Kasus korupsi banyak terjadi di Indonesia salah satunya di Kabupaten Cilacap tepatnya di
Desa Jeruklegi Wetan, korupsi dilakukan oleh Kepala Desa dengan cara memakai dana retribusi,
dana bantuan khusus, dana bagi pajak, dan alokasi dana desa (Radarbanyumas.co.id, 2018).
Kepala Desa di Desa Nusawangkal juga melakukan penyelewengan dana hibah Pemkab Cilacap,
antara lain Alokasi Dana Desa (ADD) serta Dana Bantuan Sosial Provinsi Jawa Tengah senilai
Rp105 juta tahun anggaran 2014 (Radarbanyumas.co.id, 2015). Korupsi dana hibah pada tahun
2015 juga ditunggangi Kepala Desa di Desa Maos Kidul dan Ketua Lembaga Pemberdayaan dan
Pembangunan Masyarakat Desa sebesar Rp180 juta (Republika.co.id, 2015). Kepala Desa
Cilongkrang Kecamatan Wanareja juga tersandung korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Desa
(APBDes) Cilongkrang Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp250 juta (Satelitpost.com, 2017). Tidak
hanya itu, Kepala Desa Widarapayung Kulon mengadakan pungutan liar kepada perusahaan
tambak udang, PT Lautan Mas Jaya sebesar Rp515 juta (Serayunews.com, 2017). Korupsi di
tingkat desa sudah termasuk tindakan disengaja dan disusun secara tersistematis (Herdiana,
2019).
Tindakan korupsi yang dilakukan Kepala Desa dapat disebabkan karena kurangnya
pengawasan dan lemahnya pendampingan yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah dalam
hal ini Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) yang dibentuk atas dasar prakarsa
masyarakat dan difasilitasi Pemerintah Desa atau Kelurahan melalui musyawarah dan mufakat,
serta dikukuhkan melalui Peraturan Desa. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap
Nomor 3 Tahun 2010, DPMD bertugas membantu pemerintah desa dan kelurahan sekaligus
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat, lembaga kemasyarakatan juga berperan
sebagai penampung partisipasi dalam manajemen pembangunan supaya terlaksana transparansi
pembangunan serta mengajak, memotivasi dan membangun terobosan agar masyarakat aktif
dalam pelaksanaan pembangunan, dengan demikian lembaga sosial sangat berpengaruh
peranannya dan sangat diperlukan keberadaannya (Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor
3 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan, 2010).
Tugas dan tanggung jawab DPMD semestinya adalah mewakili pemerintah dalam
melakukan pembinaan, pendampingan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa, seperti
pemberian pelatihan pengelolaan keuangan desa sekabupaten Cilacap melalui aplikasi sistem
keuangan desa (Siskeudes) dan bentuk pengawasan lainnya (Prehantoro, 2017). Siskeudes
merupakan aplikasi manajemen keuangan desa yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang memudahkan dalam penggunaannya untuk penyajian
pelaporan keuangan desa. Dengan diadakannya pelatihan Siskeudes diharapkan membantu kerja
aparat desa, sehingga kinerjanya semakin baik dan penggunaan siskeudes lebih efektif
(Bpkp.go.id, 2019). Pemerintah Desa diharapkan mampu merealisasikan manajemen keuangan
desa yang teratur, efektif, dan efisien. Selain itu, pemeriksaan pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan desa dapat diterapkan dengan mudah.
Penelitian terdahulu terkait peran dinas dilakukan oleh Akbar (2015) yang menyatakan
bahwa DPMD berperan meningkatan pemberdayaan masyarakat desa, yaitu berupaya untuk
memberikan fasilitas kepada masyarakat berkaitan dengan penguatan kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat. Telah terbukti bahwa DPMD Kabupaten Cilacap berkolaborasi
dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), mengadakan Bimbingan Teknis
mengenai Pengelolaan Sistem Informasi Desa (SID) yang berguna untuk memberikan informasi
terkait potensi daerah, guna mendukung perencanaan pembangunan desa (KominfoJateng, 2018).
