desatentang penyelenggaraan pemerintahan

baik itu informasi mengenai perencanaan sampai dengan hasil

kegiatan yang telah dilakukan masih dilakukan secara

manual.Penyampaian informasi kepada masyarakat dilakukan dengan

adanya papan informasi dan baliho yang memberikan penjelasan

secara terperinci agar masyarakat mudah memahaminya.Namun,

pada masa modern ini Sondoangbelum menggunkan teknologi seperti,

belum tersediannya website yang dapat memberikan informasi secara

menyeluruh kepada masyarakat yang berada diluar Sondoangserta

masyarakat yang ingin mengakses informasi tentang pengelolaan dan

kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan.

Berikut adalah salah satu bentuk transparansi yang dilakukan oleh

pemerintah Desa yaitu adanya ketersediaan baliho tentang rincian

penggunaan Dana Desa SondoangKecamatan KalukkuKabupaten

Mamuju.
62

Gambar 3.2 Diolah Oleh Penulis Tahun 2022

Berdasarkan beberapa hasil pemaparan wawancara bersama

informan diatas dapat disimpulkan bahwa Sondoangsudah

menerapkan prinsip transparansi dengan baik dengan melibatkan

masyarakat mulai dari tahapan musyawarah sampai dengan tahapan

pelaksanaan dan serah terima hasil pembangunan. Kemudian dalam


63

proses pengelolaan Dana Desa pemerintah Desa juga melibatkan

masyarakat agar tidak terjadinya kesalahpahaman antara pemerintah

dan masyarakat. kemudian bentuk transparansi yang dilakukan yaitu

dengan memasang papan informasi dan baliho tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBK).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di desa Sondoang

Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju, dengan menggunakan Teknik

Pengumpulan Data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Mekanisme pengelolaan Desa Sondoang Kecamatan Kalukku

Kabupten Mamuju. Sudah dilakukan berdasarkan Undang-undang

Nomor 113 Tahun 2014. Mekanisme pengelolaan Desa meliputi, tahap

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan serta

pertanggungjawaban sudah dilakukan dengan baik.Mekanisme

penyaluran dan pencairan Dana Desa pun hanya dilakukan melalui

Rekening Kas Desa (RKK) untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan wewenang. Kemudian dalam proses pengelolaan

Dana Desa pemerintah juga sudah melibatkan masyarakat Desa.

2. Berdasarkan indikator transparansi dalam model pengukuran

pelaksanaan good governance menurut Kristianten. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa Sondoangmenyediakan aksesibilitas dokumen

yang telah tersusun rapi untuk diakses oleh masyarakat selanjutnya

adanya kejelasan, kelengkapan, dan kemudahan bagi masyarakat

untuk mengakses informasi seperti adanya pemasangan baliho atau

64
65

papan informasi di beberapa titik. Kemudian

pemerintahsondoangsudah transparan dengan melibatkan beberapa

unsur terkait termasuk masyarakat dalam proses perencanaan

pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, musyawarah,

pelaksanaan dan serah terima hasil pembangunan tersebut

masyarakat juga diikutsertakan. Kemudian dalam pengelolaan

keuangan Dana Desa sudah sesuai dengan perundang-undangan

yang dilakukan dengan transparansi dengan melibatkan masyarakat,

serta adanya dokumen, papan informasi, maupun baliho yang dibuat

dengan rincian dana secara menyeluruh yang tertuang didalam buku

APBK.

5.2. Saran

1. Kepada Desa perlu melakukan pelatihan, pengenalan maupun

sosialisasi kepada aparatur Desa terkait dengan tata cara pengelolaan

Desa. Sehingga aparatur Desa memiliki pengetahuan untuk mengelola

Dana Desa dengan baik.

2. Diharapkan kepada aparatur Desa untuk dapat memanfatkan media

seperti website Desa, untuk memberikan informasi terkait dengan

pengelolaan maupun penyelenggraan pemerintah Desa. Dengan

harapan memudahkan masyarakat yang berada di Desa maupun

diluar Desa dapat mengakses informasi tersebut.

3. Diharapkan kepada pemerintah Desa agar dapat mempertahankan

transparansi dan mekanisme yang baik dalam pengelolaan Dana


66

Desa, agar dapat menjadi contoh bagi Desa-Desa lain yang belum

menerapkan transparansi.

Anda mungkin juga menyukai