Berbeda dengan peranan DPMD dalam pengelolaan dana desa di Kecamatan Selat Nasik yaitu
melakukan pendampingan, memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan RAPBDesa
(Azhari, 2016). Sedangkan DPMD Desa Pekon Paku melakukan pendampingan dalam
penyusunan RPJMDes, RKPDes dan APBDes (Komaruddin, 2018).
Adanya kelemahan dalam pengelolaan keuangan desa, maka pemerintah desa dituntut
untuk menyajikan laporan keuangan dan pengelolaan keuangan yang akuntabel dengan adanya
pembinaan, pengawasan dan pendampingan dari DPMD, sehingga pengelolaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, peran DPMD dalam melakukan pengawasan
pengelolaan keuangan desa menarik untuk diteliti, sehingga persoalan dalam penelitian ini ialah
mendeskripsikan peran DPMD di Desa Jetis Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap.
Alasan pemilihan Desa Jetis adalah adanya berita yang menyebutkan bahwa Kejaksaan
Negeri Cilacap melihat masalah penggunaan dana desa di tahun-tahun sebelumnya, misalnya
karena adanya mark up oleh Kepala Desa atau aparat, penggelapan dana desa untuk kepentingan
pribadi Kepala Desa atau aparat desa. Adanya dominasi keluarga atau orang-orang terdekat
kepala desa, terkait dengan fungsi pendampingan dan pengawasan terdapat kelemahan
pengawasan keuangan desa yang dilakukan oleh inspektorat, dan pendamping desa yang
menggunakan kelemahan aparat desa (Satelitpost.com, 2017). Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi DPMD dan Aparat Desa sebagai bahan evaluasi yaitu mengevaluasi
program dan kegiatan, peningkatan kinerja dan pengambilan keputusan, dan bagi akademisi,
yaitu sebagai tambahan literatur terkait dengan akuntansi desa.
KAJIAN PUSTAKA
Selain itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 juga memaparkan
bahwa pengelolaan keuangan Desa meliputi perencanaan; pelaksanaan; penatausahaan;
pelaporan; dan pertanggungjawaban. Pengelolaan keuangan Desa dilakukan dengan Basis Kas.
Basis Kas merupakan pencatatan transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening
kas Desa. Pengelolaan keuangan Desa dapat dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
yang dikelola Kementerian Dalam Negeri.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris
Daerah. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok membantu Bupati memimpin dan melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang pemberdayaan
masyarakat dan desa yang meliputi pemerintahan desa, pembangunan desa, serta kelembagaan
masyarakat. Sekretaris mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan,
pengendalian, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
Dalam melakukan tugasnya Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa membagi
menjadi tiga bidang yaitu :
Bidang Pembinaan Pemerintahan Desa mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pengoordinasian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan meliputi pembinaan administrasi dan aset
desa, dan pembinaan kelembagaan dan aparatur pemerintah desa. Dalam melaksanakan tugas,
Bidang Pembinaan Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :
Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial Budaya dan Kelembagaan Desa mempunyai tugas
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pengoordinasian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan
meliputi pengembangan ekonomi dan pengembangan sosial budaya, dan kelembagaan desa.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial Budaya dan Kelembagaan
Desa menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program kerja Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial Budaya
dan Kelembagaan Desa;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang pengembangan ekonomi, sosial budaya dan
kelembagaan desa;
c. Pelaksanaan bimbingan dan pengendalian teknis bidang pengembangan ekonomi, sosial
budaya dan kelembagaan desa;
d. Pengelolaan administrasi bidang pengembangan ekonomi, sosial budaya dan
kelembagaan desa; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan, terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Pengembangan Sumber Daya, Permukiman dan Lingkungan Desa mempunyai tugas
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pengoordinasian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan
meliputi pemanfaatan sumberdaya dan teknologi tepat guna, serta penataan permukiman dan
lingkungan desa. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya,
Permukiman dan Lingkungan Desa menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program kerja bidang pengembangan sumber daya, permukiman
dan lingkungan desa;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang pengembangan sumber daya, permukiman dan
lingkungan desa;
c. Pelaksanaan bimbingan dan pengendalian teknis bidang pengembangan sumber daya,
permukiman dan lingkungan desa;
d. Pengelolaan administrasi bidang pengembangan sumber daya, permukiman dan
lingkungan desa; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan, terkait dengan tugas dan
fungsinya (Perbub, 2016).
Dalam setiap bidang memiliki tugas dan fungsi utama yang berbeda. Namun, dari setiap
bidang diatas, DPMD memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan pengawasan. Bidang
Pembinaan Pemerintahan Desa memiliki tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pengoordinasian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan meliputi pembinaan administrasi dan aset
desa, dan pembinaan kelembagaan dan aparatur pemerintah desa. Sehingga Bidang Pembinaan
Pemerintah Desa melakukan fungsi pengawasan pengelolaan keuangan desa mengenai
administrasi dan aset desa, sehingga hal tersebut dapat menjadi pedoman untuk melakukan
penelitian mengenai peran DPMD Kabupaten Cilacap dalam melakukan pengawasan
pengelolaan keuangan di Desa Jetis.
METODA PENELITIAN
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang memiliki
tujuan untuk menganalisis dan mengkaji peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(DPMD) Kabupaten Cilacap dalam melakukan pengawasan pengelolaan keuangan Desa Jetis.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari pihak pertama. Sumber data primer adalah hasil wawancara dengan
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, kepala desa, perangkat desa dan masyarakat.
Selain itu, sumber data berasal dari dokumentasi dan arsip DPMD Kabupaten Cilacap.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari wawancara dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber yang merupakan pihak yang
terlibat langsung dalam melakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa seperti Kepala Desa,
DPMD dan masyarakat. Sedangkan dokumentasi dan arsip dilakukan untuk melengkapi dan
menyelidiki kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh DPMD Kabupaten Cilacap.
Untuk mencapai keabsahan informasi yang andal dan representasi yang menyeluruh
perihal informasi tertentu, peneliti menggunakan teknik analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, serta penarikan kesimpulan yang kemudian digunakan juga teknik triangulasi.
Teknik triangulasi yaitu teknik analisis data yang menggunakan sumber dari luar data itu untuk
pengecekan atau sebagai perbandingan hasil wawancara terhadap narasumber ketika berbicara
kepada publik dan ketika berbicara kepada peneliti, mencocokkan opini narasumber dengan
opini masyarakat atas pengawasan yang dilakukan oleh DPMD, serta membandingkan dokumen
dan arsip DPMD dengan hasil wawancara narasumber sehingga menghasilkan informasi yang
andal.
Teknik Triangulasi
Penarikan
Reduksi Data Penyajian Data
Kesimpulan
Teknik triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data,
penyajian data serta penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi data, peneliti membuat
rangkuman hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara mengelompokkan informasi
berdasarkan jenis pertanyaan dan hal-hal yang berkaitan dengan peran DPMD dalam
pengawasan pengelolaan keuangan desa. Kemudian pada tahap penyajian data dilakukan dengan
cara membuat tabel berisi hasil wawancara yang telah diolah menjadi uraian singkat. Kemudian
menganalisis data hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat peran pengawasan
yang telah dilakukan DPMD dalam pengelolaan keuangan desa serta mengidentifikasi hambatan
dan pencapaian yang telah dilakukan DPMD untuk meningkatkan pengelolaan keuangan desa
disertai grafik, tabel, gambar, dan sebagainya. Tahap terakhir adalah melakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis dengan cara mengambil intisari dari
pembahasan, untuk mendapatkan hasil penelitian yang terjamin keandalannya melalui teknik
triangulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PAPARAN DATA
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap merupakan salah satu dinas
yang berada di Kabupaten Cilacap dan berlokasi di Jl. Dr. Soetomo No. 5 Cilacap. Berdasarkan
Peraturan Bupati Cilacap Nomor 113 Tahun 2017 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang
menjadi kewenangan daerah. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mempunyai tugas
membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat
dan desa yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada
daerah (Perbub, 2016).
a. Kepala;
b. Sekretariat, terdiri dari :
1.) Sub Bagian Perencanaan
2.) Sub Bagian Keuangan dan Aset;
3.) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pembinaan Pemerintahan Desa, terdiri dari :
1.) Seksi Pembinaan Administrasi dan Aset Desa;
2.) Seksi Pembinaan Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah Desa.
d. Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial Budaya dan Kelembagaan Desa, terdiri dari :
1.) Seksi Pengembangan Ekonomi;
2.) Seksi Pengembangan Sosial Budaya dan Kelembagaan Desa.
e. Bidang Pengembangan Sumber Daya, Permukiman dan Lingkungan Desa, terdiri dari :
1.) Seksi Pemanfaatan Sumber Daya dan Teknologi Tepat Guna;
2.) Seksi Penataan Permukiman dan Lingkungan Desa.
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
1.) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, dan
Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertical dan horizontal baik
dalam lingkungan dinas maupun antar Perangkat Daerah lainnya dilingkungan
Pemerintah Daerah serta dengan instansi lain diluar Pemerintah Daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing.
2.) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi masing-
masing bertanggungjawab memimpin, membimbing, mengawasi, dan memberikan
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan, dan apabila terjadi penyimpangan, mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3.) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi wajib
mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing
serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
4.) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi harus
menerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilingkungan masing-masing
untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas public melalui penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Berdasarkan Peraturan Bupati Cilacap Nomor 113 Tahun 2017, fungsi pengawasan dilakukan
oleh :
1.) Sub Bagian Perencanaan yaitu pemantauan terhadap perencanaan dan program kerja di
lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
2.) Sub Bagian Keuangan dan Aset yaitu pemantauan terhadap keuangan dan aset di
lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
3.) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yaitu pemantauan urusan umum dan kepegawaian
dilingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
4.) Bidang Pembinaan Pemerintahan Desa yaitu pemantauan dan pembinaan administrasi
dan aset desa, dan pembinaan kelembagaan dan aparatur pemerintah desa.
5.) Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial Budaya dan Kelembagaan Desa yaitu
pemantauan terhadap pengembangan ekonomi dan pengembangan sosial budaya, dan
kelembagaan desa.
6.) Bidang Pengembangan Sumber Daya, Permukiman dan Lingkungan Desa yaitu
pemantauan terhadap pemanfaatan sumber daya dan teknologi tepat guna, serta penataan
permukiman dan lingkungan desa.
Disetiap bidang Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa memiliki fungsi pengawasan.
Namun terdapat satu bidang yang berfokus pada pengawasan pengelolaan keuangan desa, yaitu
Bidang Pembinaan Pemerintah Desa yang memiliki fungsi pengawasan terhadap administrasi
dan aset desa. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2018, pengelolaan keuangan desa meliputi :
1.) Perencanaan
Merupakan perencanaan penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada tahun
anggaran berkenaan yang dianggarkan dalam APB Desa.
2.) Pelaksanaan
Merupakan penerimaan dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas
desa pada bank yang ditunjuk Bupati/ Wali Kota.
3.) Penatausahaan
Merupakan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum.
4.) Pelaporan
Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama kepada
Bupati/Wali Kota melalui camat.
5.) Pertanggungjawaban
Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggung jawaban realisasi APB Desa kepada
Bupati/Wali Kota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.
B. TEMUAN PENELITIAN
Temuan hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dengan fokus penelitian mengenai
pengawasan pengelolaan keuangan desa. Temuan ini didapatkan dari hasil wawancara Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap di Bidang Pembinaan Pemerintahan
Desa yang dikepalai oleh Wahyu Indra S, S.T., M.M. Peneliti juga melakukan wawancara
dengan Kepala Desa Jetis dan juga dengan masyarakat Desa Jetis.
1. Pengawasan Tahap Perencanaan
Peran DPMD dalam Tahapan Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, DPMD
memberikan arahan terhadap perencanaan dan pengalokasian pengelolaan keuangan desa dan
melakukan perubahan dengan melihat prioritas penggunaan untuk dana desa. Untuk Alokasi
Dana Desa (ADD) hanya dilakukan perhitungan Siltap (Penghasilan Tetap) Kepala Desa dan
Perangkat Desa dan Non Siltap untuk operasional desa. DPMD setiap tahunnya menyampaikan
kalender pembangunan desa kepada pemerintah desa mengenai jadwal perencanaan
pembangunan desa yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah dan nasional
memuat dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta pelaporan. Dalam tahap
perencanaan, DPMD tidak melakukan pendampingan secara langsung karena terdapat 260 desa
di Kabupaten Cilacap sehingga DPMD menggunakan metode pendampingan dengan pengadaan
rakor penyelenggaraan pemerintah desa setiap awal tahun atau tengah semester.
Pengawasan yang dilakukan DPMD adalah dengan cara memberikan kewenangan ditingkat
kecamatan sehingga tidak terlibat secara langsung. APB Desa yang sudah dibuat oleh pemerintah
desa harus melalui verifikasi ditingkat kecamatan sehingga DPMD dapat melihat hasil verifikasi
ditingkat kecamatan terhadap APB Desa dan memastikan bahwa penyusunan rancangan APB
Desa sesuai dengan peraturan yang ada. Dari verifikasi-verifikasi tersebut DPMD memberikan
arahan kepada pemerintah kecamatan mengenai program prioritas yang harus dilakukan dan
yang tidak harus dilakukan. DPMD memberikan batasan-batasan kepada pemerintah kecamatan
dalam hal verifikasi rancangan APB Desa dari pemerintah desa.
Tahap perencanaan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, Pemerintah Desa
mengawali dengan melakukan musyawarah tingkat dusun yaitu membuat rumusan dan usulan
mengenai potensi dan sumber daya desa. Pemerintah desa juga mengajak masyarakat untuk
membuat skala prioritas kegiatan pembangunan sebagai bentuk transparansi. Kemudian, hasil
musyawarah tersebut dibawa ke tingkat desa atau disebut sebagai Musrem Desa. Dalam
melakukan pengawasan, DPMD menurunkan pendamping desa lokal untuk mengawasi,
mendampingi dan memberikan arahan dalam penyusunan APB Desa dari awal sampai selesainya
APB Desa, namun tidak ikut serta dalam menetapkan kebijakan.
Akbar, Muh. 2015. “Analisis Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kabupaten
Bulukumba,” 1–158.
BPKP. 2019. “Desa Di Cilacap Menuju Akuntabel Dan Andal Dengan Siskeudes.”
Herdiana, Dian. 2019. “Kecenderungan Perilaku Koruptif Kepala Desa Dalam Pembangunan
Desa.” Inovasi Kebijakan 1: 1–11. https://doi.org/10.21787/mp.3.1.2019.1-11.
Hukum, Fakultas, and Universitas Suryadarma. 2018. “Pemerintahan Desa” 7 (1): 82–95.
“Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pembentukan
Lembaga Kemasyarakatan.” 2010.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
2018.
“Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.” 2019.
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perbub. 2016. “PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG
KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA
KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN
CILACAP,” 1–18.
Prehantoro, Ardhi. 2017. “Diklat Pengelolaan Keuangan Desa.”
———. 2018. “Kades Jeruklegi Wetan, Muslimin, Gelapkan Dana Desa Rp 500 Juta Lebih.”
Republika.co.id. 2015. “Diduga Korupsi Dana Hibah, Kepala Desa Jadi Buronan Polisi.”
Safitri, Sani. 2016. “Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia” 5 (32): 79–83.